Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS IMMINENS

Oleh: YENDRITA,S.Kep

Nim: 19.10.120.901.298

CI Akademik CI Lapangan

( ) ( )

Praktek Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nan Tongga
Lubuk Alung Tahun 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS IMMINENS

A. Pengertian

Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil

konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar

rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu

karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang

mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam Rahim

(Manuaba, 2007:683).

Abortus Imminens ialahterjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum

20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam

uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Manuaba, 2007:683).

Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap

kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin

berlanjut atau dipertahankan (Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum).

Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurangdari 20

minggu, tanpatanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Dr. M. Hakim, Phd, keadaan

darurat ginekologi umum).

B.Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa

faktor yang berpengaruh adalah :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat

bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan

hasil kosepsi dapat terjadi karena:

a. Faktor kromosom: Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk

kromosorn seks.

b. Faktor lingkungan endometritum.Endometrium belurn siap untuk menerima

implasi hasil konsepsi.Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak

kehamilan.

2. Pengaruh luar
a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.

b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil

konsepsi terganggu.

3. Kelainan pada plasenta

a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat

berfungsi.

b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus.

c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga

menimbulkan keguguran.

4. Penyakit ibu

Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan melalui plasenta:

a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis.

b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O 2 menuju sirkulasi

retroplasenter.

c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit

diabetes melitus.

5. Kelainan yang terdapat dalam rahim

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal

dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks

inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks

postpartum.

6. Faktor antibody autoimun, terutama :

Antibody antiphosfolipid :

a. Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan

b. Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti abortus

c. Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC)

d. Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan menyebabkan abortu


Manifestasi Klinis
1. Nyeri hebat

2. Perdarahan banyak, Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.

3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.

4. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih berada di

dalam uterus

5. Pemeriksaan dalam :

a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa

b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam

6. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan

7. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat

dipertahankan.

8. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.

9. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).

10. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus.

11. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang di anggap

corpusglium, maka uterus akan berusaha mengeluarkan dengan mengadakan

kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini di biarkan lama, serviks akan menutup kembali.

Patofisiologi  

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh

nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian

atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini

menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang

dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis

belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu

villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak

dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14

minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul
beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas

dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya

kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas

dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan

dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus

dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah

diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging.

Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol – benjol karena

terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi

gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas

perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya

maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan

dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu

apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2005).


Pathway

Perdarahan
nekrosis

Hasil konsepsi
terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar Hasil konsepsi keluar


sempurna (abortus tidak sempurna (abortus
kompletus) inkompletus)

Merasa kehilangan
perdarahan

Ansietas

Duka cita Kekurangan


volume
Stress cairan

Risiko
infeksi
Nyeri Akut

Risiko syok
Intoleransi
aktifitas

Sumber: Nugroho, taufan. 2010.


Klasifikasi

Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:

1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor

mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus

spontaneus meliputi:

a. Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan

tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila

terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali

muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari

kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan

jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap

disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di

garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama

beberapa minggu.

b. Abortus insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi

masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual

perdarahan bertambah.

c. Abortus inkompletus

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau

sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang

merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut,

perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia

berat.
d.Abortus kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita

ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah

banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat

diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.

d. Abortus Servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium

uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam

kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan

dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas

ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan

busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.

e. Missed Abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin

yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed

abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.

Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat

menyebabkan missed abortion.

f. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut

turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya

berakhir sebelum 28 minggu

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan

sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum

dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,

atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah

1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)

Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan

bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi

medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli

b. Abortus kriminalis

Abortus kriminlis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan

yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

B. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan Ginekologi:

1. Inspeksi vulva

a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak

b. Adakah disertai bekuan darah

c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian

d. Adakah tercium bau busuk dari vulva

2. Pemeriksaan dalam speculum

a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri

b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka

c. Apakah tampak jaringan keluar ostium

d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.

3. Pemeriksaan dalam

a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup

b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri

c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan

d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang

e. Adakah rasa nyeri pada perabaan

f. Adakah terasa tumor atau tidak

g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

4. Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang (crossmatch)
a. Bila terdapat tanda – tanda sepsis, berikan antibiotic yang sesuai

b. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan

c. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan

lanjut

C. Penatalaksanaan

Penanganan umum:

1. Kuretase dapat dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi dalam uterus 

Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi (dibius)

secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien terbius,

barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu

bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih

oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena

pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk

mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus

endometrium.Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim

lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara

melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan

saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-

krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir

selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara

melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit

(Fajar, 2007).

2. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi

berat atau masih cukup stabil)

3. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan

tindakan lanjutan (yindakan medic atau rujukan)


4. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan setempat

atau dirujuk kerumah sakit. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat

perdarahan hebat segera atasi komplikasi tersebut

5. Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500 ml

dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi

serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam

pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan,

dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus

mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung

bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau

nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama

beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.

Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG)

serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai

kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga

digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam

mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus

dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah

abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara

pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat

membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus

terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi (Wiknjosastrodkk, 2002 : 305) :

a. Istirahat baring agar aliran darah ke uerus bertambah dan rangsang mekanik berkurang

b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap

empat jam bila pasien panas


c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, ungkin janin akan mati,

pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik

misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg

e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah

infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi

klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,

agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-,

lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan

pervaginam berulang pervaginam berulang

c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah

Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus

haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

d. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,

jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah

dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary ,

penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya

f. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari

genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit

menular yang terdapat dalam keluarga.


g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,

lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji

kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya

h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien

mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan

anaknya.

i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang

digunakan serta keluahn yang menyertainya.

j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,

obat digitalis dan jenis obat lainnya.

k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi

(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat

sakit.

l. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas

pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.Hal

yang diinspeksi antara lain :

 mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi

terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,

bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya

keterbatasan fifik, dan seterusnya

2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

 Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat

kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

 Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan

posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

 Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri

yang abnormal
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada

permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau

jaringan yang ada dibawahnya.

 Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang

menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

 Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya

refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada

kontraksi dinding perut atau tidak

 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan

stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang

terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan

darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau

denyut jantung janin (Johnson & Taylor, 2005: 39)

m. Pemeriksaan laboratorium :Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang:

rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana: Kaji mengenai

pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan

kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

n. Data lain-lain :

1) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama

dirawat di RS.

2) Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola

komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan

mekanisme koping yang digunakan.

3) Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien

4) Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan

kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Pre kuretase
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding endometrium

dan jalan lahir.

b. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin

Post Kuretase

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan

d. Dukacita b.d kehilangan calon anak

e. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

f. Risiko Infeksi f.r perdarahan, dan kondisi vulva lembab

g. Risiko syok f.r hipovolemik: perdarahan pervaginam


DAFTAR PUSTAKA

Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis kontrasepsi

pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi

2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Misouri:

Mosby, Inc.

JNPK_KR. 2008. Pelayanan obsetri dan neonatal emergensi dasar (PONED).

Kusmiyati, Dkk. 2009. Perawatan ibu hamil. Yogjakarta : Fitramaya.

Manuaba, 2007. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: EGC.

McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Misouri:

Mosby, Inc.

Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai