PENDAHULUAN
Atresia bilier adalah penyakit serius yang mana ini terjadi pada satu
dari 10.000 anak-anak dan lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada
anak laki-laki dan pada bayi baru lahir. Penyebab atresia bilier tidak diketahui,
dan perawatan hanya sebagian yang berhasil. Atresia bilier adalah alasan
menyebabkan hambatan aliran empedu. Jadi, atresia bilier adalah tidak adanya
dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan
bilirubin direk. Hanya tindakan bedah yang dapat mengatasi atresia bilier. Bila
86%, tetapi bila pembedahan dilakukan pada usia > 8 minggu maka angka
keberhasilannya hanya 36%. Oleh karena itu diagnosis atresia bilier harus
ii
empedu dari hati. Empedu dibuat oleh hati dan melewati saluran empedu dan
hati. Ketika empedu mulai merusak hati, menyebabkan jaringan parut dan
hilangnya jaringan hati. Akhirnya hati tidak akan dapat bekerja dengan baik
dan sirosis akan terjadi. Setelah gagal hati, pencangkokan hati menjadi
perlu. Atresia bilier dapat menyebabkan kegagalan hati dan kebutuhan untuk
bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1. Meski jarang tetapi
23 persen dari 162 bayi berpenyakit kuning akibat kelainan fungsi hati.
Sedangkan DiInstalasi Rawat Inap Anak RSU Dr. Sutomo Surabaya antara
(9,4%).
Dari 904 kasus atresia bilier yang terdaftar di lebih 100 institusi,
atresia bilier didapat pada ras Kaukasia (62%), berkulit hitam (20%),
Hispanik (11%), Asia (4,2%) dan Indian Amerika (1,5%) Kasus Atresia Bilier
ii
7,4/100.000 kelahiran hidup di USA, dan 10,6/100.000 kelahiran hidup di
terjadi pada 1 banding 10 ribu hingga 15 ribu bayi lahir hidup. Dengan angka
kelahiran hidup di Indonesia 4,5 juta pertahun, dari jumlah tersebut diprediksi
tahunnya. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah
1,4 : 1 (Wartapedia.2010).
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep Asuhan Keperawatan Atresia Bilier
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar penyakit Atresia Bilier
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan Atresia Bilier
1.3 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ii
Proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan
aliran empedu. Jadi, atresia bilier adalah tidak adanya atau kecilnya lumen
empedu dan peningkatan degenerasi edema hepatic dan bilirubin direk (Dr.
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir.
Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah
pucat, Penurunan berat badan dan ini berkembang ketika tingkat ikterus
meningkat.
empedu tidak terbentuk pada saat lahir dan biasanya disertai dengan
ii
kelainan congenital lainnya seperti situs inversus, polysplenia,malrotasi,
dan lain-lain.
menyebabkan ikterus persisten dan kerusakan hati yang bervariasi dari statis
2.1.2 Etiologi
ahli menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan
organ pada 30% kasus atresia bilier. Namun, sebagian besar penulis
ii
Beberapa anak, terutama mereka dengan bentuk janin atresia bilier,
penyakit keturunan. Kasus dari atresia bilier pernah terjadi pada bayi kembar
identik, dimana hanya 1 anak yang menderita penyakit tersebut. Atresia bilier
hidup janin atau sekitar saat kelahiran. Kemungkinan yang "memicu" dapat
paten.
II. IIa. Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus bilier komunis,
sampai ke hilus.
ii
Tipe I dan II merupakan jenis atresia bilier yang dapat dioperasi
(correctable), sedangkan tipe III adalah bentuk yang tidak dapat dioperasi
(non-correctable). Sayangnya dari semua kasus atresia bilier, hanya 10% yang
Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah
baru lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari
saat lahir, tapi ikterus berkembang pada dua atau tiga minggu setelah lahir
Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk
yang masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
ii
a. Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan
malnutrisi.
b. Gatal-gatal
c. Rewel
portal / Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang
2.1.5. Patofisiologi
bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai
aliran normal empedu dari hati ke kantong empedu dan usus. Akhirnya
terbentuk sumbatan dan menyebabkan cairan empedu balik ke hati ini akan
ii
tertumpuk dapat merusak hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis.
menyebabkan rasa gatal. Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan
dikeluarkan ke dalam aliran darah, yang dapat mewarnai kulit dan bagian
putih mata sehingga berwarna kuning. Degerasi secara gradual pada hati
empedu dari hati ke dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat
diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D,E,K dan gagal
tumbuh.
Vitamin A, D, E, K larut dalam lemak sehingga memerlukan lemak
disimpan dalam hati dan lemak didalam tubuh, kemudian digunakan saat
hijau gelap dan dalam bentuk retinol pada makanan yang berasal dari hewan.
Wortel, mangga, labu, pepaya, bayam, brokoli, selada air, kuning telur, susu
ii
2. Vitamin D
Ikan berlemak seperti sarden, mackerel, tuna, telur, makanan yang
diperkaya seperti margarin dan sereal adalah sumber vitamin D. Vitamin ini
tulang menjadi lemah dan lunak. Vitamin D dapat diproduksi tubuh saat kulit
pada mereka yang memiliki diet rendah vitamin D atau jarang terkena sinar
hal tersebut sangat jarang terjadi. Tidak ada rekomendasi mengenai diet
vitamin D untuk orang dewasa yang hidup normal dan cukup terpapar sinar
matahari.
3. Vitamin E
Vitamin E hadir dalam minyak wijen, kacang kedelai, beras, jagung
dan biji bunga matahari, kuning telur, kacang-kacangan dan sayuran. Vitamin
kulit. Kekurangan vitamin E pada manusia jarang terjadi, kecuali pada bayi
berdaun hijau tua adalah sumber terbaik vitamin ini. Vitamin K terlibat dalam
ii
pembekuan darah dan kekurangannya dapat menyebabkan perdarahan
terjadi, kecuali pada bayi baru lahir dan mereka yang memiliki masalah
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan rutin
Pada setiap kasus kolestasis harus dilakukan pemeriksaan kadar
fungsi hati, dan gamma-GT. Kadar bilirubin direk < 4 mg/dl tidak
ekstrahepatik.
Menurut Fitzgerald, kadar gamma-GT yang rendah tidak
atresia bilier.
1) Pemeriksaan urine : pemeriksaan urobilinogen penting artinya pada
ii
3) Fungsi hati : bilirubin, aminotranferase dan faktor pembekuan :
pada keadaan puasa, saat minum dan sesudah minum.Bila pada saat
I / distal.
b. Sintigrafi hati
Pemeriksaan sintigrafi sistem hepatobilier dengan isotop
ii
kolestasisintrahepatik pengambilan isotop oleh hepatosit berlangsung
lambat atau tidak terjadi sama sekali. Di lain pihak, pada kolestasis
ii
Sampai saat ini pemeriksaan kolangiografi dianggap sebagai baku
3. Biopsi hati
Gambaran histopatologik hati adalah alat diagnostik yang paling
empedu pasca operasi Kasai di 6 tukan oleh diameter duktus bilier yang
paten di daerah hilus hati. Bila diameter duktus100 200 u atau 150
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
a. Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama
ii
1) Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per oral.
2) Fenobarbital akan merangsang enzimglukuronil transferase (untuk
sekunder
b. Melindungi hati dari zat toksik, dengan memberikan : Asam
vitamin A, D, E, K
3. Terapi bedah
a. Kasai Prosedur
Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang
ii
pada 5-10% penderita. Untuk melompati atresia bilier dan langsung
hati.
b. Pencangkokan atau Transplantasi Hati
Transplantasi hati memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk
dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Karena hati adalah organ satu-
satunya yang bisa bergenerasi secara alami tanpa perlu obat dan fungsinya
anak dengan atresia bilier. Di masa lalu, hanya hati dari anak kecil yang
dapat digunakan untuk transplatasi karena ukuran hati harus cocok. Baru-
baru ini, telah dikembangkan untuk menggunakan bagian dari hati orang
ii
menyebabkan perdarahan berlebihan dan kesulitan dalam
kangkung, susu, dan sayuran berdaun hijau tua adalah sumber terbaik
vitamin ini.
a. Nutrisi support, terapi ini diberikan karena klien dengan atresia
pertumbuhan klien.
2.1.8 Komplikasi
1. Kolangitis:
komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatic ke usus,
bulan setelah prosedur Kasai sebanyak 30-60% kasus.Infeksi ini bisa berat
ii
Portal hipertensi terjadi setidaknya pada dua pertiga dari anak-anak
esofagus.
3. Hepatopulmonary syndrome dan hipertensi pulmonal:
Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis
namun dapat dilakukan lebih awal (dari 6 bulan hidup) untuk mengurangi
kerusakan dari hati. Atresia bilier mewakili lebih dari setengah dari
ii
setelah operasi Kasai tetapi timbul ikterus yang rekuren (kegagalan
(hepatopulmonary sindrom).
1. Identitas
Meliputi Nama,Umur, Jenis Kelamin dan data-data umum lainnya. Hal
ini dilakukan sebagai standar prosedur yang harus dilakukan untuk mengkaji
atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama dalam penyakit Atresia Biliaris adalah Jaundice dalam 2
minggu sampai 2 bulan Jaundice adalah perubahan warna kuning pada kulit
dan mata bayi yang baru lahir. Jaundice terjadi karena darah bayi
merah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Anak dengan Atresia Biliaris mengalami Jaundice yang terjadi dalam
2 minggu atau 2 bulan lebih, apabila anak buang air besar tinja atau feses
lemah, pruritus. Anak tidak mau minum dan kadang disertai letargi
(kelemahan)
4. Riwayat Penyakit Dahulu
ii
Adanya suatu infeksi pada saat Infeksi virus atau bakteri masalah dengan
kekebalan tubuh. Selain itu dapat juga terjadi obstruksi empedu ektrahepatik.
diabetes mellitus, dan infeksi virus rubella. Akibat dari penyakit yang di
derita ibu ini, maka tubuh anak dapat menjadi lebih rentan terhadap penyakit
kasar, motorik halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada pasien atresia
ii
biliaris dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari
keluarga. Selain itu, pada anak dengan atresia biliaris, kebutuhan akan asupan
nutrisinya menjadi kurang optimal karena terjadi kelainan pada organ hati dan
yaitu pola kebersihan yang cenderung kurang. Orang tua jarang mencuci
tangan saat merawat atau menetekkan bayinya. Selain itu, kebersihan botol
biliaris terjadi gangguan yaitu ditandai dengan anak gelisah dan rewel
terdapat distensi abdomen dan asites yang ditandai dengan urine yang
berwarna gelap dan pekat. Feses berwarna dempul, steatorea. Diare dan
regurgitasi berulang.
e. Pola kognitif dan persepsi sensori: pola ini mengenai pengetahuan orang
ii
g. Pola hubungan-peran: biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam
berupa:
1) Air kemih bayi berwarna gelap
2) Tinja berwarna pucat
3) Kulit berwarna kuning
4) Berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan
berlangsung lambat
5) Hati membesar.
b. Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala
berikut:
1) Gangguan pertumbuhan
2) Gatal-gatal
3) Rewel
4) Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang
ii
Inspeksi : Wajah
: simetris
Rambut : lurus/keriting, distribusi merata/tidak
Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : kemungkinan terdapat pernafasan cuping
Hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut : mukosa biibir kemungkinan terdapat
ikterik
Lidah : normal
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan
nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : dullness
Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi kemungkinan
yang luas.
2) Tidak ada urobilinogen dalam urine.
ii
3) Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase
empedu)
2) Memasukkan pipa lambung cairan sampai duodenum lalu cairan
konjungtiva anemis
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi
vomitting pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah
pasien
e. Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan malabsorbsi
ii
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva
anemis
program
10. Berikan vitamin-vitamin larut lemak (A,
D, E, K)
peningkatan distensi abdomen ditandai oleh adanya perasaan sesak pada pasien
ii
b. Kedalaman inspirasi dan kedalaman eksensi pada saat beristirahat
Kolaborasikan operasi apabila
bernafas
c. Tidak ada penggunaan otot bantu dibutuhkan
demam
pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah pasien
keseimbangan cairan dan elektrolit (cairan infus, susu per NGT, atau jumlah
ii
b. Turgor kulit membaik nitrogen urea darah dan kreatinin serta
c. Produksi urin 1-2ml/kgBB/jam
darah lengkap
menetap
6. Monitor hasil Lab (elektrolit dan
leukosit)
7. Monitor turgor kulit, mukosa oral
yang tepat
ii
Tujuan: pasien akan dapat beraktivitas
1. Observasi adanya pembatasan klien
tidur/istirahat pasien
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi
gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva
anemis
a. mengkaji adanya distensi pada abdomen pasien
b. memantau masukan nutrisi dan frekuensi muntah
c. menimbang berat badan pasien
d. mengkolaborasikan pemberian diet pada pasien sedikit namun sering
e. mempertahankan kebersihan oral pasien sebelum makan
f. mengkonsultasikan dengan ahli diet sesuai indikasi
g. memberikan diet rendah lemak, tinggi serat, dan batasi makanan penghasil
gas
h. memberikan makanan mengandung MCT sesuai indikasi
i. memonitor laboratorium untuk kadar albumin dan protein sesuai program
j. memberikan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi
ii
c. mengawasi leher klien agar tidak tertekuk atau memosisikan leher klien
duktusbilier ekstrahepatik
a. memberikan kompres air biasa pada aksila, kening, leher, dan lipatan paha
b. memantau suhu minimal setiap 2 jam sekali sesuai kebutuhan
c. memberikan pasien pakaian tipis
d. memanipulasi lingkungan senyaman mungkin bagi pasien dengan
pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan muntah pasien
a. memantau asupan dan cairan pasien perjam
b. memeriksa feses pasien setiap hari
c. memantau lingkar perut bayi
d. mengobservasi tanda-tanda dehidrasi pada pasien
e. mengkolaborasikan pemeriksaan elektrolit, kadar protein total termasuk
ii
1. Diagnosa 1: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan penyerapan lemak, ditandai oleh berat badan turun dan konjungtiva
anemis
S: Orang tua pasien mengatakan jika sang anak tidak mau menghabiskan
makanannya
O: BB menurun, Muntah, dan konjungtiva tampak anemis
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2. Diagnosa 2: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
nausea dan vomitting pada pasien ditandai oleh tingginya frekuensi mual dan
muntah pasien
S: Keluarga mengatakan sejak pagi pasien muntah-muntah setelah makan
O: muntah sebanyak gelas kecil, wajah terlihat pucat dan sianosis
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
5. Diagnosa 5: Gangguan eliminasi fekal (diare) berhubungan dengan
malabsorbsi
S: keluarga mengatakan pasien sudah mulai berkurang BABnya
O: pasien BAB 2 kali dalam sehari, dengan konsentrasi cair
A: masalah teratasi sebangian
P: lanjutkan intervensi
6. Diagnosa 6: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
S: pasien mengatakan sudah dapat beraktivitas, dan tidak lelah
O: nadi 95 kali / menit, RR: 21 kali / menit
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
ii
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam
organ pada 30% kasus atresia bilier. Namun, sebagian besar penulis
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir.
Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah
pucat, Penurunan berat badan dan ini berkembang ketika tingkat ikterus
meningkat.
3.2 Saran
ii
Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
Oldham, Keith T.et all (eds); Biliary Atresia at Principles and Practice of Pediatric
Parlin Ringoringo. 1991. Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak,FK UI,
15AtresiaBilier086.html
Widodo Judarwanto. 2010. Atresia Bilier, Waspadai Bila Kuning Bayi Baru Lahir
:http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/02/07/atresia-bilier waspadai-
bila-kuning-bayi-baru-lahir-yang-berkepanjangan/
ii
Mark Davenport. Biliary Atresia. London: 2010. Available from : url :
http://asso.orpha.net/OFAVB/__PP__4.html
ST.Louis Children's Hospital. Biliary Atresia. Washington University School of
http://www.stlouischildrens.org/content/greystone_779.htm
North American Society For Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and
Documents/pdf /diseaseInfo/BiliaryAtresia-E.pdf
Steven M. Biliary Atresia. Emedicine. 2009. Available From: url: http://
:http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-ena504-pkb.pdf
ii