Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER


(DHF)

Disusun oleh :

PUJI RAHAYU

NIM : N520184414

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


2019
A. PENGERTIAN
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue (sejenis virus yang tergolong arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aides aegypti. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan
ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama. Demam dengue adalah penyakit demam akut
yang disebabkan virus dengue yang disebarkan melalui perantara nyamuk Aedes
aegypti yang terinfeksi dengan virus dengue tersebut. (Riyadi Sujono dan suharsono
. 2010 )
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aedypti.
(Suriadi dan Rita Yuliani, edisi 2, 2010)

B. ETIOLOGI
Virus dengue sejenis arbovirus (Arthropod borne viruses ) artinya virus yang
ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti ( betina ) .Infeksi
yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama
demam,nyeri otot/sendi.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Keempatnya ditemukan di indonesia dengan
DEN-3 serotype terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody
terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut . Seorang yang tinggal
di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotype selama
hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di
Indonesia ( sujono, 2010 )

C. TANDA DAN GEJALA

1. Demam tinggi selama 5-7 hari


2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
3. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria
4. Trombositopenia <100.000/ul
5. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
6. Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu hati
7. Sakit kepala
8. Pembengkakan sekitar mata
9. Pembesaran hati,limpa,dan kelenjar getah bening
10. Tanda – tanda renjatan ( sianosis,kulit lembab dan dingin ,tekanan darah
menurun,gelisah, capillary refill lebih dari dua detik .

D. PATHOFISIOLOGI

Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung
pada daya tahan manusia.

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody,
dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani,
2001). Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada
infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat
infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-
antibodi) yang tinggi .

Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah di bawah
kulit, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali). Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau


menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Adanya kebocoran
plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang
tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang
pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika
tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan
kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan
dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan
mediator farmakologis yang bekerja singkat. Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian
apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan
koagulasi. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan
fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.Fungsi agregasi trombosit menurun
mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun
dalam peredaran darah.

Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang


fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivasi system koagulasi. Terjadinya
trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan
hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Trombositopenia
yang dihubungkan dengan menungkatnya megakariosit muda dalam sum-sum tulang
dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi
trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran
trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial. Yang menentukan beratnya
penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic,
renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya
plasma klien mengalami hipovolemik.

KLASIFIKASI DHF :

Menurut WHO, derajat beratnya Demam Berdarah Dengue dibagi menjadi


empat tingkatan, yaitu :

1. Derajat I : Ringan, bila demam 2 – 7 hari disertai gelaja klinik


lain dan manifestasi perdarahan paling ringan yaitu uji tourniquet yang positif
2. Derajat II : Sedang, dengan gejala lebih berat dari pada derajat I
serta manifestasi perdarahan kulit, epitaksit, perdarahan pada gusi, hemotomesis
atau melena terdapat gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit
dingin dan lembab, ujung jari dan hidung dingin
3. Derajat III : Berat, dengan gejala syok mengikuti gejala-geala
tersebut diatas.
4. Derajat IV : Berat sekali, penderita syok hebat, tensi tidak dapat
diukur dan nadi tidak dapat diraba.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan
DHF, meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk penderita DBD adalah jumlah trombosit dan
kadar hematokrit. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat menjadi pertanda
penyakit demam berdarah adalah:
- Ig G dengue positif.
- Trombositopenia, yaitu menurunnya jumlah trombosit darah hingga kurang dari
100.000/mm3
- Hemokonsentrasi; peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau lebih.
- Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan
hemokonsentrasi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi
pleura (tampak melalui rontgen dada) dan atau hipoalbuminemia menjadi bukti
penunjang adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada
pasien yang anemia dan atau mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok,
jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositopenia memperkuat diagnosis
terjadinya Dengue Shock Syndrom (WHO, 2004).
- Leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan
basofilyang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat
peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit
pada saat peningkatan suhu pertama kali.
2. Isolasi virus
3. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
4. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto
dada, BUN, creatinin serum.
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.
- SGOT/SGPT mungkin meningkat.
- Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
- Waktu perdarahan memanjang.
- Asidosis metabolik.
- Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
6. Foto toraks lateral dekubitus kanan
Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Penatalaksanaan Terapeutik

a. Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh ,gula, atau susu dan diberi
makanan lunak

b. Antipireutik jika terdapat demam

c. Antikonvulsan jika terdapat kejang

d. Memberikan cairan melalui infuse, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan


minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat .

e. Tirah baring

2. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :

a. Pemasangan infuse RL/Asering dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah


renjatan diatasi

b. Observasi keadaan umum (Tanda – tanda Vital ) tiap 3 jam jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1.1 Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak,
remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )

1.2 Keluhan Utama


Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
1.3 Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh
tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

1.4 Riwayat penyakit terdahulu


Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

1.5 Riwayat penyakit keluarga


Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan,
karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk
aides aigepty.

1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan


Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi
jarang dibersihkan.

1.7 Riwayat Tumbuh Kembang


1.8 Pengkajian Per Sistem
1.8.1 Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
krakles.

1.8.2 Sistem Persyarafan


Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat trjadi DSS

1.8.3 Sistem Cardiovaskuler


Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV
nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

1.8.4 Sistem Pencernaan


Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
1.8.5 Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

1.8.6 Sistem Integumen.


Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ,


perdarahan, muntah, dan demam

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual,muntah, tidak ada nafsu makan .

3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus .

4. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi

5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan .

6. Resiko syok ( hipovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang


berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

7. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat


spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi .

3. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1. Defisit volume NOC : NIC :


cairan
berhubungan Fluid balance Fluid management
dengan
peningkatan Hydration Timbang popok/pembalut jika
permeabilitas diperlukan
kapiler , Nutritional Status :
perdarahan, Food and fluid Intake Pertahankan catatan intake dan
muntah, dan Kriteria Hasil : output yang akurat
demam
Monitor status hidrasi (
Mempertahankan kelembaban membrane mukosa,
urine output sesuai nadi adekuat, tekanan darah
dengan usia dan BB,BJ ortostatik ) ; jika diperlukan
urine normal,HT normal
Monitor hasil lab yang sesuai
Tekanan darah,nadi dengan retensi cairan ( BUN, Hmt,
dan suhu tubuh dalam osmolalitas urine )
batas normal
Monitor vital sign
Tidak ada tanda
dehidrasi,Elastisitas Monitor masukan makanan atau
turgor kulit baik, cairan dan hitung intake kalori harian
membrane mukosa .
lembab,tidak ada rasa
haus berlebihan . Kolaborasi pemberian cairan IV

Monitor status nutrisi

Berikan cairan

Berikan Diuretik sesuai interuksi

Berikan cairan IV pada suhu


ruangan

Dorong masukan oral

Berikan penggantian nasogatrik


sesuai output

Dorong keluarga untuk


membantu pasien makan .

Tawarkan snack ( jus buah , buah


segar )

Kolaborasikan dokter jika tanda


cairan berlebih muncul memburuk

Atur kemungkinan transfuse

Persiapan untuk transfusi

2. Ketidakseimbang NOC : NIC :


an nutrisi kurang
dari kebutuhan Nutrisional status : Kaji adanya alergi makanan
tubuh Food and Fluid Intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
dengan Nutrisional status : yang dibutuhkan pasien
mual,muntah, nutrient intake
tidak ada nafsu Anjurkan pasien untuk
Weight control meningkatkan intake Fe
makan .
Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : meningkatkan protein dan vitamin C

Adanya peningkatan Berikan subsasi gula


berat badan sesuai Yakinkan diet yang dimakan
tujuan mengandung tinggi serat untuk
Berat badan ideal mencegah konstipasi
sesuai dengan tinggi Berikan makanan yang terpilih (
badan sudah dikonsltasikan dengan ahli
Mampu gizi )
mengidentifikasi Ajarkan pasien bagaimana
kebutuhan nutrisi membuat catatan makanan harian.
Tidak ada tanda tanda Monitor jumlah nutrisi dan
malnutrisi kandungan kalori
Menunjukkan Berikan informasi tentang
peningkatan fungsi kebutuhan nutrisi
pengecapan dari
menelan Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
Idak terjadi dibutuhkan .
penurunan berat badan
yang berarti

Nutrition Monitoring

BB pasien dalam batas normal

Monitoring adanya penurunan


berat badan

Monitoring tipe dan jumlah


aktivitas yang biasa dilakukan

Monitoring interaksi anak dan


orangtua selama makan

Monitor lingkungan selama makan

Jadwalkan pengobatan dan


tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut


kusam, dan mudah patah

Monitor mual dan muntah

Monitor kadar albumin, total


protein, Hb, dan kadar Ht

Monitor makanan kesukaan

Monitor pertumbuhan dan


perkembangan

Monitor pucat, kemerahan, dan


kekeringan jaringan konjungtiva

Monitor kalori dan intake nutrisi

Catat adanya
edema,hiperemik,hipertonik,papilla
lidah dan cavitas oral

Catat jika lidah berwarna magenta


,scarlet

3. Hipertermia NOC : NIC :


berhubungan
dengan proses Thermoregulasi Fever Treatment
infeksi virus Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering mungkin

Suhu tubuh dalam Monitor IWL


rentang normal
Monitor warna dan suhu kulit
Nadi dan RR dalam
rentang normal Monitor tekanan darah, Nadi dan
RR
Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada Monitor penurunan tingkat
pusing kesadaran

Monitor WBC, Hb dan Hct

Monitor intake dan output

Berikan antipireutik
Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam

Selimuti pasien

Lakukan Tapid sponge

Kolaborasi pemberian cairan


intravena

Kompres pasien pada lipat paha


dan aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

Berikan pengobatan untuk


mencegah terjadinya menggigil

Temperatur regulation

Monitor suhu tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu


secara kontinyu

Monitor TD,nadi dan RR

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda hipotermi dan


hipertermi

Tingkatkan intake cairan dan


nutrisi

Selimuti pasien untuk mencegah


hilangnya kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara


mencegah keletihan akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya


pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negative dari kedinginan

Beritahukan tentang indikasi


terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan

Berikan Antipireutik jika perlu


Vital sign Monitoring

Monitor tekanan darah,nadi ,


suhu dan respirasi

Catat adanya fluktuasi tekanan


darah

Monitor VS saat pasien


berbaring,duduk atau berdiri

Auskultasi tekanan darah pada


kedua lengan dan bandingkan

Monitor tekanan
darah,nadi,respirasi
sebelum,selama,dan setelah
aktivitas .

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama


pernafasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernafasan


abnormal

Monitor suhu, warna dan


kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad


(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

4. Nyeri Akut b/d NOC : NIC :


Agen injuri fisik
(DHF), viremia, Pain level Pain Management
nyeri otot dan Pain control Lakukan pengkajian nyeri secara
sendi komperehensif termasuk lokasi,
Comfort level karakteristik
Kriteria Hasil : ,durasi,frekuensi,kualitas termasuk
lokasi, karakteristik dan faktor
Mampu mengontrol presipitasi
nyeri ( tahu penyebab
Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk Gunakan teknik komunikasi
mengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
mencari bantuan ) pengalaman nyeri pasien.

Melaporkan bahwa Kaji kultur yang mempengaruhi


nyeri berkurang dengan respon nyeri
menggunakan Evaluasi pengalaman nyeri masa
manajemen nyeri .
lampau
Mampu mengenali Evaluasi bersama pasien dan
nyeri ( skala, intensitas, timkesehatan yang lain tentang
frekuensi dan tanda nyeri ketidakefektifan control nyeri masa
) lampau
Menyatakan rasa Bantu pasien dan keluarga untuk
nyaman setelah nyeri
mencari dan menemukan dukungan
berkurang
Kontrol lingkungan yang dapat
Tanda vital dalam
mempengaruhi nyeri seperti suhu
rentang normal ruangan, pencahayaan dan
kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan penanganan


nyeri ( farmakologi, nonfarmakologi
dan interpersonal )

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk


menentukan intervensi

Ajarkan tentang tehnik


nonfarmakologi

Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan control nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika


ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

Monitor penerimaan pasien


tentang manajemen nyeri
Analgetic Administration

Tentukan
lokasi,karakteristik,kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian
obat

Cek intruksi dokter tentang jenis


obat,dosis,dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgetik yang diperlukan


atau kombinasi dari analgetik ketika
pemberian lebih dari satu

Tentukan pilihan analgetik


tergantung tipe dan beratnya nyeri

Tentukan analgetik pilihan,rute


pemberian,dan dosis yang optimal

Pilih rute pemberian secara IV,IM


untuk pengobatan nyeri secara
teratur

Monitor vital sign sebelum dan


sesudah pemberian analgetik
pertama kali

Berikan analgetik tepat waktu


terutama saat nyeri hebat

Evaluasi efektifitas analgesic,


tanda dan gejala (efek samping )

5. Ketidakefektifan NOC : NIC :


perfusi jaringan
perifer Circulation status Peripheral Sensation Management (
berhubungan Management sensasi perifer )
Tissue perfusion :
dengan cerebral Monitor daerah tertentu yang
perdarahan . hanya peka terhadap
Kriteria Hasil : panas/dingin/tajam/tumpul
Mendemonstrasikan Monitor adanya paretes
status sirkulasi yang
ditandai dengan : Intruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada isi atau
Tekanan systole dan laserasi
diastole dalam rentang
yang diharapkan Gunakan sarung tangan untuk
Tidak adata ortostatik proteksi
hipertensi
Batasi gerakan pada kepala,leher
Tidak ada tandai – dan punggung
tanda peningkatan
tekanan intracranial ( Monitor kemampuan BAB
tidak lebih dari 15 mmHg Kolaborasi pemberian analgetik
)
Monitor adanya tromboplebitis
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif Diskusikan mengenai penyebab
yang ditandai dengan : perubahan sensasi

Berkomunikasi
dengan jelas dan sesuai
dengan kemampuan

Menunjukkan
perhatian,konsentrasi,
dan orientasi

Memproses informasi

Membuat keputusan
dengan benar

Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter ,
6 Resiko syok ( NOC NIC :
hipovolemik )
berhubungan Syok prevention Syok prevention
dengan Syok management Monitor status sirkulasi BP, warna
perdarahan yang kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR,
berlebihan, Kriteria Hasil : dan ritme, nadi perifer, dan kapiler
pindahnya cairan refill
intravaskuler ke Nadi dalam batas
ekstravaskuler yang diharapkan Monitor tanda inadekuat
Irama jantung dalam oksigenasi jaringan
batas yang diharapkan Monitor suhu dan pernafasan
Frekuensi nafas Monitor input dan output
dalam batas yang
diharapkan Pantau nilai laboratorium :
HB,HT,AGD dan elektrolit
Natrium serum dbn
Monitor hemodinamik invasi yang
Kalium serum dbn sesuai
Klorida serum dbn Monitor tanda dan gejala asites
Kalsium serum dbn Monitor tanda awal syok
Magenesium serum dbn
Tempatkan pasien pada posisi
PH darah serum dbn supine,kaki elevasi untuk
Hidrasi peningkatan preload dengan tepat

Indikator Lihat dan pelihara kepatenan


jalan nafas
Mata cekung tidak
ditemukan Berikan cairan iv dan atau oral
yang tepat
Demam tidak
ditemukan Berikan vasodilator yang tepat

TD dbn Ajarkan keluarga dan pasien


tentang tanda dan gejala datangnya
Hematokrit dbn syok

Ajarkan keluarga dan pasien


tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok

Syok management

Monitor fungsi neurologis

Monitor fungsi renal ( e.g. BUN


dan Cr lavel )
Monitor tekanan nadi

Monitor status cairan,input output

Catat gas darah arteri dan


oksigen dijaringan

Memonitor gejala gagal


pernafasan ( misalnya,rendah PaO₂
peningkatan PaO₂ tingkat,kelelahan
otot pernafasan)

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


o Keperawatan Hasil

7. Ketidakefektifan NOC NIC


pola nafas
berhubungan Respiratory status : Airway Management
dengan jalan Ventilation Buka jalan nafas, gunakan tehnik
nafas terganggu Respiratory status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
akibat spasme Airway patency
otot-otot Posisikan pasiem untuk
pernafasan, nyeri, Vitalsign status memaksimalkan ventilasi
hipoventilasi .
Kriteria Hasil : Identifikasi pasien perlunya

Mendemonstrasikan Pemasangan alat jalan nafas


batuk efektif dan suara buatan
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan Pasang mayo bila perlu
dyspneu ( mampu Lakukan fisioterapi dada jika
mengeluarkan sputum, perlu
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed Keluarkan secret dengan batuk
lips ) atau suction

Menunjukkan jalan Auskultasi suara nafas, catat


nafas yang paten ( klien adanya suara tambahan
tidak merasa tercekik ,
irama nafas, frekuensi Lakukan suction pada mayo
pernafasan dalam Berikan bronkodilator jika perlu
rentang normal, tidak
ada suara nafas Berikan pelembab udara kassa
abnormal ) basah NaCl lembab

Tanda-tanda vital Atur intake untuk cairan


dalam rentang normal ( mengoptimalkan keseimbangan
tekanan darah, nadi,
pernafasan ) Monitor respirasi dan status O₂
Oxygen therapy

Bersihkan mulut,hidung dan


secret trakea

Pertahankan jalan nafas yang


paten

Atur peralatan oksegenasi

Monitor aliran oksigen

Pertahankan posisi pasien

Observasi adanya tanda-tanda


hipoventilasi

Monitor adanya kecemasan


pasien terhadap oksigenasi

Vital sign monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan


darah

Monitor VS saat pasien


berbaring, duduk atau berdiri

Auskultasi TD pada kedu lengan


dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum,


selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama


pernafasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernafasan


abnormal

Monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (


tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik )

Identifikasi penyebab dari


perubahan vitalsign

I. KOMPLIKASI

Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
Dengue shock syndrome ( DSS ). Selain menampakkan gejala demam berdarah, DSS
juga memunculkan gejala seperti :

 Tekanan darah menurun.


 Pelebaran pupil.
 Napas tidak beraturan.
 Mulut kering.
 Kulit basah dan terasa dingin.
 Denyut nadi lemah.
 Jumlah urine menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2. Salemba


Medika : Jakarta

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan.EGC : Jakarta

Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013.aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 1. Media Action publishing : yogyakarta .

Riyadi, Sujono dan suharsono . 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit .Yogyakarta :
Gosyen publishing .

Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada
Anak. Sagung Seto : Jakarta

Suriadi, yuliani .2010 .Asuhan Keperawatan Pada Anak .Jakarta : CV sagung seto .

Anda mungkin juga menyukai