Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA LANSIA DENGAN STROKE HAEMORAGIC (SH)

Disusun oleh :

APRILINA TRI LESTARI

NIM : N520184330

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
STROKE HAEMORAGIC (SH) DI RUANG MELATI II
RSUD dr LOEKMONO HADI KUDUS

A. KONSEP LANJUT USIA


1. Definisi Lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2012).
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena
faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,
rohani maupun sosial (Nugroho, 2012). Secara umum, seseorang dikatakan lanjut
usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Efendi, 2014). Lansia atau usia tua adalah suatu periode
penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah
beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari
waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 2010).

2. Batasan Lansia
Usia yang dijadikan patokan untuk usia lansia berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah
sebagai berikut :
1. Menurut WHO (World Health Organization)
a) Usia pertengahan (Midle Age)kelompok usia 45 – 59 tahun.
b) Usia lanjut (Ederly)antara 60 – 74 tahun.
c) Usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun.
d) Usia sangat tua (Very Old) diatas 90 tahun.
2. Menurut Ahli
Menurut Hurlock:
a) Early old age (usia 60-70 tahun)
b) Advanced old age (usia > 70 tahun)
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoromasa lanjut usia (geriatric age) tiga
batasan umur, yaitu :
a) young old (70-75 tahun),
b) old (75-80 tahun),
c) very old( > 80 tahun) (Efendi, 2009).
Menurut Burnsie :
a) young old (usia 60-69 tahun)
b) middle age old (usia 70-79 tahun)
c) Old-old (usia 80-89 tahun)
d) Very old-old (usia > 90 tahun)
Di Indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam UU
No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Menurut UU tersebut lanjut
usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun
wanita.

3. Karakteristik Lansia
Klasifikasi lansia dibagi menjadi lima yaitu pralansia, lansia, lansia resiko tinggi,
lansia potensial, lansia potensial (Darmajo, 2009).
a) Pralansia (prasenelis) adalah seseorang yang berusia antara 45−59 tahun.
b) Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c) Lansia Resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dan
bermasalah dengan kesehatan seperti menderita rematik, demensia,
mengalami kelemahan dan lain-lain.
d) Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e) Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

4. Tipologi Lansia
Tipe lansia dibagi menjadi lima tipe yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe tidak
puas, tipe pasrah dan tipe bingung (Nugroho, 2008).
a) Tipe arif bijaksana, yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
b) Tipe mandiri, yaitu menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c) Tipe tidak puas, yaitu konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik
dan banyak menuntut.
d) Tipe pasrah, yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
e) Tipe bingung, yaitu mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak
acuh.
Nugroho (2008) mengelompokkan usia lanjut dalam beberapa tipe yang tergantung
pada karakter, pengalaman hidup, lingkungannya serta kondisi fisik, sosial, mental
dan ekonominya, yaitu :
a) Tipe optimis : lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik,
mereka memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung
jawab.
b) Tipe konstruktif : lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat
menikmati hidup, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel,
dan tahu diri.
c) Tipe ketergantungan : lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah
masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak
mempunyai inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis.
d) Tipe defensif : lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat
pekerjaan atau jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan,
emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat
kompulsif aktif, anehnya mereka takut menghadapi “menjadi tua” .
e) Tipe militan dan serius : lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius,
senang berjuang, bisa menjadi panutan.
f) Tipe pemarah dan frustasi : lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian
yang buruk.
g) Tipe bermusuhan : lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.
h) Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri : lanjut usia ini
bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri.

5. Mitos Lansia
Menurut Padila (2013), mitos seputar lansia :
1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan
Anggapan bahwa lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja dan jerih
payahnya di masa muda. Kenyataannya sering ditemui lansia yang stress
karena kemiskinan atau menderita penyakit.
2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya kolot, bersikap
mempertahankan kebiasaan, tradisi dan keadaan yang berlaku, menolak
inovasi dan berorientasi pada masa lalu.
3. Mitos Berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses
menua. (Lanjut usia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran).
4. Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan
bagian otak. Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya
ingat.
5. Mitos Tidak Jatuh Cinta
Lanjut usiatidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
6. Mitos Aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.

6. Teori Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 2014). Seiring dengan
proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau
yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
1. Teori-Teori Biologi
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
Menurut Padila (2013) menua telah terprogram secara generic untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi
dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah
tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan
semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (menurut Goldteris dan
Brocklehurst, 2011).
c. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.
d. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan proton.Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
e. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.

2. Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimiliknya.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu oleh Cummning dan Henry 1961. Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
1) Kehilangan peran (Loss of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and
Values).
7. Masalah-Masalah Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia,
antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
a) Permasalahan umum
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut
usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia.
b) Permasalahan khusus
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia

8. Penyakit Yang Menyerang Pada Lansia


a) Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi menjadi penyakit nomor satu yang paling banyak
diderita lansia, menurut Riskesdas 2013. Semakin tua usia Anda, tekanan darah
cenderung meningkat. Ini merupakan sebuah proses alami yang terjadi di tubuh
Anda saat usia sudah mulai menua. Namun begitu, tekanan darah tinggi tetap
berbahaya bagi lansia karena ini dapat menyebabkan penyakit jantung hingga
stroke.
b) Artritis (radang sendi)
Ini menjadi penyakit nomor dua yang banyak menyerang lansia di
Indonesia. Artritismerupakan peradangan pada salah satu atau lebih sendi Anda.
Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri, kekakuan, dan bengkak pada sendi.
Sehingga, dapat menyebabkan ruang gerak Anda menjadi terbatas. Semakin tua
usia Anda, gejala penyakit ini bisa semakin bertambah buruk.
c) Stroke
Stroke merupakan keadaan yang sangat berbahaya dan butuh pertolongan cepat
untuk meminimalkan kerusakan otak. Stroke terjadi saat suplai darah ke bagian
otak tidak terpenuhi, sehingga jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan
nutrisi cukup untuk melakukan fungsinya.
d) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Anda mungkin jarang mendengarnya, namun penyakit ini menempati urutan
keempat penyakit yang banyak terjadi pada lansia. PPOK adalah istilah yang
mengacu pada sekelompok penyakit paru yang menghalangi aliran udara
sehingga membuat penderitanya sulit bernapas. Emfisema dan bronkitis
kronis merupakan dua kondisi paling umum yang menyebabkan PPOK.
e) Diabetes mellitus
Diabetes berada di urutan kelima dalam penyakit pada lansia yang paling
banyak terjadi. Usia yang semakin tua membuat tubuh banyak berubah,
termasuk perubahan dalam cara tubuh menggunakan gula darah. Akibatnya,
banyak lansia yang menderita diabetes karena tubuhnya tidak bisa
menggunakan gula darah dengan efisien.

9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lansia


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
10. Pengkajian – Pengkajian Pada Lansia
a. Pengkajian Status Fungsional
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G

b. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif


Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -

1. Tanggal berapa hari ini?

2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun)


3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telpon Anda?
Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya bila klien tidak
4a.
mempunyai telepon)
5. Berapa umur Anda?
6. Kapan Anda lahir?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya?
9. Siapa nama kecil ibu Anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
10.
baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total

Penilaian SPMSQ
(1) Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
(2) Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan
(3) Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang
(4) Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat
 Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan sekolah dasar.
 Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan di atas sekolah menengah atas
 Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang sama

c. Mini Mental State Exam (MMSE)


Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, nilai 21 atau kurang menunjukkan
adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.
Mini Mental State Exam (MMSE)
Nilai
Pasien Pertanyaan
Max
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan) apa sekarang?
5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota) rumah sakit) (lantai)
Registrasi
3 Nama 3 objek: 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian
tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah mengatakannya. Beri 1 poin
untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat. Percobaan:
.......................................
Perhatian dan Kalkulasi
5 Seri 7"s. 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja "kata" ke belakang
Mengingat
3 Minta untuk mengulang ketiga objek di atas Berikan 1 poin untuk setiap
kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil, dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut: "tak ada jika, dan,atau tetapi" (1 poin)
30 Nilai total

d. Skala Depresi Geriatrik Yesavage dengan penilaian jika jawaban pertanyaan


sesuai indikasi dinilai poin 1 (nilai 1 poin untuk setiap respons yang cocok
dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan). Nilai 5 atau lebih dapat
menandakan depresi.

Skala Depresi Geriatrik Yesavage, bentuk singkat


1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? (tidak)
2. Sudahkah Anda mengeluarkan aktivitas dan minat Anda? (ya)
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? (ya)
4. Apakah Anda sering bosan? (ya)
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? (tidak)
6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda? (ya)
7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu? (tidak)__
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi dan melakukan
sesuatu yang baru? (ya)
9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan Anda
daripada yang lainnya? (ya)
10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? (tidak)
11. Apakah Anda merasa Saya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda sekarang? (ya)
12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? (tidak)
13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan? (ya)
14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Anda? (ya)
Penentuan skor :
Skor 20-40 : tidak ada depresi
Skor 41-60 : depresi ringan
Skor 61-80 : depresi sedang
Skor 81-100 : depresi berat
d. Pengkajian Status Sosial (APGAR lansia/Adaptation Partnership Growth
Affection Resolve)
Status sosial lansia dapat diukur dengan menggunakan APGAR Keluarga.
Penilaian: jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-
kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0)
APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Score
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau
arah baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-sama
B. STROKE HAEMORAGIC (SH)

1.DEFINISI

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara
cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin,
2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002)

2. KLASIFIKASI

Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:(Muttaqin,


2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2. Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
3. ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebra
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri
iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi
melalui mekanisme berikut:
1. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus).
4. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli:
1. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
2. Myokard infark
3. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong
sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.

3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
d. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

4.MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan
membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianop
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

5.PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah
yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada
gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh
karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering ataucenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus
dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area.
Areaedema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan.
Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh
darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh
darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan
kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial
dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi
oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak
akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya
tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif
darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan
lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari
60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada
perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara
30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc
dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Muttaqin 2008)
6.PATWAY

7.KOMPLIKASI
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark Serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

8.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).

3. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-
rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

9.PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Deuretik : untuk menurunkan edema serebral
2. Neuro proteksi : untuk mempertahankan fungsi jaringan bekerja dengan
menurunkan aktivitas metabolisme dan kebutuhan sel sel neuron.
3. Antikoagulan : mencegah memberatnya trombosis dab embolisasi
4. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan oksige dan sirkulasi
5. Pencegahan peningkatan TIK dengan meninggikan kepala 30 derajat menghindari
fleksi dan rotasi kepala yang berlebihan , pemberian antibiotik

10.PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama ,umur ,pekerjaan klien, jenis kelamin (biodata klien)
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan ,suara pelo tidak dapat berkomunikasi
dan penurunan kesadaran
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit yang di derita saat ini
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di derita dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keturunan
6. Pengajian psikososial spiritual
Pengkajian psikogi klien meliputi beberapa dimensi meliputi status kognitif, emosi,
pan perilaku klien
7. Pemeriksaan fisik
- Breting
- Blood
- Brain
- Bladder
8. Pengkajian tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang mendasar dan paling
penting dalam pengkajian
9. Status mental
Observasi penampilan dari tingkah laku , ekspresi wajah , dan aktivitas motorik
klien
10. Fungsi intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun
jangka panjang
11. Kemampuan bahasa
Penurunan kemampuan bahasa bergantung pada daerah lesi yang mempengaruhi
fungsi dari serebral
12. Penkajian sistem motorik
Stroke adalah : penyakit syaraf motorik atas UMN dan mengakibatkan kehilngan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik.

11.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d aliran darah keotak terhambat
2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan kesadaran
3. Kerusakan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi ke otak
4. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan neurovaskuler

12.INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Noc Nic


1. 1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Nic
perfusi jaringan keperawatn selama 3x 24 jam di 1. Monitor tekanan
b/d aliran darah harapkan suplai aliran darah intracranial
keotak terhambat keotak lancar dengan Kh: 2. Monitor perfusi
NOC : serebral
Circulation status 3. Monitor intake dan
Tissue prefusion : cerebral output cairan
KH: 4. Posisikan pasen
1. TTV dalam rentang yang degan semi fowler
diharapkan 5. Kolaborasi dalam
2. Tidak ada tanda tanda pemberian
peningkatan Tik antibiotik.
3. Menunjukkan sensori
cranial yang utuh : tingkat
kesadaran membaik dan
tidak ada gerakan
invounter
2 2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Noc
efektif b/d keperawatn selama 3x 24 jam di 1. Airway managemen:
penurunan harapkan pola nafas efektif Buka jalan nafas
kesadaran dengan Kh: gunakan teknik chin
NOC : lift/ jaw trust bila perlu
- Frekuensi pernafasan dalam - Posisikan pasien
rentang normal untuk ventilasi
- TTV dalam retan normal - identivikasi pasien
- Dapat mendemostrasikan prlunya pemasangan
batuk efekstif dan suara alat
nafas bersih 2. Pasang mayo jika
perlu
3. Monitor respirasi
dan status o2
4. Kolaborasi dalam
pemberian obat
bronkodilator

3 3. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Nic :


komunikasi keperawatn selama 3x 24 jam di 1. Libatkan keluarga
verbal b/d harapkan klien mampu untuk untuk membantu
penurunan berkomunikasi lagi dengan Kh: mamahami/
sirkulasi ke otak NOC : memahamkan
- Dapat menjawab informasi
pertanyaan yang 2. Dengarkan setiap
diajukan perawat ucapan klien
- Dapat mengerti dan me deengan penuh
Mahami pesan pesan perhatian
melalui gambar 3. Gunakan kata kata
- Dapat mengapreasikan sederhana dan
perasaan nya sera pendek dalam
verbal maupun non berkomunikasi
verbal dengan klien
4. Programkan
speech language
therapy
5. Lakukan speech
language terapy
setiap interaksi
denga klien.
4.
Kerusakan
mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan tindakan
kerusakan keperawatan selama 24 jam
neurovaskuler diharapkan mobilitas fisik klien
meningkat dengan Kh :
NOC:
-Aktivitas klien meningkat
-Mengerti tujuan dari penigkatan NIC:
mobilitas 1. Monitor vital sighn
-Memperagakan penggunaan alat sebelum dan
bantu dalam mobilisasi sesudah latihan
dan lihat respon
pasien saat latihan
2. Ajarkan klien teknik
ambulasi
3. Kaji kemampuan
klien dalam
mobilisasi
4. Konsultasikan
dengan terapi fisik
rencana ambulasi
yang sesuai
kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.

Marilynn E Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC, Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/45725767/hipertensi-pada-lansia diakses tanggal 24 April 2019

http://www.scribd.com/doc/80375223/LP-Hipertensi-Pada-Lansia diakses tanggal 25 April


2019

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Jakarta : EGC.

Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba


Medica.

Muttaqin ,Arif. 2008 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguam Sistem


Persyarafan Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih. Jakarta: EGC.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). New
Jersey: Upper Saddle River
Herdman, T. Heather.et all. 2015. Panduan Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-
2017. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI

Anda mungkin juga menyukai