Anda di halaman 1dari 22

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

OLEH :

NAMA : RESKI PRATIWI

NIM : 21212009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR

S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan lingkungan baik fisik dan biologis pemukiman penduduk Indonesia belum
baik, baru sebagian kecil penduduk yang menikmati air bersih dari fasilitas penyehatan
lingkungan. Hal ini berakibat masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena
berbagai penyakit termsuk diantaranya oleh penyakit menular. Peningkatan kesehatan
lingkungan dimaksudkan untuk perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin
kesehatan, melalui kegiatan peningkatan sanitasi dasar serta pencegahan dan
penanggulangan kondisi fisik dan biologis yang tidak baik, termasuk berbagai akibat
sampingan pembangunan. Semua kegiatan penyehatan lingkungan dan pemukiman yang
dilakukan oleh staf puskesmas, sebaiknya dilaksanakan dengan mengikutsertakan
masyarakat secara bergotong-royong.

B. Rumusan Masalah

Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.

1. Apakah penyakir menular itu?

2. Bagaimana cara penularan penyakit menular?

3. Bagaimana cara memberantas penyakit menular?

4. Bagaimana cara dalam menyehatkan lingkungan?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Menular, Kejadian Luar Biasa (KLB), dan Wabah Penyakit
Menular
1. Penyakit Menular
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditransmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular (Communicable
Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang
mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan yang
terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau lingkungan hidup.

2. Kejadian Luar Biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) ialah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik
perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan/ ketakutan di kalangan
masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan
yang berarti (bermakna) dari kejadian kesakitan/ kematian tersebut kepada kelompok
penduduk dalam kurun tertentu. Selain itu, KLB adalah kejadian yang melebihi keadaan
biasa, pada satu/ sekelompok masyarakat tertentu atau terjadinya peningkatan frekuensi
penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang
sama. Termasuk dalam KLB ialah kejadian kesakitan/ kematian yang disebabkan oleh
penyakit-penyakit baik yang menular maupun yang tidak menular dan kejadian bencana
alam yang disertai wabah penyakit.
3. Wabah Penyakit Menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984
tentang wabah penyakit yang menular).Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil
tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau
bahkan lingkup global (pandemi).Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah
dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.

B. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Program


Pencegahannya
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya:
1. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos
kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai
termasuk rujukan.
2. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada KLB,
DBD, kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb.
3. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan/ pemantauan
(surveinlans ketat) dan logistik.
Sedangkan untuk program pencegahan ialah mencegah agar penyakit menular tidak
menyebar di dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan
kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
C. Macam Penyakit-Penyakit Menular
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu:

1. Penyakit menular potensial mewabah

Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit menular berikut:

 Diare

 Demam berdarah dengue

 Malaria (di daerah endemik tinggi)


 Filaria (di daerah endemik tinggi)
2. Penyakit menular endemik tinggi

Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut:

 Tuberkulosis paru

 Lepra (Morbus Hansen)

 Patek (Framboesia)
 Anjing gila (Rabies)

 Antraks

3. Penyakit menular penting lain

Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut:

a. Penyakit menular seksual

 Sifilis (Raja Singa)

 Gonorhoe (kencing nanah)

 HIV/ AIDS

b. Penyakit menular lain

 Hepatitis-B

 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


D. Cara Penularan Penyakit Menular

Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu:

1. Penularan Langsung; mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari


sumbernya kepada orang lain. Hal ini bisa melalui kontak langsung seperti melalui
sentuhan, gigitan, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput
lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, meludah,
bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter)

2. Penularan Tidak Langsung

Penularan tidak langsung terdiri atas :

a) Penularan melalui alat – alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak,


saputangan, kain kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah,
air, makanan, susu, produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ
tubuh, atau segala sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di
“angkut” dibawa kepada orang/binatang yang rentan dan masuk melalui “Port
d’entre” yang sesuai. Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak
pada alat tersebut sebelum ditularkan kepada orang/binatang yang rentan. Ini lebih
dikenal dengan food and water borne disease.

b) Penularan Melalui Vektor. Cara ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti
terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada
kakinya atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran
pencernaan serangga.
E. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Surveilans epidemiologi suatu penyakit dapat diartikan sebagai kegiatan


pengumpulan data/ informasi melalui pengamatan terhadap kesakitan/ kematian dan
penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secar sistematik, terus menerus
dengan tujuan untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan sistem
kewaspadaan dini. Secara singkat dapat dikatakan: Pengumpulan Data/ Informasi Untuk
Menentukan Tindakan (Surveillance For Action). Untuk dapat memonitor/ mengamati
distribusi penyakit menular di dalam masyarakat wilayah kerja Puskesmas, dilakukan
pencatatan peristiwa kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit menular
tersebut.

Pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data mengenai peristiwa


kesakitan dan kematian penyakit menular/ penyakit tidak menular ini di dalam wilayah kerja
serta menggunakannya sebagai informasi untuk monitoring/ pengamatan distribusi penyakit
dan mengambil tindakan di dalam wilayahnya disebut surveilans.Puskesmas harus
mempunyai sistem surveilans untuk penyakit-penyakit ini, serta menggunakan informasi
yang dapat diungkapkan untuk memonitor masalah penyakit menular di dalam masyarakat
wilayah kerja.

Untuk pemantauan penyakit menular tertentu yang menjadi masalah kesehatan di


wilayah Puskesmas disajikan dalam PWS Mingguan Penyakit (contoh PWS penyakit
campak, diare, DBD, dll).Dengan penggunaan PWS penyakit secara mingguan ini dapat
dikenali/ diketahui secara dini kenaikan/ distribusi suatu penyakit menular tertentu menurut
tempat (Desa), dan waktu adalah Minggu.
F. Program Pemberantasan Penyakit Menular

Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan angka


kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. Penyakit
menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam berdarah dengue,
tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi, termasuk penyakit karantina dan risiko masalah
kesehatan masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk of
international concern).

Adapun Kebijakan Pelaksanaannya yaitu:

a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,


membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan dalam
mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi masyarakat
rentan dan miskin hingga ke desa.

b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui penatalaksanaan


kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat,
serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan.

c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan dan


memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah
setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit
antar daerah maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa.

d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan sentra


rujukan penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra regional untuk
kesiapsiagaan penanggulangan KLB/ wabah.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan jejaring
lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta untuk
percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui
pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan pemanfaatan
sumberdaya lainnya.

f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui


penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.

g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan


profesionalisme sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan pemberantasan
penyakit sehingga mampu menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat
secara berjenjang hingga ke desa.

h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan cakupan,


jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus penyakit secara
berkualitas hingga ke desa.

Adapun langkah-langkah pemberantasan penyakit menular yaitu :

a) Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit.

b) Melaporkan penyakit menular.

c) Menyelidiki di lapangan untuk mengetahui benar atau tidaknya laporan yang masuk
untuk menemukan kasus-kasus lagi dan untuk mengetahui sumber penularan.

d) Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi.

e) Pemberantasan vektor (pembawa penyakit)

f) Pendidikan kesehatan.
Cara-cara pencegahan penyakit menular secara umum, yaitu :

a) Mempertinggi nilai kesehatan.

Ditempuh dengan cara usaha kesehatan (hygiene) perorangan dan usaha kesehatan
lingkungan (sanitasi).

b) Memberi vaksinasi/imunisasi

Merupakan usaha untuk pengebalan tubuh. Ada dua macam, yaitu :


Pengebalan aktif, yaitu dengan cara memasukkan vaksin ( bibit penyakit yang telah
dilemahkan), sehingga tubuh akan dipaksa membuat antibodi. Contohnya pemberian
vaksin BCG, DPT, campak, dan hepatitis.

Pengebalan pasif, yaitu memasukkan serum yang mengandung antibodi. Contohnya


pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).

c) Pemeriksaan kesehatan berkala

Merupakan upaya mencegah munculnya atau menyebarnya suatu penyakit, sehingga


munculnya wabah dapat dideteksi sedini mungkin. Dengan cara ini juga, masyarakat
bisa mendapatkan pengarahan rutin tentang perawatan kesehatan, penanganan suatu
penyakit, usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapat vaksinasi.

G. Penyehatan Lingkungan

Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang
lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan tersebut meliputi:

1. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar


2. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan

3. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan

Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan


kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan
kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut
sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sector ikut
serta berperan baik kebijakan dan pembangunan fisik serta Departemen Kesehatan sendiri
terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.

Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam per
kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan yang
dilaksanakan sebagai berikut:

1. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi

Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan


penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui
kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas,
Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Departemen Pekerjaan Umum
sangat cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan
sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan
pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye
kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan
kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan
proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan
Sanitasi.
2. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan

a) Pengawasan Institusi Pendidikan

Kondisi kesehatan lingkungan pada sekolah dititik beratkan pada aspek hygiene,
sarana sanitasi di sekolah yang erat kaitannya dengan kondisi fisik bangunan sekolah.
Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan di sekolah
adalah :

 Pengendalian faktor risiko lingkungan di sekolah

 Pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah dan Pondok Pesantren

 Sosialisasi dan advokasi Kepmenkes 1429/2006 tentang pedoman


Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah

 Penilaian lomba sekolah sehat

b) Rumah Sehat

Pada tahun 2006, cakupan rumah sehat mencapai 69%. Kegiatan yang
dilakukan: menyusun persyaratan kualitas udara di dalam rumah serta menyusun
petunjuk pelaksanaan monitoring kualitas udara di dalam rumah.

Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa


aspek yang sangat berpengaruh, antara lain:

 Sirkulasi udara yang baik.

 Penerangan yang cukup.

 Air bersih terpenuhi.


 Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran.

 Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak
terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor.

c) Pengawasan Tempat-tempat Umum

Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena tempat berkumpulnya


manusia, yang bisa menjadi sumber penularan berbagai penyakit. Aspek yang dinilai
antara lain :

 Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,


pencahayaan, dll

 Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran,


sarana pembuagan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.

3. Pengendalian Dampak Risiko Pencemaran Lingkungan

Faktor risiko lingkungan dan perilaku masyarakat merupakan satu kesatuan yang
memiliki hubungan timbal balik yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan. fokus pelaksanaan yang perlu dilakukan baik
melalui fasilitasi kepada para pengelola program, advokasi dan sosialisasi kepada para
pengambil keputasan daerah adalah sebagai berikut:

a) AMDAL / ADKL

Kajian aspek kesehatan masyarakat perlu dikaji secara cermat dan mendalam,
dengan metode pendekatan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) dan
metode epidemiologi. Metode analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) ini
dapat dipergunakan untuk identifikasi dampak potensial dari suatu hubungan antara
parameter lingkungan, media lingkungan, penduduk yang terpajan dan
dampaknya terhadap kesehatan.

b) Pengendalian Pencemaran Udara

Saat ini penurunan kualitas udara terutama di kota-kota besar telah menjadi
masalah yang membutuhkan penanganan serius mengingat sudah pada tingkat yang
dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Penurunan kualitas udara terjadi karena
emisi yang masuk ke udara melebihi daya dukung lingkungan. Lingkungan tidak
mampu menetralisir-pencemaran-yang terjadi. Kota-kota besar maupun pusat-pusat
pertumbuhan industri adalah yang paling utama merasakan dampak penurunan
kualitas udara. Salah satu upaya Pemerintah mengatasi meningkatnya pencemaran
udara dari sumber bergerak adalah menghapus bensin bertimbal (Pb) sejak Juli 2006.
Harapannya konsentrasi Pb di udara ambien akan turun.

H. Penyehatan Lingkungan Pemukiman


1. Pemukiman
Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup yang digunakan sebagai
tempat tinggal dari sekelompok manusia
yang saling berinter - aksi serta berhubungan setiap hari dalam rangka untuk mewujudkan
masyarakat yang tenteram, aman dan damai. Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan
yang berfungsi sebagai hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan.
Pemukiman adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk
tempat berlindung, termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rokhani serta keadaan sosialnya,
baik untuk keluarga maupun individu.
Pemukiman atau perumahan sangat berhubungan dengan kondisi ekonomi sosial,
pendidikan, tradisi atau kebiasaan, suku, geografi dan kondisi lokal. Selain itu lingkungan
perumahan atau pemukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan
kualitas lingkungan perumahan tersebut antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan,
peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental,
kesehatan sosial bagi individu dan keluarganya.

2. Tujuan dilaksanakan Kesehatan Lingkungan di Tempat Permukiman

1. Penataan dan pemukiman yang memenuhi syarat kesehatan.


Pemukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai
tempat untuk bermukim, beristirahat, berrekreasi dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, bebas dari penularan penyakit dan
kecelakaan. Satuan Lingkungan Permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk
dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang teratur.

2. Terwujudnya suatu kondisi perumahan yang layak huni dalam lingkungan yang sehat.
Ini artinya bahwa rumah di perumahan itu harus sehat, rumah yang dapat menjadi
tempat berlindung / bernaung dan beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan yang
sempurna baik fisik, rohani maupun sosial. Kondisi perumahan yang layak huni artinya harus
layak sebagai tempat hunian yag dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan
lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana lingkungan adalah
fasilitas penunjang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
ekonomi, social dan budaya.
3. Mengurangi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit.
Dalam mengurngi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit diperlukan sara dan
utilitas. Utilitas umum merupakan bangunan bangunan yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan
lingkungan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah atau swasta.
Utilitas yang dimaksud adalah penyediaan yang menyangkut jaringan air bersih, listrik,
pembuangan sampah, telepon dan gas

3. Ruang lingkup penyelenggaraan kesehatan lingkungan pada Pemukiman

Kesehatan lingkungan tempat permukiman menyelenggarakan upaya pada beberapa


aspek perlindungan dan penyehatan di tempat permukiman agar para penghuni dan orang yang
beraktifitas di tempa penukiman mendapatkan jaminan keamanan. Upaya tersebut meliputi:

1. Mengendalikan dan memberantas penyakit menular dan penyakit parasit dan beban kesehatan
yang memberati penduduk dalam kawasan itu

2 Mengurangi bahaya kimiawi dan fisik di tempat tinggal, tempat kerja dan wilayah kota yang
lebih besar

3. Menciptakan kualitas lingkungan dan kualitas penduduk dalam kawasan

4. Meminimalkan transfer biaya lingkungan ke wilayah dan masyarakat serta system lingkungan di
sekitar wilayah dan di luar

5. Menjamin adanya konsumsi yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan

4. Sasaran Upaya Kesehatan Lingkungan di Tempat Pemukiman

Sasaran Upaya Kesehatan Lingkungan di Tempat Pemukiman adalah

1. Entitas atau masyarakat pada pemukiman

Masyarakat penghuni dan yang beraktifitas di lingkungan pemukiman diharapkan memiliki


kesadaran dalam mengelola lingkungan pemukimannya sendiri. Mengembangkan budaya
masyarakat untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan di pemukiman. Masyarakat
dapat merencanakan upaya, melaksanakan kepemimpinan, dan mengintegrasikan
pembangunan di daerahnya dengan daerah yang lebih luas.
2. Rumah dengan upaya meliputi penggerakan masyarakat agar memiliki, memelihara semua
aspek kesehatan rumahnya

3. Lingkungan pemukiman dengan upaya meliputi usaha bersama dalam melaksanakan


pemukiman sehat, kerja bakti bersama, Penyelenggaraan pemberantasan sarang nyamuk,
gerakan penanaman pohon dana lain – lain

5.=Aspek kesehatan lingkungan pemukiman

Suatu permukiman dikatakan telah memenuhi syarat kesehatan jika telah dipenuhi hal -
hal berikut :

1. Menjamin ketenangan hidup, yakni

a. Lokasi mempunyai assebilitas ke transportasi umum, di daerah yang dapat memberikan


keseimbangan social, memberikan kesempatan untuk dapat membina individu dan
keluarga serta terjamin aman dari timbulnya bahaya

b. Kondisi geologis diantaranya kemiringan tanah maksimal 15 %, memungkinkan untuk


dibuat drainase, kondisi tanah memugkinkan untuk dibuat bangunan sederhana

c. Status hukum jelas.

2. Tersedia fasilitas umum dan fasilitas sanitasi, sesuai ketentuan yakni

a. Jalan local yang terdiri dari jalan penghubung lingkungan perumahan, jalan poros
lingkungan perumahan, jalan lingkungan perumahan atau gang -gang

b. Air minum dengan ketentuan bahwa sistem penyediaan air minum kota : 100 liter / orang /
perhari, system penyediaan air minum lingkungan 60%, system penyediaan air minum ke
rumah rumah 60 %, sambungan air minum ke fasilitas umum 30 %
c. Pembuangan air limbah dan tinja : pembuangan air limbah kota sambungan ke system
yang tersedia, pembuangan air limbah lingkungan, tangki septic tank, bidang peresapan
sesuai daya serap tanah

d. Pembuangan air hujan dengan ketentuan tersedia saluran pembuangan air hujan, tersedia
badan penerima

e. Tersedia pembuangan sampah dengan ketentuan pengumpulan sampah, pengangkutan


sampah, pembuangan sampah

f. Jaringan listrik dan sarana komunikasi

3. Tersedia fasilitas kesehatan

a. Jarak antara pemukiman ke puskesmas pembantu atau praktek dokter 1,5 km,

b. Jarak ke puskesmas 3 km, terdapat rumah bersalin, apotik.

4. Tersedia fasilitas perbelanjaan dan niaga

a. Tersedia fasilitas belanja yag memeuhi syarat

b. Jarak fasilitas perbelanjaan dan niaga mudah dicapai oleh pemnghuni pemukiman

5. Tersedia fasilitas layanan pemerintah dan pelayanan umum

a. Tersedia fasilitas pemerintah seperti kesehatan, pendidikan

b. Jarak terjangkau dengan kendaraan pribadi

6. Tersedia fasilitas peribadatan

a. Masjid atau musola sesuai jumlah penghuni dan

b. Jarak fasilitas peribadan dekat dengan rumah penduduk dengan fasilitas umum
masyarakat
7. Fasilitas rekreasi dan kebudayaan yang dapat melayani 6000 keluarga ada gedung serba guna.

8. Fasilitas Pendidikan sesuai dengan luas pemukiman dan jumlah penduduk yang menjadi
penghuni di dalamnya

9. Fasilitas Olah raga dan lapangan terbuka 50 keluarga ada taman / tempat bermain.

10. Untuk menjamin kesehatan penghuni, rumah - rumah harus memenuhi persyaratan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya,
yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada
pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular (Communicable Desease) adalah penyakit
yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau
penularan penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang
rentan (potential host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara
(vector) atau lingkungan hidup.

Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan angka


kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular.

Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam
berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk penyakit
karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh perhatian dunia
internasional (public health risk of international concern).

Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang
lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.
B. Saran

Di era modern sekarang ini sudah banyak berkembang penyakit yang tidak ditemukan
obatnya termasuk diantaranya penyakit menular dan sekarang ini, masih banyak yang belum
memahami bagaimana cara menjaga lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, perlu untuk
memperlajari tentang pembarantasan penyakit menular dan bagaimana penyehatan
lingkungan tersebut.

Sumber penyakit atau penderita penyakit perlu segera ditemukan dan diobati sampai
sembuh. Jika ini dilakukan, keberadaan vektor tidak akan berarti, karena tak ada sumber dari
virus, bakteri ataupun parasit yang bisa ditularkan. Hal kedua, vektor dalam hal ini binatang
yang menjadi perantara penularan misalnya nyamuk pada kasus malaria dan demam
berdarah dengue perlu dicegah perkembangbiakannya.

Setidaknya perlu satu petugas lapangan per desa untuk mencari kasus secara aktif,
merujuk ke pemberi pelayanan kesehatan, mensupervisi perawatan di rumah. Selain itu
mendeteksi faktor risiko kesehatan, misalnya pengawasan jentik nyamuk serta
mengembangkan upaya perilaku hidup sehat pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

o Ansyari, Fuad (1979)Kesehatan Lingkungan Ghalia Indonesia Surabaya


o http://nuiiners.blogspot.com/2014/01/pemberantasan-penyakit-menular-p2m.html
o http://nonamutti.blogspot.com/2011/03/prinsip-pemberantasan-penyakit-menular.html
o http://data.menkokesra.go.id/content/program-penyehatan-lingkungan
o www. Google. com

Anda mungkin juga menyukai