Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada

pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis

dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 %

terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada

umbilicus.

Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis

semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain

yang sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior

dari Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta

skiatika dari pelvis.( Rasjad C, 2010).

Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah

tindakan pembedahan. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus

prosedur bedah mengenai hernia inguinalis. Insiden dan prevalensi di seluruh

dunia tidak diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi dalam berbagai negara

memiliki tingkat yang bervariasi, berkisar antara 100 hingga 300 prosedur per

100.000 orang dalam satu tahun (Burney, 2012). Kasus hernia

inguinalis di USA (United States America) sekitar 800.000 kasus setiap

tahun dan negara Belanda sekitar 33.000 kasus setiap tahun (Ruhl, 2007). Salah

satu rumah sakit di Indonesia yaitu RSUD dr. Soehadi Prijonegoro kabupaten

Sragen terdapat 324 pasien hernia inguinalis dari keseluruhan pasien bedah

1
rawat jalan 5291 kasus pada tahun 2012 atau dengan prevalensi 6,12 %

(Rekam Medik, 2012).

1.2.Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan yang diharapkan dari

penulisan makalah ini yaitu:

Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hernia

Tujuan Khusus

1.2.1.Mengetahui definisi hernis

1.2.2.Mengetahui klasifikasi hernia

1.2.3.Mengetahui etiologi hernia

1.2.4.Mengetahui manifestasi klinis hernia

1.2.5.Mengetahui Patofisiologi hernia

1.2.6.Mengetahui pemeriksaan penunjang hernia

1.2.7.Mengetahui penatalaksanaan hernia

1.3.Manfaat

Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat secara teoritis untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai referensi bagi penulisan

makalah selanjutnya di bidang keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Definisi Hernia

Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia

abdomen, isiperut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan

muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi

hernia. Berdasarkan terjadinya hernia, dibagi atas hernia bawaan atau

congenital dan hernia dapatan atau akuisita. (Nurarif & Kusuma, 2015)

Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau abgian organ melalui

struktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada

rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muscular abdomen konginetal

atau didapat. (www.academia.edu/8922855/Laporan_pendahuluan_hernia)

3
2.2.Klasifikasi Hernia

2.2.1.Hernia Menurut Letaknya

1. Hernia hiatal adalah kondisi kondisi dimana kerongkongan turun, melalui

diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol

ke dada.

2. Hernia epigastrik terjadi di antarapusar dan bagian bawah tulang rusuk di

garis tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan

jarang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relative lemah,

hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidakdapat didorong kembali ke

dalam perut ketika pertama kali ditemukan.

3. Hernia umbilical berkembang di dalam dan sekitar umbilicus (pusar) yang

disebabkan bukan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum

kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari 1 cm), hernia

jenis ini biasanya menutup secara bertahap secara sebelum usia 2 tahun.

4. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul

sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika

dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui

celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari perempuan.

4
5. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih

sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

6. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini

muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar

tidak menutup sepenuhnya.

7. Hernia nucleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang

belakang. Di antara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang

mnyerap goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang

belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus intervertebralis

yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). HNP umumnya terjadi di punggung

bawah pada tiap tiga vertebra lumbar bawah. (Nurarif & Kusuma, 2015)

5
2.2.2.Hernia berdasarkan terjadinya:

1. Hernia bawaan atau congenital

Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): Kanalis inguinalis

adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi

desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik

peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang

disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir,

umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut

tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal kanalis ini

tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dulu, maka kanalis inguinalis

kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan

juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup

6
pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami

obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua

kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris

resistensi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal

meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis

lateralis akuisita.

2. hernia dapat atau akuisita (aquisitus=didapat): yakni hernia yang timbul

karena berbagai factor pemicu. (Nurarif & Kusuma, 2015)

2.2.3.Hernia menurut sifatnya

1. Hernia reponibel atau redusible yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk.

Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di

dorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

2. Hernia ireponibel yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke

dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada

peritoneum kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta

(accretes=perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun

tanda sumbatan usus.

3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceration=terperangkap,

carcer=penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia

inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam

rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau

vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia

ireponibel dengan gangguan pasase , sedangkan gangguan vaskularisasi disebut

sebagai hernia strangulata. Hernia strangulate mengakibatkan nekrosis dari isi

7
abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh

pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat

karenanya perlu mendapat pertolongan segera. (Nurarif & Kusuma, 2015)

2.3.Etiologi

Hernia dapat desebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:

2.3.1.Congenital

2.3.2.Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di

bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan

tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding

orang yang lemah.

2.3.3.Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus member tekanan

lebih di bagian perut. Kondisi ini dapat juga menjadi pencetus terjadinya hernia.

8
2.3.4.Mengejan

2.3.5.Mengangkat beban berat.

(Nurarif & Kusuma, 2015)

2.3.6.Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria ataupun wanita.

Pada anak-anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus

vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa

khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan

penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan

tekanan dalam rongga perut.

2.3.7.Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan

terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat

dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot

9
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya

prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

2.3.8.Kelahiran premature

Bayi yang lahir premature lebih berisiko menderita hernia inguinalis daripada bayi

yang normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna.

(www.academia.edu/8922855/Laporan_pendahuluan_hernia)

2.4.Patofisiologi Hernia

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau sebab yang

didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki

ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada

pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar

sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula

faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka

cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya

prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut,

dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis

tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi

penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam

10
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih

dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri

terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,

kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus

terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia

inguinalis lateralis congenital.

Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena

merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan

tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan

timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut

antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus

Iliofemoralis setelah apendiktomi.

Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis

di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup

yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu

menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian akan

mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik

abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah)

Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal

reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis. Pada

hernia reponibilis, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha

yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang

setelah berbaring. Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun

ada dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral

11
akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke

dalam kantung hernia.

Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi

gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.

Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan klien adalah

rasa sakit yang terus menerus. Terjadi gangguan pasase usus seperti abdomen

kembung dan muntah.

Pembuluh darah yang terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racun

yang akan berakibat terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi ini akan menjadi

sumber infeksi ke seluruh dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu

kematian. (www.academia.edu/8922855/Laporan_pendahuluan_hernia)

12
Pathway Hernia

13
2.5.Manifestasi Klinis

2.5.1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan

di lipat paha.

2.5.2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai

perasaan mual.

2.5.3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.

2.5.4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah

hebat serta kulit diatasnya akan menjadi merash dan panas.

2.5.5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing

sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hamturia (kencing

darah) disamping benjolan dibawah sela paha.

2.5.6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut

disertai sesak napas. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia

akan bertambah besar. (Nurarif & Kusuma, 2015)

2.6.Pemeriksaan Penunjang Hernia

1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi

usus.

2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan

hemokonsentrasi (peningkatan hematrokrit), peningkatan sel darah putih dan

ketidakseimbangan elektrolit. (Nurarif & Kusuma, 2015)

14
2.7.Penatalaksanaan Hernia

Penanganan hernia ada dua macam yaitu:

2.7.1.Konservatif (Townsend CM)

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang

telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh

kembali. Terdiri atas:

a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam

cavum peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.

Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara

memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis

strangulate kecuali pada anak-anak.


b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah

sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau

penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum peritoni.


c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan

operasi.
2.7.2.Operatif
Operatif merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada:
a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulate
d. Hernia incerserata
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia

ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy

15
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint

tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliqus intraabdominalis dan

m.transversus abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum).


c. Hernioplasty
Menjahit conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR

hilang/tertutp dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutp otot.

Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam

menurut kebutuhannya. (Nurarif & Kusuma, 2015)

2.8.Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hernia

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Pengkajian meliputi :

1. Identitas ( Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan

b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung dan

muntah , tidak nafsu makan apabila BAB atau mengejan timbul benjolan

16
c. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu .apabila

digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di selangkangannya.

d. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.

3. Pengkajian fisik

a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai

kesakitan, konjungtiva anemis.

b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada

tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang

O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.

c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada

pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.

d. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada

skortum.tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar , adanya disuria.

e. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena adanya

benjolan diselangkangan .

f. Abdomen :

Inspeksi : abdomen keras

Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan

Palpasi : ada benjolan

Perkusi : hypertimpani

4. Pengkajian fungsional Gordon

a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

17
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang

sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

b) Pola nutrisi dan metabolik

Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual muntah .

Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc

c) Pola eliminasi

BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine

BAB : adanya konstipasi

d) Pola aktivitas dan latihan

Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu

ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.

e) Pola istirahat tidur

Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di selangkangan

f) Pola persepsi sensori dan kognitif

Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat

g) Pola hubungan dengan orang lain

Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat ko ndisinya

pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.

h) Pola reproduksi / seksual

Pasien berjenis kelamin laki laki dan scortumnya mengalami pembesaran

sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas

i) Pola persepsi diri dan konsep diri

Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi

j) Pola mekanisme koping

18
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis

kesakitan

k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan

Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan

cobaan dari Tuhan.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi

inadekuat

3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

4. Resiko perdarahan b.d luka insisi post pembedahan

5. Resiko infeksi b.d luka insisi post pembedahan

3. Rencana Keperawatan

NO. Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri akut b.d Setelah melakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri


diskontuinitas keperawatan selama 2x24 jam secara komprehensif termasuk
jaringan akibat di harap nyeri dapat berkurang lokasi, karakteristik, durasi
tindakan operasi dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
presipitas
- Mampu mengontrol nyeri
( tahu penyebab nyeri, mampu 2. Gunakan komunikasi
menggunakan tehnik traupetik untuk mengetahui
nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri, mencari
bantuan ) 3. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri
4. Kontrol lingkungan yang

19
berkurang dengan dapat mempengaruhi nyeriseperti
menggunakan managemen suhu ruangan , pencahayaan dan
nyeri kebisingan.

- Menyatakan rasa nyaman 5. Pilh dan lakukan


setelah nyeri berkurang penanganan nyeri ( farmakologi,
non farmakologi dan inter
personal)

6. Kaji tipe dan sumber nyeri


untuk menentukan intervensi

7. Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

8. Tingkatkan istirahat

2. Risiko tinggi Setelah melakukan asuhan 1. Tinjau faktor-faktor individual


terhadap keperawatan selama 2x24 jam yang mempengaruhi
perubahan nutrisi di harapkan kebutuhan nutrisi kemampuan untuk
kurang dari pasien dapat terpenuhi mencerna/makan makanan,
kebutuhan tubuh misal : status puasa, mual.
berhubungan
dengan intake 2. Aukultasi bising usus palpasi
makanan abdomen. Catat pasase flatus.
inadekuat 3. Identifikasi
kesukaan/ketidaksukaan diet dari
pasien. Anjurkan pilihan makanan
tinggi

protein dan vitamin C

4. Berikan cairan IU, misal :


albumin. Lipid, elektrolit

3. Gangguan rasa Setelah melakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang


nyaman b.d keperawatan selama 2x24 jam menenangkan
gejala terkait di harap gangguan rasa nyaman
penyakit berkurang dengan kriteria hasil: 2. Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku pasien
- Status lingkungan yang
nyaman 3. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan

20
- Mengontrol nyeri 4. Instruksikan pasien
menggunakan tehnik relaksasi
- Kualitas tidur dan
istirahat adekuat 5. Berikan obat analgesik

- Respon terhadap
pengobatan

- Kontrol gejala

- Status kenyamanan
meningkat

4. Resiko Setelah melakukan asuhan 1. Monitor ketat tanda-tanda


perdarahan b.d keperawatan selama 2x24 jam pendarahan
luka insisi post di harap perdarahan berhenti
pembedahan dengan kriteria hasil: 2. Catat nilai Hb dan Ht
sebelum dan sesudah terjadinya
- Kehilangan darah yang pendarahan
terlihat
3. Pertahankan bet rest selama
- Tidak ada distensi pendarahan aktif
abdominal
4. Anjurkan pasien untuk
- Hemoglobin dan meningkatkan intake makanan
hematroktrik dalam batas yang banyak mengandung vitamin
normal K

5. Lakukan manual pressure


(tekanan ) pada area pendarahan

6. Gunakan ice pack pada area


pendarahan

7. Lakukan pressure dressing


(perban yang menekan ) pada area
yang luka

8. Intruksikan pasien untuk


membatasi aktifitas

5. Resiko infeksi b.dSetelah melakukan asuhan 1. Cuci tangan setiap sebelum


luka insisi post keperawatan selama 2x24 jam dan sesudah tindakan keperawatan
pembedahan di harap resiko infeksi hilang
dengan kriteria hasil: 2. Tingkatkan intake nutrisi

21
- Klien bebas dari tanda 3. Berikan terapi antibiotik bila
dan gejala infeksi perlu infection protection
( proteksi terhadap infeksi)
- Menunjukkn kemampuan
untuk mencegah timbulnya 4. Monitor tanda dan gejala
infeksi infeksi sistemik dan lokal

- Jumlah leukosit dalam 5. Inspeksi kondisi luka/ insisi


batas normal bedah

- Menunjukkan prilaku 6. Dorong istirahat


hidup sehat
7. Intruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep

8. Ajarkan pasien dan keluarga


tanda dan gejala infeksi

9. Ajarkan cara menghindari


infeksi

10. Laporkan kecurigaan infeksi

4. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan.

5. Evaluasi

Evaluasi diagnosa 1 : nyeri dapat berkurang bahkan menghilang

Evaluasi diagnosa 2 : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Evaluasi diagnosa 3 : pasien merasa lebih nyaman

Evaluasi diagnosa 4 : risiko perdarahan dapat teratasi

Evaluasi diagnosa 5 : risiko infeksi dapat teratasi

22
BAB III

PENUTUP

3.1.Simpulan

Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia

abdomen, isiperut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan

muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi

hernia. Berdasarkan terjadinya hernia, dibagi atas hernia bawaan atau

congenital dan hernia dapatan atau akuisita.

Penyebab dari hernia yaitu obesitas, kehamilan, umur, mengejan,

pengangkutan beban berat, dan congenital. Manifestasi klinis dari penyakit

hernia yaitu benjolan yang keluar masuk, adanya rasa nyeri, terdapat gejala

mual dan muntah. Penatalaksanaan hernia dapat dilakukan dengan cara

konservative dan operatif.

3.2.Saran

23
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS&NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

www.academia.edu/8922855/Laporan_pendahuluan_hernia (diakses pada tanggal

5 Juni 2017)

24

Anda mungkin juga menyukai