Disusun oleh :
PUJI RAHAYU
NIM : N520184414
B. ETIOLOGI
Virus dengue sejenis arbovirus (Arthropod borne viruses ) artinya virus yang
ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti ( betina ) .Infeksi
yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama
demam,nyeri otot/sendi.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Keempatnya ditemukan di indonesia dengan
DEN-3 serotype terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody
terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut . Seorang yang tinggal
di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotype selama
hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di
Indonesia ( sujono, 2010 )
D. PATHOFISIOLOGI
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung
pada daya tahan manusia.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody,
dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani,
2001). Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada
infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat
infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-
antibodi) yang tinggi .
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.
Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah di bawah
kulit, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali). Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
KLASIFIKASI DHF :
Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan
DHF, meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk penderita DBD adalah jumlah trombosit dan
kadar hematokrit. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat menjadi pertanda
penyakit demam berdarah adalah:
- Ig G dengue positif.
- Trombositopenia, yaitu menurunnya jumlah trombosit darah hingga kurang dari
100.000/mm3
- Hemokonsentrasi; peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau lebih.
- Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan
hemokonsentrasi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi
pleura (tampak melalui rontgen dada) dan atau hipoalbuminemia menjadi bukti
penunjang adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada
pasien yang anemia dan atau mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok,
jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositopenia memperkuat diagnosis
terjadinya Dengue Shock Syndrom (WHO, 2004).
- Leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan
basofilyang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat
peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit
pada saat peningkatan suhu pertama kali.
2. Isolasi virus
3. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
4. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto
dada, BUN, creatinin serum.
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia.
- SGOT/SGPT mungkin meningkat.
- Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
- Waktu perdarahan memanjang.
- Asidosis metabolik.
- Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
6. Foto toraks lateral dekubitus kanan
Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Terapeutik
a. Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh ,gula, atau susu dan diberi
makanan lunak
e. Tirah baring
b. Observasi keadaan umum (Tanda – tanda Vital ) tiap 3 jam jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.1 Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak,
remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
3. RENCANA KEPERAWATAN
Berikan cairan
Nutrition Monitoring
Catat adanya
edema,hiperemik,hipertonik,papilla
lidah dan cavitas oral
Berikan antipireutik
Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Temperatur regulation
Monitor tekanan
darah,nadi,respirasi
sebelum,selama,dan setelah
aktivitas .
Tingkatkan istirahat
Tentukan
lokasi,karakteristik,kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian
obat
Berkomunikasi
dengan jelas dan sesuai
dengan kemampuan
Menunjukkan
perhatian,konsentrasi,
dan orientasi
Memproses informasi
Membuat keputusan
dengan benar
Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter ,
6 Resiko syok ( NOC NIC :
hipovolemik )
berhubungan Syok prevention Syok prevention
dengan Syok management Monitor status sirkulasi BP, warna
perdarahan yang kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR,
berlebihan, Kriteria Hasil : dan ritme, nadi perifer, dan kapiler
pindahnya cairan refill
intravaskuler ke Nadi dalam batas
ekstravaskuler yang diharapkan Monitor tanda inadekuat
Irama jantung dalam oksigenasi jaringan
batas yang diharapkan Monitor suhu dan pernafasan
Frekuensi nafas Monitor input dan output
dalam batas yang
diharapkan Pantau nilai laboratorium :
HB,HT,AGD dan elektrolit
Natrium serum dbn
Monitor hemodinamik invasi yang
Kalium serum dbn sesuai
Klorida serum dbn Monitor tanda dan gejala asites
Kalsium serum dbn Monitor tanda awal syok
Magenesium serum dbn
Tempatkan pasien pada posisi
PH darah serum dbn supine,kaki elevasi untuk
Hidrasi peningkatan preload dengan tepat
Syok management
I. KOMPLIKASI
Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
Dengue shock syndrome ( DSS ). Selain menampakkan gejala demam berdarah, DSS
juga memunculkan gejala seperti :
Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013.aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 1. Media Action publishing : yogyakarta .
Riyadi, Sujono dan suharsono . 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit .Yogyakarta :
Gosyen publishing .
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada
Anak. Sagung Seto : Jakarta
Suriadi, yuliani .2010 .Asuhan Keperawatan Pada Anak .Jakarta : CV sagung seto .