Yufdel, S.Kep.,Ns.,M.Kes
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
KELAS II A
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH
HISPRUNG” tanpa suatu halangan apapun. Penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami selaku penulis dan umumnya bagi para pembaca
secara umumnya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan kritik
dan saran dari pembaca sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................…………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………....…………................2
C. Tujuan Penulisan………………………………….………….............3
D.Manfaat Penulisan………………………………….…………............3
BAB 2 TINJAUAN TEORI................................................................................4
A.Definisi Hisprung..................................................................................4
B. Anatomi Fisiologi usus besar (kolon) .................................................4
C.Etiologi Hisprung.................................... .............................................7
D.Klasifikasi............................................... .............................................8
E.Tanda dan Gejala.................................... .............................................8
F.Patofisiologi.................................... ....................................................10
G.Pemeriksaaan.................................... ..................................................10
H.Penatalaksanaan...................................................................................12
I.Teori Akep Hisprung.............................................................................13
BAB 3 KASUS....................................................................................................20
A. Pengkajian………………………………….......................................20
B. Diagnosa Keperawatan...……………………….................................24
C.Intervensi Keperawatan........................................................................24
D.Implementasi Keperawatan..................................................................26
E.Evaluasi.................................................................................................27
BAB 4 PENUTUP................................................................................................29
A.Kesimpulan...........................................................................................29
B.Saran.....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................... .................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan
evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak
mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan
isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat
terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus
proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch
pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung
yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun
patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun
1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang
dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal
usus defisiensi ganglion.
Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan
mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna
hijau dan konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi
karena faktor genetik dan faktor lingkungan.
Oleh karena itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan
yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi,
rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu
dengan pembedahan dan colostomi
B.Rumusan Masalah
D.Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan pengetahuan dan
paham akan perawatan Hisprung
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Definisi Hisprung
a.Usus besar
2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus. (Suriadi, 2001 :
242).
D. Klasifikasi Hisprung
1. Segmen pendek
Segmen pendek aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, merupakan 70%
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan. Pada tipe segmen pendek yang umum, insidenya 5
kali lebih besar pada laki-laki dibanding wanita dan kesempatan bagi saudara laki-
laki dari penderita anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dalam 20.
2. Segmen panjang
Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat menyerang
seluruh kolon atau sampai usus halus. Anak laki-laki dan perempuan memiliki
peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa membedakan jenis kelamin
(Sodikin, 2011)
Obstipasi (sembelit) merupakan tanda utama pada hirshprung, dan bayi baru
lahir dapat merupakan gejala obstruksi akut. Bayi baru lahir tidak bisa
mengeluarkan Mekonium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas
mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi
abdomen.
Tiga tanda (trias) yang sering ditemukan meliputi mekonium yang terlambat
keluar (>24jam), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Pada neonatus,
kemungkinan ada riwayat keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari atau
bahkan lebih mungkin menandkan terdapat obstruksi rektum dengan distensi
abdomen progresif dan muntah; sedangkan pada anak lebih besar kadang-kadang
ditemukan keluhan adanya diare atau anterokolitis kronik yang lebih menonjol
daripada tanda-tanda obstipasi.Terjadinya diare yang berganti ganti dengan
konstipasi merupakan hal yang tidak laim. Apabila disertai dengan komplikasi
enterokolitis, anak akan mengeluarkan feses yang bear dan mengandung darah
serta sangat bau, dan terdapat peristaltic dan bising usus yang nyata.Sebagaian
besar dapat ditemukan pada minggu pertama kehidupan, sedangkan yang lain
ditemukan sebagai kasus konstipasi kronik dengan tingkat keparahan yang
meningkat sesuai dengan pertumbuhan umur anak. Pada anak yang lebih tua
biasanya terdapat konstipasi kronik disertai anoreksia dan kegagalan
pertumbuhan. (Sodikin, 2011)
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan
Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi
total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi
mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi,
muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu
atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis
dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pada
colok dubur merupakan tanda yang khas.
Gejala Penyakit Hirshprung menurut Cecily Lynn Betz, 2009 :
1. Masa neonatal (baru lahir-11bulan)
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 – 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum (Menyusu)
d. Distensi abdomen
2. Masa Bayi dan anak – anak (1-3 tahun)
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita dan berbau busuk
d.Distensi abdomen
e. Adanya masa difecal dapat dipalpasi.
f. Gagal tumbuh.
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia.
G.Patofisiologi
Pada pemeriksaan fisik focus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan
didapatkan :
a.Inspeksi :
Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan rectum dan feses
akan didapatkan adanya perubahan feses seperti berbau busuk.
b.Auskultasi :
Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya
bising usus.
c.Perkusi :
Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
d.Palpasi :
Teraba dilatasi kolon abdominal.
e.Sistem integument :
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, warna kulit, ada tidaknya
edema kulit, dan elastisitas kulit.
f.Sistem respirasi :
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
g.Sistem kardiovaskuler :
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
h.Sistem penglihatan :
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
i.Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah).
j.Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
a)Foto polos abdomen tegak akan memperlihatkan usus-usus melebar atau
terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
b)Barium Enema ditemukan:
-Terdapat daerah transisi
-Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit.
- Enterokolitis pada segmen yang melebar.
- Ada penyumbatan pada kolon
-Terdapat retensi barium setelah 24-48 jam
2)Pemeriksaan colok dubur
Saat pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan karena lumen rektum yang
sempit, pada saat ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium
(Feses) yang menyemprot dan feses berbau busuk.
a)biopsi isap
Ditemukan peningkatan aktivitas enzim asetilkolinenterase, merupakan tanda khas
penyakit hirsprung.
b)Biopsi rectal
Tidak terdapat sel-sel ganglion
2.Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan defek persyarafan
anganglion.
2) Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan menurunya intake(muntah dan
diare)
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan turun.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pasca operasi
5) Injuri berhubungan dengan tindakan pasca operasi
6) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan (ATP menurun)
3.Intervensi Keperawatan
1) Perubahan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan defek persyarafan
anganglion.
Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi
normal
Intervensi :
4.Kaji bising usus dan abdomen anak setiap 4 jam. Laporkan penurunan atau tidak
adanya bising usus.
Rasional : Pengkajian yang demikian diperlukan untuk memastikan fungsi usus
dengan benar dan terapi yang diberikan tepat.
5. Ukur lingkar abdomen anak, sesuai program, dengan menggunakan titik
referensi yang konsisten, dan pita pengukur yang sama setiap waktu
Rasional : Pengukuran lingkar abdomen mendeteksi distensi
2) Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan menurunya
intake(muntah dan diare)
Tujuan: Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami
dehidrasi, turgor kulit normal.
Intervensi :
1. Timbang berat badan anak setiap hari, dan dengan cermat pantau asupan dan
cairan.
Rasional :
1. Menimbang berat badan setiap hari dan pemantauan cermat terhadap asupan
dan cairan mengindikasikan status cairan anak.
2. Anak mungkin membutuhkan cairan intravena jika ia mengalami dehidrasi atau
beresiko mengalami dehidrasi.
3. Air dapat menyebabkan intoksikasi air akibat peningkatan permukaan absorptif
bila terjadi asistensi abdomen
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nafsu makan turun.
Tujuan :Kebutuhan nutrisi tubuh dapat terpenuhi.
Intervensi :
1. Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan tidak nafsu makan.
Rasional : Dengan meminimalkan faktor yang dapat menimbulkan tidak nafsu
makan dapat meningkatkan selera makan pasien.
2.Beri asupan makanan sesuai selera pasien.
Rasional : Dengan memberi asupan makanan sesuai selera dapat meningkatkan
porsi makan pasien.
3.Beri makanan sedikit namun sering.
Rasional Dengan memberi makan sedikit namun sering dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh:
4.Observasi BB pasien secara berkala.
Rasional : Observasi BB secara berkala untuk memantau kenaikan BB pasien.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pasca operasi
Tujuan : suhu dalam keadaan normal (36-37°C)
Intervensi:
1. Minimalkanrisiko infeksi pasien dengan :
a. Mencuci tangan sebelum dan setelah memberikan perawatan
b.Menggunakan sarung tangan untuk mempertahankan asepsis pada saat
memberikan perawatan langsung
Rasional : a. Mencuci tangan adalah cara terbaik untuk mencegah penularan
pathogen.
b.Sarung tangan dapat melindungi tangan pada saat memegang luka yang dibalut
atau melakukan berbagai tindakan.
2. Observasi suhu minimal setiap 4 jam dan catat pada kertas grafik. Laporkan
evaluasi kerja.
5) Injuri berhubungan dengan tindakan pasca operasi
Tujuan : reseksi kolon pasien tidak mengalami injeri.
Intervensi :
1. Observasi faktor-faktor yang mengingatkan resiko injuri.
Rasional: Pascabedah terdapat resiko rekuren dari hernia umbilikalis akibat
peningkatan tekanan intra abdomen
2.Monitor tanda dan gejala perforasi atau peritonitis
Rasional : Perawat yang mengantisipasi resiko terjadinya perforasi. Yaitu anak
rewel tiba-tiba dan tidak bisa dibujuk atau diam oleh orangtua atau perawat,
muntah-muntah, peningkatan suhu tubuh dan hilangnya bising usus.
3.Lakukan pemasangan selang nasogastrik
Rasional : Apabila tindakan dekompresiini optimal, maka akan menurunkan
distensi abdominal yang menjadi penyebab utama nyeri abdominal pada pasien
hirschsprung.
4.Monitor adanya komplikasi pasca bedah
Rasional : Perawat memonitor adanya komplikasi pascabedah seperti mencret atau
ikontinensia fekal, kebocoran anastomosis,formasi striktur, obstruksi usus, dan
enterokolitis
5.Kolaborasi pemberian antibiotic pasca bedah
Rasioanl : Antibiotik menurunkan resiko infeksi yang akan menimbulkan reaksi
inflamasi lokal dan dapat memperlama proses penyembuhan pascafunduplikasi
lambung
6) Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan (ATP menurun)
Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas fisik yang paling sederhana.
Intervensi :
1.Bantu pasien melakukan aktivitas dasar.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas fisik dasar dapat meningkatkan kekuatan
otot.
2.Batasi aktivitas yang membutuhkan banyak energi.
Rasional : Dengan membatasi aktivitas dapat mengurangi kebutuhan energi
3.Beri pasien waktu istirahat yang cukup.
Rasional: Waktu istirahat yang cukup dapat membuat tubuh terasa bugar
4.Observasi nadi secara berkala.
Rasional : Observasi nadi secara berkala dapat mengetahui O2 dalam tubuh.
BAB III
KASUS
Seorang anak M (pr) berusia 1 th dibawa ibunya ke rumah sakit pada tanggal 5
Juni 2015 dikarenakan perutnya kembung dan tidak bisa BAB sehingga perut
anaknya membesar. Anaknya juga susah untuk makan. ibu mengatakan, anaknya
baru bisa BAB jika diberi obat lewat dubur. Setelah mendapatkan pelayanan
sudah tidak muntah dan sudah bisa BAB, jadi sudah sembuh, mestinya boleh
pulang, ibu bingung karena dokter umum membolehkan pulang dan rawat jalan
tapi dokter spesialis anak belum boleh karena sekalian mau di operasi.
A.Pengkajian
A. Identitas Anak
Usia : 1 tahun
Dx medis : Hirsprung
Nama Ibu : Ny. K
Pekerjaan : Tidak kerja
Pendidikan : SLTA
Nama ayah : Tn T
Pekerjaan : PT PAL
Pendidikan : SLTA
B.Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Tidak bisa BAB sehingga perut anak besar sehingga tidak mau makan dan minum
b. Riwayat penyakit sekarang
Kembung, pasien muntah setelah minum susu, muntah berupa susu yang
diminum, muntah sejak 3 hari yang lalu.
c.Riwayat penyakit sebelumnya
Lahir spontan ditolong dokter, langsung boleh pulang, tidak ada kelainan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada saudara yang sakit seperti ananknya
C.Pemeriksaan fisik
. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmhg
b. Denyut nadi : 114/menit
c.Suhu tubuh : 36,5
d. RR :40/menit
Pemeriksaan persistem
B1 (Breathing) : normal
B2 (Blood) : normal
B3 Brain : normal
B4 Bladder : normal
B5 Bowel : kembung, bising usus 10x/ menit, muntah, peningkatan
Nyeri abdomen
B6 Bone : normal
Data Tambahan :
a. Radiologi :
1) Torax foto (2-6-08)
2) Cor : besar & bentuk kesan normal
Pulmo : tidak tampak infiltrat, sinus phrenicocostalis D.S tajam
Thymus : positif
Kesimpulan : foto torax tidak tampak kelainan
3) Baby gram (2-6-08):
Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus besar.
4) BOF (2-6-08)
Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus besar (menyokong gambaran
Hirsprung Disease.
5) Colon in loop (5-6-08):
Tampak pelebaran rectosigmoid
Tampak area aganglionik di rectum dengan jarak ± 1,5 cm dari anal dengan
daerah hipoganglionik diatasnya.
Tampak bagian sigmoid lebih besar dari rectum.
Kesimpulan : Sesuai gambaran Hirschprung Diseases
b. Laboratorium :
Tanggal 2-6-08 :
Tanggal 9-6-2008:
CRP: negative (<6 mg/dl)
Glukosa: 80 mg/dl
Analisa Data
B.Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan tidak dapat mengeluarkan feses yang di tandai
dengan perut kembung, Lingkar abdomen 39 cm dan Bising usus 10×/mnt
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai
dengan perut membesar dan sering menangis
3. Kesiapan peningkatan nutrisi berhubungan dengan Kurang asupan makanan
ditandai dengan terlihat lemas dan bibir pucat.Intervensi
C.Intervensi Keperawatan
D.Implementasi Keperawatan
E.Evaluasi Keperawatan
Tanggal/Waktu No Dx Evaluasi
09 Juni 2015/ 1 S : Ibu pasien mengatakan anaknya bisa
08.00 WIB mengeluarkan sedikit feses
O : - Kondisi px sedikit membaik dari sebelumyna
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hirschsprung atau mega kolon adalah penyakit yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan
tidak mampunya spinkter rektum berelaksasi. Kelainan Hirschsprung terjadi
karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus
hingga usus di atasnya. Biasanya bayi akan bisa BAB karena adanya tekanan dari
makanan setelah daya tampung di usus penuh. Tetapi pada hirschsprung ini tidak
baik bagi usus bayi. Penumpukan yang terjadi berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan akan menimbulkan pembusukan yang lama kelamaan dapat
menyebabkan adanya radang usus hingga kanker usus.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan foto
abdomen tegak. Pengobatan dapat dilakukan dengan pembedahan seperti
kolostomi, biopsi otot rektum, dan barium enema. Pencegahan pada penyakit
hisprung diutamakan pada pencegahan primer yaitu lebih ditujukan kepada ibu
pada masa kehamilan. ibu hamil yang kandungannya menginjak usia tiga bulan
disarankan berhati-hati terhadap obat-obatab, makanan yang diawetkan dan
alkohol yang dapat memberikan pengaruh terhadap kelainan tersebut. Pada tahap
helth promotion ini, sebagai pencegahan tingkat pertama (primary prevention)
adalah perlunya perhatian terhadap pola konsumsi sejak dini terutama sejak masa
awal kehamilan. Meghindari konsumsi makanan yang bersifat karsinogenik,
mengikuti penyuluhan mengenai konsumsi gizi seimbang serta olah raga dan
istirahat yang cukup.
B.Saran
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi ke-3. Jakarta : EGC.