Dosen Pengampu:
Khamida, S.Kep.Ns,M.kep
Disusun Oleh:
Kelompok 14/ III-B
1
2
3
4
5
Naila Intias H.
Rafita
Thariqatul Jannah
Retno Dwi Lestari
Sinta Anggy L.
(1130014052)
(1130014059)
(1130014062)
(1130014064)
(1130014090)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit lupus merupakan penyakit kelainan pada kulit, dimana
disekitar pipi dan hidung akan terlihat kemerah-merahan. Perkembangan
penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Pada tahun 2006 saja, di RS
Dr. Soetomo sudah terdapat 215 orang yang terkena SLE (Sistemic Lupus
Erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit yang sering
terlambat diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi yang
inadekuat, penurunan kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang
dihadapi oleh penderita SLE.
Masalah lain yang timbul adalah belum terpenuhinya kebutuhan
penderita SLE dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan
dukungan yang terkait dengan SLE. Manifestasi klinis dari SLE
bermacam-macam meliputi sistemik, muskuloskeletal, kulit, hematologik,
neurologik, kardiopulmonal, ginjal, saluran cerna, mata, trombosis, dan
kematian janin.
Dengan demikian, lupus merupakan penyakit yang terjadi karena
kelainan dalam sistem pertahanan tubuh (sistem imun). Hal ini,
dikarenakan organ dan sel pada penderita SLE mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh tissue-binding autoantibody dan kompleks imun, yang
menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai sistem organ. Oleh
karena itu, penyakit ini dinamakan sistemik karena mengenai hampir
seluruh bagian tubuh. Jika lupus hanya mengenai kulit saja, sedangkan
organ lain tidak terkena, maka disebut lupus kulit (lupus kutaneus) yang
tidak terlalu berbahaya dibandingkan lupus yang sistemik (Systemic Lupus
Erythematosus).
Dari uraian diatas dapat diketahui betapa beresikonya penyakit
Systemic Lupus Erythematosus jika menyerang sistem imun tubuh. Maka
dari itu, untuk menanggani masalah diatas tenaga kesehatan perlu
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit
Systemic Lupus Erythematosus begitu pula cara pencegahan dan cara
penanggulanannya. (Siregar, 2013)
1.2
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
(SLE) ?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis Systemic Lupus Erythematosus
(SLE) ?
10. Bagaimana komplikasi Systemic Lupus Erythematosus (SLE) ?
11. Bagaimana sistem layanan kesehatan pasien Systemic Lupus
Erythematosus (SLE) ?
12. Bagaimana asuhan keperawatan Systemic Lupus Erythematosus
(SLE)? (Siregar, 2013)
1.3
Tujuan
1.
2.
3.
4.
(SLE).
5. Mengetahui dan memahami etiologi Systemic Lupus Erythematosus
(SLE).
6. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis Systemic Lupus
Erythematosus (SLE).
7. Mengetahui dan memahami
patofisiologi
Systemic
Lupus
Erythematosus (SLE).
8. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Systemic Lupus
Erythematosus (SLE).
9. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis Systemic Lupus
Erythematosus (SLE).
10. Mengetahui dan memahami
komplikasi
Systemic
Lupus
Erythematosus (SLE).
11. Mengetahui dan memahami sistem layanan kesehatan pasien Systemic
Lupus Erythematosus (SLE).
12. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Systemic Lupus
Erythematosus (SLE). (Siregar, 2013)
BAB II
TINJAUAN TEORI
3.1
mempertahankan
tubuh
terhadap
para
penyerang
yang
mengaktifkan
sel-sel
fagosit,
dan
meningkatkan
menempel
pada
permukaan
dan
akan
memakan
mempunyai
Inhibition
Factor
resepto
interferon
(MIF).
Selanjutanya
dan
Migration
monosit
dan
(MBP),
Eosinophil
Cationic
Protein
(ECP),
(EPO)
yang
besifat
toksik
dan
dapat
Peran
utama
limfosit
sitotoksik
adalah
menghasilkan
antibodi;
walaupun
limfosit
dirancang
untuk
berikatan
dengan
antigen
dan
Fungsi
Ditemukan pada sekret tubuh seperti
ASI dan saliva, serta mencegah antigen
menembus membran epitelium serta
Ig D
Ig E
Ig G
banyak
patogen
dan
janin.
Dihasilkan dalam jumlah besar saat
respons
primer
dan
merupakan
BAB III
KONSEP DASAR SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)
3.1
3.2
g.
3.3
pleura, pnemunitis,
peningkatan
autoimun
yang
berlebihan.
Gangguan
Gangguan imunoregulasi
Antibodi yang berlebihan
Menimbulkan sel T supresor yang abnormal
Penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan
Perubahan
Antibodi menyerang organ-organ tubuh (sel, jaringan)
perfusi jaringan
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Produksi antibodi secara terus-menerus
Res
Gangguan
Kulit
citra tubuh
kerusakan
integritas
kulit
3.5
3.7
3.8
Sistem
Layanan
Erythematosus (SLE)
Kesehatan
untuk
Pasien
Systemic Lupus
KECURIGAAN SLE
RUJUK
Reumatologi/Internist
SLE derajat ringan
SLE dengan
komplikasi/aktivitas
RUJUK
meningkat.
Penegakan diagnosis.
Kajian aktivitas dan derajat
penyakit.
Perencanaan pengobatan.
Pemantauan
aktivitas
penyakit
secara
teratur/terprogram.
Konfirmasi diagnosis.
Kajian akan berat ringannya penyakit dan aktivitasnya..
Panduan pengelolaan secara umum.
Bila aktivitas penyakit tidak dapat dikendalikan.
Semua kasus SLE dengan keterlibatan organ vital
atau
membahayakan nyawa.
f) Pencegahan/pengobatan efek samping obat.
g) Pada SLE dengan keadaan tertentu seperti kehamilan.
3. Biaya Pengobatan
Meski tergolong penyakit tidak menular biaya pengobatan lupus
amat bervariasi, tergantung organ tubuh yang terkena dan berat
ringannya penyakit. Sebagian besar odapus cukup mengonsumsi obat
kortikosteroid, prednisone atau metilprednisolon.
Bila memakai obat generik, kedua obat tersebut harganya amat
murah, sebulan kurang dari Rp 100.000, jadi kalau berobat di rumah
sakit pemerintah, biasanya biayanya kurang dari Rp 200.000 sebulan.
Namun, apabila berobat ke dokter spesialis, tentu harganya akan lebih
mahal.
Apabila lupus menyerang ginjal pengobatan menjadi jauh lebih
mahal karena perlu tambahan siklofosfamid atau imuran atau cellcept
atau myfortic, yang memerlukan tambahan sekitar Rp 2 juta sebulan,
dengan pengobatan paling sedikit selama enam bulan. Kelainan pada
ginjal sering kali memerlukan biopsi ginjal dan kadang infus albumin
yang lumayan mahal.
Untuk lupus yang amat berat, seperti gangguan pada jantung
karena efusi perikard, penumpukan cairan di rongga perikard sekitar
jantung atau edem paru dengan sesak napas, pasiennya memerlukan
perawatan di ICU yang biayanya mahal. Sementara itu, untuk penyakit
lupus yang sangat ringan, penderita tidak perlu berobat khusus. Mereka
hanya perlu cukup menjaga pola hidup sehat. (Siregar, 2013)
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)
4.1
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Pasien tinggal di lingkungan yang sering terpapar sinar matahari
sehingga menjadi serangan pendahulu SLE, SLE lebih banyak
menyerang perempuan, terutama pada usia subur.
2. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama
Mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia, lesi kulit.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Timbul kemerah-merahan dengan edema di daerah pipi dalam
bentuk seperti kupu-kupu disertai rasa gatal.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang berhubungan dengan SLE adalah anemia
hemolitik, trombositopeni, abotus spontan yang kronis, kelainan
pembekuan
darah
(kemungkinan
sindromma
antibodi
antikardiolipin).
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan SLE adalah
anemia hemolitik, trombositopeni, abotus spontan yang kronis,
kelainan pembekuan darah (kemungkinan sindromma antibodi
antikardiolipin).
5) Riwayat Obat
Penting ditanyakan apakah pasien pernah minum obat hydrolozenit,
prokainamid, penisilin, antikonvulsi, sulfanamid, pil KB
3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia.
2) Sistem Kardiovaskuler
No
Data
Masalah
Etiologi
1.
Penyakit
3.
DS : Px mengatakan susah
bernafas
DO : K/u : melemah
RR : 27x/menit
TD : 130/100 Permenit
Suhu : 38oC
Ketidakefektifan jalan
nafas
No
1.
Diagnosis
Gangguan
citra
Krieria hasil
Intervensi
Rasional
Aktifitas keperawatan
tubuh tindakan
n citra tubuh
persepsi
sadar
1. Tentukan
harapan
berhubungan keperawatan
dengan
terhadap
suatu
maka
pasien.
penyakit
keparawatan
masalah
gangguan
3.Bimbingan
citra antisipasi
tubuh
berkurang
yang
dibuktikan
dengan oleh :
tubuh
2.Membantu pasien
untuk
beradaptasi
dengan
persepsi
streson
perubahan
a. Adanya
pemenuhan
terhadap
berdasarkan
tahap
erkembangan
serta
identifikasi
pengaruh
budaya,
usia
pasien
menyangkut
citra
tubuh
dan
pantau
frekuensi pernyataan
menghambat
penerimaa
fisik
tubuh
dan
hidup.
kritik diri.
2. Tawarkan
untuk
menghubungi
dirinya
sumber-sumber
sendiri.
komunitas
b. Dapat
1. Mempesiap
melakukan
kan
pasien
interaksi
terhadap
sosial
kritis
seperti
perkembang
semula
an dan krisis
yang
situasional
menjadi
terbiasa
dengan
perubahan
pada
tubuhnya,
mungkin
Ketidakseim
1.Mencegah
bangan
tindakan
menangani
nutrisi
gangguan
keperawatan
tubuh
ketidak
2.Pemantauan
kurang
anoreksia
kebutuhan
cairan.
dari
dapat 3.Manajemen
dan
pembatasan
diet
penyebab
yang
ktat
makan.
dan
berlebihan
makanan
dan
minuman
dalam
kemudian berusaha
b. Rasa
nutrisi.
5.Bantuan
lemah
menaikkan
menjadi
berat badan.
berkurang
gangguan
memasukkan
kriteria hasil :
meningkat
menentukan
atau
jumlah
4.Terapi
dokter
aktifitas
a. BB
melihatnya
1. Rujuk ke
untuk
sangat
sebelum
banyak
mengeluarkan
semuanya
2.Mengumpulkan
data
menganalisis
c. Nutrisi
yang
3.Membantu
atau
dibutuhkan
menyediakan
oleh tubuh
asupan
menjadi
dan
terpenuhi.
seimbang.
untuk
4.Pemberian
(misalnya
pindahkan
barang-
untuk
barang
makanan
cairan
diet
mendukung
2. Ciptakan limgkungan
yang menyenangkan
makan
dan
cairan
proses
metabolic
pasien
yang
malnutrisi
atau
beresiko
tinggi
terhadap malnutrisi.
5.Memfasilitasi
tidak
berat
badan.
sedap
dipandang)
3. a.Ketahui
makan
kesukaan pasien.
b.tentukan
kemampuan
untuk
pencapaian
kenaikan
yang
pasien
memenuhi
kebutuhan nutrisi.
c.pantau kandungan
nutrisi
dan
kalori
perencanaan
makan,
lingkungan
makan,
kesukaan
dan
ketidaksukaan pasien,
serta suhu makanan
5. Bantu pasien menulis
tujuan
mingguan
fisik
dan
asupan makanan.
3.
keperawatan
2.Pengisapan
berhubungan selam 2x24 jam jalan nafas
1. Memfasilitasi
kepatenan jalan
udara
2.Mengeluarkan
secret dari jalan
1. Informasikan pada
pasien sebelum
memulai prosedur,
untuk menurunkan
kecemasan dan
dengan
maka
obstruksi
masalah 3.Kewaspadaa
n aspirasi
keperawatan
jalan nafas
ketidak
efusi pleura.
teratasi.
efektifan 4.Pengaturan
adanya suatu pola nafas dapat posisi
Dengan 5.Pemantauan
pernafasan
kriteria hasil :
a.Menunjukkan
pembersihan jalan
nafas yang efektif
yang dibuktikan
dengan
pencegahan
aspirasi status
pernafasan:Ventila
si tidak terganggu.
b.Menunjukkan
kemudahan
bernafas
c.Frekuensi dan
pernafasan normal
d.Pergerakan
sputum keluar dari
jalan nafas
e.Pergerakan
sumbatan keluar
dari jalan nafas
nafas dengan
memasukkan
sebuah kateter
pengisap kedalam
jalan nafasoral atau
trakea.
3.Mencegah atau
meminimalkan
faktor risiko pada
pasien yang
berisiko mengalami
aspirasi
4.Mengubah posisi
pasien secara
sengaja untuk
memfasilitasi
kesejahteraan
fisiologis dan
psikologis
5.Mengumpulkan
dan menganalisis
data pasien untuk
memastikan
kepatenan jalan
nafas dan
pertukaran gas yang
adekuat
meningkatan control
diri
2. Jelaskan penggunaan
yang benar peralatan
pendukung
(misalnya:oksigen,me
sin pengisapan)
3. Informasikan kepada
pasien dan keluarga
tentang larangan
merokok di dalam ru
ruang perawatan, beri
penyuluhan tentang
pentingnya berhenti
merokok.
4. Instruksikan kepada
pasien tentang batuk
dan tekhnik nafas
dalam untuk
memudahkan dalam
pengeluaran sekret.
5. Atur posisi pasien
yang memungkinkan
untuk pengembangan
maksimal rongga
dada (misalnya,
posisi semi fowler)
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan Makalah
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan salah satu
penyakit berbahaya selain AIDS. Penyakit ini merupakan salah satu
penyakit autoimun, dimana sistem imun terbentuk secara berlebihan
sehingga kelainan ini lebih dikenal dengan nama autoimunitas.
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti apa yang
menyebabkannya tetapi diduga yang menjadi penyebabnya adalah faktor
genetik, infeksi (kuman dan virus) sinar ultraviolet, obat-obatan tertentu,
dan lingkungan.
Penyakit ini menimbulkan gejala-gejala umum yang sering
dianggap biasa tetapi justru perlu untuk ditangani sejak awal agar terhindar
dari penyebarannya sampai ke organ-organ.
Asuhan keperawatan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) ini
pengkajiannya
mengguanakn
persistem
yang
terdiri
dari
Sistem
Saran
Systemic Lupus Eythematosus merupakan penyakit berbahaya jika
menyerang sistem imun tubuh. Maka dari itu, untuk menanggani masalah
tersebut perlu dikenali gejala-gejala pada penyakit lupus ini agar dapat
ditangani
dengan
baik
sejak
awal
untuk
mempercepat
proses
Lupus
Erythematosus,
cara
pencegahan,
dan
cara
c. Mobilitas fisik
d. Intoleransi aktifitas
e. Curah jantung menurun
Jawaban (E)
2. Seorang perempuan usia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan merasa
tidak nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya
kecil setelah satu minggu bertambah besar, demam, nyeri dan terasa kaku
seluruh persendian terutama pada pagi hari dan kurang nafsu makan. Pada
pemeriksaan fisik diperoleh ruam pada pipi dengan terbatas tegas,
peradangan pada siku, lesi bersuama pada daerah leher, malaise. Tekanan
darah 110/ 80 mmHg, pernapasan 20X/ menit, nadi 90X/ menit, suhu 38,5 0
C, HB 11 gr/ dl, WBC 15.000/ mm3.
Apa ciri identik pada kasus diatas
a.
b.
c.
d.
e.
dengan telah
a.
b.
c.
d.
e.
BAB VI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NU SURABAYA
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
Topik
Sasaran
Tempat
: 15.00-16.00
e. Evaluasi (dilampirkan).
6.2 Rencana Pembelajaran
No.
1.
Jadwal
Waktu
15.00 15.05 5 Menit
Aktivitas Penyuluh
Pembukaan :
Aktivitas Peserta
a. Membuka kegiatan
a. Menjawab salam.
dengan
mengucapkan
salam.
b. Memperkenalkan
b. Mendengarkan.
diri.
c. Membaca doa.
c. Mendengarkan.
d. Menjelaskan tujuan
d. Memperhatikan.
dari penyuluhan.
e. Menyebutkan materi
e. Memperhatikan.
f. Menerima lembaran
lembaran leaflet.
Pelaksanaan :
a. Menjelaskan
leaflet.
a. Memperhatikan.
pengertian SLE.
b. Menjelaskan
b. Memperhatikan.
penyebab SLE.
c. Menjelaskan
tanda c. Memperhatikan.
e. Memperhatikan.
pencegahan SLE.
f. Menjelaskan
f. Memperhatikan.
pengelolahan SLE
g. Memberi kesempatan g. Bertanya
kepada peserta untuk
3.
bertanya.
Evaluasi :
Menanyakan
kepada Menjawab
dan
15.55 -16.00
5 Menit
menjelaskan kembali.
Terminasi :
a. Mengucapkan
terimakasih
a. Mendengarkan.
atas
b. Menjawab salam.
l. Poliartlagia.
Tanda dan gejala tambahan dapat meliputi :
m. Lesi pada sendi yang serupa dengan artritis rematoid (meskipun
artritis lupus biasanya tidak erosif).
n. Lesi kulit yang paling sering berupa ruam eritematus di daerah yang
terpajan cahaya (ruam bentuk kupu-kupu yang klasik di daerah
hidung dan pipi terdapat pada kurang dari 50 % pasien) atau ruam
berbentuk papula dan skuama (yang menyerupai psoriasis),
khususnya di bagian tubuh yang terkena cahaya matahari.
o. Vaskulitis (khususnya pada jari-jari) yang mungkin terjadi karena
lesi yang bersifat infark, ulkus tungkai yang nekrotik atau gangren
pada jari-jari.
p. Fenomena Raynaud (sekitar 20% pasien).
q. Patchy alopecia dan ulkus yang tidak terasa nyeri pada membran
mukosa.
r. Abnormalitas paru, seperti pleuritis, efusi
pleura, pnemunitis,
Menghindari stress.
Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari.
Mengurangi beban kerja yang berlebihan.
Menghindari pemakaian obat tertentu.
E. Pengelolahan SLE
Hingga saat ini penyakit lupus tak dapat disembuhkan namun dapat
dikendalikan. Tujuan pengobatan ialah untuk mencegah timbulnya
komplikasi dengan cara :
1. Perubahan pola hidup, yaitu hindari terkena sinar matahari jika perlu
pakai sunscreen.
2. Hindari kontak dengan zat kimia pemicu seperti silikon, air raksa
dan pestisida.
3. Hindari pemakaian suplemen golongan immune booster seperti
Echinacea.
4. Hindari pemakaian obat pemicu seperti procainamid, isoniazid,
fenitoin, kinin dan hidralazin.
5. Pemberian obat-obatan antara lain : golongan non-steroid antiinflamasi (NSAID), kortikosteroid, imunosupresan, dan obat antimalaria
6.4 Metode Pembelajaran
A. Ceramah
penyelenggaraan
penyuluhan
dilakukan
sebelumnya.
d. Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penyuluhan
kesehatan.
e. Media dan tempat sudah siap 2 hari sebelum penyuluhan kesehatan.
2. Evaluasi Proses
a. 80% peserta didik datang tepat waktu.
b. Peserta didik memperhatikan penjelasan perawat atau penyuluh.
c. Peserta didik aktif bertanya atau memberikan pendapat.
d. Media dapat digunakan secara efektif.
3. Evaluasi Hasil
a. Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan.
b. Keluarga mengetahui tentang cara pengelolahan SLE.
DAFTAR PUSTAKA