DisusunOleh :
1. Nur Afandi
2.Masrifah
3. Tutuk Nurwahyuni
4. Harmaniati
5. Citra Dwi Yuliana
6. Mochamad Cholid Hanafi
7. Nur HeppyFauzia
8. Elisabect Simarmata
131511123043
131511123045
131511123047
131511123049
131511123051
131511123053
131511123055
131511123057
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan progresif pada duktusbilierekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan
aliran empedu. Jadi, atresia bilier adalah tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM BILIER
Sistem bilier terdiri dari organ-organ dan saluran (saluran empedu, kandung empedu, dan
struktur terkait) yang terlibat dalam produksi dan transportasi empedu.berikutini urutan
transportasi empedu:
1. Ketika sel-sel hati mengeluarkan empedu, dikumpulkan oleh sistem saluran yang
mengalir dari hati melalui saluran hati kanan dan kiri.
2. Saluran ini akhirnya mengalir ke saluran hepatik umum.
3. Duktus hepatika kemudian bergabung dengan duktus sistikus dari kandung empedu
untuk membentuk saluran empedu umum, yang berlangsung dari hati ke duodenum
(bagian pertama dari usus kecil).
4. Sekitar 50% dari empedu yang dihasilkan oleh hati yang pertama disimpan di kantong
empedu, organ berbentuk buah pir yang terletak tepat di bawah hati.
5. Ketika makanan dikonsumsi, kontrak kandung empedu dan rilis disimpan empedu ke
duodenum untuk membantu memecah lemak.
Garam empedu adalah komponen aktual yang membantu memecah dan menyerap lemak.
Empedu, yang dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk kotoran, adalah apa yang memberikan
kotoran warna gelapnya coklat (Tim Ohio State University,2011)
2.2 DEFINISI
Atresia bilier adalah penyakit serius yang mana ini terjadi pada satu dari 10.000 anak
anak dan lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki dan pada bayi baru
lahir Asia dan Afrika-Amerika daripada di Kaukasia bayi baru lahir. Penyebab atresiabilier
tidak diketahui, dan perawatan hanya sebagian berhasil. Atresiabilier adalah alasan paling
umum untuk pencangkokan hati pada anak-anak di Amerika Serikat dan sebagian besar dunia
Barat (Santoso, Agus.2010).
Atresia bilier adalah suatu defek kongenital yang merupakan hasil dari tidak adanya atau
obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau intrahepatik (Suriadi dan
Rita Yulianni, 2006).
Atresia billier adalah (billiary atresia ) adalah suatu penghambatan di dalam pipa/ saluransaluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu
(
gallbladder).
Ini
merupakan
kondisi
congenital
yang
berarti
terjadi
saat
Tipe I Atresia sebagian atau totalis yang disebut duktus hepatikus komunis, segmen
proksimal paten
b. Tipe IIa Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus billiaris komunis, duktus
sistikus, dan kandung empedu semuanya)
c.
Tipe IIb Obliterasi duktus bilierkomunis, duktus hepatikus komunis, duktus sistikus,
kandung empedu normal
d. Tipe III Obliterasi pada semua system duktus billier ekstrahepatik sampai ke hilus
Tipe I dan II merupakan jenis atresia bilier yang dapat dioperasi (correctable),
sedangkan tipe III adalah bentuk yang tidak dapat dioperasi (non-correctable). Sayangnya
dari semua kasus atresia bilier, hanya 10% yang tergolong tipe I dan II
2.4 ETIOLOGI
Etiologi atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli menyatakan
bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan adanya kelainan kromosom
trisomi17, 18 dan 21; serta terdapatnya anomali organ pada 30% kasus atresiabilier.
Namun, sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresiabilier adalah akibat proses
inflamasi yang merusak duktusbilier, bisa karena infeksi atau iskemi. Beberapa anak,
terutama mereka dengan bentuk janin atresiabilier, seringkali memiliki cacat lahir lainnya
di jantung, limpa, atau usus.
Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangattinggi
urin.
Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yangmasuk
ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjad ibengkak akibat
pembesaran hati.
Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat
Degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus, dan
hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan lemak yang larut
dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi, defisiensi lemak larut dalam air
serta gagal tumbuh.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
-
darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yangmengangkut darah dari lambung, usus
dan limpa ke hati).
2.4 PATOFISIOLOGI
Sebelum hal ini dilakukan bayi menjalani tes darah dan x-ray selama beberapa hari dan sering
diambil biopsi hati, yang dapat membantu menegakkan diagnosis atresia bilier.
Beberapa model pencitraan digunakan dalam pemeriksaan diagnosis atresia biliaris.
Meskipun beberapa sangat disarankan untuk penyakit ini, tapi tak satupun yang dapat spesifik
menunjukan satu gejala patogen (pathognomonik), dan melakukan lebih dari satu jenis test
umum terjadi.
1.Pembedahan dan kolangiografi perkutan Biopsy liver sering digunakan untuk
menentukan diagnose atresia biliaris dan mungkin dilakukan dalam waktu yang sama
dengan pembedahan atau kolangiografi perkutan.
2.. Ultrasonografi melalui kolesistolangiografi perkutan, merupakan tekhnik yang
cukup baru dimana bahan radiografi kontras diinjeksikan ke dalam kandung empedu
dibawah panduan ultrasonografi dan system biliaris ekstrahepatik dilihat dengan
flouroskopi. Meskipun invasive, tekhnik ini memiliki keuntungan yang sangat baik,
yakni lebih mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan anastesi general.
3.Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) merupakan prosedur
pencitraan diagnostic yang lainnya. Meskipun ini teknik invasive jarang digunakan,
hasil studi oleh Petersen et al merekomendasikan ERCP dilakukan sebelum
laparotomi pada semua pasien yang diduga memiliki atresia biliaris. Dalam studi ini,
ERCP dilakukan pada pasien kolestatis kurang daru 6 bulan, yangdiduga memilliki
penyebab kolestasis ekstrahepatik, yakni atresia biliaris. Dalam hal ini, sensitivitas
ERCP untuk mendiagnosis atresia bilier adalah 92% dan spesifisitas adalah 73%.
Pada analisis retrospektif oleh Shanmugam dkk, ERCP memiliki nilai prediksi yang
tinggi untuk atresia biliaris pada bayi kolestasis kurang dari 100 hari.
4. MRI Temuan pada bayi dengan atresia bilier termasuk visualisasi lengkap dari
sistemextrahepatic empedu dan intensitas sinyal periportal tinggi pada T2-tertimbang
Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan (yang mungkin merupakan dilatasi kistik
dari saluran empedu janin dengan sekitarnya fibrosis). Visualisasi lengkap dari sistem
bilier ekstrahepatik tidak termasuk atresia bilier, tetapi tidak memperlihatkan
gambaran yang menunjukan penyakit saluransaluran empedu atau hati.
5.Ultrasonografi. Ultrasonografi umumnya merupakan investigasi awal pada pasien
yang dicurigai atresia bilier. Hal ini dapat digunakan untuk menilai sistem
hepatobiliary
neonatal
dan
dapat
tidak
termasuk
anomali
anatomi
denganikterik. Pada atresia bilier, kandung empedu kecil atau tidak terlihat. Duktus
bilier tidak terlihat dan hepar mungkin mengalami peningkatan echogenicity. Sebagai
tambahan, munculnya anomali polisplenia (limpa multipel, vena portapre-duodenal,
situs inversus, dan absensia vena cava infrahepatik) memberi kesandiagnosis.
6. Nuklear Imaging . Skintigrafi Hepatobiliary telah digunakan dalam diagnosis
atresia bilier selamabertahun-tahun. Biasanya digunakan analog sebuah teknesiumberlabel asam iminodiacetic (IDA). Misalnya, radiopharamceuticals termasuk Tc
(technetium-99m) DISIDA (diisopropyl-iminodiacetic acid) dan Tc mebrofenin
(trimethylbromo-iminodiacetic
acid).
Pencitraan
hepatobilier
menggunakan
2.6
Idiopa
tik
Kelainan kongenital
Mual/muntah
MK : Kekurangan vol
cairan
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa
1) Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama asam
empedu (asam litokolat) , dengan memberikan :
- Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per oral.
- Fenobarbital akan merangsang enzimglukuroniltransferase
(untuk
450
(untukoksigenisasitoksin),
enzim
Na+
K+
dibagi
dosis,
per
oral.
Asam
telah
juga
meningkatkankemungkianan
untuk
dilakukannya
transplantasi pada anak-anak dengan atresiabilier.Di masa lalu, hanya hati dari
anak kecil yang dapat digunakan untuk transplatasikarena ukuran hati harus cocok.
Baru-baru ini, telah dikembangkan untukmenggunakan bagian dari hati orang
dewasa,
yang
disebut"reducedsize"
atau
"splitliver"
transplantasi,
untuk
Palliative treatment
Supportive treatment
-Nutrisi support, terapi ini diberikan karena klien dengan atresia bilier
mengalami obstruksi aliran dari hati ke dalam usus sehingga menyebabkan lemak
dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi. Oleh karena itu diberikan makanan
yang mengandung medium chain triglycerides (MCT) seperti minyak kelapa.
- Perlindungan kulit bayi secara teratur akibat dari akumulasi toksik yang
menyebar ke dalam darah dan kulit yang mengakibatkan gatal (pruiritis) pada
kulit.
- Pemberian health edukasi dan emosional support, keluarga juga turut membantu
dalam memberikan stimulasi perkembangan dan pertumbuhan klien.
2.8 KOMPLIKASI
1. Kolangitis:
komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatic ke usus, dengan aliran
empedu yang tidak baik, dapat menyebabkan ascending cholangitis. Hal ini terjadi
terutamadalam minggu-minggu pertama atau bulan setelah prosedur Kasai sebanyak
30-60% kasus.Infeksi ini bisa berat dan kadang-kadang fulminan. Ada tanda-tanda
sepsis (demam, hipotermia,status hemodinamik terganggu), ikterus yang berulang,
feses acholic dan mungkin timbul sakitperut. Diagnosis dapat dipastikan dengan
kultur darah dan / atau biopsi hati.
2. Hipertensi portal:
Portal hipertensi terjadi setidaknya pada dua pertiga dari anak-anak setelah
portoenterostomy. Hal paling umum yang terjadi adalah varises esofagus.
3. Hepatopulmonary syndrome dan hipertensi pulmonal:
Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis atau
prehepatic hipertensi portal) atau diperoleh (bedah) portosystemic shunts, shunts pada
arterivenosus pulmo mungkin terjadi. Biasanya, hal inimenyebabkan hipoksia,
sianosis, dan dyspneu. Diagnosis dapat ditegakan dengan scintigraphyparu. Selain itu,
hipertensi pulmonal dapat terjadi pada anak-anak dengan sirosis yang menjadi
penyebab kelesuan dan bahkan kematian mendadak. Diagnosis dalam kasus ini dapat
ditegakan oleh echocardiography. Transplantasi liver dapat membalikan shunts, dan
dapat membalikkan hipertensi pulmonal ke tahap semula.
4. Keganasan:
Hepatocarcinomas, hepatoblastomas, dan cholangiocarcinomas dapat timbul
padapasien dengan atresia bilier yang telah mengalami sirosis. Skrining untuk
keganasan harusdilakukan secara teratur dalam tindak lanjut pasien dengan operasi
Kasai yang berhasil.
Hasil setelah gagal operasi kasai Sirosis bilier bersifat progresif jika operasi
Kasai gagal untuk memulihkan aliran empedu,dan pada keadaan ini harus dilakukan
transplantasi hati. Hal ini biasanya dilakukan di tahun kedua kehidupan, namun dapat
dilakukan lebih awal (dari 6 bulan hidup) untuk mengurangi kerusakan dari hati.
Atresia bilier mewakili lebih dari setengah dari indikasi untuk transplantasi hati di
masa kanak-kanak. Hal ini juga mungkin diperlukan dalam kasus-kasus dimana pada
awalnya sukses setelah operasi Kasai tetapi timbul ikterus yang rekuren (kegagalan
sekunder operasi
Kasai),
atau
untuk
berbagai
komplikasi
dari
sirosis
(hepatopulmonary sindrom).
2.9 PROGNOSIS
Keberhasilan portoenterostomi ditentukan oleh usia anak saat dioperasi, gambaran
histologik porta hepatis, kejadian penyulit kolangitis, dan pengalaman ahli bedahnya
sendiri. Bila operasi dilakukan pada usia < 8 minggu maka angka keberhasilannya
71,86%, sedangkan bila operasi dilakukan pada usia > 8 minggu maka angka
keberhasilannya hanya 34,43%. Sedangkan bila operasi tidak dilakukan, maka angka
keberhasilan hidup 3 tahun hanya 10% dan meninggal rata-rata pada usia 12
bulan. Anak termuda yang mengalami operasi Kasai berusia 76 jam. Jadi, faktor-faktor
yang mempengaruhi kegagalan operasi adalah usia saat dilakukan operasi > 60 hari,
adanya gambaran sirosis pada sediaan histologik hati, tidak adanya duktus bilier
ekstrahepatik yang paten, dan bila terjadi penyulit hipertensi portal. (Dewi,
Kristiana.2010.Atresia bilier)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1) Anamnesa
a. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, usia, jenis kelamin,
b. Keluhan Utama
Pasien masuk rumah dengan keluhan sakitjaundice dalam 2 minggu sampai 2
bulan
c. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada pasien biasanya terdapat jaundice, tinja warna pucat, distensi abdomen,
hepatomegali, lemah, pruritus, bayi tidak mau minum, letargi
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ibu pernah terinfeksi virus seperti rubela
NOC
NIC
Rasional
Tujuan:
suhu
membantu
lipatan paha.
Kriteria hasil:
Suhu
normal
demam.
kemungkinan adanya
37,5
kenaikan
mendadak
Mengetahui
suhu
secara
Membantu
N=<100 x/mt, RR :
mengurangi panas di
30-40 x/mt
tubuh
4.Manipulasi
lingkungan 4.Memberikan
rasa
seperti
nyaman dengan
mengurangi
keadaan
panas akibat
suhu
pengaruh
lingkungan
5.Kolaborasi:
Berikan
obat
sesuai kebutuhan
5.Digunakan
anti
untuk
piretik mengurangi
demam
dengan
sentralnya
pada hipotalamus.
aksi
II
Bayi
1. Memungkinan
mempertahankan
cairan bayipejam
evaluasikeseimbangan
Keseimbangancairan
cairanbayi
dan
tindakanlebih lanjut
elektrolit
ditandai
pengisian
yang
dengan
yang diberikan,
kembali
(timbangpopok)
2. Mengetahui
dan
kadar
PHfeces
dari
untukmenentukan
kulit
absorpsi
lemak
urine
dankarbohidrat
1-2ml/kgBB/jam
bayi.
3. Untuk mendeteksi
asites
4. Observasitandatandadehidrasi(oliguria,
kuiltkering,
turgorkulit
buruk,ubun-ubun danmata
cekung
kanintervensi
mengatasaikekuranga
untukPemeriksaanelektroli
kadarprotein
total,albumin,nitrogen
ureadarah
dehidrasimengindikasi
segeradalam
5. Kolaborasi
t,
4. Tanda
dankreatinin
sertadarah lengkap
n cairanpada bayi.
5. Mengevaluasi
keseimbangan dan
elektrolit
III
Bayi
menunjukkan
peningkatan
3. Bandingkanperubahan
progresif,mencapai
tujuan
normal
kebutuhanpemasukan/
defisiensi
2.Mungkin
sulit
untukmenggunakan
berat badan sebagai
nilai
laboratorium
informasi
tentang
badan
dengan
1.Memberikan
indicator
langsungstatus nutrisi
karena
ada
gambaranedema/asites
3.Pasien
cenderung
mengalami
luka/perdarahan
gusi
dan
enak
rasa
mulut,
IV
Bayi
tak
menambah
anoreksia
1. Mencegah
akan 1. Mandikandengan
kulit
mempertahankan
keringdanpenghilang
rasa gatal
ditandaidengan
kulit
2. Kelembapanmeningk
kering
dan bersih
atkanpruritus
dan
posisimenurunkan
tekananpada jaringan
danuntuk
memperbaikisirkulasi
pendek,berikan
cideratambahan pada
sarungtangan
bilamemungkinkan
kulitkhususnya
tidur
5. Berikan
dari
obatsesuai
indikasi (antihistamin)
5. Antihistamin
bila
dapatmengurangi
rasagatal
secara
pencapaian
2. Jelaskan
bayimereka
dapatsaja
tidakmencapaitahap-
pertumbuhan
dan
perkembangan
padaorangtuabahwa
tahappentingperkembanga
ndengankecepatanyang
yang
sesuai
samaseperti
padabayi
keterampilan motorik
kasar
2. Meningkatkan
pemahaman orangtua
dan
untuk
penerimaan
kondisi
bayi
sehat
3. Sedapatmungkinlakukanin
tervensisecaraberkelompo
k
VI
Bayi akan
1.Awasi
mempertahankan
kedalaman,dan upaya
cepat/dispneu
Pernafasan
mungkin ada
bebas dispneu
hubungan hipoksia
dan sianosis,
dalam abdomen
dan kapasitas
vital dalam
Menunjukan
rentang normal
terjadinya
komplikasi
Perubahan mental
3. Observasi perubahan
dapat menunjukkan
Tingkat kesadaran
menurunkan tekanan
pada diagfragma
Untuk mencegah
5. Berikan tambahan O2
Hipoksia
Mengetahui
6.
Kolaborasi
pemeriksaan GDA
perubahan
untuk status
pernafasan dan
terjadinya komplikasi
paru
VII Meningktakan
1.Identifikasi
tingkat 1.Mengetahui
sejauh
perawatan penyakit
yang
anaknya
pemahaman
penyakit
pengobatan
pengetahuan
tentang
dan
penyakit
dialami
serta
anaknya
yg
tentang
informasi
prose
pengobatan
4.Jelaskan
pentingnya 4.Stimulasi
dapat
visual, sentuhan
penyakit
diberikan
BAB IV
STUDI KASUS
Kasus:
An.M (perempuan , 2 bulan 4 hari) dibawa ke RSUA dengan keluhan 1 bulan
pasca kelahiran sedikit demi sedikit kulit tampak berwarna kuning dan badannya
panas
membesar dan selalu rewel. Dari hasil pemeriksaan diketahui adanya hipertensi
vena portal, peningkatan kadar bilirubin dan hasil rontgen didapatkan adanya
pembesaran hati.
4.1 Pengkajian Anak
4.1.1 Anamnesa
a.Data Demografi klien:
1) Nama
: An. M
2)Usia
: 2 bulan 4 hari
3) Jenis Kelamin
: Laki-laki
4) Suku/Bangsa
:Jawa/ Indonesia
6) Agama
:Islam
7)Tgl MRS :11-10-2015
8)Jam MRS :16.00
9)Diagnosa:Atresia Billier
5) Alamat
:Mulyorejo, Surabaya
b.Identitas penanggung jawab
1)Nama
: Tn E
2)Umur
:40 Tahun
3)Jenis kelamin
:Laki-laki
4)Pendidikan/pekerjaan:SLTA/Wiraswata
5)Hubungan dg klien: Ayah klien
c.Keluhan utama: ayah klien mengatakan anak M mengalami demam
(38,4C)
d. Riwayat penyakit sekarang: Demam selma4 hari, rewel . perut klien
buncit dank eras, kulit tampak kuning, kencing berwana gelap, dan
feses pucat.
e.Riwayat penyakit sebelomnya: tidak ada
f.Riwayat tumbuk kenang anak
- Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG
diberikan saat lahir, Polio oral diberikan bersamaan dengan DPT
-Status gizi : Kekurangan gizi akibat gangguan penyerapan
makanan terutama vitamin larut lemak (A, D, E,K)
-Tahap Perkembangan anak menurut teori psikososial:
Klien An M mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan,
minuman serta kenyamanan dari orang tua sendiri.
-Tahap kepribadian anak menurut teori psikoseksual
Klien An. M menunjukkan karakter awal kepribadiannya dengan
mengenali siapa yang mengasuhnya . Klien menyukai saat di gendong
dan di ayun-ayun. Perilaku kegiatan motorik sederhana terkoordinasi,
dengan menggerakkan jari tangan, menggenggam ibu-ibu jari yang
berhubungan dengan emosi dengan orang tua, saudara dan orang lain
9. Riwayat Kesehatan keluarga
-Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama merawa klien
-Lingkungan dan komunitas: Lingkungan sekitar rumah berada di area
perindustrian kimia
-Persepsi keluarga tentang penyakit anak merupakan cobaab tuhan
4.1.2
Pemeriksaan fisik
a.B1: RR meningkat >40 x/mnt, suhu 38,4C, penggunaan otot bantu
pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek
b.B2 : TD meningkat 100/150 Mmhg, HR: meningkat 130
x/,mt(tacicardi)
c.B3 : gelisah, rewel
d.B4 : perubahan urine warna gelap, feses warna dempul,
stetorea,diare
4.1.3
a.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Bilirubindirek dalam serum meninggi
nilai normal bilirubin total < 12 mg/dl
Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati
akibat bendungan empedu yang luas
Tidak ada urobilinogen dalam urine
Pada
bayi
yang
sakit
berat
terdapat
Data
DS :Pasien
rewel
DO:
suhu
Etiologi
menangis, Inflamasi
Masalah Keperawatan
yg Hipertermi
progresiv
tubuh Kerusakan
pada
billier
suhu
tubuh
2
Hipertermi
Cairan
pembesaran
hepar)
Distensi abdomen
Menekan diafragma
Peningkatan
kerja
paru
3.
Kebutuhan
O2
meningkat
Frekuensi
nafas
meningkat
DS: Klien tidak mau Obstruksi
DS:
DO:Anak tampak tidak
kebutuhan tubuh
Cairan
asam Kerusakan
integritas
hati
terdapat Itching
dan
Tersebar ke dalam
darah dan kulit
Pruritus
(gatal)
pada kulit
4.3 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada
duktusbillier ekstrahepatik
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen
3.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, gangguan penyerapan lemak
4.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu
dalam jaringan
NOC
NIC
Rasional
Tujuan:
suhu
membantu
lipatan paha.
Kriteria hasil:
Suhu
normal
demam.
kemungkinan adanya
37,5
kenaikan
mendadak
Mengetahui
suhu
secara
Membantu
N=<100 x/mt, RR :
mengurangi panas di
30-40 x/mt
tubuh
4.Manipulasi
lingkungan 4.Memberikan
rasa
seperti
nyaman dengan
mengurangi
keadaan
panas akibat
suhu
pengaruh
lingkungan
5.Kolaborasi:
Berikan
obat
sesuai kebutuhan
5.Digunakan
anti
untuk
piretik mengurangi
demam
dengan
sentralnya
pada hipotalamus.
aksi
II
Bayi
6. Memungkinan
mempertahankan
cairan bayipejam
evaluasikeseimbangan
Keseimbangancairan
cairanbayi
dan
tindakanlebih lanjut
elektrolit
ditandai
pengisian
yang
dengan
yang diberikan,
kembali
(timbangpopok)
7. Mengetahui
dan
kadar
PHfeces
dari
untukmenentukan
kulit
absorpsi
lemak
urine
dankarbohidrat
1-2ml/kgBB/jam
bayi.
8. Untuk mendeteksi
asites
8. Observasitandatandadehidrasi(oliguria,
kuiltkering,
turgorkulit
buruk,ubun-ubun danmata
cekung
kanintervensi
mengatasaikekuranga
untukPemeriksaanelektroli
kadarprotein
total,albumin,nitrogen
ureadarah
dehidrasimengindikasi
segeradalam
9. Kolaborasi
t,
9. Tanda
dankreatinin
sertadarah lengkap
n cairanpada bayi.
10. Mengevaluasi
keseimbangan dan
elektrolit
III
Bayi
menunjukkan
peningkatan
7. Bandingkanperubahan
progresif,mencapai
tujuan
normal
kebutuhanpemasukan/
defisiensi
5.Mungkin
sulit
untukmenggunakan
berat badan sebagai
nilai
laboratorium
informasi
tentang
badan
dengan
4.Memberikan
indicator
langsungstatus nutrisi
karena
ada
gambaranedema/asites
6.Pasien
cenderung
mengalami
luka/perdarahan
gusi
dan
enak
rasa
tak
mulut,
IV
Bayi
akan 6. Mandikandengan
mempertahankan
anoreksia
6. Mencegah
kulit
kering
dan
menambah
kering
dan bersih
7. Kelembapan
meningkatkan
pruritus, jaringankulit
kerusakan kulit
8.Pengubahan
posisimenurunkan
tekananpada
jaringan
memperbaikisirkulasi
sarungtangan
bilamemungkinkan
tambahan
10. Berikan
obatsesuai
indikasi (antihistamin)
pada
kulit
dapat
mengurangi
rasagatal
VII Meningkatkan
1.Identifikasi
tingkat 1.Mengetahui
sejauh
perawatan penyakit
yang
anaknya
tentang
di
alami
pemahaman
penyakit
pengobatan
2.Memberikan informasi
dan
,
serta
pengetahuan
tentang
penyakit
dialami
yg
memberikan
tentang
4.Jelaskan
informasi
prose
pentingnya pengobatan
dapat
meningkatkan
penyakit
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Atresiabillier merupakan obliterasi atau hipoflasi satu komponen atau lebih dari
duktusbiliaris akibat terhentinya perkembangan janin, menyebabkan ikteruspersisten dan
kerusakan hati yang bervariasi dari stasis empedu sampai sirosisbillliaris dengan spenomegali
bila berlanjut menjadi hipertensi porta.
Tujuan dari pengobatan atresia bilier adalah untuk membuat suatu lintasan bagi empedu
bila tidak dilakukan penatalaksanaan secara memadai maka prognosis akan buruk dan
kematian akan terjadi dalam 2 tahun kehidupan.
Perawatan pra bedah dan pasca bedah dilakukan sesuai dengan jenis pada umumnya.
Hal penting lain adalah dukungan bagi orangtua. Orangtua harus mendapat penjelasan secara
detail dengan bahasa yang mudah dipahami oleh mereka, serta diberikan dorongan untuk
menangani dan merawat anak karena prognosis sering kali buruk maka mereka juga
memerlukan dukungan emosional yang besar. Deteksi dini dari kemungkinan adanya
atresiabilier sangat penting sebab efikasi pembedahan hepatik-pontoeterostomi (operasi
Kasai) akan menurun bila dilakukan setelah umur 2 bulan. Bagi penderita atresiabilier
prosedur yang baik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan empedu ke usus.
Selain itu, terdapat beberapa intervensi keperawatan yang penting bagi anak yang menderita
atresiabilier. Penyuluhan yang meliputi semua aspek rencana penanganan dan dasar
pemikiran bagi tindakan yang akan dilakukan harus disampaikan kepada anggota keluarga
pasien. Segera sesudah pembedahan portoenterostomi, asuhan keperawatannya serupa dengan
yang dilakukan pada setiap pembedahan abdomen yang berat. Penyuluhan yang diberikan
meliputi pemberian obat dan terapi gizi yang benar, termasuk penggunaan formula khusus,
suplemen vitamin serta mineral, terapi nutrisi enteral atau parenteral. Pruritus mungkin
menjadi persoalan signifikan namun dapat dikurangi dengan obat atau tindakan seperti mandi
rendam atau memotong kuku jari-jari tangan.
4.2 SARAN
Kita sebagai perawat sebaiknya dapat memahami dan mengaplikasikan segala sesuatu
yang terjadi tentang penyakit Atresia Bilier yang telah dibahas pada makalah ini agar dapat
tercipta perawat yang profesional dalam menerapkan asuhan keperawanan secara
komprehensif karena diperlukan tindakan deteksi dini kasus atresia bilier dan
penatalksanaanya yang tepat demi tercapainya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental
yang optimal bagi penderita atresia bilier.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Jakarta : EGC
DSA Gulton, Eric. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara
Oldham, Keith T.et all(eds).Billiary Atresia at Principles and Practice of Pediatric Surgery,
4th Edition.
Ringoringo, Parlin. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: RS Dr. Cipto Mangunkusumo
R. Taylor, Clive dan CandrasumaParakrama. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi Edisi 2.
Jakarta : EGC
Suddarth dan Brunner. 2001. Buku Ajar keperawatanMedikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : EGC
Suriadi dan Yulianni Rita. 2006. AsuhanKeperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta : Penebar
Swadaya
Sodikin. 2007. Asuhan Keperawatan Gangguan SistimGastrointestinalDan Hepatobilier.
Salemba Medika
-----, 2008. Buku Ajar KeperawatanPediatrik Wong Edisi 6 Volume 2,Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medial bedah 2. (Ed 8).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1.Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
Inflamasi
progresif
Lemak dan vit
larut lemak
tdk dapat
diabsorbsi
Atresia
BiLier
Pembedahan operasi
kasai /transplantasi
hati
MK :
Ansietas
Luka
Insisi
MK:
Nyeri
malnutrsi
MK: Gangguan
pertumbuhan
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Gg supply
darah pd sel
hepar
Kerusakan
ductus empedu
sel hepatik
Distensi
abdomen
Kerusakan sel
ekskresi
Menekan
diafragma
MK : Pola nafas tidak efektif
Peningkatan
bilirubin
Keluar ke aliran darah
dan kulit
Ikterus
Pruritus
MK : Kerusakan integritas
kulit
MK :
Ansietas
Jalan masuk
kuman
MK: Resiko
Infeksi