Anda di halaman 1dari 37

Case Report Session

PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DI PUSKESMAS


AMBACANG PADANG

OLEH :
RANA ZARA ATHAYA
1110313069

Preseptor :
Dr. Yuniar Lestari, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PERIODE 7 MARET 2016- 7 MEI 2016

BAB I
1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang

menimbulkan kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi di hampir semua


negara berkembang. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat menular ke
manusia yang disebabkan oleh agen biologi, antara lain virus, bakteri, jamur, dan
parasit (Permenkes RI No. 82 tahun 2014). Penyakit menular umumnya bersifat
akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini
diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan
menimbulkan kerugian yang besar (Widoyono, 2013).
Penyebab (agent) penyakit menular adalah unsur biologis yang bervariasi
mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme yang paling
kompleks yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia memerlukan berbagai
cara penularan khusus (mode of transmission) serta adanya sumber penularan
(reservoir) penyakit. Penyakit menular dapat digolongkan menjadi dua kelompok
berdasarkan cara penularanya yaitu penyakit menular langsung dan penyakit tular
vektor dan binatang pembawa penyakit.
Penyakit menular langsung dapat berupa difteri, campak, tuberkulosis,
infeksi saluran cerna, infeksi menular seksual, infeksi saluran pernafasan dan
lainya. Penyakit tular vektor dapat berupa demam berdarah, chikungunya, malaria,
filariasis dan lainya. Penyakit tular binatang pembawa penyakit dapat berupa
rabies, antraks, pes, toxoplasma, leptospirosis, flu burung dan lainya (Permenkes
RI No. 82 tahun 2014).
Indonesia menempati peringkat kedua negara endemis DBD di asia
tenggara. Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita

DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya


meninggal dunia, Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,
yakni 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus
meninggal sebanyak 871 penderita (Kemenkes RI, 2015).
Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi bakteri penyebab TB
paru. Dari populasi yang terinfeksi tersebut setiap tahunya 8 juta orang menjadi
sakit, serta 2 juta orang meninggal dunia karena TB. Di Indonesia hampir 400
kematian terjadi akibat TB setiap harinya atau sebesar 140.000 setiap tahunnya
(Werdhani, 2008).
Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang menimbulkan
kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi sehingga perlu dilakukan
penyelenggaraan penanggulangan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan yang efektif dan efisien.
Penanggulangan penyakit menular adalah upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan
dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian, membatasi
penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antardaerah maupun
antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/ wabah. Kejadian
luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau
kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus kepada terjadinya
wabah. Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka (Permenkes RI No. 82 tahun 2014).

Penyelenggaraan

penanggulangan

penyakit

menular

dilaksanakan

melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan dengan


lebih mengutamakan upaya kesehatan masyarakat.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang mengutamakan
tindakan promotif dan preventif, serta menitikberatkan pada upaya kesehatan
masyarakat, tentunya puskesmas memiliki peranan yang penting dalam penurunan
angka kejadian penyakit menular. Untuk itu, tentunya diperlukan program
penangulangan penyakit menular yang baik agar tujuan akhir untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat juga dapat dicapai.
Dalam hal ini, Puskesmas Ambacang Kuranji Padang merupakan salah
satu puskesmas yang berada di Kota Padang. Tentunya puskesmas ini seharusnya
juga memiliki upaya penanggulangan penyakit menular dalam rangka
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular. Mengingat
pentingnya penanggulangan penyakit menular ini, termasuk di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang Kuranji Padang, maka penulis merasa perlu untuk
membahas tentang program penanggulangan penyakit menular di Puskesmas
Ambacang Kuranji Padang.
1.2.

Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengelolaan penyakit menular di Puskesmas Ambacang
Kuranji Padang?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pelaksanaan penanggulangan penyakit menular
di Puskesmas Ambacang Kuranji.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang program-program penanggulangan penyakit
menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.

b. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan masing-masing program


penanggulangan penyakit menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.
c. Untuk mengetahui pencapaian dari program-program penanggulangan
penyakit menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.
d. Untuk mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program-program
penanggulangan penyakit menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.
e. Untuk mengetahui perencanaan dalam mengatasi permasalahan dalam
pelaksanaan program-program penanggulangan penyakit menular di
Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.4.

Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang
merujuk pada berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Ambacang
Kuranji Padang, serta diskusi dengan penanggung jawab program
penanggulangan penyakit menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi Penanggulangan Penyakit Menular


Penanggulangan penyakit menular adalah upaya kesehatan yang

mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan


dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian, membatasi
penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antardaerah maupun antar
negara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/ wabah (Permenkes RI
No. 82 tahun 2014).
2.2.

Dasar Pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Menular


Pelaksanaan penanggulangan penyakit menular diatur dalam Peraturan

Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2014 tentang


Penanggulangan Penyakit Menular. Hal tersebut berdasarkan atas pertimbangan
bahwa penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan kesakitan, kematian, kecacatan yang tinggi dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 157 (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2.3.

Tujuan Penanggulangan Penyakit Menular


Penanggulangan penyakit menular dilaksanakan secara efektif, efisien

dan berkesinambungan untuk mencapai tujuanya, yaitu:


a. Melindungi masyarakat dari penularan penyakit
b. Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat
penyakit menular.
c. Mengurangi dampak sosial, budaya, dan ekonomi akibat Penyakit
Menular pada individu, keluarga, dan masyarakat.

2.4.

Kelompok dan Jenis Penyakit Menular


Berdasarkan cara penularannya, Penyakit Menular dikelompokkan menjadi

penyakit menular langsung dan penyakit tular vektor dan binatang pembawa
penyakit (Permenkes RI No. 82 tahun 2014).
Penyakit menular langsung terdiri atas :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.

Difteri
Pertusis
Tetanus
Polio
Campak
Typhoid
Kolera
Rubella
Yellow Fever
Influensa
Tuberkulosis
Hepatitis
Penyakit akibat pneumokokus
Penyakit akibat rotavirus
Penyakit akibat HPV
Penyakit virus ebola
MERS-CoV
Infeksi saluran pencernaan
Infeksi menular seksual
Infeksi HIV
Infeksi saluran pernafasan
Kusta
Frambusia

x. Penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit:


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

2.5.

Malaria
Demam berdarah
Chikungunya
Filariasis dan kecacingan
Schistosomiasis
Japanese Enchepalitis
Rabies
Antraks
Pes
Toxoplasma
Leptospirosis
Flu burung
y.
z.
Program kegiatan penanggulangan penyakit menular
aa. Program penanggulangan penyakit menular diselenggarakan

melalui upaya kesehatan dengan mengutamakan upaya kesehatan masyarakat.


Penanggulangan penyakit menular dilakukan melalui upaya pencegahan,
pengendalian, dan pemberantasan.
ab. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutuskan mata rantai
penularan, perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi
masyarakat dan upaya lain sesuai dengan ancaman penyakit menular. Upaya
pengendalian dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko
penyakit dan/atau gangguan kesehatan. Upaya pemberantasan dilakukan untuk
meniadakan sumber atau agen penularan, baik secara fisik, kimia dan biologi.
ac. Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan dalam
penanggulangan penyakit menular dilakukan melalui kegiatan :
a. Promosi kesehatan
ad.

Promosi kesehatan dilakukan dengan metode komunikasi,

informasi dan edukasi secara sistematis dan terorganisasi. Promosi


kesehatan dilakukan untuk tercapainya perubahan perilaku pada masyarakat
umum yang dilakukan oleh masyarakat dibawah koordinasi pejabat

kesehatan masyarakat di wilayahnya. Promosi kesehatan dapat dilakukan


oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang pengendalian
penyakit menular seperti kader melalui pendekatan upaya kesehatan
berbasis masyarakat dan/atau tokoh masyarakat melalui pendekatan
kemitraan sesuai dengan ketentuan. Promosi kesehatan dilakukan melalui:

ae.

Penyuluhan
Konsultasi, bimbingan dan konseling
Intervensi perubahan perilaku
Pemberdayaan
Pelatihan
Pemanfaatan media informasi
Promosi kesehatan diarahkan untuk peningkatan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) guna memelihara kesehatan dan pencegahan
penularan penyakit. PHBS dilakukan minimal dengan cuci tangan pakai
sabun, pemberantasan jentik nyamuk, menggunakan air bersih untuk
keperluan

rumah

tangga,

mengkonsumsi

makanan

gizi

seimbang,

melakukan aktivitas fisik setiap hari, menggunakan jamban sehat, menjaga


dan memperhatikan kesehatan reproduksi, dan mengupayakan kondisi
lingkungan yang sehat (Permenkes RI No. 82 tahun 2014).
b. Surveilans kesehatan
af.
Dalam rangka penyelenggaraan upaya pemberantasan dan
penanggulangan penyakit menular diperlukan dukungan data-data dan
informasi melalui suatu sistem surveilans epidemiologi penyakit secara rutin
dan terpadu.
ag.

Surveilans atau surveilans epidemiologi adalah kegiatan

analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalahmasalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan

dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat


melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses

pengumpulan

data,

pengolahan

dan

penyebaran

informasi

epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.


ah.
Pada tahun1987 telah dikembangkan sistem surveilans
terpadu (SST) berbasis data, sistem pencatatan pelaporan terpadu puskesmas
(SP2TP). Disamping SST telah juga dikembangkan beberapa sistem
surveilans khusus penyakit tuberkulosa, penyakit malaria, penyakit demam
berdarah, penyakit kusta dan lain sebagainya. Prioritas surveilans penyakit
yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar
biasa, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria, penyakitpenyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta
tuberkulosis, diare, tipus abdominalis, HIV, ISPA dan lainya (KMK R1 No.
1479 tahun 2003).
c. Pengendalian faktor risiko
ai.
Pengendalian faktor risiko ditujukan untuk memutus rantai
penularan dengan cara :
Perbaikan kualitas media lingkungan
aj. Perbaikan kualitas media lingkungan yang bisa dilakukan
meliputi perbaikan kualitas air, udara, tanah, sarana dan
bangunan,

serta

pangan

agar

tidak

menjadi

tempat

berkembangnya agen penyakit.


Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
Rekayasa lingkungan
ak. Rekayasa lingkungan dapat dilakukan dengan kegiatan
rehabilitasi lingkungan secara fisik, biologi maupun kimiawi.
Peningkatan daya tahan tubuh

al.

Peningkatan daya tahan tubuh berkaitan dengan perbaikan

gizi masyarakat.
d. Penemuan kasus
am. Penemuan kasus dapat dilakukan secara aktif dan pasif terhadap
penyakit termasuk agen penyebab penyakit. Penemuan kasus secara
aktif terhadap penyakit dilakukan dengan cara petugas kesehatan datang
langsung ke masyarakat dengan atau tanpa informasi dari masyarakat,
untuk mencari dan melakukan identifikasi kasus. Penemuan kasus secara
pasif dilakukan melalui pemeriksaan penderita penyakit menular yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penemuan kasus harus
diperkuat dengan uji laboratorium.
an. Setiap orang yang mengetahui adanya penderita penyakit menular
berkewajiban melaporkan kepada tenaga kesehatan atau puskesmas, dan
tenaga kesehatan harus melaporkan ke puskesmas untuk dilakukan
verifikasi, pengobatan, dan upaya lain yang diperlukan agar tidak terjadi
penularan penyakit.
e. Penanganan kasus
ao. Penanganan kasus ditujukan untuk memutus mata rantai penularan
dan/atau pengobatan penderita. Penanganan kasus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam
rangka memutus mata rantai penularan, pejabat kesehatan masyarakat
berhak mengambil dan mengumpulkan data dan informasi kesehatan
dari kegiatan penanganan kasus. Tenaga kesehatan yang melakukan
penanganan kasus wajib memberikan data dan informasi kesehatan yang
diperlukan oleh pejabat kesehatan masyarakat.
f. Pemberian kekebalan (imunisasi)
ap. Pemberian kekebalan dapat dilakukan dengan imunisasi rutin,
imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.

g. Pemberian obat pencegahan secara massal


aq. Pemberian obat pencegahan secara massal hanya dapat dilakukan
pada penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit tropik yang
terabaikan (Neglected Tropical Diseases/ NTD) dengan memperhatikan
tingkat endemisitas wilayah masing-masing.
h. Kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh mentri
ar.

Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan terhadap kelompok

masyarakat yang terjangkit penyakit menular dilakukan kegiatan berupa:


a.
b.
c.
d.
e.
2.6.

Penemuan penderita
Penyelidikan epidemiologi
Pengobatan masal
Pemberian kekebalan masal
Intensifikasi pengendalian faktor risiko
as.
Pendanaan penanggulangan penyakit menular
at. Pendanaan penanggulangan penyakit menular bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan


belanja daerah (APBD).
au.
av.
aw.BAB III
ax. ANALISIS SITUASI
ay.
az. 3.1. Gambaran Umum Puskesmas Ambacang Kuranji
ba. 3.1.1. Sejarah Puskesmas
bb.

Puskesmas Ambacang Kuranji didirikan pada tanggal 5 Juli 2006.

Kepala Puskesmas pertama adalah dr. Dewi Susanti Febri. Saat itu Puskesmas
hanya memiliki 15 orang staf. Dr. Dewi Susanti Febri menjabat sebagai kepala
Puskesmas sampai bulan Maret 2009, dilanjutkan oleh dr. Hj. May Happy sampai

tahun 2012, dan sejak saat itu sampai sekarang Puskesmas Ambacang Kuranji
dipimpin oleh Trice Erwiza, S.KM, M.Kes.
bc.
Pada awalnya, pelaksanaan program puskesmas masih bekerja
sama dengan Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan yang merupakan
wilayah kerjanya saat itu termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan
tetapi, sejak tahun 2006, program kerja Puskesmas Ambacang Kuranji telah
dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan.
bd.
Puskesmas Ambacang Kuranji berfungsi dalam menyelenggarakan
pembangunan berwawasan kesehatan.Visinya adalah menjadikan Kecamatan
Kuranji sehat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dilaksanakan dengan
beberapa misi, antara lain: menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan;
mendorong kemandirian untuk hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat;
memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan; dan memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,
dan masyarakat serta lingkungannya.
be. 3.1.2. Kondisi Geografis
bf.

Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

berbatasan dengan kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain
Puskesmas Ambacang Kuranji, antara lain:
bg.
Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kuranji
bh.
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pauh
bi.
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Andalas
bj.
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
bk.
Puskesmas Ambacang Kuranji terletak pada 0 55' 25.15" Lintang
Selatan dan +100 23' 50.14" Lintang Utara. Luas wilayah kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji adalah sekitar 12 km2 meliputi empat kelurahan, yaitu:

Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan


Kelurahan Lubuk Lintah.

bl.
bm.

Gambar 3.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang

bn.

Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang tahun 2014


bo. 3.1.3. Kondisi Demografis dan Sasaran Puskesmas

bp.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

yang menjadi sasaran kegiatan Puskesmas selama tahun 2015 adalah sebanyak
49.966 jiwa dengan luas wilayah kerja sekitar 12 km 2. Distribusi kependudukan
menurut kelurahan adalah sebagai berikut:
bq.

Tabel 3.1 Data Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di


Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2016
br.

bs. Kel
ura
han

bt. Jenis

bu.

Kelamin
bx. L
a

J
by.
P

k
i
l
a
k
i
ca.

cf.

cb. Pas

cc. 8

ar

Am

bac

ang

cg. An

ch. 7

duri

ng

cd.

ce.

ci.

cj.

cn.

co.

cs.

ct.

3
7
ck.

cl. Lub

cm.5

uk

Lint

ah

8
1

cp.

cq. Am

cr. 3

pan

9
0
cu.

cv. Pus

cw. 2

kes

mas

cx.

cy.

9
5
8
cz.

Sumber :Data Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Tahun

2016
da.

Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa kepadatan

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji adalah sekitar 4.164


penduduk/km2.Berdasarkan UU No.56 tahun 1960, angka ini menunjukkan bahwa
wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji termasuk kategori sangat padat.
db.
dc. 3.1.4.Sarana dan Prasarana
dd.

Saat ini, Puskesmas Ambacang Kuranji telah memiliki sarana dan

prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan di puskesmas.Puskesmas ini


telah memiliki gedung permanen dua lantai yang dapat dimanfaatkan dalam
melaksanakan

kegiatan

pelayanan

kesehatan

dan

kegiatan

administrasi

puskesmas.Selain itu juga terdapat kendaraan operasional puskesmas yang dapat


digunakan untuk menjangkau sarana kesehatan lain dan tempat-tempat
pelaksanaan program-program puskesmas, seperti posyandu, posbindu, poskeskel,
dan sebagainya.

de.

Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji

antara lain sebagai berikut:


a. Puskesmas
: 1 buah
b. Puskesmas Pembantu
: 1 buah
c. Pusat Kesehatan Kelurahan
: 1/kelurahan (total 4)
d. Bidan Praktik Mandiri
:9
e. Dokter Praktik Swasta
:4
df.
Data UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) di
Puskesmas Ambacang:
a. Posyandu Balita
: 29 Pos
b. Posyandu Lansia
: 9 Pos
c. Posbindu
: 8 Pos
d. Batra
: 72 Batra
e. Poskestren
: 1 Pos
f. Toga
: 697 KK
g. Usaha Kesehatan Kerja
: 95 UKK
h. Poskeskel
: 4 unit
i. Pembinaan RT berPHBS
: 759 RT
dg.
3.2. Angka Kejadian Penyakit Menular di Puskesmas Ambacang
Kuranji
dh.
3.2.1. Demam Berdarah
di.
Grafik kasus DBD perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun
2014-2015
dj.

dk.

Tabel 3.1 Laporan bulanan penemuan kasus DBD perkelurahan Puskesmas

Ambacang Kuranji bulan Januari-Februari 2016


dl. Kelurahan
dm.
dr.
Ambacang
du.
dx.

Pasar

dn.
Jumlah Kasus
Janu
dq.
Feb
ruari
ds.
8
dt.
1

Anduring
Ampang

dv.
dy.

3
2

dw.
dz.

5
-

ea.
Lintah
ed.

Lubuk

eb.

ec.

Puskesmas

ee.

17

ef.

dp.
ari

eg.
eh.

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue akan ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk Aedes Aegypti dan juga yang potensial adalah Aedes Albopictus. Nyamuk
Aedes Aegypti merupakan nyamuk yang berkembang biak di air yang bersih,
sehingga sering ditemukan di bak mandi, dan didalam rumah yang terdapat
genangan air yang cukup lama. Nyamuk Aedes Albopictus berkembang biak
disemak-semak, sehingga rumah yang disekitarnya terdapat semak.
ei. Penanggulangan kasus DBD yang dilakukan oleh Puskesmas Ambacang
Kuranji

adalah dengan tindakan promotif dan preventif. Promotif dilakukan

dengan bekerjasama dengan program promkes puskesmas andalas dalam


memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai DBD berupa 3M (menguras,
menutup dan mengubur), PHBS, dan menjaga kesehatan lingkunganya. Tindakan
preventif yang dilakukan berupa pembagian secara gratis bubuk abate
dipuskesmas, survei jentik-jentik nyamuk ke rumah, sekolah, fasilitas umum, dan
tempat-tempat yang berpotensi dalam perkembangbiakan nyamuk. Tim P2M juga

melakukan pelaporan ke kepala wilayah untuk bekerjasama lintas sektor untuk


menurunkan angka kejadian DBD.
ej. 3.2.2. Penumonia
ek. Grafik kasus pneumonia perkelurahan Puskesmas Ambacang
Kuranji tahun 2014-2015
el.

em.

Tabel 3.2 Laporan bulanan penemuan kasus Pneumonia Puskesmas

Ambacang Kuranji bulan Januari-Februari 2016

eo.

en. Jumlah Kasus


Januari
ep.

eq.

25

Februari
er.

10

es.
et.

Permasalahan penyakit pneumonia sampai saat ini masih

menempati urutan tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak.. Penanganan kasus


Pnemonia di Puskesmas juga sesuai dengan protap dan pengobatan yang rasional.
eu. 3.2.3. Diare
ev. Grafik kasus diare perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji
tahun 2014-2015
ew.

ex.
ey.
ez.
fa.
fb.
fc.

Tabel 3.3 Laporan bulanan penemuan kasus Diare perkelurahan

Puskesmas Ambacang Kuranji bulan Januari-Februari 2016


fd. Kelurahan
fe.

ff.

fj.
Ambacang
fm.
fp.

Pasar

fk.

Jumlah Kasus
fi.
Feb
ruari
19
fl.
15

Anduring
Ampang

fn.
fq.

11
14

fo.
fr.

11
8

fs.
Lintah
fv.

Lubuk

ft.

10

fu.

12

Puskesmas

fw.

54

fx.

46

fh.
ari

Janu

fy.
fz. Memperhatikan grafik diatas dapat dilihat insiden diare berdasarkan
kelurahan, bahwa penyakit diare tetap muncul tiap bulannya dan tiap kelurahan,
kasus yang terbanyak terjadi pada kelurahan Pasar Ambacang yaitu 151 kasus
dan yang kecil angka kejadiannya terdapat pada Kelurahan Ampang yaitu 33
kasus. Total kasus pada tahun 2015 ini adalah sebanyak 422, terjadinya penurunan
kasus sebanyak 114 kasus.
ga.Pada laporan bulanan bulan Januari dan Februari tahun 2016 dapat dilihat
juga insiden diare berdasarkan kelurahan, kasus yang terbanyak juga terjadi pada
kelurahan Pasar Ambacang yaitu 19 kasus di bulan Januari dan 15 kasus di bulan
Februari.
gb.
gc.

gd.
ge.
gf.
gg.
gh. 3.2.4 Rabies
gi. Grafik kasus rabies perkelurahan di Puskesmas Ambacang Kuranji
tahun 2014-2015
gj.

gk.

Tabel 3.4 Laporan bulanan penemuan kasus Rabies perkelurahan

Puskesmas Ambacang Kuranji bulan Januari-Februari 2016


gl. Kelurahan
gm.
gr.
Ambacang
gu.
gx.

Pasar

gn.
Jumlah Kasus
Janu
gq.
Feb
ruari
gs.
4
gt.
1

Anduring
Ampang

gv.
gy.

gw.
gz.

1
1

ha.
Lintah
hd.

Lubuk

hb.

hc.

Puskesmas

he.

hf.

gp.
ari

hg.
hh.
hi.

Dari grafik diatas dapt kita lihat bahwa kasus gigitan hewan

penular rabies pada tahun 2015 ini sebanyak 35 kasus,terjadi peningkatan kasus
dari tahun sebelumnya 2014 sebnayak 29 kasus.
hj.

Dengan tingginya popolasi hewan penular rabies di kota padang

seperti Kucing,anjing,kera dan monyet di kota Padang maka kasus gigitan Hewan
Penular Rabies (HPR) juga cukup tinggi untuk mencegah terjadinya penyakit
rabies.disamping melakukan pemeliharaan hewan dengan baik,dengan pemberian
vaksinasi secara rutin dan tidak dibiarkan lepas, juga pada setiap kasus gigitan
ditangani secara baik dan benar.
hk.
hl. 3.2.5. Campak
hm. Grafik kasus campak perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji

hn.

ho.

Dari grafik diatas dapat di lihat terjadinya peningkatan kasus, yaitu

6 kasus pada tahun 2014 dan 9 kasus pada tahun 2015.


hp.
hq.

Tabel 3.5 Laporan bulanan penemuan kasus Campak perkelurahan

Puskesmas Ambacang Kuranji bulan Januari-Februari 2016


hr. Kelurahan
hs.
hx.
Ambacang
ia.
id.

Pasar

ht.
Jumlah Kasus
Janu
hw.
Feb
ruari
hy.
1
hz.
-

Anduring
Ampang

ib.
ie.

ic.
if.

1
1

ig.
Lintah

Lubuk

ih.

ii.

hv.
ari

ij.

Puskesmas

ik.

il.

im.
in. Kegiatan penanggulangan kasus campak di Puskesmas Ambacang
antara lain :
1.

Penemuan Penderita

2.

Survei dan Penyelidikan Epidemiologi

3.

Pengambilan Darah tepi penderita sebanyak 5 ml guna pemeriksaan lebih


lanjut Virus penyebab penyakit campak.

4.

Pada pasien campak diberikan Vit A dosis tinggi dengan aturan minum pada
hari pertama,ketiga dan keempat belas

5.

Menyarankan pada penderita agar tidak keluar rumaselama menderita campak


supaya tidak menyebarkan virus campak pada orang lain.
io.
ip.
iq.
ir.
is.
it. 3.2.6. Malaria
iu. Grafik kasus malaria perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji

iv.

iw.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kasus malaria sama yaitu 1

kasus di tahun 2014 dan 1 kasus di tahun 2015 pada wilayah kerja Puskesmas
Ambacang. Hal ini menunjukkan bahwa upaya dalam pencegahan dan
pemberantasan penyakit malaria sudah baik dalam hal ini juga melaksanakan
kerja sama lintas program di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
ix.

Tabel 3.6 Laporan bulanan penemuan kasus Malaria perkelurahan

Puskesmas Ambacang Kuranji bulan Januari-Februari 2016


iy. Kelurahan
iz.

jc.
ari

je.
Ambacang

Pasar

ja.
Jumlah Kasus
Janu
jd.
Feb
ruari
jf.
jg.
-

jh.
jk.
jn.
Lintah
jq.

Anduring
Ampang

ji.
jl.

jj.
jm.

Lubuk

jo.

jp.

Puskesmas

jr.

js.

jt.
ju.
jv.
jw. 3.2.7. Difteri
jx. Grafik kasus difteri perkelurahan Pusekesmas Ambacang Kuranji
jy.

jz.

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi KLB, karena

jika di bandingkan dengan tahun 2014 tidak ada kasus dan pada tahun 2015 ini
langsung saja melonjak ada kasus 8 kasus.

ka.

Tabel 3.7 Laporan bulanan penemuan kasus DBD perkelurahan Puskesmas

Ambacang Kuranji bulan Januari-Februari 2016


kb. Kelurahan
kc.
kh.
Ambacang
kk.
kn.

Pasar

kd.
Jumlah Kasus
Janu
kg.
Feb
ruari
ki.
kj.
-

Anduring
Ampang

kl.
ko.

km.
kp.

kq.
Lintah
kt.

Lubuk

kr.

ks.

Puskesmas

ku.

kv.

kf.
ari

kw.
kx.
ky.
kz.
la.
lb. 3.2.8. Tuberculosis
lc. Target suspek pencapaian TB Puskesmas Ambacang Kuranji
le. Ta
rge
ld.

lf. Pencapaia
lg. %

Su

spe
k
lh.
20

li. 77

lj. 329

lk. 42,7

0
ll.
lm. 77
20

ln. 226

lo. 29,3

0
lp.
lq. Target pencapaian suspek TB perkelurahan Puskesmas Ambacang
Kuranji
lr. KE

ls. TA

LU

RG

RA

ET

lt. PENCAP

lu. %

AIAN

HA
N
lv. Ps.A

lw. 294

lx. 154

mba

ly. 52.
3

cang
lz. And

ma.198

mb. 40

urin

mc.20.
2

g
md. Lb.

me.154

mf. 51

Lint

mg. 33
.1

ah
mh. Am

mi. 124

mj. 57

pang
ml.
mp. Ju

mk. 45
.9

mm.

mn.

mo.

mq. 770

mr. 302

ms.

mla
h
mt.
mu.

150
100
52.3
50
0

20.2

33.1

45.9

Target
Column

mv.
mw.
mx.
my.
mz.

na.
nb.
nc.
nd.
ne.
nf.
ng.
nh.
ni.
nj.
nk.
nl. BAB IV
nm. PEMBAHASAN
nn.
4.1.

Gambaran Umum Pelaksanaan P2M


no.

Penanggulangan penyakit menular merupakan suatu program

UKM esensial yang masuk kedalam program P2P di Puskesmas Ambacang


Kuranji. Dalam pelaksanaanya tim P2M tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan
dari pihak lain, sehingga dalam pelaksanaanya tim P2M melakukan kerjasama
lintas program dan lintas sektor. Tim P2M disetiap awal tahun membuat
perencanaan program yang akan dilakukan setahun kedepan beserta target dan
sasaranya.
np.

Tim P2M melakukan pendataan ke DKK untuk melakukan

pemetaan kasus penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji.

Selain itu juga untuk pendataan alamat supaya dapat survei ke lapangan, sehingga
dapat diidentifikasi permasalahan dan dapat dilakukan intervensi agar tidak terjadi
penularan yang lebih luas.
nq.
4.2.

Kejadian Penyakit Menular di Puskesmas Ambacang Kuranji


nr.

Kasus DBD pada tahun 2014 dan 2015 masih cukup tinggi di

wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji, dan mengalami peningkatan hampir


dua kali lipat pada tahun 2015 dibandingkan pada tahun 2014. Permasalahan yang
ditemukan oleh tim P2M adalah adanya tempat-tempat perkembangbiakan jentikjentik nyamuk, sehingga rantai penularan masih tetap berjalan. Walaupun bubuk
abate diberikan secara gratis, namun kesadaran dari masyarakat masih kurang
dalam upaya pemberantasan jentik-jentik nyamuk. Selain itu masih banyak
masyarakat yang belum paham mengenai bahaya jentik-jentik nyamuk dalam
penularan DBD sehingga sering terabaikan. Sehingga perlu kiranya diberikan
pemahaman kepada masyarakat dalam upaya pencegahan penularan DBD dalam
bentuk promosi kesehatan yang efektif, efisien dan cocok untuk masyarakat
tersebut.
ns.

Dalam survei jentik ke lapangan, diperlukan tim JUMANTIK (Juru

pemantau jentik) yang terdiri dari kader-kader terlatih. Namun sekarang masih
belum berjalan dengan baik, sehingga tim P2M harus turun dalam melakukan
survei tersebut.
nt.

Penyakit Pnemonia

sampai saat ini masih menempati urutan

tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak.penanganan kasus Pnemonia di Puskesmas


juga sesuai dengan protap dan pengobatan yang rasional.

nu.

Diare dapat disebabkan bakteri, virus, parasit, makanan. Salah satu

komplikasi dari diare berat adalah terjadinya dehidrasi. Dehidrasi dapat


menyebabkan kematian pada bayi, balita, dan anak-anak. Diare yang disebakan
oleh beberapa bakteri, virus dan parasit dapat dengan mudah ditularkan melalui
lingkungan. Air yang telah tercemar oleh bakteri, virus, atau parasit tersebut dapat
sebagai agen penularan ke masyarakat. Sehingga perlu dilakukan pemantauan
kesehatan lingkungan berupa sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan
sehat pada masyarakat.
nv.

Virus rabies merupakan virus yang sangat mematikan bagi

manusia. Di wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji masih ada kejadian


gigitanta hewan penular rabies yang dapat menyebabkan kematian. Dengan
adanya VAR dapat mengurangi angka mortalitas akibat virus rabies.
nw.

Campak dibeberapa kelurahan masih terjadi, hal ini disebabkan

karena tidak semua bayi dan balita diimunisasi campak, sehingga kekebalan tubuh
terhadap campak masih kurang. Banyak stigma yang berkembang mengenai
imunisasi di masyarakat yang menyebabkan masyarakat tidak membawa anaknya
ke fasilitas kesehatan untuk di imunisasi. Imunisasi merupakan sebagai tindakan
preventif terhadap kejadian kasus penyakit menular.
nx.

Puskesmas Ambacang Kuranji di tahun 2015 ditemukan 8 kasus

difteri. Jika ditemukan kasus difteri, pihak puskesmas akan melakukan pelacakan
dimana tempat tinggal, dan tempat-tempat yang dikunjungi oleh penderita difteri
misalnya sekolah, tempat mengaji, tempat bermain dan lainya. Pelacakan
dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan yang lebih luas, dan dapat
melakukan penatalaksanaan dengan segera pada orang yang telah tertular.

ny.

Berdasarkan

data

pencapaian

indikator

tuberkulosis

pada

puskesmas andalas ditahun 2014 dan 2015, angka penjaringan suspek dan case
detection rate masih jauh dari batas target. Penjaringan suspek bertujuan untuk
mendeteksi secara dini kasus TB, sehingga dapat mengurangi penularan yang
akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat tuberkulosis paru.
nz.

Pada tahun 2014 dan 2015 penjaringan suspek belum mencapai

target dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang belum tahu mengenai


tuberkulosis paru, sehingga orang yang sudah terinfeksi TB tidak berobat dan
terjadi penularan ke orang-orang yang sering berkontak dengan penderita. Selain
itu tenaga kesehatan puskesmas yang turun ke lapangan juga sedikit, sehingga
tidak dapat terjaring secara maksimal penderita TB di wilayah kerja puskesmas.
oa.

Stigma masyarakat mengenai penyakit TB paru yang dikatakan

bahwa penyakit yang memalukan juga dapat menurunkan penjaringan suspek dan
CDR karen penderita yang bersembunyi sehingga petugas kesehatan tidak dapat
mendata. Tindakan promotif sangat diperlukan dalam penjaringan suspek, karena
dengan tingkat pengetahuan yang cukup tinggi maka penderita dapat menyadari
mengenai pentingnya penanggulangan penyakit TB.
ob.
oc.
od.
oe.
of.
og.
oh.

oi.
oj.
ok.
ol.
om.
on.
oo.
op.
oq.
or.
os.
ot.
ou. BAB V
ov. PENUTUP
ow.
5.1. Kesimpulan
1. Program P2M dalam penanggulangan penyakit menular tidak bisa
berjalan sendiri, melainkan harus bekerjasama lintas program dan lintas
sektor.
2. Tingkat

pengetahuan

masyarakat

terhadap

penyakit

menular

mempengaruhi tingkat penularan.


3. Permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan penanggulangan
penyakit menular adalah berasal dari masyarakat yang tidak perduli
dengan kesehatan lingkunganya. Sehingga lingkungan sekitarnya dapat
sebagai agen penularan.

4. Pengetahuan masyarakat perlu lebih ditingkatkan agar masyarakat tidak


hanya tau, tetapi juga mau dan mampu dalam menjaga lingkungan tetap
sehat.
5.2. Saran
1. Sebaiknya dilakukan promotif kepada masyarakat agar mereka tau, mau
dan mampu ikut serta dalam penanggulangan penyakit menular.
2. Sebaiknya dilakukan survei jentik secara rutin ke lokasi-lokasi yang
potensial perkembangbiakan jentik nyamuk.
3. Sebaiknya puskesmas mengajukan penambahan SDM Puskesmas,
sehingga semua program dapat berjalan dengan optimal.
4. Tingkatkan pemberian penyuluhan kepada masyarakat

tentang

pentingnya deteksi dini dan pengendalian risiko penyakit menular.


ox.

oy. DAFTAR PUSTAKA


oz.
pa.

Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Rpublik Indonesia 2015-2019. Jakarta: Kemenkes RI; 2015.


pb. KMK RI Nomor 1479. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Jakarta.
Kemenkes RI
pc. Puskesmas Ambacang Kuranji Padang. 2015. Laporan Tahunan
2014. Padang: Puskesmas Ambacang Kuranji Padang.
pd. Puskesmas Ambacang Kuranji Padang. 2014. Laporan Tahunan
2013. Padang: Puskesmas Ambacang Kuranji Padang.
pe. Puskesmas Ambacang Kuranji Padang. 2015. Laporan lokakarya
mini 2015. Padang: Puskesmas Ambacang Kuranji Padang.
pf. Puskesmas Ambacang Kuranji Padang. 2015. RUK 2015. Padang:
Puskesmas Ambacang Kuranji Padang.
pg. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82. 2014.
Penanggualangan Penyakit Menular. Jakarta. Kemenkes RI
ph. Werdhani, RA. 2008. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi
Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan
Keluarga FKUI.
pi.

Anda mungkin juga menyukai