Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN DISPNEA (SESAK NAFAS) PADA PASIEN EFUSI PLEURA

DI RUANG FRESIA II RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi tugas pada Praktik Keperawatan Medikal Bedah 1 yang diampu oleh
Ns. Herdiman, S.Kep.,M.Kep

Oleh :

Kharisa Deskia (117019)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

STIKEP PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manajemen Dispnea (Sesak Nafas)

Sub Topik : Manajemen Dispnea (Sesak Nafas) pada Pasien Efusi


Pleura

Sasaran : Pasien dan Keluarga

Hari/Tanggal : Senin, 11 November 2019

Waktu / Jam : 30 menit/08.00 – 08.30 WIB

Tempat : Ruang Fresia 2 RSHS

I. Latar Belakang
Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat
mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat di seluruh
dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus
efusi pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap
tahunnya menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif
dan pneumonia bakteri.
Menurut Depkes RI (2006), kasus Efusi Pleura mencapai 2,7% dari penyakit
infeksi saluran napas lainya. Tingginya angka kejadian Efusi Pleura disebabkan
keterlambatan penderita akibat Efusi Pleura masih sering ditemukan faktor resiko
terjadinya efusi pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang kurang,
lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta
sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan.

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui
dan memahami tentang manajemen dispnea (sesak nafas)
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 30 menit tentang manajemen diet
dispepsia, maka diharapkan pasien dan keluarga pasien :
 Mengetahui apa yang di maksud dengan dispnea (sesak nafas)
 Mengetahui penyebab dari dispnea (sesak nafas)
 Mengetahui apa saja tanda dan gejala dispnea (sesak nafas)
 Mengetahui posisi untuk mengurangi dispnea (sesak nafas)

III. Pokok Bahasan
Manajemen dispnea (sesak nafas ) pada pasien efusi pleura
IV. Sub Pokok Bahasan
 Pengertian dispnea (sesak nafas)
 Penyebab dari dispnea (sesak nafas)
 Tanda dan gejala dispnea (sesak nafas)
 Posisi untuk mengurangi dispnea (sesak nafas)
V. Sasaran
Keluarga dan pasien
VI. Materi
(Terlampir)
VII. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VIII. Media
-
IX. Seting Tempat

1
2 2 2
Keterangan

1= Penyaji

2 = Audien
X. Evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan adalah
1. Evalusi struktur
o Kontrak dilakukan pada H-1 dan pada hari dilakukan penyuluhan
o Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai satuan acara penyuluhan
o Pasien dan keluarga ditempat sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati
2. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyimak materi penyuluhan tentang pengertian
dispnea, penyebab dispnea, tanda dan gejala dipnea serta posisi yang dapat
mengurangi dispnea.
3. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan penyuluhan sekitar 30 menit peserta mampu :
o Sasaran mampu menjelelaskan pengertian diabetes melitus
o Sasaran mampu memahami faktor – faktor penyebab diabetes
melitus
o Sasaran mampu mengetahui gaya hidup sehat dan nutrisi yang tepat
pada pasien diabetes
XI. Proses Pelaksanaan

No Tahap dan Kegiatan Penyaji Kegiatan Audien


waktu
1 Pembukaan  Memberi salam  Menjawab salam
5 menit
 Memperkenalkan  Mendengarkan dan
diri memperhatikan
 Melakukan kontrak  Menyepakati
waktu kontrak waktu
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan dan
dan materi yang mendengarkan
akan diberikan
2 Kegiatan  Menggali  Menanggapi dan
20 menit
pengetahuan audien menjelaskan
manajemen dispnea  Memperhatikan dan
pada pasien efusi mendengarkan
pleura  Memperhatikan dan
 Memberikan mendengarkan
reinforcement  Memperhatikan dan
positif mendengarkan
 Menjelaskan  Memperhatikan dan
pengertian dispnea mendengarkan
 Mengetahui  Mendemontrasikan
penyebab dispnea cara memberi posisi
 Mengetahui tanda untuk mengurangi
dan gejala dispnea dispnea
 Mengetahui posisi  Memberikan
yang dapat pertanyaan
mengurangi  Memperhatikan dan
dispnea mendengar jawaban
 Memberikan
kesempatan audien
untuk bertanya
 Memberikan
reiforcement positif
 Menjawab
pertanyaan audien
 Meminta masukan
pada pembimbing
akademik atau
pembimbing RS
3 Penutup  Evaluasi validasi  Menyimak
5 menit
 Menyimpulkan  Memperhatikan dan
bersama – sama mendengarkan
 Mengucapkan  Memperhatikan dan
terima kasih mendengarkan
 Menguapkan salam  Menjawab salam
penutup

Lampiran Materi

MANAJEMEN DISPNEA (SESAK NAFAS)


A. Dispnea (Sesak Nafas)
1. Pengertian Dispnea (Sesak Nafas)
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas
yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan
pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar,
gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan
(Price and Wilson, 2006).

Sesak nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida


tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dala m
sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia) (Brunner and Sudarth, 2001).

2. Penyebab Dispnea (Sesak Nafas)


a. Asap Rokok
Asap rokok dapat menyebabkan sesak nafas, baik pada perokok itu sendiri maupun
orang- orang yang terkena asap rokok. Terkena asap rokok selama satu jam, maka
akan mengalami sekitar 20% kerusakan fungsi paru. Pada anak- anak, asap rokok
akan memberikan efek lebih parah dibandingkan orang dewasa, ini disebabkan lebar
saluran pernafasan anak lebih sempit, sehingga jumlah nafas anak akan lebih cepat
dari orang dewasa. Akibatnya, jumlah asap rokok yang masuk ke dalam
saluran pernapasan menjadi lebih banyak dibanding berat badannya. Selain itu, karena
sistem pertahanan tubuh yang belum berkembang, munculnya gejala asma pada
anak-anak jauh lebih cepat dibanding orang dewasa (Beasley, 2012).

b. Tungau debu
Tungau debu rumah adalah hewan (Dermatophagoides Pteronyssinus) yang
sangat kecil sekitar 0,5 mm yang umum di jumpai di tempat tinggal manusia. Tungau
debu rumah biasanya berada di karpet dan jok kursi yang kotor, terutama yang
berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan, juga dari tumpukan koran, buku, pakaian
yang kotor. Tungau debu rumah yang menyerang penderita sesak disebabkan oleh
masuknya suatu alergen ke dalam saluran napas seseorang sehingga merangsang
terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe I atau reaksi alergi (Beasley, 2012).
c. Polusi udara
Polusi udara adalah suatu keadaan dimana udara mengandung bahan kimia,
partikel, organisme hidup lainnya yang menyebabkan kerugian atau ketidaknyamanan
pada manusia. Polusi udara di bagi menjadi 2 yaitu :
Polusi udara dalam ruangan dapat menimbulkan ancaman kesehatan yang serius,
seperti semprotan minyak wangi, semprotan nyamuk, debu dalam lemari, dan lain-
lain. Menurut Studi EPA ( Environment Protecting Agency/ Badan Perlidungan
Lingkungan Hidup) menunjukkan bahwa tingkat polusi udara ruangan. Tingkat
tingginya polusi udara dalam ruangan menjadi perhatian khusus, karena banyak orang
yang menghabiskan sebanyak 90 persen dari waktu mereka di dalam ruangan. Efek
kesehatan polusi udara dalam ruangan bisa menjadi lebih buruk bagi orang-orang
dengan gangguan pernapasan dan menjadi sesak (Beasley, 2012).
Kualitas udara di luar ruangan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Di luar ruangan, seperti polusi akibat zat kimia hasil pabrikan, kendaraan
bermotor, dan orang yang bekerja di lingkungan berdebu atau asap dapat memicu
serangan sesak napas yang berkepanjangan. Polusi udara di luar ruangan memberikan
efek yang merugikan kesehatan seperti penyakit jantung, kanker, asma, penyakit
pernapasan, dan bahkan kematian. Paling berisiko dari polusi udara di luar
ruangan adalah anak-anak, remaja, orang dewasa yang lebih tua, dan orang
dengan penyakit paru-paru, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (Beasley,
2012).

d. Perubahan cuaca
Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin, tingginya
kelembaban dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat membuat
asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai dan meningkatnya konsentrasi
partikel alergenik. Dimana partikel tersebut dapat menyapu pollen sehingga
terbawa oleh air dan udara. Perubahan tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma
dengan serangan sesak napas dan pengeluaran lendir yang berlebihan. Ini umum
terjadi ketika kelembaban tinggi, hujan, badai selama musim dingin. Udara yang
kering dan dingin menyebabkan sesak di saluran pernafasan (Beasley, 2012).
3. Tanda Dan Gejala Dispnea (Sesak Nafas)

a. Batuk dan produksi sputum


Batuk adalah engeluaran udara secara paksa yang tiba-tiba dan biasanya
tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.
b. Dada Berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya dada berat
diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat berbagai alasan
lainuntuk dada berat. Dada berat diartikan sevagai perasaan yang bera dibagian dadar
rata -rata orang juga mendeskripsikannya seperti ada seseorang yang
memegang jantungnya
c. Nafas yang pendek dan pengguanaan otot bantu nafas
4. Posisi Untuk Mengurangi Sesak

a. Posisi duduk pertama

 Duduklah di kursi atau dalam posisi yang nyaman


 Jaga kakimu rata di lantai
 Condongkan dada ke depan sedikit
 Istirahatkan sikumu di lututmu
 Tempatkan dagu Anda di tangan (jika Anda merasa nyaman melakukannya)
 Rilekskan leher dan bahu sebanyak yang Anda bisa
 Lakukan teknik pernapasan Anda
b. Posisi duduk kedua

 Jika tersedia bantal. letakkan di atas meja


 Duduk di kursi di depan meja
 Jaga kaki Anda rata di lantai
 Condongkan dada sedikit di depan
 Letakkan tangan di atas meja
 Letakkan kepala Anda di lengan bawah jika tidak ada bantal, namun jika Ada
bantal istirahatkan kepala Anda di atasnya
 Lakukan teknik pernapasan
c. Posisi berdiri
Terkadang, sesak nafas terjadi tiba-tiba. Jika kursi atau tempat untuk melakukan
posisi duduk tidak tersedia, Anda bisa mengurangi sesak napas dalam posisi berdiri.
 Cari sandaran dinding yang kokoh

 Berdiri dengan kaki selebar bahu

 Sandarkan pinggul Anda ke dinding

 Biarkan tangan Anda beristirahat di atas paha

 Rilekskan bahu

 Condongkan badan sedikit ke depan

 Atur teknik pernapasan Anda

d. Posisi tidur
Jika Anda sedang berada di kasur dan terbangun karena sesak napas, tetap tenang dan
lakukan posisi berikut untuk menguranginya.

 Berbaring ke salah satu sisi

 Letakkan bantal di antara lutut Anda

 Tinggikan kepala Anda dengan bantal

 Jaga punggung Anda selurus mungkin

 Rileks dan atur pernapasan


DAFTAR PUSTAKA

Beasley B, Holt S, Fabian D, Masoli M. (2012) GINA (Global Initiative for Asthma).
GlobalStrategy For Asthma Management And Prevention. New Zealand
:Medical Research Institute of New Zealand

Bruner, Suddarth, ( 2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, A1ih bahasa:
Agung Waluyo, et al, Edisi 8, vol-I, EGC : Jakarta.

Price, Wilson. (2006). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC.: Jakarta.

https://www.academia.edu/16975725/efusi_pleura diakses pada tanggal 11 september 2019

Anda mungkin juga menyukai