Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

KEPERAWATAN KOMUNITAS
Asuhan Keperawatan Komunitas Pasien TBC

Di Susun Oleh:

Oleh:
Kelompok 11
Yakoba Ketzia Pello (146802719)
Bartholomeus Seran (145002719)

ALIH JENJANG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MARANATHA KUPANG
2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Kasih dan
kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat konstruktif dari pembaca
agar makalah ini kedepan menjadi jauh lebih baik. Besar harapan kami kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Kupang, Maret 2020

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada
masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010).

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan kesehatan
dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam
usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan keperawatan
komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan sampai penanggulangan
masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat
pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan yaitu pendekatan
individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing
mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan.
Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa melalui pengkajian
data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan Patuk sampai kegiatan evaluasi
terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang muncul.
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya menyerang paru-paru
namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan
asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang
pada semua orang, baik anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah
ditularkan pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar

1
dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran
napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua
penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB
yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia.
Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB
terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar
5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia.
Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang
terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta
yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara disekitar penderita TB.
Untuk membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah mengupayakan strategi untuk
menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini adalah penemuan dan
penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk
menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem respirasi
yang terkait erat dengan penyakit TB paru, pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis,
keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep TB Paru dan Asuhan Keperawatan Komunitas TB Paru.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi TB paru
2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru
3. Untuk mengetahui klasifikasi TB pru
4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru
6. Untuk mengetahui cara penularan TB Paru
7. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik

2
8. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru
9. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru
10. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru
11. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas TB Paru

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa TB Paru adalah suatu penyakit
infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh mybacterium tuberculosis (Depkes RI,
1998). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan)
ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang lain
melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ
tubuh lain (Depkes RI, 2002).
TB Paru adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang hamper seluruh
organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah paru-paru.

2.2 Etiologi
1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan mycobacterium tuberculosis
ditemukan oleh Robert Koch (1882).
2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB
cepat mati dengan sinar matahari langsung.
3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering
tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C dalam 15 – 20 menit.

2.3 Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis post
primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana
gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel
ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan menempel pada jalan nafas atau paru.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang
trakheo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post
Primer dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post Primer.

4
Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian apical posterior atau
inferior pada paru. (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).

2.4 Patofisiologi

5
2.5 Tanda dan Gejala
Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai berikut :
1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza, terkadang sampai
40-410 C.
2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk non produktif
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif. Keadaan lanjut dapat
terjadi hemoptoe karena pecahnya pembuluh darah. Ini terjadi karena kavitas, tapi
dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus.
3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian
paru.
4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.
5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari (Soeparman, 1990; Heitkemper, 2000).

2.6 Cara Penularan


1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri mycobacterium
tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
2. Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC menginfeksi
hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang,
kelenjar getah bening.
3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara tidak
bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang dengan baik dan
membahayakan orang yang tinggal didalam rumah.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Diagnosis TB paru
1. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS).

6
2. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.
3. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis.
4. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
5. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

Diagnosis TB ekstra paru


1. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lainlainnya.
2. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode
pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji
mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.

2.8 Penatalaksanaan Medis


Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus disuntik dalam
waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar dan bosan untuk berobat. Sistem
pengobatan sekarang, seorang klien diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis obat yang
harus diminum harus disesuaikan dengan kategori pengobatan yang diberikan (Depkes RI,
1997).
Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek selama enam bulan
dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E),
dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberkulosis tabel 1 adalah paduan

7
yang digunakan dalam program nasional penanggulangan tuberkulosis dan dikemas dalam
bentuk paket kombipak (Depkes RI, 2002). Paduan pengobatan terbaru dengan
menggunakan FDCs (Fix Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti tuberkulosis
dalam satu kemasan (WHO, 2002)

Panduan Obat
Kategor Tahap Tahap Untuk Klien Tuberculosis
i Intensif lanjutan
I 2HRZE 4H3R3 TBC Paru baru BTA (+)
TBC Paru BTA (-) Ro
(+) dengan kerusakan
jaringan paru yang luas
TBC ekstra paru sakit
II 2HRZES 5H3R3E3 berat
atau TBC paru BTA (+),
1HRZE kambuh
TBC paru BTA (+),
gagal
TBC paru BTA (+),
III 2HRZ 4H3R3 pengobatan ulang karena
lalai berobat
TBC paru BTA (-) Ro
(+)
TBC ekstra paru

Keterangan :
H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin (Depkes, RI,
2002)
Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat dalam bulan, sedangkan
angka di belakang huruf menunjukkan berapa kali dalam seminggu obat tersebut diminum.
Sebagai contoh 2HRZ artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid diminum dalam jangka

8
waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH, Rifampicin diminum selama
4 bulan dan diminum 3 kali dalam seminggu (Depkes RI, 2002).
Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH : Hepatotoksik.
Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik. Pada Streptomisin dapat
mengakibatkan nefrotoksik, gangguan nervus VIII cranial. Pirazinamid dapat
mengakibatkan hepatotoksik dan hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis
optika, nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping dari obat anti tuberkulosis yang
tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual, muntah-muntah, gatal-gatal, mata kabur dan
nyeri otot atau tulang (Depkes RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek samping dapat
terdeteksi secara dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan terdekat, maka
diperlukan pengawas minum obat karena ketidakteraturan minum obat dapat menyebabkan
resistensi terhadap obat.
Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru dilakukan dengan
memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat yang bakterisid. Dengan memakai obat ini,
kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2
macam obat atau lebih, dan pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
(Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran perawat komunitas untuk menghindari
terjadinya resistensi obat adalah dengan selalu memantau pengobatan dengan kunjungan
rumah dan memberikan penyuluhan akibat ketidakteraturan minum obat.

2.9 Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

9
2.10 Pencegahan
1. Vaksinasi BCG
Pemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu setelah
pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin
terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi
yang berat.
2. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan sedapat
mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan seperti kortikosteroid
dan kurang gizi.
3. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
4. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko tinggi.
5. Menjaga standar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular
interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat
imunisasi BCG

10
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Core / Inti Komunitas
A. Histori
Histori merupakan suatu gambaran terkait sejarah yang berkaitan dengan kondisi
perkembangan suatu wilayah tertentu yang mencakup semua komponen yang
terdapat dalam wilayah tersebut termasuk di dalamnya adalah perbatasan
wilayah.
B. Demographic
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk dan
grafein yang berarti menulia. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau
karangan-karangan mengenai penduduk.(Mubarak Wahit dan Nurul Chayatin
2009).
Menurut A. Guillard (1985), demografi adalah elements de statistique humaine
on demographic compares. Defenisi demografi antara lain.
1) Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah kependudukan,
terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur dan perkembangan suatu
penduduk.
2) Demografi merupakan studi statistik dan matematis tentang besar, komposisi,
dan distribusi penduduk, serta peruban-perubahannya sepanjang masa melalui
komponen demografi, yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, dan mobilitas
sosial.
3) Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran teritorial dan komponen
penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.
C. Ethnicitic
Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu
(kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang
mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada generasi
berikutnya. Etnik berbeda dengan ras. Ras merupakan sistim pengklasifikasian

11
manusia berdasarkan karakteristik Fisik, pIgmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah,
bulu pada tubuh, dan bentuk kepala. Sedangkan budaya merupakan keyakinan
dan perilaku yang diturunkan atau yang diajarkan manusia kepada generasi
berikutnya. (Efendi ferry dan Makhfudli ,2009).
D. Values
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenal apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai budaya adalah sesuatu yang
dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya baik atau buruk. Sedangkan,
norma budaya adalah aturan sosial atau patokan perilaku yang dianggap pantas.
Norma budaya merupakan sesuatu kaidah yang memiliki sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Nilai dan norma yang diyakini oleh individu
tampak di dalam masyarakat sebagai gaya hidup sehari-hari. (Efendi ferry dan
Makhfudli ,2009).

3.1.2 Subsistem
A. Lingkungan Fisik
Perumahan : rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan
kepadatan.
B. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi
C. Ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan upah
minimum regional (UMR), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuaran untuk konsumsi
jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
D. Transportasi dan Keamanan
Keamanan dan keselamatan lingkungan tempat tinggal : apakah tidak
menimbulkan stress.
E. Politik dan pemerintahan

12
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan : apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai
bidang termasuk kesehatan.
F. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, koran atau leaf let yang diberikan kepada komunitas.
G. Education
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meingkatkan
pengetahuan?
H. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
megurangi stress. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).

3.2 Diagnosa Keperawatan


Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan
seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas
dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari : masalah kesehatan,
karakteristik populasi, dan karakteristik lingkungan. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).

3.3 Rencana Keperawatan


Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus
dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan
sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnose
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka
ada 2 faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut
yaitu sifat masalah dan sumber atau potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang
tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

13
1. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
2. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes)
adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong
untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperan
serta dalam pembangunan kesehatan di wilayahya.
3. Tahap pendidikan dan latihan
a. Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
b. Melakukan pengkajian
c. Membuat program berdasarkan masalah atau diagnosa keperawatan
d. Melatih kader
e. Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
4. Tahap formasi dan kepemimpinan
5. Tahap koordinasi intersektoral
6. Tahap ahkir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta
memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih
lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
b. Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik
c. Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik
dan laboratorium
d. Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau
komunitas bila stressor dari lingkungan.
e. Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

14
3.4 Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksaan
kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah:

1. Melaksanakan kerja sama lintas program dan linytas sektoral dengan instansi terkait
2. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan kelompok dan
kelompok masyarakat dalam menghatasi masalah kesehatannya.
3. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat

Level pencagahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri atas:

1. Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan diaplikasikannya
kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit
2. Pencegahan sekunder
Pencagahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkatb
keparahan.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan sambil stabil
atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan
primer lebih dari upaya penghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan
individu pada tingkat berfungsi yang optoimal dari ketidak mampuannya.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi di dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang
dievaluasi adalah masukan (input),pelaksanaan (proses),dan akhir akhir (output). Penilaian
yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun semula .
Ada 4 dimensi yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian ,yaitu :Daya
guna ,hasil guna , kelayakan ,kecukupan. Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam :

15
1. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2. Perkembangan atau kemajuan proses
3. Efensiensi biaya
4. Efektifitas kerja
5. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/ menurun , dalam rangka waktu berapa?

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini :

Keterangan:
i. = peran dari masyarakat
= Peran perawat

Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk mendirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan ,pada awalnya peran perawat lebih beser dari pada klien
dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait lima tugas
kesehatan yaitu :mengenal masalah kesehatan ,mengambil keputusan tindakan
kesehatan ,merawat anggota keluarga ,menciptakan lingkungan yang dapat mendukung
upaya peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan
yang tersedia ,sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan .

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

17
Daftar Pustaka
http://bangsalsehat.blogspot.com/2018/08/patofisiologi-dan-pathway-tb-paru-siap.html

https://www.scribd.com/doc/306156090/Askep-Komunitas-Dengan-Keluarga-TBC

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/51521341/Askep_komunitas_Tb_Paru.docx?
AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1552053907&Signature=Wiiif31%2FjZ7OJDntyfuf
Uc320es%3D&response-content-disposition=attachment%3B%20filename
%3DAskep_komunitas_Tb_Paru.docx.docx

Anda mungkin juga menyukai