Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS INKOMPLIT

A. Konsep Penyakit
I. Definisi penyakit

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian


dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang
tertinggal pada desidua atau plasenta.

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan


sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Abortus inkompletus yaitu pengeluaran produk konsepsi secara spontan


sebelum minggu ke 24 kehamilan (lebih sering terjadi minggu ke 8-12, lebih
jarang trimester II karena mungkin etiologinya berbeda).

II. Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi


beberapa faktor yang berpengaruh adalah :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan


cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan
pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena:
a. Faktor kromosom : Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosorn seks.
b. Faktor lingkungan endometritum : Endometrium belum siap untuk
menerima implasi hasil konsepsi. Gizi ibu kurang karena anemia atau
terlalu pendek jarak kehamilan.
2. Pengaruh luar
a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
c. pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
3. Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak
dapat berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes
melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga
menimbulkan keguguran.
4. Penyakit ibu. Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan melalui plasenta:
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis.
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi
retroplasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
penyakit diabetes melitus.
5. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi
uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi
serviks), robekan serviks postpartum.
6. Faktor antibody autoimun, terutama :
Antibody antiphosfolipid :
a. Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan
b. Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti abortus
c. Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC) Menghalangi
terbentuknya jantung janin sehingga akan menyebabkan abortus.
III. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk
ini menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya
terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol – benjol karena
terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan
dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama.
IV. Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah.
Aspek klinis abortus spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens.
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis
abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam
pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya
adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian
terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang
menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman
atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi
perdarahan ringan selama beberapa minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa
mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila
plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau
lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-
kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,
dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa
semuanya sudah keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi
oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya
terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar,
kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan
ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba
jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan
kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,
tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh
hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada
abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga
tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan– tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

V. Manifestasi klinik
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi
dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma
Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3. Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
4. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri
atau  kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian
jaringan keluar.

VI. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berdasarkan jenis abortus (abortus inkomplitus)

1. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan


cairan NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul
dengan transfuse darah
2. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan
3. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra muscular
untuk mempertahankam kontraksi otot uterus
4. Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi
5. Bila tak ada tanda–tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis
(ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
6. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8
jam

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan:

1. Melakukan vulva hygiene untuk mengurangi terjadinya infeksi pada


area vagina minimal 2x sehari
2. Menganjurkan pasien istirahat yang cukup
3. Menjelaskan kepada klien tentang penyebab abortus dan penaganan
terhadap abortus
4. Monitor intake dan output cairan klien

VII. Komplikasi
1. Komplikasi Jangka pendek
a. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah,
bradikardi dan cardiac arrest.
b. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila
perforasi oleh kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan
aspirator. Selanjutnya kavum uteri dibersihkan sedapatnya. Pasien
diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya pendarahan akan berhenti
segera. Bila ada keraguan, pasien dirawat.
c. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila
pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.
d. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi.
Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi.
e. Infeksi akut dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi. Pengobatannya
berupa pemberian antibiotika yang sensitif terhadap kuman aerobik
maupun anaerobik. Bila ditemukan sisa jaringan konsepsi, dilakukan
pembersihan kavum uteri setelah pemberian antibiotika profilaksis
minimal satu hari.
2. Komplikasi jangka panjang.
Infeksi yang kronis atau asimtomatik pada awalnya ataupun karena infeksi
yang pengobatannya tidak tuntas dapat menyebabkan:
a. Infertilitas baik karena infeksi atau tehnik kuretase yang salah sehingga
terjadi perlengketan mukosa (sindrom Asherman)
b. Nyeri pelvis yang kronis.

VIII. Diagnosa banding


1. Blighted ova
2. Dead conseptus
3. Abortus mola
B. PENGKAJIAN
I. Wawancara
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya
5. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe
serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
8. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
9. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

II. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui respon pasien terhadap lingkungan dan orang lain.
Pada ibu dengan abortus inkomplit keadaan umumnya lemah.
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien. Pada ibu dengan
abortus inkomplit kesadarannya composmentis.
c. Tanda Vital
Untuk mengkaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu :
1. Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai
satuannya mmHg. Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai
140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. Hipertensi jika
tekanan sistolik sama dengan atau >140 mmHg dan hipotensi jika
tekanan diastolik sama dengan atau <70 mmHg (Astuti, 2012).
2. Suhu
Untuk mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah 36,5 ºC
sampai 37,2ºC. Bila suhu tubuh lebih dari 37,2ºC disebut demam
atau febris (Astuti, 2012).
3. Pernafasan
Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan. Normalnya 16-24
x/menit (Romauli, 2011).
4. Nadi dalam keadaan santai denyut nadi sekitar 60-80 x/menit. Denyut nadi
100 x/menit atau lebih mungkin ibu mengalami tegang, ketakutan,
cemas,
perdarahan berat, demam atau gangguan jantung (Romauli, 2011).
d. Pemeriksaan sistemik
a. Kepala
Pemeriksaan kepala meliputi :
1. Rambut : Dikaji untuk mengetahui warna rambut klien, kebersihan
rambut dan rambut mudah rontok atau tidak.
2. Telinga : Dikaji kebersihan dan ada tidak gangguan pendengaran.
3. Mata : Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan sklera,
kebersihan mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan
penglihatan.
4. Hidung : Dikaji untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada
benjolan atau tidak, apakah klien alergi terhadap debu atau tidak.
5. Mulut : Dikaji untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien.
Mengkaji warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau pecah-
pecah), mengkaji lidah klien tentang warna dan kebersihannya serta
gigi klien tentang kebersihan, caries atau gangguan pada mulut (bau
mulut).
6. Leher
Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe,
pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena atau tumor (Astuti, 2012).
7. Dada
Dikaji untuk menentukan bentuk dada, simetris/ tidak, payudara
(bentuk, simetris/ tidak, hiperpigmentasi areola payudara, teraba massa, nyeri
atau tidak, kolostrum, keadaan puting (menonjol, datar, atau masuk kedalam),
kebersihan,
bentuk BH)) serta mengkaji denyut jantung dan gangguan pernafasan
8. Perut
Dikaji bentuk, ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra, strie
livide dan
terdapat pembesaran abdomen (Romauli, 2011).
9. Ekstremitas
Dikaji ekstremitas atas dan bawah. Atas dikaji ada atau tidak
gangguan/
kelainan dan bentuk. Bawah dikaji bentuk, oedema dan varices
12) Pemeriksaan Khusus Obstetri
1. Abdomen
a. Inspeksi
Memeriksa dengan cara melihat atau memandang. Tujuannya untuk
melihat
keadaan umum pasien meliputi, rambut, muka, mata, hidung, telinga,
mulut,
gigi, leher, dada, abdomen, vagina, anus dan ekstremitas (Romauli, 2011).
b. Palpasi
Menurut Romauli (2011), palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
cara meraba, meliputi :
1. Leopold I
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri, bagian yang berada difundus dan
adakah kram nyeri bawah perut atau tidak. Pada kasus abortus inkomplit
tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan
2. Leopold II
Untuk mengetahui bagian janin yang berada di kanan/ kiri uterus ibu.
3. Leopold III
Untuk mengetahui presentasi/ bagian terbawah janin yang ada di sympisis
ibu.
4. Leopold IV
Untuk mengetahui seberapa jauh masuknya bagian terendah janin kedalam
pintu atas panggul.
5. Kontraksi ada atau tidak. Pada kasus abortus inkomplit terasa kram
atau
nyeri perut dan terasa mules-mules (Pudiastuti, 2012).
2. Pemeriksaan Panggul
Menurut Astuti (2012), pemeriksaan panggul meliputi:
1. Distantia spinarum
Untuk memeriksa jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan
kiri,
ukuran normal 23-26 cm.
2. Distantia kristarum
Untuk memeriksa jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan kiri, ukuran
sekitar 26-29 cm.
3. Konjugata eksterna
Untuk memeriksa antara tepi atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal
V,
ukuran normal 18-20 cm.
4. Lingkar panggul
Untuk memeriksa dari tepi atas simfisis pubis, mengelilingi kebelakang melalui
pertengahan SIAS dan trochanter mayor kanan, ke ruas lumbal V dan kembali
ke simfisis melalui pertengahan SIAS dan trochanter mayor kiri dan berakhir di
tepi atas simfisis, ukuran normal 80-90 cm.
c. Genital
Dikaji kebersihan, pengeluaran pervaginam, tanda-tanda infeksi vagina,
pemeriksaan dalam. Pada kasus abortus inkomplit pengeluaran pervaginam
berupa perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan
darah, servik tetap terbuka (Pudiastuti, 2012).
d. Anus
Dikaji ada atau tidaknya haemoroid, kebersihan
a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung.Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap
warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
b. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
c. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005: 39)

III. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan laboratorium :Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang:
rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana: Kaji mengenai
pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Pre Kuretase
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding
endometrium dan jalan lahir.
2. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin
b. Post Kuretase
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
2) Dukacita b.d kehilangan calon anak
3) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2017. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
JNPK_KR. 20018. Pelayanan obsetri dan neonatal emergensi dasar (PONED).
Kusmiyati, Dkk. 2009. Perawatan ibu hamil. Yogjakarta : Fitramaya.
Manuaba, 2017. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: EGC.
McCloskey, Joanne C, 2009. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai