Anda di halaman 1dari 62

PENGARUH THERAPY MUROTAL AL-QUR’AN

TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN

PADA PASIEN PRE OPERASI : LITERATURE REVIEW

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi DIII Keperawatan

IIS ROSITA PATMAWATI

117015

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PPNI JAWA BARAT

2020
PENGARUH THERAPY MUROTAL AL-QUR’AN

TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN

PADA PASIEN PRE OPERASI : LITERATURE REVIEW

Telah disetujui sebagai Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah

untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Program Diploma III

Keperawatan

Program Studi Diploma III Keperawatan

Menyetujui,

Pembimbing

Gina Nurdiana., M. Kep

NIK.
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Literature

D. Manfaat Literature

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Definis Pra Operasi

B. Konsep Dasar Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

2. Penyebab Kecemasan

3. Dampak Kecemasan

4. Tingkat Kecemasan

5. Alat Ukur Kecemasan


C. Konsep Dasar Terapi

1. Terapi Farmakologi

2. Terapi Non Farmakologi

D. Konsep Dasar Terapi Murotal

1. Definisi Murotal Al-Qur’an

2. Efek Murotal Al-Qur’an bagi tubuh

E. Penatalaksanaan

1. Data Demografi

2. Skala tingkat kecemasan sebelum diintervensi

3. Skala tingkat kecemasan sesudah diintervensi

4. SOP Teknik Murrotal Al-Qur’an

BAB III METODE LITERATURE RIVIEW

A. Jenis Penelitian

B. Strategi Penelitian

C. Jadwal Penelitian

BAB IV HASIL ANALISIS

A. Hasil Pencarian

B. Ringkasan Hasil Pencarian

BAB V PEMBAHASAN

A. Pemabahasan

B. Implikasi Klinik
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Table 3.1 Jadwal Penelitian

Table 4.1 ringkasan Hasil Penelitian


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagpragma Pencarian Literature


LAMPIRAN

Lampiran 1 SOP Teknik Murotal Al-Qur’an

Lampiran 3 Catatan Bimbingan


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasive dengan membuka

bagian tubuh untuk perbaikan. Word Health Organization (WHO) menyatakan

bahwa kasus bedah adalah masalah kesehatan masyarakat. (Kemenkes RI 2018).

Jumlah pasien dengan tindakan operasi dari data WHO tahun 2012 bahwa dari

tahun ke tahun jumlah pasien operasi mengalami peningkatan. Pada tahun 2012

terdapat 148 juta jiwa pasien di seluruh Rumah Sakit di dunia yang mengalami

tindakan operasi, sedangkan di Indonesia sebanyak 1,2 juta jiwa pasien

mengalami tindakan operasi dan menempati urutan ke 11 dari 50 pertama

penanganan penyakit di Rumah Sakit se-Indonesia dengan pasien operasi

(Hartoyo,2015).

Pembedahan biasanya diberikan anastesi untuk pengelolaan nyeri, tanda

vital, juga dalam pengelolaan pre operatif untuk mendukung keberhasilan

pembedahan (Sjamsuhidayat dan Win De Jong, 2010). Pre operasi artinya pre

berarti sebelum, pre operasi berarti suatu keadaan/waktu sebelum dilakukan

tindakan operasi. Pre operasi adalah fase dimulai ketika keputusan untuk

menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien berpindah

ke meja operasi (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Assyiaful 2018).


Pada fase pre operasi pasien rentan mengalami kecemasan. Menurut

penelitian. Wijayanto dan Sari (2018) tingkat kecemasan pada pasien pre operasi

kanker payudara menunjukkan bahwa responden yang mengalami kecemasan

ringan 28,1%, yang mengalami kecemasan sedang 59,4%, dan yang mengalami

kecemasan berat 12,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasien

pre operasi mengalami kecemasan

Kecemasan merupakan hal yang sering dirasakan pasien menjalani

pengobatan atau prosedur di rumah sakit. Sumber kecemasan pada pasien yang di

rawat dapat berupa penyakit yang di derita, perasaan kesepian, rasa takut

mengenai ajal, lingkungan seperti pencahayaan yang terus menerus, suara alat

yang terdengar sepanjang waktu, serta kesiagaan dari petugas medis (Wijayanti,

2016).

Menurut Efendi (2008, dalam Sari, 2017) mengungkapkan bahwa dalam

keadaan cemas, tubuh akan memproduksi hormone kortisol secara berlebihan

yang akan berakibat meningkatkan tekanan darah, dada sesak, serta emosi tidak

stabil. Akibat dari kecemasan pasien pre operasi yang sangat hebat maka ada

kemungkinan operasi tidak akan dilaksanakan, karena pada pasien yang

mengalami kecemasan sebelum operasi akan muncul kelainan seperti tekanan

darah meningkat, sehingga apabila tetap dilakukan operasi akan mengakibatkan

penyulit terutama dalam menghentikan pendarahan dan bahkan setelah operasi

akan mengganggu proses penyembuhan.


Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang dapat

menggunakan beberapa alat ukur (instrumen). Utomo (2015) menyebutkan alat

ukur yang dapat di gunakan untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang

diantaranya, yaitu: Visual Analoge Scale for Anxiety (VAS-A), Hamilton Ratting

Scale for Anxiety (HRS-A), Spileberg State Trait Anxiety Inventory (STAI) dan

Visual Numeric Rating Scale of Anxiety (VNRS-A). (Fajriati, 2013; Liza 2014).

Alat ukur diperlukan dalam mengukur kecemasan seseorang, karena dengan

menggunakan alat ukur kecemasan, kita bisa menilai tingkat kecemasannya,

apakah termasuk tingkat kecemasan ringan, sedang atau berat.

Penatalaksanaan kecemasan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

pemberian farmakologi dan non farmakologi. Tindakan pemberian terapy non

farmakologi adalah pemberian obat-obatan anti cemas. Secara farmakologi yaitu

obat anti cemas (anxiolitytic) cukup membantu menurunkan kecemasan tetapi

ketergantungan terhadap zat-zat tersebut dapat memicu timbulnya ansietas yang

lebih (Maryati, 2016). Sedangkan terapi non farmakologi seperti teknik distraksi,

teknik relaksasi, terapi music, terapi murotal dan terapy menggunakan

aromaterapi (Faridah, 2016).

Wicaksono menyebutkan bahwa jenis penanggulangan gangguan

kecemasan, yaitu obat penenang, teknik relaksasi, cognitive behavioral theraphy,

emotional freedom technique, hypnotherapy. Sedangkan menurut Lintya (2015),

tindakan keperawatan untuk penanggulangan masalah kecemasan pasien dapat

berupa tindakan mandiri oleh perawat, seperti tindakan relaksasi dan distraksi.
Salah satu teknik distraksi yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan

adalah dengan mendengarkan musik.

Murotal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif bagi

pendengarannya (Widayanti, 2011).Mendengarkan ayat- ayat dibacakan secara

tartil dan benar, akan mendatangkan ketenangan jiwa. Lantunan ayat- ayat Al-

Qur’an secara fisik mengandung unsur-unsur manusia yang merupakan instrument

penyembuhan dan alat yang paling mudah dijangkau. Terapi pembacaan Al-

Qu’ran yang diperdengarkan di rumah sakit ternyata bisa mengurangi kecemasan

dan mempercepat penyembuhan. Itulah sebabnya terapi religi lebih banyak

dimanfaatkan untuk mendukung percepatan pengobatan di rumah sakit negara

Negara maju (Aini, 2018). Terapi murotal merupakan sebuah stimulant

menggunakan AL-Qur’an yang di dominasi gelombang delta daerah sentral dan

frontal yang dapat memberikan rasa tenang dan nyaman. Sel akan merangsang

otak memproduksi zat kimia neuropeptide yang merupakan umpan balik

kenikmatan dan kenyamanan (Nugraheni and Romdiyah, 2018).

Murotal (ayat-ayat Al-Qur’an) yang dibacakan dengan tartil mempunyai

beberapa manfaat yaitu : memberikan rasa rileks (Upoyo,2012), meningkatkan

rasa rileks (Hera, 2012), terapi murotal dapat menyebabkan otak memancarkan

gelombang delta yang menimbulkan rasa tenang (Assegaf, 2013). Terapi murotal

terbukti berguna dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa nyeri

dan membuat perasaan menjadi rileks (Hamel, 2001, Mottaghi, Esmaili &

Rohani,2011). Hasil penelitian Syafe’I (2018), menunjukkan bahwa terjadi

penurunan setelah dilakukan intervensi yaitu yang cemas sedang 16 orang


(28,6%), cemas berat 35 orang (62,5%), sedangkan untuk kecemasan sangat berat

5orang (8,9%) Berdasarkan hasil uji statistic non parametric yaitu marginal

homogeneity test, dengan nilai p value= 0,000,0,05.

Berdasarkan hal tersebut maka dari itu penyusun tertarik untuk melakukan

Literatur revive mengenai pengaruh terapi murotal Al-Quran terhadap tingkat

kecemasan pasien pre operasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang di atas, maka

rumusan permasalahan dalam literature review ini yaitu: “Bagaimana pengaruh

terapi murotal Al-Qur’an terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre

operasi”.

C. Tujuan Literature Review

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis artikel tentang

pengaruh terapi murotal Al-Qu’ran terhadap kesemasan pasien pre operasi

D. Manfaat Study Kasus

Study kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Teoritis
Literature ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
keperawatan khususnya dalam penatalaksanaan terapi murotal Al-Qur’an
terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi serta pembuktian secara
ilmiah terkait dengan pengaruh terapi murotal Al-Qur’an terhadap
penurunan kecemasan pada pasien pre operasi.

2. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat bagaimana cara mengatasi


kecemasan dengan terapi murotal Al-Qur’an pada pasien pre operasi.

3. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset


keperawatan khususnya tentang penatalaksanaan terapi murotal Al-Qur’an
terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre operasi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Konsep Pre Operasi

Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia (HIPKABI)


Mendefinisikan tindakan operasi sebagai prosedur medis yang bersifat
invasive untuk diagnosis, pengobatan penyakit, trauma, dan deformitas
(HIPKABI, 2014).

Pre Operasi adalah tahap yang dimulai ketika ada keputusan untuk
dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja
operasi. Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari
keperawatan perioperative. Tahap ini merupakan awalan menjadi
kesuksesan tahap- tahap berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap
ini, akan berakibat fatal pada tahap berikutnya (HIPKABI, 2014).

Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik,


biologis psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan
atau operasi. Dalam hal ini persiapan sebelum operasi sangat penting
dilakukan untuk mendukung kesuksesan tindakan operasi. Persiapan
operasi yang dapat dilakukan diantaranya persiapan fisiologis merupakan
persiapan yang dilakukan mulai dari persiapan fisik, persiapan penunjang,
pemeriksaan status anastesi sampai informed consent. Selain persiapan
fisiologis, pesiapan psikologis atau persiapan mental merupakan hal yang
tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental
pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik
pasien (Smeltzer & Bare, 2008).

B. Konsep Dasar Kecemasan


1. Definisi Kecemasan
Menurut Bestari dan Wati (2016, hlm. 49) Kecemasan merupakan
perasaan atau khawatir yang di sebabkan oleh beberapa peristiwa yang
bersifat subjektif. Kecemasan sebagai kondisi emosi dengan timbulnya
rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang
samar-samar disertai dengan perasaan tidak berdaya serta tidak menentu
yang disebabkan oleh sesuatu hal yang belum jelas (Anisa dan Ifdil 2016,
hlm, 94).
Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan
perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan ketidakamanan.
Kecemasan adalah emosi tanpa objek tertentu, pengalaman subjektif
individu, dan energy yang tidak dapat diamati secara langsung. Kecemasan
merupakan keadaan emosi tanpa objek tertentu, yang dipicu oleh hal yang
tidak diketahui dan menyertai semua pengalaman baru, seperti masuk
sekolah, memulai pekerjaan baru, atau melahirkan anak (Stuart, 2016)
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon otonom (sumber tidak diketahui oleh individu)
sehingga individu akan meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi
(Nanda, 2015).

2. Penyebab Kecemasan Pre Operasi

Tindakan operasi merupakan ancaman potensial maupun actual


terhadap intgritas seseorang yang dapat membangkitkanreaksi stress fisiologis
maupun psikologis. Beberapa alasan yang dapat menyebabkan kecemasan
pasien dalam menghadapi tindakan operasi antara lain (HIPKABI, 2014) :

1) Takut nyeri setelah pembedahan


2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak
berfungsi (body image).
3) Takut keganasan, bila diagnosa yang ditegakkkan belum pasti
4) Takut mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
5) Takut menghadapi ruang operasi, peralatan dan petugas.
6) Takut mati saat di bius dan tidak sadar lagi Takut operasi yang
dijalani mengalami kegagalan.

3. Dampak Kecemasan Pre Operasi

Kecemasan yang mungkin dialami pasin pre operasi dapat dideteksi


dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya tekanan
darah, frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak
terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah menanyakan pertanyaan yang
sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih (HIPKABI, 2014).

Nazri (2012) seperti dikutip oleh Utoma (2016) menyebutkan


kecemasan pada pasien pre operasi dapat menyebabkan tindakan operasi
tertunda, lamanya pemulihan, peningkatan nyeri pasca operasi sehingga
meningkatkan penggunaan analgresik, mengurangi kekebalan terhadap
infeksi, dan bertahannya waktu untuk rawat inap.

Pasien dengan riwayat hipertensi, jika mengalami kecemasan sebelum


operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan
meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan (HIPAKBI, 2014). Penundaan
elektif selain meningkatkan kejadian kematian juga meningkatakan resiko
operasi ulang, memerlukan perubahan intensif, dan komplikasi post operasi
yang meningkat, selain itu akan membuang waktu dan sumber daya yang
btelah disiapkan yang berdampak pada penurunan efisiensi penggunaan kamar
operasi sehingga mengakibatkan Rumah Sakit. Penundaan dan pembatalan
operasi juga berdampak pada peningkatan biaya yang dikeluarkan pasien dan
pada akhirnya pembatalan operasi akan menurunkan kepuasan pasien
(Mertososno, 2015).

Adapun dampak dari kecemasan dalam beberapa simton antara lain yaitu :

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan

akan adanya hukuman hukuman dan bencana yang mengancam

dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang

mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat

menyebabkan sifat mudah marah.

b. Sistem kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan

kepribadian pada individu mengenai hal-hal yang tidak

menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak

memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu

tidak sering bekerja atau belajar secara efektif dan akhirnya dia

akan menjadi merasa cemas.

c. Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa

tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan,

misalnya jrai-jari kaki mengetuk-ngetuk dan sangat kaget terhadap

suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan


gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan

merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang

dirasakannya mengancam. Kecemasan akan dirasakan oleh semua

orang, terutama jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa

(Manurung, 2016).

4. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan di klasifikasikan menjadi 4 yaitu (Stuart, 2016):

1) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan adalah suatu perasaan bahwa ada sesuatu yang
tidak beres dan memerlukan perhatian khusus. Stimulasi sensori
meningkat yang dapat membantu individu menjadi lebih focus,
berfikir bertindak untuk mnyelesaikan masalah mencapai tujuan
atau melindungi dari satu orang lain. Kecemasan ringan dapat
mendorong atau memotivasi orang untuk melakukan perubahan
atau melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan (Baradero,
Dayrit, & Marating, 2015). Kecemasan ringan berhubungan
dengan ketergantungan dalam kehidupan sehari- hari seperti cemas
yang menyebabkan individu menjadi waspada, menajamkan indera
dan meningkatkan lapang persepsinya (Stuart, 2016).
2) Kecemasan sedang
Kecemasan sedang adalah suatu perasaan yang menganggu karena
ada sesuatu yang pasti salah, individu gugup dan tidak dapat
tenang (Baradero, Dayrit, & Maratning, 2015). Memungkinkan
individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini pemersempit lapang
persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak
area juka diarahkan untuk melakukannya (Stuart, 2016).
3) Kecemasan berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang rinci dan spesifik serta
tidak berfikir tentang hal lain (Stuart, 2016). Seseorang dengan
kecemasan berat sulit untuk berfikir realistis dan membutuhkan
pengarahan untuk memusatkan perhatian, Respon fisiologis yang
dialami seperti nafas pendek, nadi dan tekana darah naik, banyak
berkeringat, sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami
ketegangan (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).
4) Panik
Pada kondisi ini berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan dan
keperincian terpecah dari prorsinya karena mengalami kehilangan
kendali. Individu tidak mampu untuk melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan, panic melibatkan disorganisasi, kepribadian
yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan motoric (Stuart,
2016). Dan pada tahap panik tersebut individu memakai
mekanisme pertahan diri otot- otot menjadi tegang dan tanda-tanda
vital meningkat, gelisah, tidak tenang, tidak sabarr, dan cepat
marah (Baradero, Dayrit, & Marating, 2015).

5. Alat Ukur Tingkat Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang dapat


mengunakan beberaopa alat ukur (instrument). Utomo (2015)
menyebutkan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kecemasan seseorang, antara lain :

1) Visual Analoge Scale for Anxiety (VAS-A)


Vas didasarkan pada skala 100 mm berupa garis horizontal,
dimana ujung sebelah kiri menunjukan tidak ada kecemasan dan
ujung sebelah kanan menandakan kecemasan maksimal (Kindler et
al, 2000). Skala VAS dalam bentuk horizontal terbukti
menghasilkan distribusi yang lebih seragam dan lebih sensitive
(Williem et al, 2010). Responden diminta memberi tanda pada
sebuah garis horizontal tersebut kemudian dilakukan penilaian.
2) Hamilton Rating Scale for Anxiety

HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety), yang tediri


atas 14 gejala yaitu perasaan cemas, ketegangan, ketakutan,
gangguan tidur, gangguan kecemasan, perasaan depresi, gejala
otot, gejala sensori, gejala kardiovaskuler, gejala respirasi, gejala
gastrointestinal, gejala urogenital, gejala otonom, tingkah laku.
Cara penilaian HRS-A dengan sistem skoring, yaitu : skor 0= tidak
ada gejala, sor 1= ringan (satu gejala), skor 2= sedang (dua gejala),
skorr 3 = berat (lebih dari dua gejala), skor 4 = sangat berat
(semua gejala). Bila skor <14 = tidak kecemasan, skor 14-20 =
cemas ringan, skor 21-27 = cemas sedang, skor 28-41 = cemas
berat, skor 42-56 = panik.

3) Sppileberg State Trait Anxiety Inventory (STAI)

Diperkenalkan oleh Spielberg pada tahun 1983. Kuesioner


ini terdiri dari 40 pertanyaan mengenai perasaan seseorang yang
digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang yang
dirasakan saat dan kecemasan yang dirasakan selama ini.

4) Visual Numeric Rating Scale of Anxiety (VNRS-A)

Pasien diminta menyatakan menggambarkan seberapa besar


kecemasan yang dirasakan. VNRS-A menggunakan skala dari
angka 0 (nol) sampai 10 (sepuluh), dimana nol menun jukan tidak
cemas, 1-3 cemas ringan, 4-6 cemas sedang, 7-9 cemas berat dan
10 menunjukkan tingkat panic (Fajriati, 2013; Liza, 2014).

C. Konsep Dasar Terapi


1. Terapi Farmakologi

Obat-obatan yang biasanya diberikan pada penderita


kecemasan adalah benzodiazepine dan yang lazim digunakan adalah
Derivat diazepam, alprazolam, propranolol, Amitriptilin

1) Diazepam adalah obat penenang di kelas benzodiazepine dan


diperkenalkan pada tahun 1963. Diazepam termasuk dalam
psikotropika nama dagangnya antara lain Valium, Indikasinya
sebagai obat anti ansietas, sedative- hypnotic, dan obat anti kejang.
Efek samping antara lain: menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya
daya konsentrasi, dan waktu reaksi. Diazepam mempunyai waktu
parah yang panjang (24 s/d 200 jam).
2) Alprazolam adalah sekelompok obat yang disebut benzodiazepines
yang bekerja menghambat pergerakan zat kimia otak yang menjadi
tidak seimbang. Akibat ketidakeimbangan ini adalah gangguan
kecemasan.
3) Propanolol adalah tipe beta-blocker non-selektif yang umumnya
digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Obat ini adalah
beta-blocker pertama yang sukses dikembangkan.
Indikasi ; digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan
yang meliputi migraine, arrhythmias, angina pectoris, hipertensi,
menopaouse, dan gangguan kecemasan.

Efek samping : efek CNS (kelelahan, depresi, pusing,


kebinggungan, gangguan tidur), efek CV (gagal jantung, sumbatan
jantung, kedinginan, impotensi pada laki-laki), efek berturut-turut
(brochospasma pada pasien yang rentan & obat-obatan dengan beta
1 harus digunakan secara selektif pada pasien ini), efek GI (N/V,
diare konstipasi), efek metabolic (bisa memproduksi hiper atau
hipoglikemia, perubahan dalam serum kolestrol & trigliserid.
4) Amitriptilin merupakan anti depresi trisiklik. Amitriptilin bekerja
dengan menghambat pengembalian Kembali neurotransmitter
diotak. Amitriptilin mempunyai gugus metal, termasuk amin tersier
sehingga lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan
serotonin. Senyawa ini juga mempunyai aktivitas sedative dan
antikilonergik yang cukup kuat. Dengan indikasi gejala-gejala
utama dpresi teutama bila berkiatan dengan kecemasan, tegang,
atau kegelisahan.

Efek samping : efek antikolinegrik seperti mulut kering,


retensi urinaria, konstipasi, palpitasi, takikardi, gingivitis, berat
badan turun atau bertambah, tinnitus (telinga berdenging),
mengantuk, cemas, insomnia, hipotensi, pusing, gangguan kulit,
bingung, aritmia, mania, gangguan pencernaan, efek endokrin
seperti perubahan libido, impotensi, gynecomastia, galactirrhea.

2. Terapi Non Farmakologi


1) Ditraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan keemas an


dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga
pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori
yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorphin yang bisa
menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit
stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potte & Perry, 2005)

Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan


dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama dan
keyakinan), sehingga dapat menurunkan hormone-hormon stressor,
mengaktifan hormone endorphin alami, menimgkatkan perasaan
rileks, dan megalihkan perhatian rasa takut, cemas dan tegang,
memperbaiki system kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan
darah serta memperlambat pernafasan, setak jantung, denyut nadi,
dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam
atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan,
kendali emosi, pemikiran yang lebih dlam dan metabolism yang
lebih baik.

2) Relaksasi

Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi,


meditasi, relaksasi imajinasi dn visualisasi serta relaksasi progresif
(Isaacs, 2005).

D. Konsep Dasar Murotal AL-Qur’an

1. Definisi Murrotal Al- Qur’an


Menurut Djohan (2009), music merupakan esensi dari
komunikasi non verbal, sehingga banyak orang tanpa di sadari
memberikan respon positif. Oleh sebab itu, music sangat aplikabel
pada hal- hal non verbal dan akan mudah menstimuli klien.
Murrotal adalah salah satu jenis music , yaitu rekaman suara Al-
Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori’ (pembaca Al-Qur’an).
Bacaan Al- Qur’an dianggap sama dengan terapi music.
Menurut Musbikin (2007), Bacaan Al-Qur’an dengan
murottal merupakan merupakan bacaan dengan irama yang teratur,
tidak ada perubahan yang mencolok, nada rendah dan tempo
antara 60-70 bpm, sesuai dengan standar music sebagai terapi.
Dengan demikian, bacaan Al-Qur’an dapat dibandingkan sama
dengan irama music. Bahkan memiliki nilai spiritual yang jauh
lebih besar daripada music.
Terapi murrotal Al Qur’an akan membawa gelombang
suara dan mendorong otak untuk memproduksi zat kimia yang
disebut neuropeptide ketika diperdengarkan. Molekul tersebut
akan mempengaruhi reseptor-rerseptor dalam tubuh sehingga
hasilnya tubuh merasa nyaman dan rileks. Hal tersebut akan
menyebabakan nadi dan denyut jantung mengalami penurunan (Al
Kaheel, 2010).

2. Efek Terapy Murrotal Al-Qur’an pada Tubuh

Al- Qur’an memiliki pengaruh yang luar biasa bukan hanya


sekedar maknanya semata yang bisa diketahui oleh orang- orang
yang membaca dan memahaminya. Pengaruh Al-Qur’an bahkan
pada bunyi lafadzh yang hanya di dengarkan sekalipun. Dr. Al-
Qadhi, melalui penelitiannya di Klinik Besar Florida Amerika
Serikat, berhasil membuktikan, bahwa hanya dengan
mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, seorang muslim baik
mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan
perubahan fisiologis yang sangat besar (Choli, 2014).

Pengaruh mendengarkan bacaan Al- Qur’an diantaranya


adalah penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan
jiwa, menangkal berbagai macam penyakit. Dr. Al- Qadhi yang
seorang dokter ahli jiwa melakukan penelitian dengan di tunjang
melalui bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi
tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit
terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya itu ia menyimpulkan
bacaan Al- Qur’an berpengaruh besar hingga 97% dalam
melakukan ketenangan jiwa dan menyembuhkan penyakit (Choli,
2014)

Bacaan murrotal Al- Qur’an sebagai penyembuh penyakit


jasmani dan rohani melalui suara, intonasi, makna ayat- ayat yang
dapat menimbulkan perubahan baik terhadap organ tubuh manusia.
Menurut (Handayani, 2014), membaca atau mendengarkan Al-
Qur’an akan memberikan efek relaksasi, sehingga memeperlambat
laju pembuluh darah, nadi, dan denyut jantung. Terapi Al- Qur’an
ketika didengarkan kepada manusia akan membawa gelombang
suara dan mendorong otak untuk memproduksi zat kimia
neuropeptide. Molekul ini akan memepengaruhi reseptor di dalam
tubuh sehingga hasilnya tubuh merasa nyaman (Al- Kaheel, 2012).
Al- Qur’an mampu memacu sistem saraf parasimpatis
yangcmempunyai efek berlawanan dengan saraf simpatis.
Sehingga terjadi keseimbangan pada kedua sistem saraf ototnom
tersebut. Hal inilah yang menjadi prinsip dasar timbulnya respon
relaksasi, yaitu terjadi keseimbangan antara sistem saraf simpatis
dan sistem saraf non simpatis (Handayani, 2014).

E. Penatalaksanaan

1. Data Demografi
Petunjuk : Jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan

wawancara dengan responden dan dituliskan pada tempat yang

disediakan.

a. Tanggal/waktu penelitian

b. Nama responden :

c. Usia :

d. Jenis kelamin :

Pemeriksaan umum :

a. Tekanan Darah :

b. Nadi :

c. Respirasi :
2. Skala tingkat kecemasan Sebelum Intervensi Dilakukan

Petunjuk :

Diisi oleh peneliti

Pada skala ini diisi oleh penelitian setelah responden menunjukan

angka berapa tingkat kecemasan yang dirasakan dengan

menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) yaitu :

Skor

a. 0 = Tidak Ada

b. 1 = Ringan

c. 2 = Sedang

d. 3 = Berat

e. 4 = Berat Sekali

Total Skor

a. ≤ 14 = tidak ada kecemasan

b. 14-20 = kecemasan ringan

c. 21-27 = kecemasan sedang

d. 28-41 = kecemasan berat

e. 42-56 = kecemasan berat sekali

Tanyakan pada kepada responden pada angka berapa

tingkat kecemasan yang dirasakannya dengan menunjukan posisi

garis yang sesuai untuk mengambarkan cemas yang dirasakan oleh


responden sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda (√)

pada skala yang telah disediakan.

Sebelum dilakukan tindakan intervensi

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas

- Cemas

- Firasat Buruk

- Takut Akan Pikiran Sendiri

- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan

- Merasa Tegang

- Lesu

- Tak Bisa Istirahat Tenang

- Mudah Terkejut

- Mudah Menangis

- Gemetar

- Gelisah
3 Ketakutan

- Pada Gelap

- Pada Orang Asing

- Ditinggal Sendiri

- Pada Binatang Besar

- Pada Keramaian Lalu Lintas

- Pada Kerumunan Orang Banyak


4 Gangguan Tidur

- Sukar Masuk Tidur

- Terbangun Malam Hari

- Tidak Nyenyak

- Bangun dengan Lesu

- Banyak Mimpi-Mimpi

- Mimpi Buruk

- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan

- Sukar

Konsentrasi - Daya

Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi

- Hilangnya Minat

- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi

- Sedih

- Bangun Dini Hari

- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari


7 Gejala Somatik (Otot)

- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot

- Kaku

- Kedutan Otot

- Gigi Gemerutuk

- Suara Tidak Stabil

8 Gejala Somatik (Sensorik)

- Tinitus

- Penglihatan Kabur

- Muka Merah atau Pucat

- Merasa Lemah

- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler

- Takhikardia

- Berdebar

- Nyeri di Dada

- Denyut Nadi Mengeras

- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan

- Detak Jantung Menghilang (Berhenti

Sekejap)
10 Gejala Respiratori

- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada

- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas

- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal

- Sulit Menelan

- Perut Melilit

- Gangguan Pencernaan

- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan

- Perasaan Terbakar di Perut

- Rasa Penuh atau Kembung

- Mual

- Muntah

- Buang Air Besar Lembek

- Kehilangan Berat Badan

- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)


12 Gejala Urogenital

- Sering Buang Air Kecil

- Tidak Dapat Menahan Air Seni

- Amenorrhoe

- Menorrhagia

- Menjadi Dingin (Frigid)

- Ejakulasi Praecocks

- Ereksi Hilang

- Impotensi
13 Gejala Otonom

- Mulut Kering
- Muka Merah

- Mudah Berkeringat

- Pusing, Sakit Kepala

- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara

- Gelisah

- Tidak Tenang

- Jari Gemetar

- Kerut Kening

- Muka Tegang

- Tonus Otot Meningkat

- Napas Pendek dan Cepat

- Muka Merah
Skor Total =

3. Skala tingkat kecemasan Sesudah Intervensi Dilakukan

Petunjuk :

Diisi oleh peneliti

Pada skala ini diisi oleh penelitian setelah responden menunjukan

angka berapa tingkat kecemasan yang dirasakan dengan

menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) yaitu :

Skor

a. 0 = Tidak Ada

b. 1 = Ringan
c. 2 = Sedang

d. 3 = Berat

e. 4 = Berat Sekali

Total Skor

a. ≤ 14 = tidak ada kecemasan

b. 14-20 = kecemasan ringan

c. 21-27 = kecemasan sedang

d. 28-41 = kecemasan berat

e. 42-56 = kecemasan berat sekali

Tanyakan pada kepada responden pada angka berapa

tingkat kecemasan yang dirasakannya dengan menunjukan posisi

garis yang sesuai untuk mengambarkan cemas yang dirasakan oleh

responden sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda (√)

pada skala yang telah disediakan.

Setelah dilakukan Tindakan (intervensi)

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas

- Cemas

- Firasat Buruk

- Takut Akan Pikiran Sendiri

- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan

- Merasa Tegang

- Lesu

- Tak Bisa Istirahat Tenang

- Mudah Terkejut

- Mudah Menangis

- Gemetar

- Gelisah
3 Ketakutan

- Pada Gelap

- Pada Orang Asing

- Ditinggal Sendiri

- Pada Binatang Besar

- Pada Keramaian Lalu Lintas

- Pada Kerumunan Orang Banyak


4 Gangguan Tidur

- Sukar Masuk Tidur

- Terbangun Malam Hari

- Tidak Nyenyak

- Bangun dengan Lesu

- Banyak Mimpi-Mimpi

- Mimpi Buruk

- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan

- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi

- Hilangnya Minat

- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi

- Sedih

- Bangun Dini Hari

- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari


7 Gejala Somatik (Otot)

- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot

- Kaku

- Kedutan Otot

- Gigi Gemerutuk

- Suara Tidak Stabil

8 Gejala Somatik (Sensorik)

- Tinitus

- Penglihatan Kabur

- Muka Merah atau Pucat

- Merasa Lemah

- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler

- Takhikardia

- Berdebar

- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras

- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan

- Detak Jantung Menghilang (Berhenti

Sekejap)
10 Gejala Respiratori

- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada

- Perasaan Tercekik

- Sering Menarik Napas

- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal

- Sulit Menelan

- Perut Melilit

- Gangguan Pencernaan

- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan

- Perasaan Terbakar di Perut

- Rasa Penuh atau Kembung

- Mual

- Muntah

- Buang Air Besar Lembek

- Kehilangan Berat Badan

- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)


12 Gejala Urogenital

- Sering Buang Air Kecil

- Tidak Dapat Menahan Air Seni

- Amenorrhoe
- Menorrhagia

- Menjadi Dingin (Frigid)

- Ejakulasi Praecocks

- Ereksi Hilang

- Impotensi
13 Gejala Otonom

- Mulut Kering

- Muka Merah

- Mudah Berkeringat

- Pusing, Sakit Kepala

- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara

- Gelisah

- Tidak Tenang

- Jari Gemetar

- Kerut Kening

- Muka Tegang

- Tonus Otot Meningkat

- Napas Pendek dan Cepat

- Muka Merah
Skor Total =

4. Lembar Standar Operasional Prosedur Teraphy Murrotal Ar-

Rahman
a. Pengertian

Terapi murrotal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang

dilagukan oleh seorang qori atau qori;ah (pembaca Al-Qur’an).

Lantunan Al-Qur’an secara isik mengandung unsur suara manusia.

b. Tujuan

Menurunkan kecemasan pre operasi dan memberikan

ketenangan serta rileks pada tubuh.

c. Sasaran

Krieria Inklusi :

a) Pasien yang Bergama Islam

b) Pasien pre operasi

c) Pasien yang mengalami kecemasan baik ringan, sedang

maupun berat.

Kriteria eksklusi :

a) Pasien pre operasi

d. Tahap Persiapan

1) Menyiapkan SOP Murrotal Ar-Rahman

2) Menyiapkan alat :

a) Handphone

b) Earphone/ headset

c) Rekaman murrotal yang berisi surah Ar-Rahman


e. Persiapan Lingkungan : Menciptakan lingkungan yang tenang

dan nyaman

f. Teknik Orientasi Teknik Murrotal

a) Memberikan salam dan memperkenalkan diri

b) Menanyakan identitas pasien dan menyampaikan

kontrak waktu.

c) Menjelaskan tujuan dan prosedur

d) Menanyakan persetujuan dan persiapan pasien

e) Mengkaji tingkat kecemasan sebelum melakukan

intervensi therapy Murrotal Al-Qur’an.

g. Tahap Pelaksanaan

a) Mencuci tangan

b) Posisikan pasien berbaring (senyaman mungkin)

c) Memasangkan earphone pada handphone

d) Memilih surah murrotal Al-Qur’an

e) Menghubungkan earphone dengan handphone yang

berisi surat Ar-Rahman.

f) Memasangkan earphone pada telinga pada telinga klien

dengan dan mulai memutar murrotal surat Ar-Rahman.

g) Instruksikan pasien untuk memfokuskan pikirannya

pada lantunan ayat al-qur’an selama kurang lebih 10-15

menit.
h) Setelah selesai lepaskan earphone dan matikan

handphone

h. Tahap Terminasi

a) Melakukan evaluasi setelah mendengarkan murrotal Al-

Qur’an suart Ar-Rahman.

b) Menganjurkan pasien untuk mendengarkan teraphy

murrotal Al-Rahman ketika merasa cemas.

c) Kaji tingkat kecemsan setelah dilakukan intervensi.

d) Membereskan alat

e) Mengucapkan salam dan berpamitan dengan pasien.


BAB 3

METODE LITERATURE REVIEW

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis terhadap literatur yang ada

untuk mengetahui hasil dari penelitian sebelumnya mengenai pengaruh terapi

muroal terhadap kecemasan pada pasien pre operasi

B. Strategi Pencarian

Strategi pencarian bertujuan untuk mencari artikel yang sudah

diterbitkan. Pencarian dilakukan melalui Google scholar Kata kunci yang

digunakan adalah kombinasi dari Terapi Murrotal dan cemas pre Operasi.

Artikel yang digunakan dalam pembahasan ini adalah artikel yang

menggunakan Bahasa Indonesia, yang terpublikasi dari tahun 2016 sampai

dengan 2019.

Adapun kriteria inkulisnya dari riterature review ini yaitu artikel

yang akan dipilih disesuaikan dengan menggunakan kriteria inklusi yaitu:

a. Penelitian yang digunakan dalam bahasa indonesia dan inggris.

b. Jurnal dengan design penelitian kuantitatif

c. Jurnal yang dapat diakses free fulltext.


C. Jadwal Penelitian

Berikut adalah plan of action dari pembuatan Karya Tulis Ilmiah

Tabel 3.C Plan of Action

No Kegiatan Maret April Mei


Minggu Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan topic
2. Kegiatan bimbingan proposal
3. Pencarian Jurnal
4. Analisis Jurnal
5. Penyusunan Laporan KTI
6. Ujian Sidang KTI

BAB IV

HASIL ANALISIS
A. Hasil Pencarian

Dari hasil pencarian yang dilakukan melalui Google Scholar,

Sebanyak 211 jurnal diperoleh dengan menggunakan kombinasi kata kunci

Terapi Murrotal dan Kecemasan pre operasi. Jurnal publish dari tahun 2015

sampai 2019. Sehingga total hanya 3 artikel yang memenuhi semua kriteria

pencarian. Artikel tersebut publish pada tahun 2015 sebanyak 1 artikel, tahun

2018 1 artikel dan tahun 2019 1 artikel.

Ringkasan Hasil Pencarian

(gambar 4.1 Diagram Prisma 2009)


Identificati

Jurnal yang didapat scholar


(n = 211)
Screening

Jumlah jurnal yang tersaring Jumlah jurnal yang di


(n = 66 ) exluded (n =147)
Eligibility

Jumlah jurnal yang dikaji Teks lengkap di exluded, dengan


(n =20) alasan (n = 17)
 Pembanding (n =14)
 Tidak masuk kriteria (n=3)
Include

Jumlah jurnal yang layak


(n = 3)

B. Ringkasan Hasil Penelitian

Sebanyak 3 jurnal yang membahas tentang terapy m


urotal Al-Qur’an yang dapat menurunkan kecemasan pada pasien

pre operasi. Hasil dari penelitian ke-1 yaitu, populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh penderita katarak di rumah sakit mata Provinsi Sumatera

Selatan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 56

responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Desain yang

digunakan pada penelitian ini yaitu desain Pre-Eksperimen dengan

rancangan One Group Pre-Post test. Rancangan ini dilakukan dengan

mengukur tingkat kecemasan sebelum pemberian terapi murottal Qs. Ar-

Rahman, kemudian tingkat kecemasan diukur kembali dengan selang

waktu selama 10 menit setelah perlakuan. Instrumen pengumpulan data

yang digunakan adalah audio murottal QS Ar-Rahman dan kuesioner

HARS untuk mengukur tingkat kecemasan. Hasil penelitian sebelum

dilakukan terapi murottal Q.s Ar-Rahman ini menunjukkan responden

yang cemas berat sebanyak 28 orang (50.0%). Cemas sangat berat

sebanyak 28 orang (50.0%) dan hasil penelitian setelah dilakukan

intervensi atau perlakuan menggunakan terapi audio murottal Q.s Ar-

Rahman responden yang cemas sedang sebanyak 16 orang (28.6%).

Cemas berat sebanyak 35 orang (62.5%). Sedangkan untuk kecemasan

sangat berat sebanyak 5 orang (8.9%). Berdasarkan hasil uji statistik non

parametric yaitu marginal homogeneity test, dapat disimpulkan ada

perbedaan antara kecemasan sebelum dan sesudah di lakukan intervensi

pada pasien pre-operasi katarak dengan ρ-value = 0,000<0,05 ( Syafe’i

2018).
Hasil penelitian ke-2 Metode penelitian yang digunakan adalah

penelitian quasy experiment dengan pendekatan non equivalent control-

group yaitu penelitian yang dilakukan pada dua atau lebih kelompok yang

diukur sebelum dan setelah perlakuan. Sampel pada penelitian ini adalah

pasien pre operasi bedah orthopedi sebanyak 40 responden, yaitu 20 orang

kelompok eksperimen dan 20 orang control grup. Instrumen pada

penelitian ini adalah lembar kuesioner State-Traite Anxiety Index (STAI).

Kelompok eksperimen selanjutnya diberikan murotal Al Qur’an selama 10

menit sebanyak satu kali dan kelompok kontrol tidak. Setelah 10 menit

kedua kelompok diukur kembali nilai kecemasannya dengan

menggunakan kuesioner State-Traite Anxiety Index (STAI). Setelah

dilakukan intervensi, pada kelompok eksperimen terjadi penurunan nilai

rata-rata kecemasan post test sebesar 29 angka. Hasil analisa ini dengan

menggunakan uji t dependen diperoleh hasil nilai p value= 0,000 < α

(0,05). Pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan nilai rata-rata

kecemasan, tetapi peningkatan nilai rata-rata kecemasan sebesar 0,30

angka. Hasil analisa ini dengan menggunakan uji t dependen juga

diperoleh hasil nilai p value= 0,055 > α (0,05). Peneliti kemudian

membandingkan kedua kelompok ini dengan menggunakan uji t

independen diperoleh hasil p value= 0,000 < α (0,05). Dari hasil ini,

membuktikan bahwa pemberian murotal Al Qur’an berpengaruh terhadap

nilai kecemasan pasien pre operasi bedah orthopedi ( Reza, 2015).


Hasil penelitian ke-3 Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan metode pra eksperimen dengan rancangan pretest

posttest one grup design without control. Populasinya yaitu pasien yang

menjalani operasi sebanyak 2902 pasien. Pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu berjumlah 14

pasien pre operasi. Instrumen penelitian yaitu Amsterdam Preoperatif

Anxiety and Information Scale (APAIS). Analisa data dalam penelitian ini

secara univariat dan bivariat dengan menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil

analisis menunjukkan bahwa ada perubahan tingkat kecemasan pasien pre

operasi dengan terapi terapi murottal Al-Qur’an dengan p-value 0,01 pada

pasien pre operasi di RSUD raden Mattaher Jambi.

Tabel 4.1 Ringkasan hasil penelitian

Penulis, Sample Metode Instrume Intervensi Hasil

Tahun, n

Tempat
Abdul Sample Metode pre Instrume Penelitian Sebelum

Syafe’I, dalam eksperimen n yang ini dilakukan

Yogik penelitian dengan digunaka dilakukan intervensi

Suryadi, ini rancangan n dalam dengan responden

berjumlah one grup penelitian mengukur dengan


56 pre-post ini yaitu tingkat kecemasan

responden, test HARS kecemmasa berat

teknik n sebelum sebanyak 28

pengambila pemberian (50%)

n terapy sedangkan

samplenya murrotal Qs kecemasan

yaitu Ar- sangat berat

accidential Rahman. 28 responden

sampling Kemudian (50%).

tingkat Setelah

kecemasann dilakukan

ya diukur intervensi

kembali terjadi

dengan penurunan

selang yaitu dengan

waktu 10 cemas sedang

menit sebanyak 16

setelah orang

dilakukan (28,6%),

intervensi. cemas berat

Instrumen sebanyak 35

yang orang

digunakan (62,5%),
adalah Qs sedangkan

Ar-Rahman untuk

dengan kecdemasan

kuisisoner sangat berat 5

HARS orang (8,9%).

untuk Berdasarkan

mengukur hasil uji

tingkat statistic non

kecemmasa parametric

n. yaitu

marginal

homogeneity

test dengan

nilai p value

=0,000<0,05
Reza Sample Quasy StateTrait Kelompok Pada

Maulan pada eksperimen e Anxiety eksperimen kelompok

a, Veny penelitian dengan Index diberikan eksperimen

Elita, ini adalah pendekatan (STAI) murotal Al- dan

Misraw pasien non Qur’an kelompok

ati operasi equivalent selama 10 control

bedah control- menit dilakukan

othopedi group sebanyak pretest-

swbanyak 1x, dan posttest


40 kelompok diperoleh

responden, control hasil nilai

tidak rata-rata

diberikan kecemasanny

intervensi. a dalah

Setelah 10 masing-

menit kedua masing 55,0

kelompok dan 55,30.

diukur Dari

kembali penelitian ini

nilai diperoleh

kecemasann hasil post test

ya dengan nilai rata-rata

menggunak kelompok

an kuisioner eksperimen

STAI yaitu adalah

26, 10 dan

control 55,60.

Hal ini

menunjukkan

pada

kelompok

eksperimen
diperoleh

hasil

penurunan

sebesar 29

angka dan

pada

kelompok

control terjadi

peningkatan

nilai rata-rata

kecemasan

sebanyak

0,30 angka.

Hasil analisa

ini dengan

menggunakan

uji t dependen

juga

diperoleh

hasil nilai p

value= 0,055

> α (0,05).

Peneliti
kemudian

membanding

kan kedua

kelompok ini

dengan

menggunakan

uji t

independen

diperoleh

hasil p value=

0,000 < α

(0,05). Dari

hasil ini,

membuktikan

bahwa

pemberian

murotal Al

Qur’an

berpengaruh

terhadap nilai

kecemasan

pasien pre

operasi bedah
orthopedi

Parman, Sample Metode Instrume Kelompok Hasil

Rasyida berjumlah yang n yang intervensi penelitian ini

h, 14 pasien digunakan diunakan diberikan menunjukkan

Sutinah, pre operasi. yaitu pra n tereapy nilai rata-rata

Agus Pengambila eksperimen Amsterda murotal al- tingkat

Triyant n sample dengan m quran, kecemasan

o, ini dengan menggunak Preopera tetapi tidak pasien

menggunak an tif dijelaskan sebelum

an teknik rancangan Anxiety prosedur diberikan

accidental pre test- and dan intervensi

sampling posttest one Informati waktunya terapi

group on Scale secara jelas murottal al-

design (APAIS) qur’an adalah

without 15,36

control (kecemasan

sedang), dan

sesudah

diberikan

intervensi

terapi

murottal

alqur’an
menunjukkan

nilai rata-rata

tingkat

kecemasan

pasien

menurun

menjadi 8,14

(kecemasan

ringan).

Berdasarkan

uji hasil

Wilcoxon,

memperlihatk

an hasil uji

pada

kelompok

pretest nilai

median nya

adalah 15 dan

untuk

kelompok

posttest

diketahui
nilai

mediannya

adalah 6,

selisih antara

nilai emdian

pretest dan

posttest

adalah 9

dengan nilai

sig. 0,01

dengan

derajat

kemaknaan

0,05. Hasil

sig. 0,000<

0,05
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Hasil dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya

menunjukan bahwa intervensi Therapy murrotal ini efektif untuk menurunkan

tingkat kecemasan terhadap pasien pre operasi. Terapi dengan alunan bacaan

murottal Al-Qur’an dapat dijadikan alternatif terapi baru sebagai terapi relaksasi

bahkan lebih baik dibandingkan dengan terapi audio lainnya karena stimulan Al-

Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% (Mayrani,2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahida dan

Andraini (2015), menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup bermakna antara

diberikan terapi audio murottal Q.s Ar-Rahman dengan yang tidak diberikan
audio Q.s Ar-Rahman terhadap peningkatan Kadar β-Endorphin. Terapi dengan

mendengarkan bacaan AlQur’an murottal dengan tempo yang lambat serta

harmonisasi dapat menurunkan hormon-hormon stres penyebab depresi,

mengaktifkan hormon endorphin alami, meningkatakan relaksasi, dan dapat

mengalihkan perhatian dari rasa takut, kecemasan dan ketegangan.

Hasil penelitian Abdul Syafe’ I (2018), . Sebelum dilakukan terapi

murottal Q.s Ar-Rahman ini menunjukkan responden yang cemas berat sebanyak

28 orang (50.0%). Cemas sangat berat sebanyak 28 orang (50.0%) dan hasil

penelitian setelah dilakukan intervensi atau perlakuan menggunakan terapi audio

murottal Q.s Ar-Rahman responden yang cemas sedang sebanyak 16 orang

(28.6%). Cemas berat sebanyak 35 orang (62.5%). Sedangkan untuk kecemasan

sangat berat sebanyak 5 orang (8.9%). Hasil penelitian Reza (2015), menunjukkan

setelah dilakukan intervensi, pada kelompok eksperimen terjadi penurunan nilai

rata-rata kecemasan post test sebesar 29 angka, dengan nilai p value= 0,000 < α

(0,05). Dari hasil ini, membuktikan bahwa pemberian murotal Al Qur’an

berpengaruh terhadap nilai kecemasan pasien pre operasi bedah orthopedi. Hasil

penelitian Parman (2019) Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perubahan

tingkat kecemasan pasien pre operasi dengan terapi terapi murottal Al-Qur’an

dengan p-value 0,01 pada pasien pre operasi di RSUD raden Mattaher Jambi.

Murotal merupakan salah satu music yang memiliki pengaruh positif bagi

pendengarnya (Widyanti, 2011). Mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang

dibacakan secara tartil dan benar, mendatangkan ketenangan jiwa. Lantunan ayat-

ayat Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur-unsur manusia yang merupakan


instrument penyembuhan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat

menurunkan hormone-hormon stress, mengaktifkan hormone endofrin alami,

meningkatkan perasaan rileks, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut

nadi dan aktivitas gelombang otak (Heru, 2008).

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu bahwa terapy murotal

Al-Qur’an berpengaruh terhadap nilai kecemasan pada pasien pre operasi.

B. Implikasi Klinik

Terapi Teknik murrotal Al-Qur’an dapat menjadi pilihan terapi

komplementer untuk dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan

di ranah Rumah Sakit dalam mengatasi penurunan tingkat kecemasan pada

pre operasi. Teknik terapi murotal Al-Qur’an ini dapat diaplikasikan

sebagai salah satu terapi non farmakologi, karena terapi murotal Al-Qur’an

ini mudah dan tidak membutuhkan biaya apapun, terapy yang mudah

dilakukan oleh responden dan tidak menyebabkan efek samping. Dalam

pelaksanaannya, terapy murotal ini menggunakan alat ukur untuk

kecemasan, instrument lain yang digunakan seperti pemutar music (MP3),

player (music dalam handphone dan headset).

1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Murotal Al-Qur’an.

a. Pengertian
Terapi murrotal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang

dilagukan oleh seorang qori atau qori;ah (pembaca Al-Qur’an).

Lantunan Al-Qur’an secara isik mengandung unsur suara manusia.

b. Tujuan

Menurunkan kecemasan pre operasi dan memberikan

ketenangan serta rileks pada tubuh.

c. Sasaran

Krieria Inklusi :

d) Pasien yang Bergama Islam

e) Pasien pre operasi

f) Pasien yang mengalami kecemasan baik ringan, sedang

maupun berat.

Kriteria eksklusi :

b) Pasien pre operasi

d. Tahap Persiapan

3) Menyiapkan SOP Murrotal Ar-Rahman

4) Menyiapkan alat :

d) Handphone

e) Earphone/ headset

f) Rekaman murrotal yang berisi surah Ar-Rahman

e.
f. Persiapan Lingkungan : Menciptakan lingkungan yang tenang

dan nyaman

g. Teknik Orientasi Teknik Murrotal

f) Memberikan salam dan memperkenalkan diri

g) Menanyakan identitas pasien dan menyampaikan

kontrak waktu.

h) Menjelaskan tujuan dan prosedur

i) Menanyakan persetujuan dan persiapan pasien

j) Mengkaji tingkat kecemasan sebelum melakukan

intervensi therapy Murrotal Al-Qur’an.

h. Tahap Pelaksanaan

i) Mencuci tangan

j) Posisikan pasien berbaring (senyaman mungkin)

k) Memasangkan earphone pada handphone

l) Memilih surah murrotal Al-Qur’an

m) Menghubungkan earphone dengan handphone yang

berisi surat Ar-Rahman.

n) Memasangkan earphone pada telinga pada telinga klien

dengan dan mulai memutar murrotal surat Ar-Rahman.

o) Instruksikan pasien untuk memfokuskan pikirannya

pada lantunan ayat al-qur’an selama kurang lebih 10-15

menit.
p) Setelah selesai lepaskan earphone dan matikan

handphone

i. Tahap Terminasi

f) Melakukan evaluasi setelah mendengarkan murrotal Al-

Qur’an suart Ar-Rahman.

g) Menganjurkan pasien untuk mendengarkan teraphy

murrotal Al-Rahman ketika merasa cemas.

h) Kaji tingkat kecemsan setelah dilakukan intervensi.

i) Membereskan alat

j) Mengucapkan salam dan berpamitan dengan pasien.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil literature riview dari 3 artikel ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi murrotal Al-Qur’an terhadap

penurunan tingkat kecemasan pre operasi, hasilnya memberi bukti yang

nyata bahwa pemberian Teknik murrotal Al-Qur’an efektif untuk

menurunkan kecemasan pre operasi dibandingkan dengan terapi standar

berbasis rumah sakit. Teknik murroral Al-Qur’an dapat dilakukan selama


10 menit, kemudian dievalusi kembali setelah 10 menit mendapatkan

intervensi, agar pasien menjadi lebih tenang saat akan dilakukan prosedur

tindakan, karena efek relaksasi yang ditimbulkan dari terapi ini dapat

mengurangi aktivitas saraf simpatik sehingga pasien lebih tenang.

A. Saran

1. Bagi Responden

Hasil penelitian literature riview ini diharapkan dapat dijadikan

tindakan alternafif dalam mengurangi tingkat kecemasan pada pasien

pre operasi selain menggunakan terapi farmakologi (obat-obatan)

penurun tingkat kecemasan pada pasien pre operasi , dapat diterapkan

terapi Teknik murotal Al-Qur’an sebagai terapi komplementer untuk

menurunkan tingkat kecemasan.

2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian literature riview ini diharapkan dapat dijadikan

salah satu intervensi non farmakologi selain pemberian obat penurun

tingkat kecemasan dalam mengurangi tingkat kecemasan pada pasien

pre operasi.

3. Bagi Intitusi Pendidikan

Hasil penelitian literature riview ini sebagai pengalaman dan

tambahan ilmu pengetahuan mengenai efektifitas terapi Teknik


murrotal Al-Qur’an terhadap penurunan tingkat kecemasan pada

pasien pre operasi.

4. Bagi Penulis

Hasil peneilitian literature riview ini sebagai pengalaman dan

tambahan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh Teknik murotal Al-

Qur’an terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.

Anda mungkin juga menyukai