1. DIAN KINANTI
2. KHAIRANI
3. LABIBAH MAHMUDA
4. LAOJA LUTHFILAH GALFANI
5. LUSI DESIANTI
6. PUTRI AYU AMALIA
7. ULFA MEITA PERMATA
8. YUDI
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan HIV/AIDS Pada
Anak/ Remaja
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Bandung, November
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
A. Pengertian HIV AIDS.......................................................................................6
B. Etiologi..............................................................................................................6
C. Cara Penularan..................................................................................................6
D. Manifestasi Klinik.............................................................................................7
E. Klasifikasi Stadium Klinis................................................................................8
F. Aspek Imunologi Pada Aspek Patofisiologi.....................................................9
G. Penatalaksanaan Medis...................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................12
A. PENGKAJIAN................................................................................................12
B. PEMERIKSAAN FISIK.................................................................................13
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM...........................................................16
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................16
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN................................................17
BAB IV PENUTUP..............................................................................................41
A. Kesimpulan.....................................................................................................41
B. Saran 41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan HIV AIDS.
2. Untuk mengetahui Etiologi penyakit ini.
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik HIV AIDS.
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Stadium Klinis.
5. Untuk mengetahui Imunologi Pada Aspek Patofisiologi.
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Nya.
7. Untuk mengetahui Askep Pada Klien Anak/ Remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HIV AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap berbagai penyakit,
seperti TB, TORCH dan lain-lain. Sedangkan, AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrom) merupakan penyakit retrovirus yang disebabkan oleh
virus HIV ditandai dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh khususnya
menyerang limfosit T serta menurunnya jumlah CD4 yang bertugas melawan
infeksi (Sumini , hadisaputro , Anies , Laksono , Sofro, 2017).
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah infeksi virus yang dapat
menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya pada sel darah putih yang
disebut dengan sel CD4. HIV akan menghancurkan sel CD4, sehingga
melemahkan kekebalan seseorang terhadap infeksi seperti tuberkulosis dan
beberapa jenis kanker. Jika jumlah CD4 seseorang turun di bawah 200,
kekebalan mereka sangat terancam, membuat mereka lebih rentan terhadap
infeksi. Seseorang yang memiliki jumlah CD4 di bawah 200 disebut dengan
orang yang mengidap AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
(WHO, 2020).
D. Etiologi
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
1. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi.
2. Pemakaian obat oleh ibunya.
3. Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena.
4. Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi ( DEPKES 1997 ).
E. Cara Penularan
Menurut PKBI DIY (2016), ada beberapa cara penularan yaitu :
HIV hidup di semua cairan tubuh tetapi hanya bisa menular melalui cairan
tubuh tertentu, yaitu :
1. Darah
2. Air Mani (Cairan, bukan Sel Sperma)
3. Cairan Vagina
4. Air Susu Ibu (ASI)
Kegiatan yang dapat menularkan HIV adalah :
1. Hubungan seks tanpa kondom
2. Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3. Peralatan dokter yang tidak steril, contohnya: peralatan dokter gigi
4. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV
5. Ibu HIV-positif ke bayinya: waktu dalam kandungan, ketika melahirkan
atau melalui ASI.
HIV tidak menular melalui :
1. Bersentuhan
2. Berciuman, bersalaman dan berpelukan.
3. Peralatan makan dan minum
4. Kamar mandi
5. Kolam renang
6. Gigitan nyamuk
7. Tinggal serumah bersama orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
8. Duduk bersama dalam satu ruangan tertutup
F. Manifestasi Klinik
Gejala mayor :
Jika HIV sudah masuk kedalam tubuh manusia maka, tubuh pun akan
menghadapi berbagai mekanisme untuk mempertahankan diri, melalui tiga
mekanisme ketahanan antara lain :
a. Komplemen akan berusaha memusnahkan virus melalui opsonisasi,
dampaknya hiperaktivitas komplemen terjadi peningkatan kadar histamin,
sehingga penderita sering mengeluh gatal-gatal pada kulit.
b. Mekanisme berikutnya tubuh mencegah HIV agar tidak masuk sel target
melalui peran interferon α dan β yang berusaha mencegah replikasi HIV.
c. Mekanisme yang lebih kompleks terjadi pada sel target, pada sel target
yang menjadi sasaran dan terpapar HIV terdapat tiga mekanisme
ketahanan tubuh untuk menyikapi keberadaan HIV tersebut melalui;
1) sel yang terpapar akan segera di musnahkan oleh NK, yang dihadapi
sendiri maupun di dukung oleh ADCC (antibody dependent cell
cytotoxic).
2) sel yang terpapar dimusnakan secara perlahan melalui proses
apoptosis patologis. Bila HIV diikuti oleh koinfeksi oleh virus lain,
bakteri, jamur atau protozoa akan terjadi kematian lebih cepat.
3) sel yang terpapar ini tetap bertahan hidup dan mengikuti sirkulasi
sistemik. Sel yang terpapar ini mengalami aktivitas sehingga terjadi
peningkatan produksi IL-1b (interleukin-1b) dan meningkatnya kadar
ROS (Reactive oxygen species) akibat meningkatnya kebutuhan ATP
pada mitokondria. Sitokin proinflamatori dalam bentuk interleukin-1b
memicu peningkatan produksi prostaglandin dari hipotalamus sebagai
pusat termoregulasi sehingga mengubah set point tubuh dan akan
terjadi peningkatan suhu tubuh. Sedangkan ROS akan meningkatkan
terjadinya apoptosis, sel yang paling potensial mengalami apoptosis
adalah limfosit T, sedangkan pada limfosit T terdapat reseptor CD4,
akibatnya kadar CD4 akan cenderung menurun akibatnya terjadi
imunodefisiensi pada penderita HIV.
I. Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka
terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial, atau
sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin) Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV
dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan
menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus
pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina, ribavirin,
diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis,
membantu megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang
berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan
mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan
makanan yang sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik
keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap
AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa
perinatal sekitar usia 9 –17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :
1. Demam dan diare yang berkepanjangan
2. Tachipnae
3. Batuk
4. Sesak nafas
5. Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
1. Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
2. Diare lebih dan satu bulan
3. Demam lebih dan satu bulan
4. Mulut dan faring dijumpai bercak putih
5. Limfadenopati yang menyeluruh
6. Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
7. Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
8. Dermatitis yang mnyeluruh.
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang
yang terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian
pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
1. Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
2. Peridontitis
Pemeriksaan Telinga
2. Adanya nyeri
3. Kehilangan pendengaran
Sistem pernafasan
2. Sesak nafas
3. Tachipnea
4. Hipoksia
5. Nyeri dada
7. Gagal nafas
Monitor
Pernapasan
1) Monitor
kecepatan,
irama,
kedalaman dan
kesulitan
bernafas
2) Catat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu nafas
3) Palpasi
kesimetrisan
ekstensi paru
4) Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadinya
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
5) Auskultasi suara
nafas setelah
tindakan untuk
dicatat
6) Monitor sekresi
pernafasan pasien
7) Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan
(misalnya
nebulizer)
Monitor tanda-tanda
vital :
1) Monitor tekanan
darah, Nadi, Suhu,
dan status pernafasan
dengan tepat
2) Monitor suara paru-
paru
3) Monitor warna kulit,
suhu dan
kelembaban
3. Diare Setelah dilakukan Menajemen Saluran
Cerna
Definisi : Pasase tindakan
Pemasangan Infus
1) Verivikasi
instruksi untuk
terapi IV
2) Beritau pasien
mengenai
prosedur
3) Pertahankan
teknik aseptik
secara seksama
4) Pilih vena yang
sesuai dengan
penusukan vena,
pertimbangkan
prevelansi pasien,
pengalaman masa
lalu dengan infus,
dan tangan non
dominan
5) Berikan label pada
pembalut IV dengan
tanggal, ukuran, dan
inisiasi sesuai
protokol lembaga
Monitor Cairan :
1) Tentukan jumlah
dan jenis
Intake/asupan
cairan serta
kebiasaan
eliminasi
2) Tentukan faktor-
faktor yang
menyebabkan
ketidakseimbanga
n cairan
3) Periksa isi kulang
kapiler
4) Periksa turgor kulit
5) Monitor berat badan
6) Monitor nilai kadar
serum dan elektrolit
urin
7) Monitor kadar
serum albumin dan
protein total
8) Monitor tekanan
darah, denyut
jantung, dan status
pernafasan
9) Monitor membran
mukosa, turgor
kulit, dan respon
haus.
5. Ketidak Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
seimbangan tindakan keperawatan
1) Identifikasi adanya
nutrisi kurang diharapkan status
alergi atau intolerasi
dari kebutuhan nutrisi dapat
tubuh ditingkatkan dengan akanan yang dimiliki
Definisi : kriteria hasil: pasien
Asuhan Terapi nutrisi
1) Asupan Nutrisi tidak
kebutuhan tubuh 1) Kaji
menyimpang dari
tidak cukup kebutaha
rentang normal
untuk memenuhi nutrisi
2) Asupan makanan
kebutuhan parenteral
tidak menyimpang
metabolik. 2) Berikan nutrisi
dari rentang normal
Batasan enteral, sesuai
Karakteristik : kebutuhan
Setelah dilakukan
1) Nyeri 3) Berikan nutrisi enteral
tindakan keperawatan
abdomen 4) Hentikan pemberian
diharapkan Asupan
2) Menghindari makanan melalui
nutrisi dapat
makan selang makan begitu
ditingkatkan dengan
3) Berat badan pasien mampu
kriteria hasil :
20% atau lebih mentoleransi asupan
dibawah berat 1) Asupan kalori (makanan) melalui
baadan ideal sebagian besar oral
4) Diare adekuat 5) Berikan nutrisi
1) Asuhan makanan
secara oral sebagian
besar adekuat
2) Asupan cairan
intravena
sepenuhnyaa kuat
3) Asupan nutrisi
parenteral
sepenuhnya kuat
6. Nyeri akut Setelah dilakukan Pemberian analgesik :
tindakan
Definisi : 1) Tentukan lokasi,
keperawatan karakteristik, kualitas
pengalaman
diharapkan kontrol dan keparahan nyeri
sensori dan
nyeri dapat sebelum mengobati
emosional yang
dipertahankan pasien
tidak
dengan kriteria hasil: 2) Cek perintah
menyenangkan
1) Secara konsisten pengobatan meliputi
yang muncul
menunjukkan obat, dosis, dan
akibat kerusakan
menggunakan frekuensi obat
jaringan yang
tindakan analgesik yang
aktual atau
pengurangan diresepkan
potensial atau di
(nyeri) tanpa 3) Cek adanya riwayat
gambarkan dalam
analgesik alergi obat
hal kerusakan
2) Secara konsisten 4) Pilih analgesik atau
sedemikian rupa
menunjukkan kombinasi analgesik
(International
Menggunakan yang sesuai ketika
Association for the
analgesik yang lebih dari satu
Study of Paint);
direkomendasika diberikan
awitan yang tiba –
n
tiba atau lambat Menajemen nyeri :
3) Melaporkan
dari intensitas 1) Lakukan pengkajian
nyeri terkontrol
ringan hingga berat nyeri komprehensif
Setelah dilakukan
dengan akhir yang yang meliputi lokasi,
tindakan
dapat di karakteristik,
keperawatan
antisipasi atau onset/durasi, frekuensi,
tingkat nyeri dapat
diprediksi dan kualitas, intensitas atau
diatasi :
berlangsung <6 beratnya nyeri dan
1) Nyeri yang
bulan. faktor pencetus
dilaporkan tidak ada
Batasan 2) Observasi adanya
2) Mengerang dan
Karakteristik : petunjuk nonverbal
meringis tidak ada
1) Perubahan mengenai
selera makan 3) Menyeringit tidak ketidaknyamanan
2) Perubahan ada 3) Gunakan strategi
tekanan darah 4) Ketegangan otot komunikasi terapeutik
3) Perubahan tidak ada untuk mengetahui
frekuensi 5) Tanda –tanda pengalaman nyeri dan
jantung vital tidak sampaikan penerimaan
4) Perubahan mengalami pasien terhadap nyeri
frekuensi devisiasi 4) Kaji bersama pasien
pernafasan faktor- faktor yang
5) Laporan dapat menurunkan atau
isyarat memberatkan nyeri
6) Diaforesis 5) Ajarkan penggunaan
7) Perilaku ditraksi teknik non
(mis; berjalan farmakologilan nyeri
mondar mandir, 6) Evaluasi keefektifan
mencari orang dari tindakan
lain dan/ atau pengontrolan
aktifitas lain, 7) Mendukung istirahat
aktivitas yang tidur
berulang) 8) Memberikan informasi
8) Mengekpresik terkait dengan
an prilaku diagnosa dan
(misal gelisah keperawatan
merengek, 9) Mendorong keluarga
menangis, menemani pasien
waspada, 10) Kaji tanda verbal dan
iritabilitas, non verbal dari ketidak
mendesah) nyamanan
9) Masker wajah
Monitor tanda tanda
(mis; mata
vital:
kurang
bercahaya, 1) Monitor tekanan darah,
tampak kacau,
nadi, suhu, dan status
gerakan mata
pernafasan dengan tepat
berpancar atau
tetap pada satu
fokus,
meringis)
10) Sikap
melindungi
area nyeri
11) Gangguan
presepsi nyeri,
hambatan
proses berfikir,
penurunan
interaksi
dengan orang
dan
lingkungan)
12) Indikasi nyeri
yang dapat
diamati
13) Perubahan
posisi untuk
menghindari
nyeri
14) Sikap tubuh
melindungi
15) Dilatasi
pupil
16) Melaporkan
nyeri secara
verbal
17) Fokus pada
diri sendiri
18) Gangguan
tidur
Faktor yang
berhubungan :
Agen cedera
(mis, biologis,
zat kimia, fisik,
psikologis)
7. Resiko Kerusakan Setelah dilakukan Pemberian obat kulit:
Integritas Kulit tindakan 1) Ikuti prinsip 5 benar
Definisi : Beresiko keperawatan pemberian
mengalami diharapkan integritas 2) Catat riwayat medis
perubahan kulit jaringan kulit dan pasien dan riwayat
yang buruk. membranmukosa alergi
Faktor Resiko dapat ditingkatkan : 3) Tentukan
Eksternal : pengetahuan pasien
1) Suhu kulit
1) Zat kimia mengenai medikasi
tidak terganggu
2) Ekskresi dan pemahaman
2) Tekstur kulit
3) Usia yang pasien mengenai
tidak terganggu
ekstream metode pemberian
3) Integritas kulit
4) Hipertermia obat
tidak terganggu
5) Hipotermia
4) Pigmentasi Pengecekan kulit :
6) Humiditas
abnormal 1) Amati warna,
7) Faktor
ringan kehangatan,
mekanik (mis,
5) Lesi mukosa ringan bengkak,
gaya gunting,
6) Kanker kulit tidak pulsasi, tekstur,
tekanan,
ada edema, dan
pengekangan)
ulserasi pada
8) Lembab
ekstremitas
9) Imobilisasi fisik
2) Monitor warna dan
10) Radiasi suhu kulit
11) Sekresi 3) Monitor kulit dan
Faktor selaput lendir
Internal : terhadap area
1) Perubahan perubahan warna,
pigmentasi memar, dan pecah
2) Perubahan 4) Monitor kulit untuk
turgor kulit adanya ruam dan
3) Faaktor lecet
perkembangan
4) Kondisi
ketidak
seimbangan
nutrisi
(obesitas,
emasiasi/
kurus
kerempeng)
5) Gangguan
sirkulasi
6) Gangguan
kondisi
metabolik
7) Faktro
imunologi
8) Medikasi
9) Faktor
Psikogenik
10) Tonjolan tulang
8. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh
Situasional tindakan 1) Tentukan harapan
B. Saran
Dianjurkan untuk memberikan vaksinasi rutin pada bayi yang terinfeksi
HIV. Sebagai professional perawat hendaknya kita terus memberi penkes
kepada masyarakat terkait pentingnya kesadaran akan bahaya HIV/AIDS
serta memberikan support kepada penderita HIV/AIDS.
41
DAFTAR PUSTAKA
Centres for Disease Control and Prevention (CDC). 2014. About HIV/AIDS.
http://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html. Diakses Tanggal 29 Oktober
2020.
Depkes. 2008. Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada
Anak di Indonesia. Jakarta: Depkes.
Iswandi, F. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiv Aids Di Irna
Non Bedah Penyakit Dalam Rsup Dr. M. Djamil Padang.
PKBI DIY. Data Kasus HIV dan AIDS D.I Yogyakarta. PKBI DIY. 2016.
https://pkbi-diy.info/sejarah-singkat-hiv-dan-aids /#:~:text =Pada%20awal%
20mulanya%20kasus%20HIV,pada%20tanggal%205%20Juni%201981.
Diakses Tanggal 29 Oktober 2020.
Sumini , Hadisaputro,S., Anies, Laksono, B., Sofro MAU. 2017. Faktor Risiko
yang Berpengaruh terhadap Kejadian HIV/AIDS pada Pengguna Napza
Suntik (Studi Epidemiologi Di Kota Pontianak). Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas 2 (1), 2017, 36-45.
42