A. Latar Belakang
Penyakit batuk rejan atau disebut juga sebagai “pertusis” adalah satu penyakit
infeksi menular, yang angka kejadiannya diketahui lebih tinggi pada Negara yang
sedang berkembang di daerah tropis dan padat penduduk seperti di Negara kita,
Indonesia. Penyakit ini di Indonesia masih merupakan penyakit endemik dan menjadi
masalah kesehatan yang serius, dan erat hubunganya dengan hygiene perseorangan dan
sanitasi lingkungan.
Gejala yang timbul dari batuk rejan pada remaja dan orang dewasa biasanya
lebih ringan, akibatnya mereka memutuskan untuk tidak mengobatinya. Sehingga
mereka dapat menularkan penyakit itu kepada orang lain, termasuk anak-anak yang
belum diimunisasi. Oleh karena itu imunisasi sangat efekif untuk mencegah penularan
penyakit ini.
B. Tujuan
a. Bagi Mahasiswa
b. Bagi institusi
c. Bagi Audiens
D. Pelaksanaan kegiatan
1. Topik
Keluarga Pasien
4. Metode
b. Tanya jawab
LAYAR
: Moderator
: Presenter : Fasilitator
: Pasien
Keterangan :
Penyaji :
Cici Mulyati,S.Kep
Moderator
Nofrida,S.Kep
Fasilitator
Mia susanti,S.Kep
Dokumentator
Tahap
Kegiatan dan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
Waktu
Menjelaskan pengertian
Menyebutkan
batuk rejan/ pertusis
pengetahuan
Menggali pengetahuan pertusis/mengemuk
audiens tentang Tanda dan akan pendapat
Gejala batuk rejan (pertusis)
Mengemukakan
Menjelaskan materi pendapat
penyuluhan tentang Tanda dan
Gejala batuk rejan (pertusis) Mendengarkan dan
memperhatikan
Menggali pengetahuan
audiens tentang Komplikasi Mengemukakan
Batuk Rejan (Pertusis) pendapat
1. Leader
Tugas :
2. Co Leader
Tugas :
a. Membuka acara
b. Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan
c. Menyampaikan jalannya kegiatan
d. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya
3. Observer
Tugas:
4. Fasilitator
Tugas :
1. Evaluasi Proses
a. Leader dapat memimpin jalannya penyuluhan, dilakukan dengan tertib dan teratur
b. Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi pasien dalam memberikan
pertanyaan
d. 80 % keluarga pasien dapat mengikuti penyuluhan secara aktif dari awal sampai
akhir
2. Evaluasi Hasil
a. 100 % keluarga pasien merasa senang dan puas.
b. 75 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
c. 25 % keluarga pasien dapat menyatakan perasaan senang
LAMPIRAN MATERI
Batuk rejan adalah istilah bahasa indonesia yang menggambar batuk berupa suara
“rejan” dalam istilah medis ini disebut sebagai pertusis karena disesuaikan dengan
penyebabnya yaitu bakteri Bordetella pertussis. Batuk Pertusis juga dikenal dengan
istilah batuk 100 hari, karena memang gejala batuk yang panjang dan butuh waktu yang
lama untuk sembuh, walaupun tidak pas benar 100 hari.
Batuk rejan adalah penyakit batuk akibat infeksi bakteri Bordetella pertussis yang
mudah menyebar melalui batuk yang dapat menular ke segala usia. Bakteri penyebab
pertusis (batuk rejan) tersebar melalui tetesan di udara ketika orang yang terinfeksi batuk
atau bersin. Seseorang bisa juga tertular batuk 100 hari melalui kontak langsung dengan
cairan dari hidung atau tenggorokan orang yang terinfeksi.
Batuk rejan ditandai dengan suara yang khas yaitu suara yang melengking. Pada saat
batuk muka terlihat kemerahan, saking kuatnya batuk, kesulitan menarik nafas terjadi
antara periode batuk, sehingga saat mengambil nafas timbul suara melengking, sehingga
dalam bahasa Inggris batuk rejan biasa disebut dengan”whooping cough“. Biasanya pada
akhir batuk, penderita akan mengalami muntah.
Gejala batuk yang khas tersebut bisanya terjadi pada masa kanak-kanak. Pada bayi
yang berusia kurang dari 6 bulan, suara melengking jarang ditemukan. Gejalanya
biasanya tidak spesifik, seperti, penurunan berat badan. Namun, bayi umur ini lah yang
justru bisa mengalami komplikasi pertusis yang serius sehingga butuh perawatan di
rumah sakit.
Pada orang dewasa, batuk pertusis biasanya hanya berupa batuk kering dengan nafas
melengking. Batuk ini umumnya akan sembuh dalam 6-8 minggu, walaupun telah
diobati dengan antibiotik. Namun demikian, pada sebagian kasus, batuk rejan bisa
mencapai 3 bulan atau lebih, makanya pertusis ini sering disebut juga dengan batuk 100
hari.
Gejala pertusis muncul dalam 3 tahap. Pada 2 tahap pertama, merupakan periode yang
sangat menular, sebagai berikut:
Ingusan Bersin-bersin
Demam Ringan
Serangkaian batuk tanpa napas di antaranya (orang yang sakit bahkan mungkin
berhenti bernapas sementara)
Pada orang dewasa, gejala batuk rejan mungkin mirip dengan bronkitis. Bayi di
bawah usia 6 bulan, anak-anak divaksinasi dan orang dewasa mungkin tidak
berteriak keras, atau bahkan tidak sama sekali.
Penderita tidak menular pada tahap ini. Selama ini, episode batuk secara
bertahap terjadi lebih jarang, dan menjadi kurang parah.
Bahkan setelah pengobatan untuk membunuh bakteri, seseorang dapat terus
batuk sebagai perbaikan tubuh terhadap kerusakan pada lapisan saluran
pernapasan. Batuk mungkin lebih buruk di malam hari.
Penderita batuk 100 hari juga dapat mengembangkan infeksi pernafasan lain
seperti pneumonia.
Menjadi hal terburuk apabila pertusis terjadi pada bayi dan anak-anak. Bayi berada
pada risiko tertinggi terjadinya komplikasi yang paling serius. Penyakit batuk rejan
dapat menyebabkan:
Kejang
Kerusakan otak
Kematian
Pada seseorang yang memiliki masalah pada sistem kekebalan tubuh mungkin
mengalami kesulitan memerangi infeksi. Komplikasi dapat berupa:
Pneumonia
Mungkin banyak yang bertanya apa obat batuk rejan atau batuk 100 hari, sebagai
gambaran umum seperti berikut:
Pertusis dapat diobati dengan antibiotik.
Minum antibiotik sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter dan pastikan Anda
habiskan obat antibiotik yang diresepkan.
Jika efek samping dari obat yang menimbulkan masalah, hubungi dokter Anda
segera.
Seseorang tidak lagi menular setelah mengambil antibiotik yang tepat selama 5
hari.
Tanpa antibiotik, orang tersebut menular selama 3 minggu dari awal gejala nya.
Pada akhirnya, pencegahan adalah hal yang paling penting. Untuk mencegah agar
tidak terkena batuk 100 hari maka lakukanlah hal-hal berikut:
Vaksinasi! Bayi, remaja dan orang dewasa harus divaksinasi terhadap batuk
rejan. Untuk perlindungan penuh terhadap pertusis, bayi dan balita membutuhkan 4
dosis vaksin pertusis mulai usia 2 bulan (dikombinasikan dengan vaksin untuk
melindungi terhadap penyakit anak lainnya seperti difteri, tetanus, polio dan
Haemophilus influenzae B).
Anak usia sekolah harus menerima dosis booster ketika mereka berusia 4 – 6
tahun. Remaja harus menerima booster pada usia14 sampai 16 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Manjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius
Ranuh IGN., Suyitno H., Hadinegoro SRS., Kartasasmita CB., Ismoedijanto, Soedjatmiko
(Ed.). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi Ketiga. Satgas Imunisasi – Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI). 2008:144-151.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERTUSIS
Disusun Oleh :
CICI MULYATI,S.KEP
NOFRIDA,S.KEP
MIA SUSANTI,S.KEP
RITA FEBRIYANTI PUTRI,S.KEP
CI AKADEMIK CI KLINIK
( )
( )
2022