Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN ANAK/ REMAJA HIV AIDS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV Aids

Dosen pengampuh: Kamsatun S.Kep., Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. DIAN KINANTI
2. KHAIRANI
3. LABIBAH MAHMUDA
4. LAOJA LUTHFILAH GALFANI
5. LUSI DESIANTI
6. PUTRI AYU AMALIA
7. ULFA MEITA PERMATA
8. YUDI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI NERS BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan HIV/AIDS Pada
Anak/ Remaja

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Bandung, November
2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
A. Pengertian HIV AIDS.......................................................................................6
B. Etiologi..............................................................................................................6
C. Cara Penularan..................................................................................................6
D. Manifestasi Klinik.............................................................................................7
E. Klasifikasi Stadium Klinis................................................................................8
F. Aspek Imunologi Pada Aspek Patofisiologi.....................................................9
G. Penatalaksanaan Medis...................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................12
A. PENGKAJIAN................................................................................................12
B. PEMERIKSAAN FISIK.................................................................................13
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM...........................................................16
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................16
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN................................................17
BAB IV PENUTUP..............................................................................................41
A. Kesimpulan.....................................................................................................41
B. Saran 41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired


Immune Deficiency Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada
tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun
1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit yang
mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan
kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1
orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab
kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan
Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah
AIDS pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan
Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur
kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat
4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS
yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak
dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun
pada anak – anak tertinggi didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25
juta orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang
tuanya karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal
karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun.
Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara
terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari
37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1
juta anak- anak dibawah 15 tahun. (WHO 1999)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan HIV AIDS?
2. Bagaimana Etiologi Penyakit Ini?
3. Apa Saja Manifestasi Klinik HIV AIDS?
4. Bagaimana Klasifikasi Stadium Klinis?
5. Bagaimana Imunologi Pada Aspek Patofisiologi?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Medis Nya?
7. Bagaimana Askep Pada Klien Anak/ Remaja?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan HIV AIDS.
2. Untuk mengetahui Etiologi penyakit ini.
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik HIV AIDS.
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Stadium Klinis.
5. Untuk mengetahui Imunologi Pada Aspek Patofisiologi.
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Nya.
7. Untuk mengetahui Askep Pada Klien Anak/ Remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HIV AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap berbagai penyakit,
seperti TB, TORCH dan lain-lain. Sedangkan, AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrom) merupakan penyakit retrovirus yang disebabkan oleh
virus HIV ditandai dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh khususnya
menyerang limfosit T serta menurunnya jumlah CD4 yang bertugas melawan
infeksi (Sumini , hadisaputro , Anies , Laksono , Sofro, 2017).
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah infeksi virus yang dapat
menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya pada sel darah putih yang
disebut dengan sel CD4. HIV akan menghancurkan sel CD4, sehingga
melemahkan kekebalan seseorang terhadap infeksi seperti tuberkulosis dan
beberapa jenis kanker. Jika jumlah CD4 seseorang turun di bawah 200,
kekebalan mereka sangat terancam, membuat mereka lebih rentan terhadap
infeksi. Seseorang yang memiliki jumlah CD4 di bawah 200 disebut dengan
orang yang mengidap AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
(WHO, 2020).
D. Etiologi
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
1. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi.
2. Pemakaian obat oleh ibunya.
3. Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena.
4. Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi ( DEPKES 1997 ).

E. Cara Penularan
Menurut PKBI DIY (2016), ada beberapa cara penularan yaitu :
HIV hidup di semua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan
tubuh tertentu, yaitu :
1. Darah
2. Air Mani (Cairan, bukan Sel Sperma)
3. Cairan Vagina
4. Air Susu Ibu (ASI)
Kegiatan yang dapat menularkan HIV adalah :
1. Hubungan seks tanpa kondom
2. Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3. Peralatan dokter yang tidak steril, contohnya: peralatan dokter gigi
4. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV
5. Ibu HIV-positif ke bayinya: waktu dalam kandungan, ketika melahirkan
atau melalui ASI.
HIV tidak menular melalui :
1. Bersentuhan
2. Berciuman, bersalaman dan berpelukan.
3. Peralatan makan dan minum
4. Kamar mandi
5. Kolam renang
6. Gigitan nyamuk
7. Tinggal serumah bersama orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
8. Duduk bersama dalam satu ruangan tertutup

F. Manifestasi Klinik
Gejala mayor :

1. BB turun > 10 % Dalam1 bulan


2. Diare kronis > 1 bulan
3. Demam panjang > 1 bulan
4. Penurunan Kesadaran/ggn Neurologis
5. Dimensia/HIV encefalopati
Gejala minor.

1. Batuk > 1 bulan


2. Herpes Zoster multi sektor/berulang
3. Dermatitis Generalisata
4. Kandidiasis oro faringeal
5. Herpes simplek kronis progresif
6. Limfadenofati generalisata
7. Infeksi Jamur berulang pada Alat Kelamin wanita

G. Klasifikasi Stadium Klinis


Ada 2 klasifikasi yang sampai sekarang sering digunakan untuk remaja
dan dewasa yaitu klasifikasi menurut WHO dan Centers for Disease Control
and Preventoin (CDC) Amerika Serikat. Di negara- negara berkembang
menggunakan sistem klasifikasi WHO dengan memakai data klinis dan
laboratorium, sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi
CDC. Klasifikasi menurut WHO digunakan pada beberapa Negara yang
pemeriksaan limfosit CD4+ tidak tersedia. Klasifikasi stadium klinis
HIV/AIDS WHO dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu:

Tabel 1. Stadium HIV menurut WHO

Stadiu Gejala Klinis


m
I 1. Tidak ada penurunan berat badan
2. Tanpa gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata
Persisten
II 1. Penurunan berat badan <10%
2. ISPA berulang: sinusitis, otitis media, tonsilitis, dan
faringitis
3. Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir
Luka di sekitar bibir (Kelitis Angularis)
Ulkus mulut berulang
4. Ruam kulit yang gatal (seboroik atau
prurigo) Dermatitis Seboroik
5. Infeksi jamur pada kuku
III 1. Penurunan berat badan >10%

2. Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya >1


bulan
3. Kandidiasis oral atau Oral Hairy Leukoplakia
4. TB Paru dalam 1 tahun terakhir Limfadenitis TB
5. Infeksi bakterial yang berat: Pneumonia, Piomiosis
6. Anemia (<8 gr/dl), Trombositopeni Kronik (<50
109 per liter)
IV 1. Sindroma Wasting
(HIV) Pneumoni
Pneumocystis
2. Pneumonia Bakterial yang berat berulang dalam 6
bulan
3. Kandidiasis esofagus
4. Herpes Simpleks Ulseratif >1
bulan Limfoma
5. Sarkoma Kaposi
6. Kanker Serviks yang
invasif Retinitis CMV
7. TB Ekstra paru
8. Toksoplasmosis
9. Ensefalopati HIV
10. Meningitis
11. Kriptokokus
12. Infeksi mikobakteria non-TB meluas
Lekoensefalopati multifokal progresif
13. Kriptosporidiosis kronis, mikosis meluas

H. Aspek Imunologi Pada Aspek Patofisiologi


Limfosit T-CD4 berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan tubuh yang
mengenali sekaligus memusnahkan berbagai mikroorganisme termasuk virus.
Sedangkan pada HIV ini justru limfosit T ini yang diintervensi dan
mengalami infeksi serta dirusak oleh HIV sehingga jumlahnya cenderung
menurun.

Jika HIV sudah masuk kedalam tubuh manusia maka, tubuh pun akan
menghadapi berbagai mekanisme untuk mempertahankan diri, melalui tiga
mekanisme ketahanan antara lain :
a. Komplemen akan berusaha memusnahkan virus melalui opsonisasi,
dampaknya hiperaktivitas komplemen terjadi peningkatan kadar histamin,
sehingga penderita sering mengeluh gatal-gatal pada kulit.
b. Mekanisme berikutnya tubuh mencegah HIV agar tidak masuk sel target
melalui peran interferon α dan β yang berusaha mencegah replikasi HIV.
c. Mekanisme yang lebih kompleks terjadi pada sel target, pada sel target
yang menjadi sasaran dan terpapar HIV terdapat tiga mekanisme
ketahanan tubuh untuk menyikapi keberadaan HIV tersebut melalui;
1) sel yang terpapar akan segera di musnahkan oleh NK, yang dihadapi
sendiri maupun di dukung oleh ADCC (antibody dependent cell
cytotoxic).
2) sel yang terpapar dimusnakan secara perlahan melalui proses
apoptosis patologis. Bila HIV diikuti oleh koinfeksi oleh virus lain,
bakteri, jamur atau protozoa akan terjadi kematian lebih cepat.
3) sel yang terpapar ini tetap bertahan hidup dan mengikuti sirkulasi
sistemik. Sel yang terpapar ini mengalami aktivitas sehingga terjadi
peningkatan produksi IL-1b (interleukin-1b) dan meningkatnya kadar
ROS (Reactive oxygen species) akibat meningkatnya kebutuhan ATP
pada mitokondria. Sitokin proinflamatori dalam bentuk interleukin-1b
memicu peningkatan produksi prostaglandin dari hipotalamus sebagai
pusat termoregulasi sehingga mengubah set point tubuh dan akan
terjadi peningkatan suhu tubuh. Sedangkan ROS akan meningkatkan
terjadinya apoptosis, sel yang paling potensial mengalami apoptosis
adalah limfosit T, sedangkan pada limfosit T terdapat reseptor CD4,
akibatnya kadar CD4 akan cenderung menurun akibatnya terjadi
imunodefisiensi pada penderita HIV.

I. Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka
terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial, atau
sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin) Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV
dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan
menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus
pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina, ribavirin,
diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis,
membantu megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang
berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan
mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan
makanan yang sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik
keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap
AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa
perinatal sekitar usia 9 –17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :
1. Demam dan diare yang berkepanjangan
2. Tachipnae
3. Batuk
4. Sesak nafas
5. Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
1. Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
2. Diare lebih dan satu bulan
3. Demam lebih dan satu bulan
4. Mulut dan faring dijumpai bercak putih
5. Limfadenopati yang menyeluruh
6. Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
7. Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
8. Dermatitis yang mnyeluruh.
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang
yang terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian
pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
1. Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat

2. Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )

3. Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari


kehamilan

4. Adanya penularan pada proses melahirkan

5. Terjadinya kontak darah dan bayi.

6. Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI

7. Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )


Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :

1. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual


2. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
3. Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
4. Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang
5. Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang
tidak steril
6. Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.

Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :


1. Gagal tumbuh
2. Berat badan menurun
3. Anemia
4. Panas berulang
5. Limpadenopati
6. Hepatosplenomegali
7. Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit,
jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas
selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke
esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Mata

1. Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina


2. Retinitis sitomegalovirus
3. Khoroiditis toksoplasma
4. Perivaskulitis pada retina
5. Infeksi pada tepi kelopak mata.
6. Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
7. Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal /
multiple
Pemeriksaan Mulut

1. Adanya stomatitis gangrenosa

2. Peridontitis

3. Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar


kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara 1998 )

Pemeriksaan Telinga

1. Adanya otitis media

2. Adanya nyeri

3. Kehilangan pendengaran

Sistem pernafasan

1. Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum

2. Sesak nafas

3. Tachipnea

4. Hipoksia

5. Nyeri dada

6. Nafas pendek waktu istirahat

7. Gagal nafas

Pemeriksaan Sistem Pencernaan

1. Berat badan menurun


2. Anoreksia
3. Nyeri pada saat menelan
4. Kesulitan menelan
5. Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
6. Faringitis
7. Kandidiasis esofagus
8. Kandidiasis mulut
9. Selaput lendir kering
10. Hepatomegali
11. Mual dan muntah
12. Kolitis akibat dan diare kronis
13. Pembesaran limfa

Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular

1. Suhu tubuh meningkat


2. Nadi cepat, tekanan darah meningkat
3. Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV

Pemeriksaan Sistem Integumen

1. Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )


2. Haemorargie
3. Herpes zoster
4. Nyeri panas serta malaise
5. Aczematoid gingrenosum
6. Skabies
Pemeriksaan sistem perkemihan
1. Didapatkan air seni yang berkurang
2. Annuria
3. Proteinuria
4. Adanya pembesaran kelenjar parotis
5. Limfadenopati
Pemeriksaan Sistem Neurologi
1. Adanya sakit kepala
2. Somnolen
3. Sukar berkonsentrasi
4. Perubahan perilaku
5. Nyeri otot
6. Kejang-kejang
7. Encelopati
8. Gangguan psikomotor
9. Penururnan kesadaran
10. Meningitis
11. Keterlambatan perkembangan
Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
1. Nyeri persendian
2. Letih, gangguan gerak
3. Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan
adanya anemia, leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila
T4 dibawah 200, fase AIDS normal 1000-2000 permikrositer., tes anti body
anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau dengan
menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks,
Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang
terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan
tes western blot.
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24
( dengan polymerase chain reaction - PCR ). Kulit dideteksi dengan tes
antibody ( biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu terjangkit HIV).
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis atau masalah keperawatan yang mungkin muncul antara lain :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit paru


obstruksi kronis
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neorologis,
ansietas, nyeri, keletihan
3. Diare berhubungan dengan infeksi
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif, kehilangan berlebihan melalui diare, berat badan
ekstrem, faktor yang mempengaruhi kebutuhan status cairan:
hipermetabolik,
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, ketidak mampuan menelan.
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
pigmentasi, perubahan turgor kulit, kondisi ketidak seimbangan nutrisi,
faktor imunologi
8. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh
9. Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, gangguan harga diri. (Nanda
Internasional, 2014)
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
N Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
o
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Menajemen jalan nafas
Bersihan jalan tindakan keperawatan 1) Posisikan pasien
napas diharapkan status untuk

Definisi : pernafasan tidak memaksimalkan


terganggu dengan ventilasi
Ketidakmampuan
kriteria hasil : 2) Buang secret
untuk membersihkan
dengan
sekresi atau obstruksi 1) Deviasi ringan dari
memotivasi
dari saluran napas kisaran normal
pasien untuk
untuk frekuensi pernafasan
melakukan
mempertahankan 2) Deviasi ringan dari
batuk atau
kisaran normal
bersihan jalan napas. menyedot lendir
Irama pernafasan
Batasan Karakteristik 3) Motifasi pasien untuk
3) Deviasi ringan dari
: bernafas pelan,
kisaran normal suara
1) Suara nafas dalam, berputar dan
auskultasi nafas
tambahan batuk
4) Deviasi ringan dari
2) Perubahan kisaran normal 4) Instruksikan
frekuensi kepatenan jalan bagaimana agar
bisa melakukan
nafasan nafas
5) Deviasi ringan dari batuk efektif
3) Perubahan
kisaran normal 5) Auskultasi suara nafas,
iraman nafas
saturasi oksigen catat area yang
4) Penurunan
6) Tidak ada retraksi ventilasinya menurun
bunyi nafas
dinding dada atautidak dan adanya
5) Sputum dalam
suara nafas tambahan
jumlah 6) Monitor status
berlebihan pernafasan dan
6) Batuk tidak oksigenisasi
efektif sebagaimana
mestinya
Fisioterapi dada
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi
dada kepada pasien
2) Monitor status respirasi
dan kardioloogi
(misalnya, denyut dan
suara irama nadi,
suara dan kedalaman
nafas
3) Monitor
jumlah dan
karakteristi
k sputum
4) Instruksikan pasien
untuk mengeluarkan
nafas dengan teknik
nafas dalam
Terapi Oksigen
1) Bersihkan mulut,
hidung dan sekresi
trakea dengan
tepat.
2) Siapkan peralatan
oksigen dan
berikan melalui
sistem hemodifier.
3) Monitor aliran
oksigen
4) Monitor efektifitas
terapi oksigen.
5) Pastikan
penggantian
masker oksigen/
kanul nasal setiap
kali pernagkat
diganti.
Monitor Pernafasan
1) Monitor pola nafas
(misalnya,
bradipneu).
2) Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru.
3) Auskultasi suara
nafas
4) Kaji perlunya
penyedotan pada
jalan nafas dengan
auskultasi suara
nafas ronci di paru.
5) Auskultasi suara
nafas setelah
tindakan, untuk
dicatat
6) Monitor
kemampuan batuk
efektif pasien
2. Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan Manajemen Jalan
Nafas :
Napas asuhan keperawatan
Definisi : Inspirasi diharapkan status 1) Posisikan
dan atau ekspirasi pernafasan tidak pasien untuk
yang tidak terganggu dengan memaksimalka
memberi ventilasi kriteria hasil : n ventilasi
adekuat 2) Lakukan
1) Frekuensi
Faktor Resiko : fisioterapi dada
pernafasan Tidak
1) Perubahan sebagimana
ada deviasi dari
kedalamam semestinya
pernafasan 3) Buang secret
kisaran normal
2) Bradipneu dengan
2) Irama pernafasan
3) Dipsnea memotivasi
Tidak ada deviasi
4) Pernafasan klien untuk
dari kisaran normal
cuping hidung melakukan
3) Suara Auskultasi
5) Takipnea batuk atau
nafas Tidak ada
Faktor yang menyedot
deviasi dari kisaran
berhubungan : lendir
normal
1) Kerusakan 4) Motivasi pasien
4) Saturasi oksigen
Neurologis untuk bernafas pelan,
Tidak ada deviasi
2) Imunitas dalam, berputar dan
dari kisaran normal
Neurologis batuk.
5) Tidak ada retraksi
5) Auskutasi suara
dinding dada
nafas, catat area yang
6) Tidak ada suara
ventilasinya menurun
nafas tambahan
atau tidak ada dan
7) Tidak ada
adanya suara nafas
pernafasan cuping
tambahan
hidung
6) Kelola nebulizer
ultrasonik,
sebgaimana
mestinya
7) Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas
8) Monito status
pernafasan dan
oksigen,
sebagaimana
mestinya
Pemberian Obat :
1) Pertahankan aturan
dan prosedur yang
sesuai dengan
keakuratan dan
keamanan
pemberian obat-
obatan
2) Ikuti prosedur
limabenar dalam
pemberian obat
3) Beritahu klien
mengenai jenis obat,
alasan pemberian
obat, hasil yang
diharapkan, dan efek
lanjutan yang akan
terjadi sebelum
pemberian obat.
4) Bantu klien dalam
pemberian obat
Terapi Oksigen :
1) Bersihkan mulut,
hidung, dan sekresi
trakea dengan tepat
2) Berikan oksigen
tambahan seperti
yang
diperintahkan
3) Monitor aliran oksigen
4) Periksa perangkat
(alat) pemberian
oksigen secara
berkala untuk
mmastikan bahwa
konsentrasi (yang
telah) ditentukan
sedang diberikan

Monitor
Pernapasan
1) Monitor
kecepatan,
irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernafas
2) Catat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu nafas
3) Palpasi
kesimetrisan
ekstensi paru
4) Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadinya
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
5) Auskultasi suara
nafas setelah
tindakan untuk
dicatat
6) Monitor sekresi
pernafasan pasien
7) Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan
(misalnya
nebulizer)

Monitor tanda-tanda
vital :
1) Monitor tekanan
darah, Nadi, Suhu,
dan status pernafasan
dengan tepat
2) Monitor suara paru-
paru
3) Monitor warna kulit,
suhu dan
kelembaban
3. Diare Setelah dilakukan Menajemen Saluran
Cerna
Definisi : Pasase tindakan

fases yang lunak keperawatan 1) Monitor buang air

dan tidak diharapkan eliminasi besar termasuk

berbentuk. usus tidak terganggu frekuensi, konsistensi,

Batasan dengan kriteria bentuk, volume dan

Karakteristik : hasil : warna, dengan cara

1) Nyeri abdomen yang tepat


1) Pola eliminasi
2) Sedikitnya tiga 2) Monitor bising usus
tidak terganggu
kali defekasi per 2) Suara bising
hari Menajemen Diare
usus tidak
3) Bising usus 1) Tentukan riwayat diare
terganggu
hiperaktif 2) Ambil tinja untuk
3) Diare tidak ada
Setelah dilakukan pemeriksaan kultur
Situasional :
tindakan dan sensitifitas bila
1) Penyalahguna keperawatan diare berlanjut
an alkohol
diharapkan tidak 3) Instruksikan pasien
Fisiologis terjadi keparahan atau anggota keluarga
1) Proses Infeksi
infeksi dengan utuk mencatat warna,
kriteria hasil : volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
1) Malaise tidak ada
4) Identivikasi faktor
2) Nyeri tidak ada
yang bisa
3) Depresi jumlah sel
menyebabkan diare
darh putih
(misalnya medikasi,
bakteri, dan
pemberian makan
lewat selang)
5) Amati turgor
kulit secara
berkala
6) Monitor kulit
perineum
terhadap adanya
iritasi dan
ulserasi
7) Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda dan gejala
diare menetap

Pemasangan Infus
1) Verivikasi
instruksi untuk
terapi IV
2) Beritau pasien
mengenai
prosedur
3) Pertahankan
teknik aseptik
secara seksama
4) Pilih vena yang
sesuai dengan
penusukan vena,
pertimbangkan
prevelansi pasien,
pengalaman masa
lalu dengan infus,
dan tangan non
dominan
5) Berikan label pada
pembalut IV dengan
tanggal, ukuran, dan
inisiasi sesuai
protokol lembaga

Terapi Intravena (IV)


1) Verivikasi perintah
untuk terapi intravena
2) Instruksikan
pasien tentang
prosedur
3) Periksa tipe cairan,
jumlah, kadaluarsa,
karakterisktik dari
cairan dan tingkat
merusak pada
kontainer
4) Laukuan (prinsip)
lima benar sebelum
memulai infus atau
pemberian
pengobatan
(misalnya, benar
obat, dosis, pasien,
cara, dan
frekuensi)
5) Monitor kecepatan
IV, seblum
memberikan
pengobatan IV
6) Monitor tanda vital
7) Dokumentasikan
terapi yang
diberikan, sesuai
protokol dan
institusi
4. Kekurangan Setelah dilakukan Menajemen Cairan :
Volume Cairan tindakan keperawatan 1) Timbang berat
Definisi : diharapkan badan setiap hari
Peurunan cairan keseimbangan cairan dan monitor status
intravaskuler, tidak terganggu pasien
interstisial, dan/atau dengan kriteria hasil : 2) Jaga Intake/ asupan
intra yang akurat dan catat
1) Tekanan darah tidak
seluler. Ini mengacu output pasien
terganggu
pada dehidrasi, 3) Monitor status
2) Keseimbangan
kehilangan cairan hidrasi (misalmya,
intake dan output
saja tanpa membran mukosa
dalam 24 jam tidak
perubahan pada lembab, denyut
terganggu
natrium nadi adekuat, dan
3) Berat badan stabil
Batasan tekanan darah
Karakteristik : tidak terganggu ortostatik)
1) Penurunan 4) Turgor kulit tidak 4) Monitor hasil
tekanan darah terganggu laboratorium yang
2) Penurunan Setelah dilakukan relevan dengan
tekanan nadi tindakan keperawatan retensi cairan
3) Penurunan diharapkan hidrasi (misalnya,
turgor kulit tidak terganggu peningkatan berat
4) Kulit kering dengan kriteria hasil : jenis, peningkatan
5) Penurunan BUN, penurunan
1) Turgor kulit tidak
frekuensi nadi hematokrit, dan
terganggu
6) Penurnan berat peningkatan kadar
2) Membran mukosa
badan tiba-tiba osmolitas urin)
lembab tidak
7) Kelemahan 5) Monitor status
terganggu
hemodinamika
Faktor yang 3) Intake cairan tidak
CVP, MAP, PAP,
berhubungan : terganggu
dan PCWP, jika
1) Kehilangan 4) Output cairan tidak
ada)
cairan aktif terganggu
6) Monitor tanda-tanda
5) Perfusi Jaringan
vital
tidak terganggu
7) Beri terapi IV,
6) Tidak ada nadi cepat
seperti yang
dan lemah
ditentukan
7) Tidak ada
8) Berikan cairan dengan
kehilangan berat
tepat
badan
9) Berikan
diuretik
yang
diresepkan
10) Distribusi asupan
cairan selama 24 jam

Monitor Cairan :
1) Tentukan jumlah
dan jenis
Intake/asupan
cairan serta
kebiasaan
eliminasi
2) Tentukan faktor-
faktor yang
menyebabkan
ketidakseimbanga
n cairan
3) Periksa isi kulang
kapiler
4) Periksa turgor kulit
5) Monitor berat badan
6) Monitor nilai kadar
serum dan elektrolit
urin
7) Monitor kadar
serum albumin dan
protein total
8) Monitor tekanan
darah, denyut
jantung, dan status
pernafasan
9) Monitor membran
mukosa, turgor
kulit, dan respon
haus.
5. Ketidak Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
seimbangan tindakan keperawatan
1) Identifikasi adanya
nutrisi kurang diharapkan status
alergi atau intolerasi
dari kebutuhan nutrisi dapat
tubuh ditingkatkan dengan akanan yang dimiliki
Definisi : kriteria hasil: pasien
Asuhan Terapi nutrisi
1) Asupan Nutrisi tidak
kebutuhan tubuh 1) Kaji
menyimpang dari
tidak cukup kebutaha
rentang normal
untuk memenuhi nutrisi
2) Asupan makanan
kebutuhan parenteral
tidak menyimpang
metabolik. 2) Berikan nutrisi
dari rentang normal
Batasan enteral, sesuai
Karakteristik : kebutuhan
Setelah dilakukan
1) Nyeri 3) Berikan nutrisi enteral
tindakan keperawatan
abdomen 4) Hentikan pemberian
diharapkan Asupan
2) Menghindari makanan melalui
nutrisi dapat
makan selang makan begitu
ditingkatkan dengan
3) Berat badan pasien mampu
kriteria hasil :
20% atau lebih mentoleransi asupan
dibawah berat 1) Asupan kalori (makanan) melalui
baadan ideal sebagian besar oral
4) Diare adekuat 5) Berikan nutrisi

5) Bising usus 2) Asupan protein yang dibutuhkan


hiperaktif sebagian besar sesuai batas diet
6) Penurunan adekuat yang dianjurkan
berat badan 3) Asupan lemak Pemberian
dengan asupan sebagian besar Nutrisi Total
yang adekuat adekuat Parenteral
7) Membran 4) Asupan karbohidrat (TPN)
mukosa pucat sebagian besar
1) Pastikan isersi
8) Ketidak adekuat
intravena cukup
mampuan 5) Asupan vitamin
paten untuk
memakan sebagian besar
pemberian nutrisi
makanan adekuat
intravena
9) Tonus otot Asupan mineral
2) Pertahankan
menurun sebagian besar kecepatan aliran
10) Sariawan adekuat yang konstan
rongga mulut Setelah dialkukan 3) Monitor kebocoran,
11) Kelemahan tindakan keperawatan infeksi dan
otot untuk diharapkan terjadi komplikasi metabolik
menelan peningkatan nafsu 4) Monitor masukan
Faktor makan dengan dan output cairan
Berhubungan : kriteria hasil : 5) Monitor kadar
albumin, protein
1) Faktor biologis 1) Intake makanan
total, elektrolit, profil
2) Ketidak tidak terganggu
lipid, glukosa darah
mampuan 2) Intake nutrisi tidak
dan kimia darah
untuk terganggu
6) Monitor tanda-tanda
mengabsorbsi 3) Intake cairan tidak
vital
nutrien terganggu
3) Ketidak
mampuan
untuk Setelah dilakukan

mencerna tindakan keperawatan

makanan diharapkan terjadi

4) Ketidak peningkatan status

mampuan nutrisi : asupan

menelan makanan dan cairan

makan dengan kriteri hasil :

1) Asuhan makanan
secara oral sebagian
besar adekuat
2) Asupan cairan
intravena
sepenuhnyaa kuat
3) Asupan nutrisi
parenteral
sepenuhnya kuat
6. Nyeri akut Setelah dilakukan Pemberian analgesik :
tindakan
Definisi : 1) Tentukan lokasi,
keperawatan karakteristik, kualitas
pengalaman
diharapkan kontrol dan keparahan nyeri
sensori dan
nyeri dapat sebelum mengobati
emosional yang
dipertahankan pasien
tidak
dengan kriteria hasil: 2) Cek perintah
menyenangkan
1) Secara konsisten pengobatan meliputi
yang muncul
menunjukkan obat, dosis, dan
akibat kerusakan
menggunakan frekuensi obat
jaringan yang
tindakan analgesik yang
aktual atau
pengurangan diresepkan
potensial atau di
(nyeri) tanpa 3) Cek adanya riwayat
gambarkan dalam
analgesik alergi obat
hal kerusakan
2) Secara konsisten 4) Pilih analgesik atau
sedemikian rupa
menunjukkan kombinasi analgesik
(International
Menggunakan yang sesuai ketika
Association for the
analgesik yang lebih dari satu
Study of Paint);
direkomendasika diberikan
awitan yang tiba –
n
tiba atau lambat Menajemen nyeri :
3) Melaporkan
dari intensitas 1) Lakukan pengkajian
nyeri terkontrol
ringan hingga berat nyeri komprehensif
Setelah dilakukan
dengan akhir yang yang meliputi lokasi,
tindakan
dapat di karakteristik,
keperawatan
antisipasi atau onset/durasi, frekuensi,
tingkat nyeri dapat
diprediksi dan kualitas, intensitas atau
diatasi :
berlangsung <6 beratnya nyeri dan
1) Nyeri yang
bulan. faktor pencetus
dilaporkan tidak ada
Batasan 2) Observasi adanya
2) Mengerang dan
Karakteristik : petunjuk nonverbal
meringis tidak ada
1) Perubahan mengenai
selera makan 3) Menyeringit tidak ketidaknyamanan
2) Perubahan ada 3) Gunakan strategi
tekanan darah 4) Ketegangan otot komunikasi terapeutik
3) Perubahan tidak ada untuk mengetahui
frekuensi 5) Tanda –tanda pengalaman nyeri dan
jantung vital tidak sampaikan penerimaan
4) Perubahan mengalami pasien terhadap nyeri
frekuensi devisiasi 4) Kaji bersama pasien
pernafasan faktor- faktor yang
5) Laporan dapat menurunkan atau
isyarat memberatkan nyeri
6) Diaforesis 5) Ajarkan penggunaan
7) Perilaku ditraksi teknik non
(mis; berjalan farmakologilan nyeri
mondar mandir, 6) Evaluasi keefektifan
mencari orang dari tindakan
lain dan/ atau pengontrolan
aktifitas lain, 7) Mendukung istirahat
aktivitas yang tidur
berulang) 8) Memberikan informasi
8) Mengekpresik terkait dengan
an prilaku diagnosa dan
(misal gelisah keperawatan
merengek, 9) Mendorong keluarga
menangis, menemani pasien
waspada, 10) Kaji tanda verbal dan
iritabilitas, non verbal dari ketidak
mendesah) nyamanan
9) Masker wajah
Monitor tanda tanda
(mis; mata
vital:
kurang
bercahaya, 1) Monitor tekanan darah,
tampak kacau,
nadi, suhu, dan status
gerakan mata
pernafasan dengan tepat
berpancar atau
tetap pada satu
fokus,
meringis)
10) Sikap
melindungi
area nyeri
11) Gangguan
presepsi nyeri,
hambatan
proses berfikir,
penurunan
interaksi
dengan orang
dan
lingkungan)
12) Indikasi nyeri
yang dapat
diamati
13) Perubahan
posisi untuk
menghindari
nyeri
14) Sikap tubuh
melindungi
15) Dilatasi
pupil
16) Melaporkan
nyeri secara
verbal
17) Fokus pada
diri sendiri
18) Gangguan
tidur

Faktor yang
berhubungan :
Agen cedera
(mis, biologis,
zat kimia, fisik,
psikologis)
7. Resiko Kerusakan Setelah dilakukan Pemberian obat kulit:
Integritas Kulit tindakan 1) Ikuti prinsip 5 benar
Definisi : Beresiko keperawatan pemberian
mengalami diharapkan integritas 2) Catat riwayat medis
perubahan kulit jaringan kulit dan pasien dan riwayat
yang buruk. membranmukosa alergi
Faktor Resiko dapat ditingkatkan : 3) Tentukan
Eksternal : pengetahuan pasien
1) Suhu kulit
1) Zat kimia mengenai medikasi
tidak terganggu
2) Ekskresi dan pemahaman
2) Tekstur kulit
3) Usia yang pasien mengenai
tidak terganggu
ekstream metode pemberian
3) Integritas kulit
4) Hipertermia obat
tidak terganggu
5) Hipotermia
4) Pigmentasi Pengecekan kulit :
6) Humiditas
abnormal 1) Amati warna,
7) Faktor
ringan kehangatan,
mekanik (mis,
5) Lesi mukosa ringan bengkak,
gaya gunting,
6) Kanker kulit tidak pulsasi, tekstur,
tekanan,
ada edema, dan
pengekangan)
ulserasi pada
8) Lembab
ekstremitas
9) Imobilisasi fisik
2) Monitor warna dan
10) Radiasi suhu kulit
11) Sekresi 3) Monitor kulit dan
Faktor selaput lendir
Internal : terhadap area
1) Perubahan perubahan warna,
pigmentasi memar, dan pecah
2) Perubahan 4) Monitor kulit untuk
turgor kulit adanya ruam dan
3) Faaktor lecet
perkembangan
4) Kondisi
ketidak
seimbangan
nutrisi
(obesitas,
emasiasi/
kurus
kerempeng)
5) Gangguan
sirkulasi
6) Gangguan
kondisi
metabolik
7) Faktro
imunologi
8) Medikasi
9) Faktor
Psikogenik
10) Tonjolan tulang
8. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh
Situasional tindakan 1) Tentukan harapan

Definisi : keperawatan citra diri pasien


Perkembangan diharapkan terjadi didasarkan pada
persepsi negatif peningkatan harga tahap perkembangan
tentang harga diri diri dengan kriteria 2) Tentukan perubahan
sebagai respon hasil : fisik saat ini apakah
terhadap situasi saat
1) Verbalisasi berkontribusi pada
ini.
penerimaan cita diri pasien
Batasan
diri 3) Bantu pasien untuk
Karakteristik :
2) Penerimaan mendiskusikan
1) Evaluasi Diri
terhadap perubahan -
bahwa individu
keterbatasan perubahan (bagian
tidak mampu
diri tubuh) disebabkan
menghadapi
3) Mempertahanka adanya penyakit
peristiwa
n posisi tegak dengan cara yang
2) Evaluasi diri
4) Mempertahanka tepat
bahwa individu
n kontak mata 4) Monitor frekuensi
tidak mampu
5) Komunikasi dari pernyataan
menghadapi
terbuka mengkritisi diri
situasi
5) Monitor pernyataan
3) Perilaku
yang
bimbang
mengidentifikasi
4) Perilaku tidak
citra tubuh mengenai
asertif
ukuran dan berat
5) Secara verbal
badan
melaporkan
Peningkatan koping :
tentang
1) Gunakan pendekatan
situasional saat
yang tenang dan
ini terhadap
memberikan jaminan
harga diri
2) Berikan suasana
6) Ekspresi
penerimaan
ketidakberdaya
3) Sediakan informasi
an
aktual mengenai
7) Ekspresi
diagnosis,
ketidak
penanganan dan
bergunaan prognosis
8) Verbalisasi
Peningkatan harga
meniadakan diri
diri:
Faktor
1) Monitor penerimaan
Berhubungan:
pasien mengenai
1) Perilaku tidak harga diri
selaras dengan Jangan mengkritisi
nilai pasien secara negatif
2) Perubahan
perkembangan
3) Gangguan citra
tubuh
4) Kegagalan
5) Gangguan
fungsional
6) Kurang
penghargaan
7) Kehilangan
penghargaan
8) Kehilangan
9) Penilakan
10) Perubahan Peran
Sosial
9. Ansietas Setelah dilakukan Bimbingan antisipatif :
Definisi : perasaan tindakan 1) Bantu klien
tidak nyaman atau keperawatan mengidentifikasi
kekhawatiran yang diharapkan tingkat kemungkinan
samar disertai kecemasan tidak perkembangan
respon autonom terganggu dengan situasi krisis yang
(sumber sering kali kriteria hasil : akan terjadi dan
tidak spesifik atau 1) Tidak ada efek dari krisis yang
tidak diketahui oleh wajah tegang bisa berdampak
individu); perasaan 2) Tidak ada rasa pada klien dan
takut yang takut yang keluarga
disebabkan oleh disampaikan 2) Gunakan contoh
antisipasi terhadap secara lisan kasus untuk
bahaya. Hal ini 3) Tidak ada rasa meningkatkan
merupakan siyarat cemas yang di kemampuan
kewaspadaan yang sampaikan pemecahan
memperingatkan secara lisan masalah klien
individu akan 4) Tidak ada dengan cara yang
adanya bahaya dan peningkatan tepat
memampukan tekan darah 3) Libatkan
individu untuk 5) Tidak ada keluarga maupun
bertindak peningkatan orang orang
menghadapi tekanan terdekat klien
ancaman nadi jika
Batasan 6) Tidak ada memungkinkan
karakteristik : peningkata
Pengurangan
Perilaku n frekuensi
kecemasan:
1) Penurunan pernafasan
1) Gunakan
produktivita 7) Tidak ada
pendekan yang
2) Gerakan menarik diri
tenang dan
irelevan 8) Tidak ada
menyakinkan
3) Gelisah gangguan pola
2) Nyaktakan dengan
4) Melihat tidur
jelas harapan
sepintas
terhadap prilaku
5) Insomnia
klien
6) Kontak mata
3) Berikan informasi
yang buruk
faktual terkait
7) Mengekspres
diagnosis,
i kan
perawatan dan
kekhawatiran
progosis
karena
4) Dorong keluarga
peruahan untuk
dalam mendampingi
peristiwa pasien dengan cara
hidup yang tepat
8) Agitasi 5) Puji kekuatan
9) Mengintai prilaku yang baik
10) Tampak secara tepat
waspada 6) Dengarkan klien
7) Identifikasi pada
Afektif
saat terjadi
1) Gelisah
perubahan
2) Kesedihan
kecemasan
yang
8) Instruksikan pasien
mendalam
untuk menggunakan
3) Distres
teknik relaksasi
4) Ketakutan
9) Kaji untuk tanda
5) Perasaan tidak
verbal dan
adekuat
nonverbal
6) Berfokus pada
keceemasan
diri sendiri
7) Peningkatan
kewaspadaan
8) Iritabilitas
9) Gugup
10) Senang
berlebihan
11) Rasa nyeri
yang
meningkat
ketidak
berdayaan
12) Peningkatan
rasa ketidak
berdayaan
yang persisten
13) Bingung
14) Menyesal
15) Ragu/ tidak
percaya diri
16) Khawatir
17) Fisiologis
(Wajah
tegang,
Tremor
tangan,
Peningkatan
keringat,
Gemetar,
Tremor,
Suara
bergetar)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang
menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala
penyakit infeksi tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat
menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang disebut dengan
HIV. infeksi HIV pada perempuan menurunkan fertilitas Namun karena
kelompok umur yang terinfeksi HIV sebagian besar adalah usia subur maka
kehamilan pada wanita HIV positif merupakan masalah nyata. Transmisi HIV
dari ibu dengan HIV positif ke bayi disebut transmisi vertikal dapat terjadi
melalui plasenta pada waktu hamil (intrauterin), waktu bersalin (intrapartum)
dan pasca natal melalui air susu ibu (ASI) Tidak semua ibu pengidap HIV
akan menularkannya kepada bayi yang di kandungnya. HIV tidak melalui
barier plasenta.

B. Saran
Dianjurkan untuk memberikan vaksinasi rutin pada bayi yang terinfeksi
HIV. Sebagai professional perawat hendaknya kita terus memberi penkes
kepada masyarakat terkait pentingnya kesadaran akan bahaya HIV/AIDS
serta memberikan support kepada penderita HIV/AIDS.

41
DAFTAR PUSTAKA

Centres for Disease Control and Prevention (CDC). 2014. About HIV/AIDS.
http://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html. Diakses Tanggal 29 Oktober
2020.

Dedi, Z. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan HIV. https://www.


scribd.com/doc /115711911 /Asuhan – Keperawatan – Anak – Dengan -
Hiv. Diakses Tanggal 29 Oktober 2020.

Depkes. 2008. Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada
Anak di Indonesia. Jakarta: Depkes.

Iswandi, F. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiv Aids Di Irna
Non Bedah Penyakit Dalam Rsup Dr. M. Djamil Padang.

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019.


https://www.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
profilkesehatan.html. Di akses Tanggal 29 Oktober 2020.

PKBI DIY. Data Kasus HIV dan AIDS D.I Yogyakarta. PKBI DIY. 2016.
https://pkbi-diy.info/sejarah-singkat-hiv-dan-aids /#:~:text =Pada%20awal%
20mulanya%20kasus%20HIV,pada%20tanggal%205%20Juni%201981.
Diakses Tanggal 29 Oktober 2020.

Sumini , Hadisaputro,S., Anies, Laksono, B., Sofro MAU. 2017. Faktor Risiko
yang Berpengaruh terhadap Kejadian HIV/AIDS pada Pengguna Napza
Suntik (Studi Epidemiologi Di Kota Pontianak). Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas 2 (1), 2017, 36-45.

Wulandari,NA., Setiyorini, E. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Odha (Orang


Dengan Hiv/ Aids). Malang : Media Nusa Creative.

42

Anda mungkin juga menyukai