TB PARU
Disusun oleh :
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara
lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh
kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah
keperawatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga,
dan kelompok dalam masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan
empat pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan
masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan
yaitu pendekatan individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan
cara masing-masing mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit
tertentu dan keluarga binaan. Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersamasama
oleh mahasiswa melalui pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan
pedukuhan Patuk sampai kegiatan evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait
masalah yang muncul.
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya menyerang
paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang
dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA).
Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik anak-anak maunpun orang
dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan pada orang lain, bakteri
Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara
pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari paru-paru
ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas
(bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80%
dari semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satusatunya
bentuk dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan
penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan
jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB
di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk
menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem
respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru, pengertian tentang, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan
penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita
TB paru
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas dengan
masalah TB Paru.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi TB paru
2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru
3. Untuk mengetahui klasifikasi TB Paru
4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru
6. Untuk mengetahui cara penularan TB Paru
7. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik
8. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru
9. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru
10. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru
11. Untuk mengetahui Prognosis TB Paru
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
infeksi mycrobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. TB dapat menyebar dari
satu orang ke orang lain melalui transmisi udara (droplet, dahak pasien TB). Pasien
yang terinfeksi TB akan memproduksi droplet yang mengandung sejumlah basil
kuman TB ketika mereka batuk, bersin atau berbicara. Orang yang menghirup basil
kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi TB. Bersama dengan malaria dan
HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen
global dalam MDG’s. (Kemenkes, 2015)
Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah paru-
paru.
B. Etiologi
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin
akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena
bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular virus
tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan
HIV).
C. Klasifikasi
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161 yaitu:
2) BTA positif:
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
D. Patofisologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi jarang
sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan berkembang
biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri
yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil
dan disebut sarang primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat terjadi di
bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran
getah bening hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis hilus). Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis regional
disebut sebagai kompleks primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan meninggalkan
cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun bisa berkomplikasi dan
menyebar secara perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkhogen
pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan
bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus, secara limfogen, secara
hematogen, ke organ lainnya (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
E. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan yaitu:
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Adalah nama suatu strategi yang
dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan
menyembuhkan pasien TB paru. Strategi ini terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga program ini menjadi
salah satu prioritas dan pendanaan oun akan tersedia.
2. Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru melalui
pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.
3. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik
oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum
obat seluruh obatnya sehngga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum
seluruh obat dan diharapkan keswembuhan pada akhir masa pengobatannya
4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem
surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.
Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk dosis, dan jangka
waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
I. Komplikasi
A. Pengkajian
1. Inti Komunitas
a. History
b. Demographic
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk
dan grafein yang berarti menulia. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau
karangan-karangan mengenai penduduk.(Mubarak Wahit dan Nurul Chayatin
2009).
2. Sub Sistem
a. Lingkungan Fisik
b. Pelayanan Kesehatan
c. Ekonomi
f. Komunikasi
g. Education
h. Rekreasi
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka
kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam
masyarakat dan seberapa berat reaksi yang imbul pada masyarakat tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas
dimana terdiri dari : masalah kesehatan, karakteristik populasi, dan karakteristik
lingkungan. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).
C. Rencana Keperawatan
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan
(Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara
bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperan serta dalam pembangunan
kesehatan di wilayahya.
D. Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu dipertimbangkan
dalam pelaksaan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah:
a. Melaksanakan kerja sama lintas program dan linytas sektoral dengan instansi
terkait
b. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan kelompok
dan kelompok masyarakat dalam menghatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencagahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri atas:
1) Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan
diaplikasikannya kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit
2) Pencegahan sekunder
Pencagahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat
untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan
tingkatb keparahan.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan
sambil stabil atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali.
Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya penghambat proses
penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang
optoimal dari ketidak mampuannya.
E. Evaluasi
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun semula .Ada 4 deminsi yang perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian ,yaitu :Daya guna ,hasil guna ,
kelayakan ,kecukupan
Keterangan:
= Peran perawat
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk mendirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan ,pada awalnya peran perawat lebih beser dari
pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
lima tugas kesehatan yaitu :mengenal masalah kesehatan ,mengambil keputusan
tindakan kesehatan ,merawat anggota keluarga ,menciptakan lingkungan yang
dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan fasilitas
pelayanaan kesehatan yang tersedia ,sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan .
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN TB PARU
A. PENGKAJIAN
1. Data Geografi
a. Lokasi
Propinsi : Jawa Tengah
Kelurahan : Kalongan
3. Etnicity
No Suku Jumlah %
1 Jawa 478 90.
2 Sunda 34 6.42
35
3 Madura 17 23.21
Total 529 100
4. Berdasarkan Agama
DS= dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah mendapatkan
informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga kesehatan maupun melalui
leaflet. Pada daerah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit TB Paru.
1) Pemeriksaan kehamilan
Teratur : 3 orang (100%)
Kelengkapan imunisasi TT
Lengkap : 18 orang ( 94,74%)
DS=Dari hasil wawancara dengan orang tua balita , mengatakan tidak ada
balita yang pernah berada di garis merah pada status gizinya
b. Keluarga berencana
2) Jumlah PUS : 69 orang
3) Keikutsertaan PUS pada program KB
Ikut program KB : 48 orang (69,5%)
DS= dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS tidak ikut
KB karena takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri. Alasan
lain karena ingin memiliki anak lagi, serta malas melakukn KB karena
merasa rumit
c. Kesehatan remaja
1) Jumlah penduduk remaja : 69 orang (13
%) 2) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul : 34 orang ( 49,3 %)
Kursus : 2 orang ( 2,9 %)
d. Kesehatan lansia
1) Jumlah penduduk lansia :38 orang (2,07 %) 2)
Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah : 17orang (44,7%)
HT,Gout Atritis,Jantung,
RPD : Strok,Paru-Paru
1. Lingkungan Fisik
a. Sumber air dan air minum
Penyediaan air bersih
a) WC umum : -KK
(%)
b) Jamban tetangga : -KK
(%)
c) Sungai : -KK
(%)
d) Sawah : -KK
(%)
e. Keadaan rumah
Type rumah
c) Type A (tembok) : 134 KK (97,8%)
d) Type B ( ½ tembok) : 3 KK (2,2%)
4) Status rumah
a) MIlik Rumah sendiri : 135 KK (98,5%)
b) Kontrak : 2 KK (1,5%)
5) Lantai Rumah
Tegel / semen : 137 KK (100%)
6) Ventilasi
a) Ada : 90 KK (65,69%)
b) Tidak ada : 47 KK (34,31%)
a) Baik : 70 KK (51,1%)
b) Cukup : 23 KK (16,79%)
c) Kurang : 44 KK (32,10%)
DO= hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga
kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam
rumah tampak gelap
7) Halaman rumah
a) Kepemilikan pekarangan
1. Memiliki : 18 KK(13,1%)
2. Tidak memiliki : 119 KK(86,9%)
b) Pemanfaatan pekarangan
Ya : 18 KK(100%)
d) Keadaan pekarangan
Bersih :18 KK (100%)
3. Fasilitas Umum Dan Kesehatan
a. Fasilitas umum
1) Sarana Pendidikan Formal
a) jumlah TK : 1 Buah
b) Jumlah SD/sederajat : 1 Buah
c) Jumlah SLTP/sederajat : 1 Buah
d) Jumlah SMU/sederajat : - Buah
2) Pengajian : 1 Kelompok
4) PKK : 2 X / Bulan
c. Sarana ibadah
2) Mushola :1 Buah
3) Gereja : 1 Buah
4) Pura/vihara : - Buah
d. Sarana olahraga
4) Lain-lain : - Buah
f. Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
Puskesmas : - Buah
Puskesmas :Buah
3. Sosial ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan 1)
Jenis pekerjaan
a) PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
b. Kepemilikian industry
Ada
c. Jenis industri kecil Makanan
LKMD, posyandu)
Ada
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
1) Radio : 54 jiwa (39,4%)
2) TV : 129 jiwa (94,2%)
3) Telepon :137 jiwa (100%)
4) Majalah / Koran : 31 jiwa (22,6%)
b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
Papan pengumuman (100%)
7. Rekreasi
a. Tempat Wisata Alam :- Buah
b. Kolam Renang :- Buah
c. Taman Kota :-
Buah
d. Bioskop :-
Buah
NO DATA ANALISA PROBLEM
1 DS:
Dari hasil wawancara dengan Kurang pengetahuan Manajemen Penyakit
warga: tentang perawatan TB Paru
1. Mayoritas masyarakat yang penyakit TB Paru
menderita Tb Paru tidak
memeriksakan / mengontrol
kesehatannya di Puskesmas
2. Masyarakat tidak rutin
mengambil obat TB Par uke
Puskesmas
3. Masyarakat banyak yang
mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan
yang tidak tuntas atau karena
bosan / lupa minum obat TB
akibat kesibukan kerja
4. Masyarakat yang memiliki
ventilasi tidak pernah
membuka jendelanya
5. Masyarakat belum pernah
mendapatkan informasi
tentang penyakit TB Paru baik
dari tenaga kesehatan atau
melalui leaflet
6. Masyarakat belum pernah di
adakan penyuluhan tentang
penyakit TB Paru
DO:
DO:
B. Diagnosa Keperawatan
C. Penapisan Masalah
4 3 4 3 14
Kurang pengetahuan
tentang perawatan
penyakit TB Paru
Cemas 4 4 4 3 15
D. Perencanaan
Diagnosa Perencanaan
Yogyakarta
Mubarak
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC