Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS I

EPIDEMIOLOGI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANDI SAPUTRA

NIM : 21118004

DOSEN PENGAJAR :

YUDI ABDUL MAJID S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK

2020/2021
SOAL :

1. Pengertian Epidemiologi
2. Rantai penularan penyakit dan pencegahan
3. Ukuran-ukuran epidemiologi

JAWABAN :

 Epidemiologi merupakan landasan bagi kesehatan masyarakat, yang membentuk


pengambilan keputusan dalam kebijakan publik dan praktik berbasis bukti dengan
mengidentifikasi faktor risiko penyakit dan mengidentifikasi tujuan pencegahan
penyakit. 
Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyebab
atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau resiko yang menyebabkan penyakit,
cedera, cacat, atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia.
Epidemiologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat, penyebab,
pengendalian, dan factor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi
penyakit,kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia. Ilmu ini meliputi
pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan
masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan,
pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya. (Timmreck, 2004 : )
1. Penularan dan Pencegahan
 Penularan Penyakit

Perpindahan patogen terjadi melalui berbagai rute. Secara garis besar, rute penularan
diklasifikasikan menjadi penularan vertikal dan penularan horizontal, serta penularan
langsung dan tidak langsung. Penularan vertikal merupakan perpindahan agen dari ibu atau
induk kepada janin yang dikandungnya, sedangkan penularan horizontal terjadi di antara
komponen lingkungan (baik organisme hidup maupun benda mati) yang tidak memiliki
hubungan orang tua-anak.[5] Rute penularan juga dapat dibedakan berdasarkan metode kontak
antara sumber infeksi dengan inang peka. Penularan langsung terjadi ketika keduanya
bertemu dan mengalami kontak di suatu tempat, sedangkan penularan tidak langsung terjadi
akibat perpindahan agen melalui perantaraan benda atau organisme lainnya, sehingga sumber
infeksi dan inang peka tidak harus berada di tempat yang sama.
 Penularan langsung
 Kontak fisik: Ketika individu terinfeksi bersentuhan dengan individu lainnya yang
peka, agen infeksi dapat berpindah. Rute ini meliputi sentuhan pada kulit, luka
terbuka, maupun hubungan seksual. Contoh penyakit yang ditularkan di
antaranya HIV/AIDS, sifilis, kencing nanah, dan hepatitis B
 Percikan pernapasan: Agen infeksi dapat ikut tersebar melalui percikan pernapasan
(bahasa Inggris: droplet) yang dihasilkan saat individu terinfeksi batuk, bersin, atau
sekadar berbicara. Percikan pernapasan memiliki diameter >5 μm dan jatuh dengan
cepat oleh gaya gravitasi sehingga hanya tersebar dalam jarak yang pendek (sekitar
1–2 meter). Penularan biasanya terjadi ketika individu peka berada di tempat
 yang sama dengan individu terinfeksi. Penyakit yang ditularkan melalui rute ini
misalnya sindrom pernapasan akut berat (SARS) dan penyakit koronavirus 2019.

 Penularan tidak langsung


 Perantara udara: Beberapa penyakit bisa menular melalui udara. Agen infeksi terbawa
oleh partikel pernapasan kecil, yang disebut droplet nuclei, berdiameter kurang dari 5
μm. Akibatnya, partikel ini beratnya lebih ringan dibandingkan droplet biasa dan
dapat berada di udara dalam periode waktu yang lama.[10] Penularan dapat terjadi
bahkan ketika individu terinfeksi tidak berada di tempat
tersebut. Tuberkulosis, campak, dan cacar air merupakan contoh penyakit yang bisa
ditularkan melalui udara.
 Transmisi fekal–oral: Rute ini terjadi ketika patogen dalam partikel tinja seseorang
berpindah ke mulut orang lain. Kurangnya sanitasi yang memadai (seperti buang air
besar sembarangan) dan praktik kebersihan yang buruk merupakan penyebab
utamanya. Patogen dapat terbawa oleh makanan, cairan, tanah, lalat, atau jari yang
terkontaminasi Penyakit yang disebabkan oleh penularan fekal–oral di
antaranya cacingan saluran pencernaan, demam tifoid, kolera, dan salmonelosis.
 Vektor: Penularan dapat terjadi melalui vektor, yaitu organisme (biasanya artropoda)
yang membawa agen infeksi tetapi tidak ikut tertular penyakit. Malaria, demam
berdarah, dan demam kuning merupakan contoh penyakit yang ditularkan oleh
vektor.
 Benda terkontaminasi (bahasa Inggris: fomite): Agen infeksi dapat menempel pada
benda mati, misalnya pakaian, gagang pintu, tombol lift, hingga telepon genggam.
Benda-benda yang sering disentuh oleh tangan dan jarang dibersihkan berpotensi
terkontaminasi bakteri, virus, dan agen infeksi lainnya dan menjadi sumber penularan
penyakit secara tidak langsung. Sekolah, kantor, dan rumah sakit merupakan
beberapa tempat yang berperan penting dalam transmisi melalui fomite.

 Pencegahan penyakit
Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan
perjalanan penyakit, yaitu :
1. Pencegahan primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara
garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan
pencegahan khusus.
- Pencegahan umum : memberikan pendidikan kesehatan dan kebersihan
lingkungan.
- Pencegahan khusus : ditujukan pada orang-orang yang mempunyai resiko
dengan melakukan imunisasi, misalnya imunisasi terhadap difteri,
pertussis, tetanus, morbili, hepatitis, sanitasi lingkungan seperti
penjernihan air minum, pencegahan terhadap kecelakaan dan keselamatan
kerja.
2. Pencegahan sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya ausia untuk mencegah orang
yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara
dini dpat dilakukan dengan cara : penyaringan, pengamatan epidemiologis, survey
epidemiologis dan memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya
3. Pencegahan tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan
dengan memaksimalkan fungsi organ yang cacat, membuat protesa eksemitas
akibat amputasi dan mendirikan pusat-ousat rehabilitasi medik. Oencegahan ini
terus diupayakan selama orang yang menderita belum meninggal dunia.

3.Secara garis besar, ukuran epidemiologi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu morbidity (angka
kesakitan) dan mortality (angka kematian).

 Morbidity (Angka Kesakitan)

Morbiditas merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan
suatu kondisi sakit. Di dalam epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah : angka insidensi
dan prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari kedua indicator tersebut setiap kejadian
penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka
prevalensi ( Aditya Setyawan, 2008 )

 Mortality (Angka Kematian)

Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistic vital untuk kematian. Macam-
macam jenis angka kematian dalam epidemiologi adalah sebagai berikut (Aditya Setyawan,
2008 ) :

1. Angka kematian kasar


2. Angka kematian perinatal
3. Angaka kematian bayi baru lahir
4. Angka kematian bayi
5. Angka kematian balita
6. Angka kematian pasca-neonatal
7. Angka ;ahir mati/angka kematian janin
8. Angka kematian ibu
9. Angka kematian spesifik menurut umur
10. Cause specific mortality rate
11. Case fatality rate
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Epidemiologi#:~:text=Epidemiologi%20adalah%20studi
%20dan%20analisis,dan%20penyakit%20pada%20populasi%20tertentu.
2. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125891-S-5384-Pola%20cidera-Literatur.pdf
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Penularan_penyakit
4. https://www.academia.edu/10289599/
RESUME_UKURAN_UKURAN_EPIDEMIOLOGI_PENGUKURAN_BEBAN_PE
NYAKIT

Anda mungkin juga menyukai