Anda di halaman 1dari 32

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang
dapat terjadi setiap saat, terutama di negara berkembang khususnya
indonesia. Lingkungan hidup di indonesia menjadi jelek akibat
urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota, tumpukan sampah
dimana-mana dan meningkatnya pulusi udara. Penyakit menular
seperti demam berdarah, sudah merebak hampir di setiap daerah.
Penyakit poliomielitis dan flu burung yang di tularkan melalui unggas
dan dinyatakan sebagai kejadian luar bisa juga sempat merenggut
jiwa manusia(Chandra, 2009: 22).
Penyakit menular berjangkit dengan cepat yang menyerang
sejumlah besar orang pada daerah yang luas. Keadaan ini disebut
wabah. Selain kata wabah, ada istilah lain yang sering dipakai untuk
menggambarkan adanya peningkatan kejadian penyakit menular
disuatu daerah, yaitu suatu letusan (outbreak) dan kejadian lur biasa
atau kejadian tidak biasa di masyarakat .
Di indonesia, pernyataan adanya penyakit wabah hanya boleh di
tetapkan oleh mentri kesehatan. Peningkatan penderita penyakit/
kematian akan dinyatakan sebagai suatu letusan penyakit bila
kejadian tersebut terbatas dan dapat di tanggulangi sendiri oleh
pemerintah daerah dan dinyatakan oleh keadian luar biasa apabila
perlu koordianasi penanggulangannya membutuhkan bantuan dari
pusat dalam hal ini Dit. Jen. P2M & PLP (Chandra, 2009: 22).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui epidemiologi penyakit menular dalam komunitas.

1.2.2 Tujuan Khusus


1)
2)
3)
4)
5)

Untuk mengetahui pengertian penyakit menular


Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit menular
Untuk mengetahui karakteristik penyakit menular
Untuk mengetahui pendekatan epidemiologi penyakit menular
Untuk mengetahui upaya-upaya pencegahan penyakit
menular

BAB II
Tinjauan Teori
2.1 Pengertian penyakit menular
Penyakit menular adalah penyakit yang ditularkan melalui berbagai
media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di
hampir semua negara berkembang. Karena angka kesakitan dan
kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat.
Berbeda dengan penyakit tidak menular yang biasanya bersifat
menahun dan banyak disebabkan oleh gaya hidup. Penyakit menular
biasanya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan
masyarakat. Penyakit jenis ini masih diprioritaskan mengingat sifat
menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan
kerugian yang besar.
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang
saling mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu lingkungan (environment),
agen penyebab penyakit (agent) dan pejamu (host). Ketiga faktor
penting ini disebut

segi tiga epdemioogi (epidemiological triangel).

Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana


sebagai timbangan, yaitu agen penyebab penyakit pada satu sisi dan
penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.
Bila agen penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam
keadaan

sehat.

Perubahan

keseimbangan

akan

menyebabkan

seseorang sehat atau sakit. Penurunan daya tahan tubuh akan


menyebabkan bobot agen penyebab penyakit menjadi lebih banyak
atau lebih ganas sedangkan faktor penjamu tetap, maka bobot agen
penyebab menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya tahan tubuh
seseorang baik atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. Apabila
faktor lingkungan berubah menjadi cenderung menguntungkan agen
penyebab penyakit, maka orang akan sakit. Pada prakteknya
seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor berikut.

1. Lingkungan
Lingkunga terdiri dri lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik
terdiri dari:
a. Keadaan geografis (dataran tinggi/rendah,persawahan, dll)
Keadaan geografis, seperti ketinggian mempenaruhi penularan
penyakit, nyamuk aedes aegypti tidak meyukai ketinggian lebih
dari 1000 m di atas permukaan laut, kadar oksigen juga
mempenggaruhi daya tahan tubuh seseorang. Semakin tinggi
letak

pemukiman,

maka

oksigennya.

Dataran

temperature

udara.

akan

tinggi

juga

Lingkungan

semakin

rendah

berhubungan
persawahan

kadar
dengan

juga

bisa

dihubungkan dengan penyakit yang ditularkan oleh cacing,


parasit, dan nyamuk.
b. Kelembapan udara
Sebaggian besar vector penularan penyakit dan agen penyebab
penyakit lebih menyukai lingkungan yang lembab. Nyamuk
Aedes aegypti

biasanya mencari tempat perkembangbiakan

yang teduh dan terlindung dari sinar matahari.


c. Temperatur
Temperature sering dihubungkan dengan cuaca dan letak
Negara. Dinegara tropis seperti Indonesia, temperature yang
lebih rendah lebih disukai oleh vector dan agen penyebab
penyakit dibandingkan temperature tinggi. Sebagian besar
bakteri akan mati pada pemanasan 80-90 0C kecuali bakteri
berspora yang baru mati pada temperature 100 0C. pada
temperature 40-500C atau 10-200C, mikroba hanya akan
mengalami pertumbuhan yang lambat karena pertumbuhan
optimal mikroba terjadi pada temperatur 20-40 0C. pada
temperature di bawah 00C tidak ada pertumbuhan mikroba.
d. Lingkungan tempat tinggal
Sanitasi lingkungan perumahan sangat berkaitan dengan
penularan penyakit. Rumah dengan pencahayaan kurang
memudahkan perkembangan sumber penyakit. Sinar matahari
mengandung sinar ultra violet yang bisa membunuh kuman
penyakit.

Aliran udara (ventilasi) berkaitan dengan penularan penyakit.


Rumah dengan ventilasi yang
pertumbuhan

kuman

penyakit.

baik akan menyulitkan


Pertukaran

udara

dapat

memecah dan mengurangi kkonsentrasi kuuman di udara.


Lingkungan nonfisik meliputi sosial (pendidikan,pekerjaan),
budaya (adat,kebasaan turun temurun), ekonomi (kebjakan
mikro dan kebijakan lokal), dan politik (suksesi kepemimpinan
yang

mempengaruhi

kebijakan

pencegahan

dan

penanggulangan suatu penyakit).Widoyono, 2011 : 3)


Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang
saling mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu lingkungan agen penyebab
penyakit dan pejamu. Penyakit menular adalah jenis penyakit yang
disebabkan oleh agen penyakit yang spesifik atau racun yang
dihasilkannya, yang ditularkan melalui reservoir atau kontak tidak
langsung melalui vektor kepada orang (Chandra, 2009).
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen
infeksi tertentu atau produk beracun yang timbul melalui penularan dari
orang terinfeksi, hewan atau reservoir benda mati ke pejamu yang
rentan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
tumbuhan atau hewan perantara, vektor atau lingkungan mati (Galeh
Encyclopedia of Public Health, 2002).
Penyakit menular adalah penyakit yang ditransmisikan dari orang,
hewan, atau sumber mati ke orang lain baik secara langsung, dengan
bantuan vektor atau dengan cara lain. Penyakit menular melingkupi
ruang yang lebih luas, bukan sekedar transmisi dari orang ke orang
(Webber, 2005)
Berdasarkan penjabaran definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
penyakit menular adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh agen
penyakit spesifik atau produk beracun yang ditransmisikan dari orang
yang terinfeksi, hewan, atau reservoir benda mati ke pejamu yang

rentan, melalui tumbuhan atau hewan perantara, vektor, atau


lingkungan mati, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara umum penyakit menular dapat dibagi berdasarkan etiologi,
cara penularan, dan aspek epidemiologi seperti yang terlihat pada
diagram dibawah ini.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

BAKTERI
VIRUS
PROTOZOA
CACING
LEPTOSPIRA
JAMUR

ETIOLOG
I

PENYAKI
T
MENULA

CARA
PENULARA
N

EPIDEMIOLOGI

1. VEKTOR
2. PERMUKAAN
KULIT
3. UDARA
4. AIR/MAKANAN
5. BINATANG

1.
2.
3.
4.
5.

ZOONOSIS
SPORADIS
ENDEMIS
EPIDEMIS
PANDEMIS

Diagram 1. Penyakit menular berdasarkan etiologi, cara penularan, dan


epidemiologi.

2.2 Jenis-jenis penyakit menular


Daftar berbagai jenis penyakit menula rmenurut cara penularannya :

1. Transmisi kontak (indirect, direct, droplet):


Anthrax
Brucellosis
Chancroid
Chickenpox
Common colds
Conjunctivitis
Diphtheria
Erysipelas
Gonorrhea
Granumola inguinale
Hepatitis, infections
Hookworm disease
Impetigo contagiosa
Influenza
Leprosy
Leptospirosis
Lymphogranuloma
Venereum
Measles

Meningitis
Mumps
Paratyphoid fever
Pediculosis
Pertussis
Plague, pneumonic
Penurnonia
Poliomyelitis
Puerperal fever
Rabies
Ringworm
Salmonellosis
Scabies
Smallpox
Tetanus
Trachoma
Tuberculosis
Typhoid fever
Yaws

2. Transmisi dengan perantara (air, makanan, susu, plasma, serum):


Anthrax
Paragonimiasis
Ascariasis
Paratyphoid fever
Botulism
Poliomyelitis
Cholera
Salmoneliosis
Diphtheria
Shistosomiasis
Dysentry
Staph, Infection
Hepatitis
Tapeworm disease
Histoplasmolisis
Tubercurosis
Leptopsirosis
Typhoid fever
3. Transmisi dengan vector (nyamuk, kutu, lalat, dan lain-lain):
Dengue
Relapsing fever
Dysentery, baccilary
Trachoma
Encephalitis
Tularemia
Filariasis
Typhoid fever
Malaria
Typhus, end., epi, srubi)
Paratyphoid
Yaws
Plague bubonic
Yellows fever
Poliomyelitis
4. Air-borne transmission (droplet nuclel, debu):
Chickenpox
Psittacosis
Histoplasmosis
Rubella
Impetigo contagiosa
Smallpox
Influenza
Streptococcal infections
Measles
Tuberculosis

Panduan penyakit menular yang banyak terjadi menurut Stanhope (2010:


475), yaitu :
Penyakit Lyme
Nama

: Lyme borreliosis (penyakit Lyme). Penyakit yang


diularkan oleh

sengkenit banyak terjadi di musim

panas di area-area yang berhutan.


Metode diagnosis

: diagnosis dibuat berdasarkan hasil temuan klinis


dengan uji serologik. Lesi awal yang khas tampak
seperti bulls eyes (eritema migrans) yang melalui
secara anular. Dapat menyebabkan gejala neurologis
atau jantung dan dapat disertai keletihan, demam,
dan kaku leher.

Reservoir

: Hewan pengerat liar, rusa, dan hewan lain yang


mempertahankan siklus, dengan larva dan nimfa
sengkenit dewasa pada rusa.

Cara penularan

: Penyakit ditularkan oleh sengkenit. Penularan tidak


terjadi sampai sengkenit makan selama 24 jam atau
lebih.

Inkubasi

: Dari 3 sampai 32 hari setelah terpajan sengkenit.

Tindakan pencegahan

: Ajarkan kepada masyarakat tentang cara

penularan penyakit ini melalui sengkenit dan cara


perlindungan pribadi. Hindari area yang menjadi
sarang sengkenit. Pakai obat pengusir (DDET atau
autan) pada celana dan lengan baju. Periksa dan
singkirkan sengkenit tanpa menghancurkannya.
Pengawasan klien : Isolasi-tidak ada. Lepas semua sengkenit dengan
hati-hati. Tahap awal dapat diobati dengan antibotik.
Kandidiasis (Sariawan)

Nama

: Kandidiasis (Moniliasis, Sariawan, Kandidosis).


Mikosis biasanya terdapat di lapisan superfisial kulit
atau membran mukosa, yang muncul secara klinis
sebagai sariawan mulut, intertrigo, vulvovaginitis,
paronikia

atau

pseudomembran

onkomikosis.
dapat

terbentuk

Ulkus
di

atau

esofagus,

lambung atau usus.


Metode diagnosis

Evaluasi

bukti

klinis

dan

laboratorium

dari

kandidiasis. Uji tunggal laboratorium yang paling


penting adalah demonstrasi mikroskopik pseudohifa
dan atau sel ragi dalam jaringan atau cairan tubuh
yang terinfeksi. Konfirmasi kultur juga penting. Infeksi
orofaringeal kambuhan atau parah pada orang
dewaasa tanpa penyebab utama yang nyata akan
menunjukkan kemungkinan adanya infeksi HIV.
Agen infeksius

: Candida albicans, C. Tropicalis, C. Dubliniensis, dan


kadang-kadang spesies lain dari Candida.

Reservoir

: Manusia

Cara penularan

: Melalui kontak dengan sekresi atau ekskresi dari


mulut, kulit, vagina, dan feses dari pasien atau karier;
dipindahkan dari ibu ke neonatus pada saat lahir; dan
melalui penyebaran endogen.

Inkubasi

: Bervariasi, 2-5 hari untuk sariawan pada bayi.

Tindakan pencegahan

: Deteksi dini dan obati secara lokal adanya

infeksi di mulut, esofagus, atau kandung kemih dari


orang yang memiliki predisposisi faktor sistemik untuk
mencegah

penyebaran

sistemik.

Kemoprofilaksis

flukonazol menurunkan insidensi kandidiasis berat

selama

bulan

pertama

setelah

transplantasi

sumsum tulang alogenik.


Pengawasan klien : Isolasi-tidak ada. Desinfeksi secara bersamaanterhadap

sekresi

dan

benda-benda

yang

terkontaminasi.
Pengobatan spesifik : Salep nistatin atau azole (mikonazol, klotrimazol,
ketokonazol, flukonazol) berguna untuk berbagai
bentuk

kandidiasis

superfisial.

Klotrimazol

oral

(Mycelex), tablet hisap atau suspensi nistatin efektif


untuk mengobati sariawan oral. Suspensi itrakonazol
(Sporanox) atau flukonazol (Diflucan) efektif untuk
kandidiasis oral dan esofagus. Infeksi vagina dapat
diobati dengan flukonazol oral atau salep klotrimazol,
mikonazol, butokonazol, terkonazol, tiokonazol, atau
nistatin.
Cacar Air
Nama

: Cacar air (Varisela). Penyakit virus ini jarang yang


bersifat fatal, penyebab kematan yang paling banyak
pada orang dewasa adalah pneumonia virus, dan
pada anak-anak komplikasi septik dan ensefalitis.

Metode diagnosis

: Diagnosis dibuat berdasarkan hasil temuan klinis


dan pemeriksaan laboratorium mikroskopik terhadap
virus dengan mikroskop elektron bila perlu.

Reservoir

: Manusia

Cara penularan

: penularan tinggi dari orang ke orang dengan kontak

langsung, droplet, atau penyebaran sekresi pernafasan melalui udara.


Inkubassi

: Dari 2-3 minggu ; umumnya 14-16 hari

10

Pengawasan klien : Isolasi Tidak masuk sekolah selama 1 minggu


setelah

munculnya

erupsi

pertama.

Desinfeksi

bersamaan terhadap benda benda yang kotor oleh


rabas dari hidung, tenggorokan, dan lesi.
Pendobatan khusus Sementara vidarabin (Adenin,
Arabinoside, Ara-A) dan acyclovir (Zovirax) efektif
untuk mengobati infeksi varisella zoster, yang terakhir
umumnya dianggap sebagai agents antivirus pilihan
untuk pengobatan varisella. Untuk herpes zoster,
terdapat analog terbaru dengan perbaikan absorpsi
setelah pemberian oral ( valasiklovir dan famiklovir ).
Obat obatan dapat memperpendek durassi gejala dan
nyeri zoster pada pasien lansia normal, terutama jika
diberikan dalam 24 jam awitan ruam.
Konjungtivitis akut
Nama

: Konjungtivitis ( mata merah ). Infeksi bakteri pada


mata yang sering terjadi dan tidak fatal.

Metode diagnosis

: Konfirmasi diagnoss klinis dengan pemeriksaan


mikroskopik

usapan

diperlukan

untuk

warna

atau

membedakan

kultur
bakteri

rabas
dari

konjungtivitis virus atau atau alergi; atau infeksi darri


adenovirus atau eterovirus.
Reservoir

: Manusia

Cara penularan

: Kontak dengan rabas dari mata atau saluran


pernapasan atas orang yang terinfeksi. Jari yang
terkontaminasi. Pakaian atau benda lain termasuk
berbagi alat tata rias mata, obat tetes mata yang
berebihan.

Inkubasi

: Biasanya 24 sampai 72 jam.

11

Tindakan pencegahan

: Higiene personal dan pengobatan mata yang

sakit.
Pengawasan klien : Isolasi Anak tidak masuk sekolah selama masa
akut. Tindakan kewaspadaan terhadap sekresi dan
drainase. Desinfeksi bersamaan terhadap rabas dan
benda benda kotor.
Imunisasi tidak ada
Pengobatan spesifik

: Olesan lokal salep atau tetes mata yang


mengandung

sulfanomid,

seperti

natrium

sulfasetamid, gentamisin, atau antibiotik gabungan,


seperti polimiksin B dengan neomisin atau trimeropim
umumnya efektif untuk penyakit ini.
Tinea (Kadas/Kurap)
Nama

: Dermatofitosis (Tinea, kurap). Infeksi jamur umun


yang dapat terjadi pada kulit kepala, dibawah kuku,
pada tubuh, pangkal paha atau area perianal, dan
kaki.

Metode diagnosis

: Observassi klinis terhadap lesi. Kulit kepala bau


tidak enak dan krusta kuning pada kulit kepala. Kuku
penebalan kuku, perubahan warna, dan rapuh
pembentukan materi kaseosa dibawah kuku. Kuku
menjadi pucat dan tidak rata. Kaki kapalan, kulit
antara jari retak, dan lepuhan berisi cairan encer.
Pemeriksaan

laboratorium

terhadap kulit

kepala

dibawah lampu UV (Lampu Wood) untuk adanya


fluorensi kuning keijauan. Untuk kuku, badan, dan
kaki, potongn ditenpatkan dalam preparat kalium
hidroksida

dan

pemeriksaan

mikroskopik

untuk

adanya elemen jamur hialin.

12

Reservoir

: Kulit kepala manusia, hewan (terutama anjing,


kucing, lembu). Kuku manusia. Tubuh manusia,
hewan, tanah. Kaki manusia.

Cara penularan

: Kulit kepala - kontak langsung kulit ke kulit, atau


kontak tidak langsung dari penjepit rambut, sisi yang
terkontaminasi. Kuku, Tubuh, Kaki kontak langsung
dari orang yang terinfeksi, atau tidak langsung dari
shower tall (penyangga shower) atau lantai yang
terkontaminasi. Infeksi tubuh juga dapat terjadi akibat
lesi hewan.

Inkubasi

: Kulit kepala 10 sampai 14 hari. Kuku tidak


diketahui. Tubuh 4 sampai 10 hari. Kaki tidak
diketahui.

Tindakan pencegahan

: Ajarkan masyarakat untuk tidak mengguakan

sisir atau sikat rambut milik orang lain, higiene


personal yang ketat. Cuci anduk dan pakaian dengan
air panas atau agens fungisidal. Bersihkan lantai
shower dengan kresol.
Pengawasan klien : Griseofulvin per oral adalah pengobatan pilihan
untuk kulit kepala. Bedak atau salep antijamur topikal
adalah pengobatan pilihan untuk tubuh/ pangkal paha
dan kaki, meskipun griseofulvin juga efektif. Pilihan
untuk pengobatan kuku adalah itrakonazol dan
terbinafin selama 3-18 bulan.
Enterobiasis (Cacing kremi)
Nama

: Enterobiasis (penyakit cacing kremi). Cacing kremi


adalah infeksi usus paling banyak terjadi, biasanya
jinak dan sangat menular.

13

Metode diagnosis

: Diagnosis dibuat dengan melekatkan pita perekat


transparan pada daerah perianal dan memeriksa pite
perekat

tersebut

secara

mikroskopik

untuk

mendeteksi adanya telur.


Reservoir

: Manusia, cacing kremi pada hewan tidak ditularkan


pada manusia.

Cara penularan

: transfer langsung telur infeksius oleh tangan dari


anus ke mulut, atau tidak langsung melalui pakaian,
seprai, makanan, atau benda benda lainnya yang
terkontaminasi dengan telur.

Inkubasi

: Siklus hidup 4 sampai 6 minggu. Telur menjadi


infektif dalam beberapa jam setelah terdapat di anus
dan bertahan hidup sedikitnya 2 minggu di luar
pejamu.

Tindakan pencegahan

: buang sumber infeksi dengan perngobatan.

Mandi di shower, lebih baik daripada di bak/bathtub.


Sering mengganti pakaian dalam, pakaian tidur, dan
seprai. Membersihkan rumah beberapa hari setelah
pengobatan. Higiene personal yang ketat, terutama
mencuci tangan sebelum makan. Hindari menggaruk
daerah anal, dan menggigit kuku. Jaga toilet tetap
bersih.
Pengawasan klien : Isolasi tidak ada. Desinfeksi bersamaan ganti
sprei tempat tidur dan pakaian dalam secara cermat
untuk menghindari penyebaran telur ke udara. Telur
akan mati pada suhu 55o C selama beberapa detik;
bersihakn tempat tidur dan rumah selama beberapa
hari.

14

Pengobatan spesifik Pirantel pamoat (Antiminth,


Combantrin),

Mebendazol

(Vermox),

atau

albendazzol (Zentel). Pengobatan harus diulang


setelah 2 minggu; pengobatan yang bersamaan
seluruh keluarga dianjurkan jika ada beberapa
anggota keluarga yang terinfeksi. (Stanhope, 2010:
501)
2.3 Karakteristik penyakit menular
Karakteristik utama penyakit menular adalah sebagai berikut :
1) Penyakit-penyakit tersebut sangat umum terjadi di masyarakat
2) Beberapa penyakit dapat menyebabkan kematian atau kecacatan
3) Beberapa penyakit dapat menyebabkan epidemik
4) Penyakit-penyakit tersebut sebagian besar dapat dicegah dengan
intervensi sederhana
5) Penyakit-penyakit tersebut banyak menyerang bayi dan anak-anak
Penyakit menular termasuk penyakit parasit dimana vektor yang
digunakan, zoonosis dan semua penyakit yang mudah ditularkan.
Transmisi itulah yang membedakan penyakit ini dengan penyakit tidak
menular.
Jika penyakit ini menular, maka bentuknya epidemik atau endemik,
sedangkan tidak menular bentuknya akut atau kronis (Widiyono, 2011).
Menular :
a. Epidemik (contoh : campak)
b. Endemik (contoh : malaria)
Tidak menular :
a. Akut (contoh : penyakit akibat kecelakaan)
b. Kronik (contoh : penyakit jantung koroner)
Semua penyakit tersebut dapat terjadi pada waktu dan tempat yang
sama, tetapi penyakit menular lebih sering terjadi di negara
berkembang, sedangkan penyakit tidak menular sering terjadi di
negara maju.

15

Penyakit epidemik menyerang semua populasi, seperti saat


campak membunuh orang dewasa dan anak-anak. Populasi ini masih
muda dan terus tumbuh. Dengan penyakit endemik, anak-anaklah
yang

rentan,

sehingga

tingkat

kelahiran

yang

tinggi

untuk

mengimbanginya. Dengan banyaknya orang muda dalam populasi


tersebut, penyakit tidak menular kronis jarang terjadi (Widiyono, 2011).
2.4 Pendekatan epidemiologi penyakit menular
Epidemiologi penyakit menular menurut Chandra (2009: 22), Ditinjau dari
sudut epidemiologi, perlu diketahui dan dipelajari batasan, definisi,
periodisitas dan dinamika penyebaran suatu penyakit agar tindakan dan
penanganan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan baik.
1. Batasan dan definisi
a. Infeksi
Masuk dan berkembanya agen penyakit di dalam tubuh
manusia atau binatang serta timbul reaksi tubuh terhadap agen
penyakit.
b. Inokulasi (inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari artropoda
kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kult atau deposit
pada membran mukosa.
Contoh : gigitan nyamuk aedes menyebabkan demam berdarah
dengue.
c. Infestasi (infestation)
Masuknya artropoda ada permukaan tubuh manusia kemudian
berkembang biak disebut dengan infestasi.
Contoh: penyakit skabies.
d. Kontaminasi
Agen penyakit terdapat di dalam makanan dan air yang di
gunakan oleh manusia.
e. Penyakit infeksius
Jenis penyakit yang berasal dari orang atau binatang yang
menderita sakit atau mengalami infeksi.
f. Penyakit kontagious
Jenis penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung dari
orang sakit kepada orang sehat.

16

g. Penyakit menular
Jenis penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang
spesifik atau racun yang di hasilkan dan di tularkan melalui
reservoar atau kontak tidak langsung melalui vektor kepada
orang.
h. Penyakit tidak menular
Ditujukan kepada jenis-jenis penyakit seperti tumor, jantung
koroner, diabetes mellitus dan lain-lain.
2. Periodisitas berjangkitnya penyakit
a. Epidemik
Berjangkitnya suatu penyakit pada sekelompok orang di
masyarakat

dengan

jenis

penyakit,

waktu

dan

sumber

yangsama di luar keadaan yang biasa (kejadian luar biasa).


Contoh : wabah penyakit kolera.
b. Endemik
Suatu keadaan berjangkitya prevelensi suatu jenis penyakit
yang terjadi sepanjang tahun dengan frekuensi yang rendah di
suatu tempat.
Contoh : penyakit malaria dan kaki gajah
c. Sporadik
Jenis penyakit yang tidak tersebar merata pada tempat dan
waktu yang tidak sama, pada suatu saat dapat terjadi epidemik
Contoh : penyakit poliomielitis
d. Pandemik
Jenis penyakit yang terjangkit dalam waktu cepat dan terjadi
bersamaan di berbagai tempat di seluruh dunia.
Conroh : penyakit influenza (1957) dan cholera el tor (1962).
e. Klaster
Jenis penyakit menular yang di derita oleh satu atau lebih
orang. Di tularkan dengan cepat ke orang yang sehat melalui
hbungan darah (keluarga) atau kontak intim.
Contoh : avian influenza (flu burung)
f. Eksotik
Jenis penyakityang bersal dari negara lain dan berjangkit di
suatu negara.
Contoh : demam kuning
g. Zoonosis
Penyakit atau infeknya yang ditularkan oleh hewan bertulang
belakang ke manusia.
Contoh : rabies, antraks
h. Epizoonosis

17

Penyakit zoonosis yang berjangkit

secata epidemik pada

hewan.
Contoh : penyakit pes pada tikus
i. Enzoonosis
Penyakit zoonosis yang berjangkit

secata endemik pada

hewan.
Contoh : penyakit bovine tbc pada sapi
3. Dinamika penularan penyakit
Dinamika penularan penyakit dari sumber atau reservoar infeksi ke
orang yang rentan.
Reservoar infeksi
Merupakan tempat penyinggahan agen penyakit untuk hidup dan
berkembang serta bertahan hidup, dikenal ada 2 tipe rservoar, yaitu pada
manusia dan hewan (Chandra, 2009: 24).
a. Reservoar pada manusia
Pada penyakit menular, sumber infeksi berasal dari orang yang
sedang megalami infeksi dapat berupa kasus atau karier.
Kasus dapat berbentuk subklinis dan klinis, pada kasus subklinis,
tidak di temukan gejala penyakit atau bersifat asimtomatia tetapi
berpotensi untuk menularkan infeksi kepada orang lain.
Contoh : penyakit poliomielitis
Karier terjadi karena proses penyembuhan tidak sempurna dan
secara bakteriologis agen penyakit masih ada di dalam tubuh,
contohnya pada penyakit demam tifoid.
b. Reservoar pada hewan
Sumber infeksi dapat berasal dari hewan atau burung yang berupa
kasus atau karier seperti pada manuasia (Chandra, 2009: 27).
Cara penyebaran penyakit menular menurut Chandra ( 2009: 29).
Cara penyebaran atau mode of transmission penyakit infeksi kepada
manusia yang sensitif dapat melalui beberapa cara, baik terjadi secara
langsung atau tidak langsung dari satu orang ke orang salin. Ditinjau dari
aspek epidemiologi, cara penyebaranya di masyarakat bersifat lokal,
regional maupun nasional.

18

1. Media langsung dari orang ke orang (permukaan kulit)


Jenis penyakit yang di tularkan antara lain:
a. Penyakit kelamin
b. Trakoma
c. Penyakit pada kaki dan mulut
d. HIV (AIDS)
e. Skabies
f. Gas-gangren
g. Rabies
h. Erisipelas
i. Infeksi luka aerobik
Pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis, dan HIV, agen penyakit
ditularkan langsung dari seorang yang infeksius ke orang lain
melalui hubungan intim. Cara meutuskan rantai penularannya
adalah

dengan

mengobati

penderita

dan

tidak

melakukan

hubungan intim terhadap pasangan bukan suami atau istri. Khusus


untuk HIV, jangan mempergunakan alat suntik bekas dan
menggunakan darah donor penderita HIV.
2. Melalui media udara
Penyakit yang dapat ditularkan dan penyebar secara langsung
maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai
air borne disease.
Jenis penyakit yang ditularkan antara lain:
a. TBC paru
b. Varicella
c. Difteri
d. Influenza
e. Variola
f. Morbili
g. Maningitis
h. Demam skarlet
i. Mumps
j. Rubella
k. Petusis
Cara pencegahan penulaan penyakit antara lain menggunaka
masker , menjauhi kontak serta mengobati penderita TBC yang
sputum BTA-nya positif.
3. Melalui media air

19

Penyakit dapat menular secara langsung maupun tidak langsung


melalui air. Penyakit-penyakit yang disebarkan melalui air disebut
sebagai water borne atau related disease.
Agen penyakit:
1. Virus
: hepatitisvirus, poliomielitis
2. Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diase
3. Protozoa : amubiasis, giardiasis
4. Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid
5. Leptospira
: penyakit weil
Pejamu akuatik:
1. Bermultiplikasi di air : skistosomiasis (vektor keong)
2. Tidak bermultiplikasi
: guineas worm dan fish tape
worm (vektor cyclop)
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi
dalam empat kelompok menurut cara penlarannya:
1. Water borne mechanism
Kuman patogen yang berada dslam air dapat menyebabka
penyaki pada manusia, ditularka melalui mulut atau sistem
pencernaan.
Contoh : kolera, tifoid, hepatitis virus, disentri basiler dan
poliomiesitis.
2. Water washed mechanism
Jenis penyakit water weshed mechanism yang berkaita
dengan kebersihan individu dan umum dapat berupa:
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anakanak
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan
trakoma
c. Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti
leptospirosis
3. Water based mechanism
Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani
sebagai siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai
pejamu intermediate yang hidup di dalam air.
Contoh : skistosomiasis, dracunculus medinensis.
4. Water related insect vector mechanism
Jenis penyakit yang ditularka oleh gigitan serangga yang
berkembang biak didalam air.

20

Contoh: filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow


fever).
4.melalui media vektor penyakit
Artbropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vektorborne diseases merupakan penyakitpentig yang seringkali bersifat
endemis maupun epidemis dan sering menimbulkan bahaya
kematian
Di indonesia, penyakit-penyakit yang di tularkan melalaui serangga
merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti
demaam berdarah dengue (DBD), malaria , kaki gajah dan penyakit
virus chikungunya yan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. Selain itu, penyakit saluran pencernaan seperti disentri,
kolera, demem tifoid dan para tifoid ditulatkan secara mekanis oleh
lalat rumah(Chandra, 2009: 32).
2.5 Upaya-upaya pencegahan penyakit menular
Pencegahan umum menurut Stanhope (2010: 468), yaitu:
Instrumen
Untuk mencegah infeksi akibat sayatan, tusukan, dan kulit yang tidak
utuh :
1. Jarum : jangan berusaha menutup jarum kembali. Jangan
membengkokkan, mematahkan atau melepas jarum.
2. Benda tajam/instrumen : berhati-hati ketika menggunakan,
membersihkan, dan membuang benda-benda tersebut.
3. Pembuangan : tempatkan tempat pembuangan unit jarum suntik
dan benda tajam ke dalam wadah tahan tusukan segera setelah
digunakan.
Penghalang

21

Untuk mencegah infeksi melalui mata, hidung, mulut, dan kulit yang
tidak utuh :
1. Sarung tangan : gunakan jika kemungkinan akan kontak dengan
cairan tubuh. Sarung tangan tersedia untuk flebotomi. Ganti setelah
setiap kali kontak dengan pasien. Jangan menggunakan kembali
sarung tangan pemeriksaan/sarung tangan bedah. Sarung tangan
rumah tangga dapat digunakan kembali jika masih dalam keadaan
utuh dan bersih.
2. Pelindung mata, masker : gunakan jika cairan tubuh menjadi
droplet di udara.
3. Skort : Gunakan jika cairan tubuh cenderung memercik ke
pakaian.
4. Kantong resusitasi (atau alat ventilasi lainnya): Gunakan untuk
menghindari kontak dari mulut ke mulut. Penghalang yang anda
gunakan akan membutuhkan beberapa penilaian untuk resiko
pajanan pada situasi klinis.
5. Linen sampah infeksius : Sebelum dipindahkan, masukkan ke
dalam

kantong

dan

beri

label

untuk

pembuangan

atau

dekontaminasi sesuai dengan prosedur lokal anda.


Desinfeksi
1. Cuci tangan harus segera dilakukan dan secara menyeluruh :
sebelum dan sesudah setiap kali kontak. Setelah melepas sarung
tangan dan penghalang(pelidung). Setelah pajanan terhadap
kontaminasi. Cuci permukaan kulit yang lain setelah kontak atau
kontaminasi.
2. Tumpahan : bersihkan dan desinfeksi dengan segera sesuai
kebijakan.
Latihan akan menekan pada bagaimana anda dapat bekerja dengan
aman dari bahaya yang ada di pekerjaan anda guna melindungi diri
sendiri, rekan, dan pasien.
Cara pencegahan penularan penyakit melalui media air atau makanan
dapat dilakukan antara lain dengan cara:
22

a. Penyakit infeksi melalui saluran pencernaan, dapat dilakukan


dengan cara sanitation barrier yaitu memutus rantai penularan,
seperti menyediakan air bersih, menutup makanan agar tidak
terkontaminasi oleh debu dan lalat, buang air besar dan membuang
sampah tidak disembarang tempat.
b. Penyakit infeksi yang ditularkan oleh kulit dan mata, dapat dicegah
dengan higien personal yang baik da tidak memakai peralatan
orang lain seperti sapu tangan, handuk dan lainya, secara
sembarangan.
c. Infeksi lain yang berhubungan dengan air melalui vektor seperti
malaria dan demam berdarah gengue (DBD) dapat dicegah dengan
pengendalia vektor.
(google book)
PENCEGAHAN PENYAKIT
Epidemiologi merupakan ilmu dasar pencegahan dengan
sasaran utama adalah mencegah dan menganggulangi penyakit
dalam msayarakat.Pengertian pencegahan secara umum adalah
mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejajian.Dalam
mengambil langkah langkah pencegahan, haruslah didasarkan
pada data/ keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatn/penelitian epidemiologis. (Nur,
2008: 128)
Pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan penyakit
secara umum, yakni: pencegahan tingkat dasar (primordial
prevention), pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang
meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan
tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini
serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga
(tertiary prevention) yang meliputu pencegahan terhadap terjadinya
cacat dan terakhir adalah rehabilitasi. Keempat tingkat pencegahan
tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya
sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih. (Nur, 2008: 128)

23

1. Pencegahan Tingkat Dasar


Pencegahan tingkat dasar (primordial prevention) adalah
usaha mencegah terjadinya resiko atau mempertahankan keadaan
resiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara
umum.Pencegahan

ini

meliputi

usaha

memelihara

dan

mempertahankan kebiasaan pola hidup yang sudah ada dalam


masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya resiko terhadap
penyakit dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat
yang dapat mencegah atau mengurangi tingkat resiko terhadap
penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara umum.
Umpamanya memelihara cara makan masyarakat pedesaan yang
kurang mengkonsumsi sayuran, kebiasaan berolahraga, dan
kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat resiko
yang rendah terhadap berbagai penyakit tidak menular.
Bentuk lain dari pencegahan ini adalah usaha mencegah
timbulnya pencegahan kebiasaan baru dalam masyarakat atau
mencegah

generasi

yang

sedang

tumbuh

untuk

tidak

meniru/melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan


resiko terhadap berbagai penyakit seperti kebiasaan merokok,
minum alcohol dan lain sebagainya. Sasaran pencegahan tingkat
dasar ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja,
dengan tidak mengabaikan orang dewasa daan kelompok manula.
2. Pencegahan Tingkat Pertama
Pencegahan

tingkat

pertama

(primary

prevention)

merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha


mengatasi atau mengontrol factor factor risiko (risk factors)
dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan
derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha
pencegahan khusu terhadap penyakit tertentu. Pencegahan tingkat
pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara penjamu
(host),

penyebab

(agent/pemapar),

lingkungan,

dan

proses

kejadian penyakit. Usaha pencegahan tingkat pertama secara garis

24

besarnya dapat dibagi dalam usaha peningkatan derajat kesehatan


dan usaha pencegahan khusus.
Usaha peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
atau pencegahan umum yakni meningkatkan derajat kesehatan
perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan
penyebab dan derajat risiko serta meningkatkan lingkatyang sehat
dan

optimal.Adapun

usaha

pencegahan

khusus

(specific

protection) merupakan usaha yang terutama di tujukan kepada


pejamu atau pada penyebab untuk meningkatkan daya tahan
maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu.
Ada dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan
ini, yakni : (1) strategi dengan sasaran populasi secara keseluruhan
dan (2) strategi dengan sasaran terbatas pada kelompok risiko
tinggi (high risk groups) yang keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangan. Strategi pertama mempunyai sasaran lebih luas
sehingga lebih bersifat radikal, memiliki potensi yang besar pada
populasi dan sangat sesuain untuk sasaran perilaku.Namun secara
individual kurang bermanfaat, dan rasio antara manfaat dengan
tingkat resiko mungkin cukup rendah.Pada strategi kedua, sangat
mudah diterapkan secara individual, motivasi subjek dan pelaksana
cukup tinggi serta rasio antara manfaat dengan tingkat risiko cukup
baik. Tetapi juga memiliki kelemahan, antara lain sulit memilih
kelompok dengan risiko tinggi, efeknya sangat rendah dan hanya
bersifat temporer serta kurang sesuai untuk sasaran perilaku.
Bila sasaran ditujukan pda unsur penyebab maka usaha
diutamakan dalam mengurangi atau menghilangkan sumber
penyebab dan menghindari atau mengurangi setiap factor,
terutama fartor perilaku yang dapat memperbesar tingkat resiko.
Untuk penyakit menular dengan sasaran khusus ditijukan pada
penyebab

kausal

seperti

desinfeksi,

sterilisasi,

pasteurisasi,

karantina dan lain lain. Sedangkan untuk penyakit tidak menular

25

(bukan infeksi) dengan jalan menghilangkan sumber allergen,


sumber keracunan, dan sumber pencemaran kimiawi maupun
radiasi.
Bila sasaran ditujukan pada lingkungan maka sasarannya
dapat ditujukan pada lingkungan fisik seperti pengadaan air da
jamban.Juga sasaran dapat dilakukan terhadap lingkungan biologis
seperti pemberantasan serangga atau ditujukan pada lingkungan
social

melalui

perbaikan

dan

peningkatan

derajat

social

masyarakat.
Adapun sasaran pencegahan tingkat pertama ini dapat pula
ditujukan pada factor penjamu seperti perbaikan gizi, pemberian
aiminisasi, penungkatan kehidupan social dan psikologis individu
dan masyarakat serta peningkatan ketahan fisik individu.
3. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit
atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui
diagnosis dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat.
Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk
mencegah meluasnya penyakit/terjadinta wabah pada penyakit
menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta
mencegah komplikasi.
Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adalah
menemukan penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini
meliputi : (1) pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu
seperti pegawai negri, buruh/pekerja perusahaan tertentu, murid
sekolah dan mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk
pemeriksaan kesehatan bagi calon mahasiswa, calon pegawai,
calon tentara serta bagi mereka yang membutuhkan surat
keterangan kesehatan untuk kepentingan tertentu ; (2) penyaringan
(screening) yakni pencarian penderita secara dini untuk penyakit

26

yang secara klinis belum tampak pada penduduk secara umum


atau pada kelompok risiko tinggi; (3) surveilans epidemiologi yakni
melakukan pencatatan dan pelaporan secra teratur dan terus
menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit
yang ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang
kelompok resiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang
dijumpai menderita atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka
yang sedang dalam proses patogenesis termasuk mereka dari
kelompok resiko tinggi pnyakit menular tertentu.
4. Pencegahan Tingkat Ketiga
Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) merupakan
pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit
tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit
atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuan
utamanya dalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti
pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing manis,
tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain lain serta
mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab
tertentu, serta usaha rehabilitasi.
Rehabilitasi merupakan usaha pengambilan fungsi fisik,
psikologis dan social seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi
fisik/medis

(seperti

pemasangan

protese),

rhabilitasi

mental

(psychorehabilitation) dan rehabilitasi social, sehingga setiap


individu dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan
berdaya guna.
Pencegahan tingkat pertama ; kedua; dan ketiga tersebut,
dalam pelaksanaannya saling berhubungan erat satu dengan yang
lain sehingga sering dijumpai keadaan tumpang tindih.

27

5. Strategi Pencegahan
Strategi

pencegahan

meliputi

sasaran

dan

kegiatan

pencegahan yang bervariasi sesuai dengan masalah kesehatan


yang dihadapi serta tingkat pencegahannya.Sasaran pencegahan
dapat merupakan individu maupun organisasi masyarakat.Dalam
melaksanakan

pencegahan

dengan

sasaran

tersebut

dapat

dilakukan melaui usaha setempat yang bersifat tradisional terutama


pencegahan dasar atau primordial, dan dapat pula dilakukan
melalui pusat pusat pelayanan kesehatan yang tersedia di tempat
tersebut. (Nur, 2008: 130).
No.
1.

2.

Pencegahan
Premordial

Primer

Gaya Hidup
Pola makan
Tidak
merokok
Reduksi
stress rendah
Rendah
lemak dan
garam
Latihan fisik
Tidak

3.

Sekunder

merokok
Manajemen
stress
Pola diet
Laithan fisik
Berhenti

Lingkungan

Biologi

System

Tanpa

Manusia
Cegah

Pelayanan
Pengobatan

pencemaran

kawin

alternatif

Kondisi kerja

Riwayat

menyenangk

keluarga,

Penyuluhan
Pemberdayaa

an
Penurunan

profil lemak
Aspirin

polusi timbal

Perubahan
kerja
Konseling
keluarga

Tersier

Manajeme

n stress
Pola diet
Latihan
ringan
Berhenti

Medic
Pengenalan
akibat
samping
obat

merokok
4.

n masyarakat

Pengamanan
rumah,

Terapi fisik
Terapi

tempat untuk

wicara
Kepatuhan

kursi roda
Dukungan

terhadap

Evaluasi
penyebab
sekunder
Penyuluhan
pasien
System
rujukan
Pelayan
komplikasi
Pelayanan
home care

28

merokok
Penyesuaian

keluarga

pengobatan

kecatatan

Pelaksaan

usaha

terprogram

dapat

pemberian

imunisasi

pencegahan

bersifat
dasar,

wajib

yang

maupun

perbaikan

terencana
sukarela,

sanitasi

dan

seperti

lingkungan,

penyediaan air minum, dan peningkatan status gizi masyarakat


melalui perbaikan gizi masyarakat termasuk pemberian makanan
tambahan, juga berbagai usha untuk mencegah kebiasaan yang
dapat menimbulkan atau meningkatkan resiko terhadap berbagai
gangguan kesehatan tertentu. Sasaran pencegahan juga meliputi
berbagai usaha perbaikan dan peningkatan lingkungan hidup,
perbaikan standar hidup seperti perbaikan perumahan, system
pendidikan, dan system kehidupan social serta peningkatan
standar hidup sehat.
Disamping usaha yang terencana dan berkesinambungan
terkenal juga berbagai usaha pencegahan yang bersifat darurat
seperti usaha pencegahan dan penanggulangan wabah, usaha
pencegahan penyakit akibat bencana alam maupun akibat perang,
dan adanya usaha pencegahan tingkat ketiga dalam bentuk rawat
darurat dan lain sebagainya.
Dalam menilai derajat kesehatan/situasi mordibilitas dan
mortalitas untuk program pencegahan, harus dipertimbangkan
beberapa hal lain diluar kesehatan seperti system persediaan
makanan, keadaan keamanan, system perekonomian termasuk
pendapatan per kapita, keadaan lapangan kerja dan tingkat
pengangguran, system kehidupan social, adat kebiasaan, kebijakan
pemerintah dan lain lain. Keseluruhan hal tersebut dapat
mempengaruhi program pencegahan serta strategi pencegahan
yang sedang dilaksanakan (Nur, 2008: 132).

29

30

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. penyakit menular adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh agen
penyakit spesifik atau produk beracun yang ditransmisikan dari
orang yang terinfeksi, hewan, atau reservoir benda mati ke pejamu
yang rentan, melalui tumbuhan atau hewan perantara, vektor, atau
lingkungan mati, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Berbagai jenis penyakit menula rmenurut cara penularannya yaitu
Transmisi kontak (indirect, direct, droplet), perantara (air, makanan,
susu, plasma, serum), Transmisi dengan vector (nyamuk, kutu,
lalat, dan lain-lain), air-borne transmission (droplet nuclel, debu).
3. Karakteristik utama penyakit menular yaitu penyakit-penyakit
tersebut sangat umum terjadi di masyarakat, beberapa penyakit
dapat menyebabkan kematian atau kecacatan, beberapa penyakit
dapat menyebabkan epidemik, penyakit-penyakit tersebut sebagian
besar dapat dicegah dengan intervensi sederhana, penyakitpenyakit tersebut banyak menyerang bayi dan anak-anak.
4. Ditinjau dari sudut epidemiologi, perlu diketahui dan dipelajari
batasan, definisi, periodisitas dan dinamika penyebaran suatu
penyakit agar tindakan dan penanganan terhadap penyakit dapat
dilakukan dengan baik.
5. Pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan penyakit secara
umum, yakni: pencegahan tingkat dasar, pencegahan tingkat
pertama yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,
pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosis dini serta
pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga yang
meliputu pencegahan terhadap terjadinya cacat dan terakhir adalah
rehabilitasi.

Keempat

tingkat

pencegahan

tersebut

saling

berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya sering dijumpai


keadaan yang tumpang tindih.
Daftar Pustaka

31

Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas,


Jakarta : EGC
Nasry nor, Nur.2008. Epidemiologi, Jakarta: Rineka Cipta (halaman 128134)
Stanhope, Marcia. 2010. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas Ed.2
.Jakarta : EGC
Waithaka, peter. 2007. Communicable Disease Cource. Nairobi: The
Afrecan Medical Research and Foundation (AMREF)
Webber, Roger, 2005. Communicable Disease Epidemiology and Control:
A Global Perspective. London: CABI Publishing
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
dan Pemberantasannya. Jakarta: EGC.

32

Anda mungkin juga menyukai