PENDAHULUAN
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan
sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita). Masalah
gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia sebab penderita gizi buruk
umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi generus bangsa. Kasus
gizi buruk merupakan aib bagi pemerintah dan masyarakat karena terjadi di tengah pesatnya
kemajuan zaman (Republika, 2009). Dengan alasan tersebut, masalah ini selalu menjadi
program penanganan khusus oleh pemerintah. Upaya pencegahan yang dilakukan di
antaranya dengan selalu meningkatkan sosialisasi, kunjungan langsung ke para penderita gizi
buruk, pelatihan petugas lapangan, pengarahan mengenai pentingnya ASI eksklusif pada ibu
yang memiliki bayi, serta koordinasi lintas sektor terkait pemenuhan pangan dan gizi (Antara
News, 2011), Namun sampai saat ini penanganan yang diberikan, hanya mampu mengurangi
sedikit kasus gizi buruk pada balita. Hal ini membuktikan bahwa penanganan dan program
yang diberikan oleh pemerintah belum mampu menekan jumlah kasus gizi buruk yang ada.
Ketidakberhasilan penanganan dan program tersebut mungkin dikarenakan kurang tepatnya
perbaikan terhadap faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kasus gizi buruk pada balita.
Jika faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi buruk pada balita diketahui dan diatasi
dengan tepat, otomatis kasus gizi buruk akan berkurang. Banyak faktor-faktor yang dianggap
mempengaruhi gizi buruk. Namun penyebab dasar terjadinya gizi buruk ada dua hal yaitu
sebab langsung dan sebab tidak langsung. Sebab langsung adalah kurangnya asupan gizi dari
makanan dan akibat terjadinya penyakit bawaan yang mengakibatkan mudah terinfeksi
penyakit DBD, HIV/ AIDS, dan lain-lain. Sedangkan kemiskinan diduga menjadi penyebab
utama terjadinya gizi buruk. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah
makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
karena alasan sosial dan ekonomi yakni kemiskinan (Republika, 2009). Selain kemiskinan,
faktor lingkungan dan budaya turut andil dalam kasus gizi buruk. Surabaya adalah salah satu
kota yang memiliki kasus gizi buruk yang relatif tinggi. Kenaikan angka gizi buruk di daerah
lain di Jawa Timur mencapai 2% sedangkan di Surabaya tahun 2010 mencapai 1,06%.
Namun Dinas Kesehatan berupaya menekan angka tersebut sesuai dengan target harapan
46
yakni 0%. (Surabayakita, 2010). Oleh sebab itu gizi buruk menjadi perhatian khusus oleh
pemerintah kota Surabaya untuk ditangani. Salah satunya dengan melakukan pendampingan
keluarga menuju keluarga sadar gizi, pelatihan petugas lapangan, sosialisasi pemberian ASI
eksklusif. Namun upaya yang dilakukan pemerintah Surabaya belum berhasil secara
maksimal. Untuk mengetahui secara tepat program-program apa saja yang harus dilakukan
pemerintah, maka perlu diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gizi buruk.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) faktor-faktor yang diduga berpengaruh
terhadap kasus gizi buruk pada balita adalah kemiskinan, tingkat pengetahuan orang tua,
asupan gizi, dan faktor penyakit bawaan. Sedangkan menurut UNICEF faktor-faktor secara
langsungnya adalah asupan makanan, infeksi penyakit, dan faktor tak langsung meliputi pola
asuh anak, ketersedian pangan, layanan kesehatan/ sanitasi. Dengan mengetahui faktor-faktor
tersebut, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah kasus
jumlah kasus gizi buruk pada balita khususnya di Surabaya. Analisis regresi merupakan salah
satu analisis statistika yang bertujuan untuk memodelkan hubungan antara variabel respon Y
dengan variabel prediktor X. Regresi spasial adalah 3 salah satu metode yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor dengan
memperhatikan aspek keterkaitan wilayah atau spasial. Aspek wilayah ini dinilai penting
untuk dikaji karena antar wilayah tentunya memiliki karakteristik yang berbeda. Regresi
spasial dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu titik dan area. Regresi spasial titik antara lain
Geographically Weighted Regression (GWR),Geographically Weighted Poisson Regression
(GWPR), Geographically Weighted Logistic Regression (GWLR). Sedangkan regresi spasial
dengan pendekatan area meliputi Spatial Autoregressive Model (SAR), Spatial Error Model
(SEM), Spatial Autoregressive Moving Average (SARMA). Regresi spasial ini banyak
digunakan di berbagai bidang antara lain kesehatan, sosial, klimatologi, dan lain-lain.
Berbagai penelitian telah dilakukan terkait dengan faktorfaktor yang mempengaruhi gizi
buruk diantaranya Hayati (2009) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk balita
di jawa Timur dengan metode Analisis Diskriminan, Marice (2006) yang meneliti klasifikasi
status gizi balita dengan pendekatan diskriminan bootstrap menyimpulkan bahwa balita yang
memiliki gizi lebih adalah balita yang berumur dibawah dua tahun, bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dan pendapatan dan pengeluaran keluarga berpotensi mengalami gizi
buruk atau kurang, variabel yang berpengaruh adalah frekuensi pemberian gizi, analisis
diskriminan bootstrap mampu mengklasifikasikan status gizi sebesar 46,67%. Mugiyono
(2000) meneliti analisis status kesehatan balita di jawa Timur dengan menggunakan metode
regresi logistik polikotomus menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap
46
status kesehatan balita adalah umur balita, pemberian ASI, imunisasi, dan sumber air minum.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa belum ada penelitian yang mengkaji gizi
buruk balita dan faktor-faktornya dengan memperhatikan aspek spasial. Oleh sebab itu pada
penelitian saat ini akan digunakan Spatial Autoregressive Model (SAR). Metode SAR dipilih
karena dinilai dapat mewakili 4 permasalahan yang ada yaitu perbedaan karakteristik wilayah
berpengaruh terhadap gizi buruk di Surabaya. Karena karakteristik daerah yang beragam satu
sama lainnya, perlu diakomodir dalam pembuatan suatu model. Oleh sebab itu, penggunaan
model regresi spasial diharapkan mampu menghasilkan model gizi buruk balita yang spesifik
di setiap daerah sehingga hasilnya diharapkan mampu memberi informasi serta masukan an
Spatial Autoregressive Model (SAR).
46
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan
makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui
dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh.
Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang
dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference.
Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization –
National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status
gizi dibagi menjadi empat :
1. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
2. Gizi baik untuk well nourished.
3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori
Malnutrition)/ disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ) atau (MEP) Malnutrisi
Energi dan Protein.
4. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan
kwasiorkor.
a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori.
b. Kwarshiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa
dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita).
c. Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perban dingan berat badan terhadap umur
anak sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan).
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat).
3. Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat).
4. Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat).
46
B. ANATOMI FISIOLOGI GIZI BURUK
Alat-alat pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelanjar pencernaan. Saluran
pencernaan memanjang mulai dari mulut hingga anus. Alat-alat yang membentuk saluran
pencernaan terdiri atas:
1. Mulut, didalamnya terdapat alat-alat berupa gigi, lidah dan kelenjar air liur.
2. Tekak atau faring, penghubung rongga mulut dengan kerongkongan, pada bagian ini
terdapat persimpangan antara saluran pencernaan dan saluran pernapasan.
3. Kerongkongan atau oesofagus, saluran memanjang yang menghubungkan tekak dengan
lambung/ gaster.
4. Lambung atau gaster, pembesaran saluran pencernaan yang membentuk kantong.
5. Usus halus terdiri atas usus dua belas jari atau duodenum, usus kosong atau yeyenum,
usus penyerapan atau ileum.
6. Seikum.
7. Usus besar
8. Anus
C. ETIOLOGI
46
1. Agen
a. Makanan tidak seimbang
b. Penyakit infeksi yang mungkin di derita anak.
c. Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga
d. Pola pengasuhan anak yang tidak memadai
e. Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih
f. Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memad
2. Host
a. Berat Badan Lahir Anak Balita
b. Status Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak balita yang
disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita yang telah
memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah
memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada kuman yang masuk
ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk antibodi terhadap kuman
tersebut.
a. Status ASI Eksklusif
ASI mengandung gizi yang cukup lengkap untuk kekebalan tubuh bayi.
Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga
zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan
yang diberikan secara dini kepada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus
bayi sehingga dapat menyebabkan susah buang air besar pada bayi. Proses
pembuatan susu formula yang tidak steril menyebabkan bayi rentan terkena diare.
Hal ini akan menjadi pemicu terjadinya kurnag gizi pada anak.
b. Pemberian Kolostrum
c. Tingkat pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang
dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidkan yang lebih
tingggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik.
46
Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi masalah yang
timbul akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan bagi keluarga, ibu harus
memiliki pengetahuan tentang gizi baik melalui pendidikan formal maupun
informal.
e. Pekerjaan Ibu
Meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi waktu untuk tugas-
tugas pemeliharaan anak, kurang pemberian ASI.
f. Jumlah Anak dalam Keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada
masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang sangat
miskin, akan lebih mudah memenuhi makanannya jika yang harus diberi makan
jumlahnya sedikit. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah
paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak
yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan.
g. Penyakit Infeksi
Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya
prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada anak-anak yaitu
Kwashiorkor atau Marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat berat.
Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui
muntah-muntah dan diare.
46
D. TANDA DAN GEJALA
KWASHIORKOR MARASMUS
Nafsu makan buruk Nafsu makan baik
Diare sering Sering diare
Pandangan mata sayu Perubahan kulit jarang
Rambut tipis. Kemerahan seperti warna Perubahan rambut jarang
jagung, mudah di cabut tanpa rasa sakit, Monface jarang
rontok Pembesaran hati, limfa, usus besar/colon
Perubahan status mental, apatis, rewel jarang
Kelainan kulit berupa bercak merah muda
yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
Sering mengalami monface
Pembesaran hati, limfa, usus besar/colon
sering karena proses perlemakan
E. PATOFISIOLOGI
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent
(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang
peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Gopalan menyebutkan marasmus adalah
compensated malnutrition.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme
protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
46
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan
separuh dari tubuh.
F. PATHWAY
46
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari
masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit
(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit,
gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering
rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut
adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya
mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya
terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada
kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas
3. Marasmik-Kwashiorkor
46
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis
kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
H. KOMPLIKASI
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral.
Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu
luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak.
Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang
sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung,
dan gangguan hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena
kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak
tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal
yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon
pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun.
Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering
mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada
KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar,
adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti
Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak.
Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme
pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko
terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).
46
a) Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut, maupun kronis,
tumbuh kembang dan kesehatan
b) Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit
c) Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.
J. PENATALAKSANAAN
46
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi,
fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah
mana yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita
kwashiorkor, marasmus maupun marasmik-kwarshiorkor.
46
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh
makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya
diberikan penyuluhan kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan,
memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya.
Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah :
a. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat tanda-tanda
hipoglikemia.
b. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.
c. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat
hipomagnesimia.
d. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau
100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan
dengan dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
e. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe)
dan asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai
KKP berat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
46
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. N DENGAN KURANG GIZI
I. PENGKAJIAN
A. Data Keluarga
1. Identitas Keluarga
1. Nama KK : Tn. N
3. Umur : 33 Tahun
4. Pendidikan : SLTP
5. Pekerjaan : Buruh
46
Genogram
Keterangan :
: Kanker payudara
3. Agama : Islam
46
5. Kegiatan Organisasi
Keluarga Tn. N termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di masyarakat. Tn. N ikut
dalam kegiatan pengajian, arisan dll Begitu pula dengan Ny. N aktif dalam kegiatan
kemasyarakat.
1. Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn. N termasuk keluarga sejahtera III karena keluarga sudah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan,
KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi,
namun belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan menabung dan
memperoleh informasi.
Keluarga jarang mengikuti kegiatan rekreasi keluar rumah, Ny. N Beralasan karena ekonomi
mereka paspasan, sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti menonton TV bersama-sama.
An. R
An. R sudah menderita BGM sejak kecil hingga berumur 3 tahun dan An. R sering
sakit-sakitan. Dalam penimbangan diketauui bahwa nilai Z-score BB/U untuk an. R adalah –
3,2 ini termasuk dalam kategori BB di bawah garis normal. An. R sewaktu lahir cukup bulan.
Waktu kecil An. R tidak diberi imunisasi lengkap hanya sewaktu lahir. Ny. N, mengatakan
bahwa Ny memang tidak mengimunisasi karena waktu itu keadaannya repot. Dari kecil dan
mulai bayi, anak R sering sakit-sakitan (batuk, pilek). Dalam beberapa hari ini pipinya
bengkak seperti sakit gigi, namun ternyata terdapat benjolan di langit-langit mulutnya.
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan :
46
KU : Baik Compos mentis
TB : 78 cm
BB : 10 Kg
LLA : 13 cm
LK : 46 cm
LD : 46 cm
An. D
An. D jarang sekali sakit, namun saat di timbang berat badannya kuang dari normal
yang seharusnya 19,2 hanya 12 kg. Dalam perhitungan status gizi an. D termasuk dalam
status gizi kurang dengan nilai Z-skore BB/U adalah -3,3.
46
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan :
Wajah : terlihat bengkak pada sebelah pipi kiri karena sakit gigi.
TB : 88 cm
BB : 12 Kg
LLA : 14 cm
LK : 47 cm
LD : 47 cm
46
B. Pola Kesehatan Keluarga
Kebiasaan personal hygiene keluarga untuk mandi biasanya 2-3 x sehari dengan sabun dan
gosok gigi. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Ny N mengatakan bahwa An. R memang dari kecil sering sakit-sakitan dan sudah menderita
kurang berat badannya sejak kecil.
Saat di konformasi untuk riwayat penyakit jantung di derita oleh ayah dari suami serta untuk
diabetes mellitus, ginjal, tidak di temukan ada penyakit keturunan.
An. A menderita BGM (Bawah Garis Merah) sejak bayi kecil dan an. D juga dengan status
gizi kurang.
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak sama. Tn. N
makan 3 kali sehari dan minum yang tidak tentu tergantung dari aktivitas yang di lakukan
oleh Tn. N biasanya 5-10 gelas perhari. Untuk Ny.N juga tidak pasti kadang lebih 3 kali
karena harus menghabiskan makanan anaknya dan untuk minum juga tidak tentu antara 5-8
gelas sehari. Untuk anak-anak juga tidak pasti mereka akan makan jika lapar namun
biasanya mereka minimal makan 3 kali sehari dan untuk si bungsu (An R) jarang sekali
makan pada waktu sakit, namun jika sehat terkadang 4-5 kali sehari dengan di dukung lauk
yang di sukai. Kebiasaan minum anak-anak tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya banyak
minumnya bisa lebih dari 6 gelas sehari biasanya berupa air putih, air teh dan susu.
46
1. 4. Pola Istirahat
Sebisa mungkin Keluarga Tn. N ini tidur siang. Untuk Tn. N tidak tidak siang karena harus
bekerja. Untuk anak dan istri biasanya mereka tidur siang antar pukul 13.00 – 15.00 WIB.
Untuk tidur malam biasanya anak-anak mulai tidur pukul 21.00 WIB. Ny.N tidur pada pukul
22.00 – 05.00 WIB sedangkan untuk Tn. N tidur pada pukul 23.00 – 05.00 WIB, begitu pula
An. A dan An. D tidur sebelum pukul 21.00 dan bangun pada pukul 05.30.
Tn. N biasa BAB 1X/hari, BAK tergantung banyaknya air yang di minum kalau minumnya
banyak BAK bisa lebih dari 3 X. Ny. BAB 1 x/hari dan untuk BAK 2-3 kali sehari. Untuk
anak-anak tidak pasti An. E BAB 1 kali sehari, BAK 2-3 kali/hari. An D BAB 2 kali/hari,
BAK 3-4 kali sehari. An. R masih toilet traning BABnya tidak pasti kadang 3 hari sekali,
untuk BAK 3-5 kali/hari.
Kegiatan yang biasa Tn. N lakukan adalah bekerja sebagai buruh. sedangkan Ny. N bisanya
bekerja sebagai buruh pada malam hari dan siangnya mengurus anak-anaknya. Untuk anak
pertamanya sudah sekolah di SD untuk anak ke 2 di TK dan anak 3 masih dalam pengawasan
karena masih balita.
Tn. N mempunyai 3 orang anak yang masih duduk di sekolah dasar. Tn. N sudah tidak
pernah melakukan hubungan seksual lagi karena jika sudah pulang kerja capek dan juga
karena beliau beranggapan sudah tua.
Keluarga Tn. N jarang sekali dan hampir tidak pernah berobat ke puskesmas terdekat, mereka
biasanya ke dokter terdekat karena mereka Ny,. N merasa repot tidak ada waktu untuk ke
puskesmas selain itu kendaraan juga tidak ada. Karena anak-anaknya masih kecil, Ny. N
memanfaatkan posyandu untuk memeriksakan anaknya setiap bulan.
46
C. Pengkajian Lingkungan
Rumah Tn. N merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 60 m 2. Termasuk
rumah permanen, berdinding tembok lantainya dari semen. Mempunyai 1 ruang tamu, 3
kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ventilasi rumah sudah mencukupi 10% dari
total bangunan dan lingkungannya tampak sedikit kotor.
D Keterangan
A : ruang tamu
C
B B : kamar I
A
C : kamar II
D : dapur
Ada septic tank dan pembuangan air limbah rumah tangga dengan kontruksi semi permanen
yang terletak di belakang rumah. Saluran limbah menggunakan saluran limbah terbuka.
Pembuangan sampah keluarga biasanya di letakkan ke dalam plastik kresek dan tidak di
bedakan antara sampah terurai dan tidak terurai kemudian di buang ke lubanng sampah yang
terletak di belakang rumah.
46
1. d. Sanitasi
Lingkungan rumah Tn. N tampak sedikit kotor dan berdebu, tidak memiliki pekarangan,
rumah karena sudah berbatasan denngan jalan kampung.
Mempunyai jamban keluarga yang digunakan untuk ke tiga rumah dengan bentuk leher angsa
dan terletak di luar rumah.
Keluarga memanfaatkan air sumur yang terletak di luar rumah dengan jarak antara sumur
dengan jamban kurang dari 10 meter. Ini di sebabkan karena tidak ada pekarangan atau
halaman lagi yang bias di manfaatkan.
Tetangga Tn. N termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong royongan
tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. N.
Keluarga Tn. N sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah.
Keluarga selalu mendapat dukungan oranng tuanya dan saudara-saudaranya, namun dari
keluarga belum mendapatkan dukungan karena anak-anaknya masih kecil. Bila ada masalah
kesehatan keluarga Tn. N selalu selalu di bawa ke dokter langganan mereka
46
§ posyandu : kurang lebih 200 m
D. Struktur Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga berkomunikasi dengan bahasa jawa. Keluarga Tn. N
merupakan keluarga yang terbuka, bila ada masalah selalu dikomunikasikan bersama,
Struktur kekuatan keluarga cenderung bersifat afektif, kekuasaan / sifat merubah perilaku
keluarga timbul karena ada perasaan saling menyayangi. Dalam pengambilan keputusan
dimusyawarahkan. Sebagai pengambil keputusan setelah sependapat adalah Tn. N sebagai
kepala keluarga.
§ Struktur Peran
Peran Tn. N sebagai suami dan tulang punggung keluarga. Ny N sebagai istri dan sebagai ibu
dari anak-anaknya dan apabila malam menjelang membantu suami mencukupi kebutuhan
sehari-hari denngan menjadi buruh cuci di perumahan..
Dalam keluarga tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat anggota keluarga. Untuk
masalah kesehatanpun dalam keluarga tidak ada praktik yang harus dilakukan semua anggota
keluarga. Sistem nilai yang dianut keluarga dipengaruh status sosial, agama.
46
E. Fungsi Keluarga
§ Fungsi Afektif
Hubungan dalam keluarga Tn. N terjalin akrab, antara satu dengan yang lain saling
mendukung, menghormati, membantu bila ada masalah.
Keluarga sudah tahu bahwa anak R berada pada kondisi kurang berat badannya, keluarga
mengetahui dari posyandu dan waktu kecil tidak lengkap imunisasinya. Keluarga mengetahui
ketidaklengkapan imnunisasi, namun waktu itu dalam kondisi repot sehabis pindahan dan
mengurus anaknya yang nomer 2 sehingga tidak ada waktu ke fasilitas kesehatan sehingga
anaknya tidak mendapatkan imunisasi.
Masalah yang terjadi pada keluarga ini sebenarnya sudah tahu, namun untuk mengambil
keputusan yang belum optimal. Dibuktikan dengan tidak lengkapnnya imunisasi anak.
Keluarga belum maksimal merawat anggota yang sakit. Ini di buktikan bahwa an. R masih
berada di bawah garis merah pada KMSnya. Dengan usia 3,5 tahun anak mempunyai berat
badan 9 kg. Sewaktu pengkajian pertama di dapatkan data bahwa An. R menderita panas dan
terdapat bengkak pada langit-langit mulutnya sudah 1 mingu belum sembuh.
Waktu minggu ke dua nak eduanya sakit gigi dan hanya di kasih ponstan.
46
tidak tertutup semua. Depan rumah sudah jalan raya sehingga banyak sekali denu-debu yang
berterbanngan. Halaman rumah tidak bias di manfaatkan hanya pot-pot kecil sebagi
penambah indahny pemandangan.
Fasilitas yang di gunakan keluarga Tn. N adalah ke dokter terdekat dan menfaatkan kartu
jamsostek serta ke posyandu.
§ Fungsi Reproduksi
Tn. N mempunyai 3 orang anak, salah satunya masih dalam usia sekolah dan anak kedua
sekolah di TK serta anak ketiga masih balita
§ Fungsi Sosialisasi
Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab. Dengan masyarakat juga akrab, saling tolong
menolong bila ada masalah.
§ Fungsi Ekonomi
Tn. N sudah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah
anak-anaknya.. Untuk Ny. N juga bekerja di malam hari sebagi buruh cuci. Untuk masalah
ekonomi mereka berangapan sudah cukup hidup seperti ini walaupun pas-pasan namun jika
di turuti masih kurang.
§ Strategi Koping
Keluarga merasa apa yang terjadi merupakan kehendak Tuhan, Keluarga hanya bisa pasrah.
Bila ada masalah tidak dibuat tegang agar tidak stress berusaha berpikir dengan pikiran
dingin dan lebih santai.
§ Status Emosi
Tn. N termasuk orang yang tidak mudah untuk stress begitu juga Ny. N.
46
Keluarga mengganggap apa yang terjadi pada An. R adalah biasa namun segera mendapatkan
penanganan. Keluarga akan mencari pelayanan kesehatan ketika ada anggota keluarga yang
mempunyai keluhan atau mereka akan mencari dokter terdekat atau langganan untuk
berobat.Keluarga ini juga membeli obat di warung dan juga menggunakan jamu tradisional.
DO
46
o Rewel
46
o Ny. N tidak tahu BB an. D
DO:
Anak R
o BB 10kg
o LLA 13 cm
o LK 46 cm
o LD 46 cm
Anak D
o BB 12 Kg
o LLA 14
o LK 47 cm
o LD 47 cm
46
sekarang berumur 3 tahun 5 bulan.
DO
DO
46
5 o Ny. Mengatakan bahwa An. D Nyeri akut o Ketidakmampuan Actual
sakit gigi sampai bengkak pipinya. mengenal masalah
DO
o Gigi berlubang
Diagnosa I
46
masalah dapat sumber daya dan dana yang terbatas,
diubah: Sebagian pemahaman keluarga tentang penyakit terbatas ,
waktu dan tenaga yang hamper tidak ada serta
ketidakmauan keluarga dalam hal transportasi
Potensial masalah3/3 X 1 1 Masalah ini belum lama terjadi dan keluarga
untuk dicegah: sudah berupaya merawat dan mengobati sendiri
3.
tinggi anggota yang sakit dengan memeriksakan diri ke
dokter terdekat
Menonjolnya 2/2 X 1 1 Keluarga merasa masalah harus segera ditangani
masalah: masalah agar An. R cepat sembuh
4.
perlu segera
ditangani
Jumlah 4
Diagnosa 2:
o Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah : resiko 2/3 X 1 2/3 Ny N mengatakanbawa anaknya
dari kecil nerat badannya kurang
1.
( dalam usia 3 tahun BBnya 9,5 Kg).
dan anak D dengan BB 12 kg.
Kemungkinan masalah½ X 2 1 Sumber daya keluarga segian ada,
dapat diubah: Sebagian fasilitas kesehatan dekat, dana
2. keluarga kurang, waktu dan tenaga
hampir tidak ada, ketidakmampuan
dalam transportasi
Potensial masalah untuk3/3 X 1 1 Masalah ini sudah lama,
dicegah: Tinggi memanfaatkan fasilitas kesehatan
3.
(posyandu), berusaha memenuhi
kecukupan gizi keluarga.
Menonjolnya masalah:2/2 X 1 1 Keluarga menginkan agar An. R
4. masalah perlu segera segera normal badannya.
ditangani
Jumlah 3 2/3
46
Diagnosa 3:
o Manajemen terapeutik keluarga tidak efektif behubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah : resiko 2/3 X 1 2/3 Ny. N mengatakan An. R masih
menyusu ASI walupun umurnya
1.
sudah 3 thaun 5 bulan dan belum di
sapih.
Kemungkinan masalah2/2 X 2 2 Waktu dan tenaga ada,
2.
dapat diubah: mudah
Potensial masalah untuk3/3 X 1 1 Masalah ini sudah lama,
dicegah: Tinggi memanfaatkan fasilitas kesehatan
3.
(posyandu), sumber daya tenaga
dan waktu ada.
Menonjolnya masalah: ada1/2 X 1 1/2 Keluarga menginginkan agar segera
masalah tidak segera tidak menyusui lagi An. R namun
4.
ditangani masih iba melihatr kondisi an. R
sehinga masih di susui.
Jumlah 4 1/6
Diagnosa 4
Nyeri akut berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah,
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, ketidakmampuan keluarga menggunkan
fasilitas kesehatan
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah : Actual 3/3 X 1 1 An. D sedang sakit gigi dan pipinya
1.
bengkak.
Kemungkinan masalah½ X 2 1 Tehnologi kesehatan yang
dapat diubah: Sebagian berkembang pesat, sumber daya dan
dana yang terbatas, pemahaman
2. keluarga tentang penyakit terbatas ,
waktu dan tenaga yang hamper tidak
ada serta ketidakmauan keluarga
dalam hal transportasi
3. Potensial masalah untuk3/3 X 1 1 Masalah ini belum lama terjadi dan
dicegah: tinggi keluarga sudah berupaya merawat
46
dan mengobati sendiri anggota yang
sakit dengan memeriksakan diri ke
dokter terdekat
Menonjolnya masalah:2/2 X 1 1 Keluarga merasa masalah harus
4. masalah perlu segera segera ditangani agar An. D cepat
ditangani sembuh
Jumlah 4
Diagnosa 5
Ketidakefektifan penatalaksanaan terapeutik keluarga berhubungan dengan
Ketidakmampuan mengenal masalah, ketidakmampuan mengambil keputusan,
ketidakmampuan menggunkan fasilitas kesehatan
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
Sifat Masalah : actual 33 X 1 1 An. R hanya di imunisasi saat lahir
1.
saja.
Kemungkinan masalah0/2 X 2 0 sumber daya dan dana yang terbatas,
dapat diubah: tidak dapat waktu dan tenaga yang hamper tidak
2. ada serta ketidakmauan keluarga
dalam hal transportasi, Anak sudah
berusia 3 tahaun.
Potensial masalah untuk1/3 X 1 1/3 Masalah sudah lama terjadi dan
dicegah: rendah keluarga sudah berupaya merawat
3.
dan mengobati anggota keluarga,
ana rusah berumur 3 tahun.
Menonjolnya masalah: ada1/2 X 1 1/2 Keluarga sudah mencari jalan keluar
4. masalah tidak segera di agar anaknya di imunisasi dengan
tangani usianya yang lebih dari 3 tahun ini.
1 5/6
Diagnosa prioritas:
46
3. Nyeri akut berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah,
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, ketidakmampuan keluarga
menggunkan fasilitas kesehatan
No Kriteria
Tupan Tupen Standar Evaluasi Intervensi
Dx Evaluasi
1 Setelah Setelah Verbal Keluarga dapat: Jelaskan dan diskusikan
dilakukan dilakukan 5 psikomotor memahami tentang hipertensi :
perawatan X kunjungan tentang ASI
– ASI
selama 1 keluarga memahami
bulan dapat : tetang waktu
– Waktu pemberian ASI
keluarga - Memahami pemberian ASI
46
dapat tentang ASI - mampu Motivasi keluarga untuk
mengambil Memahami menyapih menyapih Balitanya.
keputusan waktu balitanya
untu pemberian
Keluarga mampu
menyapih ASi yang
mengambil keputusan
balitanya tepat
untuk menyapih
- Menyapih
balitanya.
balitanya
2 Setelah Setelah Status verbal Keluarga memahami Jelaskan dan diskusikan
dilakukan dilakukan 5 psikomotor tentang : tentang demam :
perawatan X kunjungan Pengertian Pengertian
selama 1 keluarga demam o Tanda dan
bulan dapat : Tanda dan gejala
keluarga - Mengenal gejala
o Factor yang
dapat masalah
Factor yang mempengar
melakukan kesehatan
mempengaruhi uhi
perawatan yang
terhadap terjadi Cara o Cara
anggota - Memahami pencegahan pencegahan
keluarga tentang
Keluarga dapat Lakukan pemeriksaan TTV
yang sakit penyakit
mengenali masalah
dan tidak demam dan
yang terjadi
terjadi cara
komplikasi penangann Jelaskan dan
Keluarga dapat
an anak demontrasikan penanganan
merawat anggota
demam demam
keluarga yang sakit.
46
selama 1 keluarga Tanda dan Tanda dan gejala
bulan nyeri dapat gejala
Cara pencegahan
hilang mengenal
Cara
tentang caries, penatalaksanaan
pencegahan
tanda dan
Lakukan pemeriksaan gigi
gejala serta Penanganan
penangan dari
Motivasi keluarga untuk
caries.
membawa ke fasilitas
- Keluarga
Keluarga dapat kesehatan
dapat
mengenal masalah
mengenal
masalah,
- Keluarga
Keluarga mampu
mampu
mengambil keputusan
mengambil
keputusan.
Keluarga mampu
- Keluarga
menggunkan fasilitas
mampu
kesehatan
menggunkan
fasilitas
kesehatan.
4 Setelah Setelah Verbal keluarga mengetahui Jelaskan dan diskusikan
dilakukan dilakukan 5 Psikomotor tentang mengeani
perawatan kali
pertumbuhan dan pertumbuhan dan
selam 1 kunjungan
perkembangan: perkembangan:
bulan, BB keluarga
anak mengetahui
1. Pengertia 1. Pengertian
bertambah tentang
2. Tahap 2. tahap
perkembannga perkembanngan
pertumbuhan
n
dan perkem 3. pertumbuhan dan
bangan: 3. Pertumbuhan perkemabang yang
dan normal
perkemabang
46
yang normal
a. Pengertian
b. Tahap Jelaskan diskusikan
perkembanng keluarga memahami mengenai gizi:
an tentang gizi:
1. Pengertian
c. Pertumbu 1. Pengertian 2. Gizi seimbang
han dan perke 2. Gizi seimbang
3. AKG
mbangan
3. AKG
yang normal 4. Masalah gizi
4. Masalah gizi
Setelah Ukur BB, TB, LK, LD,
dilakukan LLA
kunjungan
sebanyak 5
kali keluarga
memahami
tentang gizi:
1. Pengertian
2. Gizi
seimbang
3. AKG
4. Masalah
gizi
5 Setelah Setelah Verbal Keluarga mengetahui Jelaskan dan diskusikan
dilakukan dilakukan 5 Psikomotor tentang mengenai imunisasi:
perawatan kali 1. Pengertian
Imunisasi
selama 1 kunjungan 2. Tujuan imuniaasi
bulan, Ibu keluarga
1. Pengertian 3. Macam-macam
mengertia mengetahui
2. Tujuan imunisasi dan
46
akan tentang imuniaasi manfaatnya
pentingnya
Imunisasi: 3. Macam-macam
imunisasi
imunisasi dan
1. Pengertian manfaatnya
2. Tujuan
imuniaasi
3. Macam-
macam
imunisasi
dan man
faatnya
V. IMPLEMENTASI
46
A Masalah belum ditemukan
P Lakukan pencarian
Senin 14 Pengkajian tahap dua S Ny. T mengatkan nanti akan membawa ke
Mei 2006 Menganjurka untuk dokter.
periksa ke pelayanan
O Ny. T mengatakana akan menkompres anaknya
kesehatan
Mengukur suhu badan A Mengonpres, langit-langit mulut tersapat
Mengajarkan cara benjolan.
mengkompres
P Masalah teratasi sebagia
Lanjutkan intervensi
Selasa 15 Memberikan susu S Ny. T mengatakan nakanya susah makan
Mei 2006 Mengkaji gizi kelurga
O Anak mau makan, bermain Cuma sebentar,
Terapi bermain untuk
banyak di gensongan, rewel
anak agar mau makan
dengan bonekadan A Masalah teratasi sebagian
truk
P Lanjutkan intervensi
Rabu Terapi bermain S An. R mengatkan ambil boneknya di buat lucu
24 Mei boneka dan truk
O Tertawa, mendekat, meberikan bonekanya
2006 Evaluasi
A Masalah teratasi
P pertahankan
46
2006 sikat gigi belum di bawa ke pelayanan kesehatan
Menganjurkan kepada
ortu untuk O Terdapat koyo di pipinya, pipi bengkak, raut
memeriksakan diri denngan wajah nyeri skala 3
Mengkaji
A
penannganan nyri Masalah belum teratasi
dengan sakit gigi Lanjutkan Intervenis
P
Kamis Penyuluhan tentang S Ny. N mengatakan paham tentang karies gigi
25 Mei karies gigi
O Mengangguk
2006
P Pertahankan
Jumat Evaluasi S Ny. N mengatakan akan merawat naknya dan
akan membawanya kle pelayanan kesehatan
26 Mei
nanti jika naknya sakit kembali
2006
O Tersenyum
A Masalah teratasi
P Pertahankan
3. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
P Lakukan pencarian
46
Senin 14 Pengkajian tahap kedua S Ny. N mengatakan akan membuat jadwal
Mei 2006 Menayakan menu keluarga makan untuk nak-anaknya naumn semua
khusunya untuk anak-anak tergantung cengan ekonomi
Menganjurkan untuk
O Membuat daftar menu
menganti menu makanan
dan mempercantikA Masalah teratasi
makanan
Berdiskusi bersamaP Pertahankan
P Petahankan
TB : 88 cm
BB : 12 Kg
LLA : 14 cm
LK : 47 cm
LD : 47 cm
46
An. R
o BB 10kg
o LLA 13 cm
o LK 46 cm
o LD 46 cm
A Masalah teratsi
46
Penerimaan yang baik.
A
Masalah belum ditemukan
P
Lakukan pencarian
Senin 14 Mengkaji umur dan S Ny. N mengatakan bahwa A. R masih
Mei 2006 pemberian ASI menyusu dan belum di sapih
O
An. R menyusu
A
Masalah belum teratsi
O
Menganguk
A
Masalah teratasi sebagian
46
Hari/tgl IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat, 11 Kunjungan pertama dan S Ny. N mengtakan senang sekali kami ating.
Mei 2006 perkenalan
O Senyum bahagia terpancar dari wajahnya.
Penerimaan yang baik.
Pengkajian
P Lakukan pencarian
Senin 14 Mengkaji imunisasi anak S Ny. N mengatakan dulu tidak
Mei 2006 Menganjurkan untuk mengimunisasi An. R Karen repot sehabis
menjaga dengan makan pindahan dannjuga karena jauh dari
bergizi dan juga di fasilitas kesehatan.
jagakesehatannya
Ny N sudah berusaha untuk mengimunisasi
dengan usia anak 3 tahuan naum yang ada
di bisan swasta.
O Raut penyesalan
P Penyuluhan imunisasi
Sabtu 26 Penyuluhan imunisasi S Ny. N mengatakan paham akan imuniasi
Mei 2006 namun hanya karena kerepotan dan jaunya
fasilitas kesetahn yang menjadi kendala
Menggangguk, memperhatikan.
O
Masalah teratsi
A
Perthanakan, beri dukungan
P
Sabtu 10 Evaluasi Keluarga tn. S akan menjaga kesehatan An.
Juni 2006 R dan mencaru perilaku sehat untuk
anaknya meski dengan tidak imunisasi
mereka akanan menjaga buah hati mereka
46
dengan baik
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan
sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita).
B. SARAN
Diharapkan makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa/mahasiswi yang membaca, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika
Online.
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/
November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-2.
Jakarta: Rineka Cipta
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
46