Oleh :
DEVY INDRA PRABAWATI
A2A217017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian
Disusun Oleh :
Devy Indra Prabawati A2A217017
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal Penelitian
Disusun Oleh :
Devy Indra Prabawati A2A217017
Telah disetujui
Reviewer
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Semarang
iii
SURAT PERNYATAAN
Jika dikemudian hari ternyata saya terbukti bersalaha maka saya akan
bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas
Muhammadiyah Semarang kepada saya
iv
KATA PENGANTAR
v
6. Teman-teman seperjuangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Semarang peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) angkatan 2015 dan 2017.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu
dalam penyusunan proposal penelitian.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
proposal penelitian ini baik dalam teknik penyajian materi maupun
pembahasan. Penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..…….i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….……...ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………....….…iii
SURAT PERNYATAAN………………………………………………….……...iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….v
vii
4. Masa Kerja ............................................................................... 20
5. Motifasi .................................................................................... 22
6. Pelatihan................................................................................... 22
7. Penghargaan dan sanksi ........................................................... 23
D. Kerangka Teori.................................................................................... 20
E. Kerangka Konsep ................................................................................ 21
F. Hipotesis.............................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………22
A. Jenis/ Racangan Penelitian dan Metode Pendekatan .......................... 22
B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 22
1. Polulasi..................................................................................... 22
2. Sampel ..................................................................................... 22
3. Teknik perhitungan sampel ...................................................... 22
C. Variabel dan Definisi Operasional ...................................................... 22
1. Variabel .................................................................................... 23
2. Definisi Operasional ................................................................ 23
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 24
1. Sumber data ............................................................................. 24
2. Instrumen ................................................................................. 25
3. Prosedur penelitian .................................................................. 28
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 30
1. Metode Pengolahan Data ......................................................... 30
2. Analisis Data ............................................................................ 32
F. Jadwal Penelitian................................................................................. 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………366
LAMPIRAN ……………………………………………………………………..42
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor konstruksi mempunyai bidang kerja yang berhubungan dengan
peralatan yang berbahaya, lingkungan, dan zat-zat yang mempengaruhi
kondisi fisik, kesehatan serta keselamatan pada pekerja1. Salah satu bidang
sektor kontruksi yang dikerjakan yaitu bidang ketinggian2. “Bekerja pada
ketinggian adalah kegiatan atau aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau perairan yang
terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan
tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja cedera atau
meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda”3.
Karakteristik tempat kerja di konstruksi mempunyai sifat yang berbeda
seperti lokasi kerja yang berpindah-pindah, cuaca yang sering berubah,
keterbatasan waktu, kurangnya tenaga kerja yang terlatih, dan membutuhkan
ketahanan fisik yang tinggi sehingga memiliki potensi bahaya4. Potensi
bahaya yang ditimbulkan dari bekerja di ketinggian adalah terjatuh, yang
disebabkan oleh hilangnya keseimbangan tubuh ketika bekerja5. Jatuh dari
ketinggian menjadi penyebab utama yang menimbulkan banyak kerugian
seperti cidera, kerusakan harta benda, dan kematian6.
Pekerja yang meninggal akibat kecelakaan kerja sebanyak 340 juta jiwa
setiap tahunnya di seluruh dunia7. Pekerja di Britania Raya yang meninggal
akibat kerja pada tahun 2017-2018 sebanyak 144 jiwa8, sedangkan pekerja
meninggal di Malaysia pada tahun 2018 sebanyak 173 jiwa9. Terjatuh saat
bekerja merupakan penyebab kematian terbesar kedua di seluruh dunia,
dengan kasus terbanyak di sektor industri konstruksi7,10. Pekerja di seluruh
dunia yang meninggal karena terjatuh sebanyak 646.000 jiwa, dimana banyak
terjadi di negara berpenghasilan rendah, dengan cidera 37,3 juta kasus yang
perlu diberikan tindakan medis10.
1
Kecelakaan kerja setiap tahunnya mengalami peningkatan hingga 5%,
namun untuk kecelakaan kerja berat tren peningkatannya cukup lumayan
besar yakni sekitar 5%-10% setiap tahunnya. Data kecelakaan pada tahun
2013 tercatat kasus kecelakaan kerja sebanyak 103.235, dengan korban
meninggal sebanyak 2.438. Kasus kecelakaan kerja hingga tahun 2015 telah
terjadi sebanyak 105.182 kasus kecelakaan kerja11. Data sementara yang
didapat hingga triwulan 1 tahun 2018 kecelakaan kerja yang terlapor ada
5.318 kasus kecelakaan kerja dengan korban meninggal dunia sebanyak 87
pekerja, 52 pekerja cacat dan 1.1361 pekerja lainnya dinyatakan sembuh
setelah mendapatkan perawatan medis12.
Kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan karena ketidakpatuhan pekerja
terhadap penerapan SOP, sehingga harus dilakukan pengendalian risiko
berupa pengendalian administratif. Pengendalian ini dilakukan sebagai upaya
untuk mencegah dan melindungi pekerja dari kecelakaan kerja. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan di Kota Bekasi sebesar 43,1% pekerja tidak patuh
dalam menerapkan SOP, kondisi tersebut menyebabkan semakin tinggi risiko
kecelakaan kerja yang akan terjadi13,14.
Kepatuhan pekerja dalam mematuhi SOP dipengaruhi dua faktor yaitu
faktor individu dan faktor pekerjaan15. Faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan individu yaitu masa kerja, pengetahuan, dan sikap, sedangkan
faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dari faktor pekerjaan
yaitu pengawasan15,16,17,18. Faktor inividu dan faktor pekerjaan tersebut
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pekerja dalam
memenuhi SOP tidak hanya dari pekerja, tetapi manajemen perusahaan
mempunyai pengaruh dalam kepatuhan tersebut14.
Kepatuhan pada pekerja dalam mematuhi SOP dipengaruhi oleh
pengetahuan pada pekerja, karena masa kerja pekerja akan mempengaruhi
kuantitas dan kualitas pekerja dalam suatu pekerjaan19. Pengetahuan pekerja
akan merubah perilaku sehingga perubahan perilaku tersebut akan
membentuk sikap pekerja untuk mematuhi aturan pada pekerjaannya17,19.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengemudi BRT Koridor I
2
Semarang memiliki masa kerja ≥ 6 bulan (56,7%), tingkat pengetahuan tinggi
(73,3%), motivasi baik (53,3%), dan sikap yang baik (66,7%)19.
Pengawasan mempunyai fungsi untuk mengatur semua kegiatan pekerja
sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan mengukur kemajuan yang telah
dicapai seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan bawahan, dan jumlah
kesalahan yang dilakukan bawahan18. Penelitian sebelumnya mengenai
pengawasan tentang penggunaan APD dengan kepatuhan penerapan SOP
menunjukkan adanya pengawasan yang baik dan patuh dalam penerapan SOP
sebanyak 75 orang (85,2%) dan responden yang mempunyai pengawasan
yang baik kemungkinan 8,1 kali lebih besar dapat mematuhi SOP
dibandingkan responden yang mempunyai pengawasan kurang baik20.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 6 Februari
2019 pada proyek Underpass Bundaran Satelit jalan Mayjend Sungkono
Surabaya PT. X, diperoleh data jumlah pekerja yang diwawancarai pada
proyek Underpass sebanyak 15 orang pekerja. Penggunaan APD yang tidak
lengkap mengakibatkan 2 pekerja mengalami kecelakaan kerja dalam
pengerjaan proyek Underpass. Kecelakaan kerja yang dialami pekerja yaitu 1
orang pekerja terjatuh ke dalam air karena terpeleset dan 1 orang pekerja
tergelincir di area galian. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian
mengenai faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja ketinggian
dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya.
B. Perumusan Masalah
1. Pertanyaan Umum
Apa saja faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT.
X Surabaya?
2. Pertanyaan Khusus
a. Bagaimana kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan
Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya ?
3
b. Bagaimana pengetahuan, sikap, pengawasan, dan masa kerja pekerja
ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di
PT. X Surabaya?
c. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di
PT. X Surabaya?
d. Apakah ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di
PT. X Surabaya?
e. Apakah ada hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di
PT. X Surabaya?
f. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di
PT. X Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di
PT. X Surabaya.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kepatuhan pekerja ketinggian dalam
melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X
Surabaya
b. Mendeskripsikan pengetahuan,sikap, pengawasan, dan masa kerja
pekerja ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional
Procedure di PT. X Surabaya
c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan
pekerja ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional
Procedure di PT. X Surabaya.
4
d. Menganalisis hubungan antara sikap dengan kepatuhan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure
di PT. X Surabaya.
e. Menganalisis hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan
pekerja ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional
Procedure di PT. X Surabaya.
f. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan
pekerja ketinggian dalam melaksanakan Standard Operasional
Procedure di PT. X Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan kepada perusahaan
dalam melaksanakan pekerjaan di ketinggian agar lebih menjaga dan
mengutamakan keselamatan kerja serta memberikan wawasan dan
pengalaman bagi peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP.
2. Manfaat Teoritis dan Metodologis
Menambah wawasan dan bahan referensi tambahan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang pada
bidang Keselamatan dan Kesehatan kerja khususnya mengenai
keselamatan kerja di ketinggian yang penulis peroleh dibangku kuliah dan
penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan
penelitian yang lebih mendalam tentang pekerja ketinggian.
5
E. Keaslian Penelitian
Peneliti Desain
No. Judul Variabel Hasil
(th) Study
1. Fhanin Kepatuhan Analitik Variabel Bebas : Pengetahuan dan
Dyanita terhadap SOP pengetahuan, komunikasi sebagai
(2017)2 Ketinggian pada komunikasi, faktor yang
Pekerja kepribadian, berhubungan
Konstruksi pengawasan signifikan dengan
Variabel terikat : kepatuhan SOP
kepatuhan SOP bekerja di
ketinggian dan
memiliki kuat
hubungan sedang.
2. Amri Faktor-Faktor Analitik Variabel Bebas : Ada hubungan
Laksono yang (cross- Pendidikan, antara pendidikan,
(2018)21 Berhubungan sectional) pengetahuan, pengetahuan, lama
dengan lama kerja, kerja, pelatihan,
Kepatuhan pelatihan, motivasi dengan
Petugas motivasi kepatuhan perawat
Keperawatan Variabel terikat : terhadap
terhadap kepatuhan pelaksanaan SPO
Pelaksanaan perawat terhadap
Standar Prosedur pelaksanaan SPO
Operasional
3. Yusuf Implementasi Deskriptif Variabel : Implementasi
Zalaya Prosedur Bekerja (cross tanggung jawab prosedur bekerja di
(2012)22 Di Ketinggian Di sectional) dan prosedur ketinggian dalam
PT. BBS kerja variabel tanggung
jawab 60% dan
variabel prosedur
kerja 47%,
prosedur bekerja di
ketinggian tidak
terimplementasi
dengan baik yaitu
level 5 (berbahaya)
di PT. BBS
Indonesia
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
e. Menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi selama
proses kerja sedang berlangsung26, 27.
4. SOP bekerja di Ketinggian
“Bekerja pada ketinggian adalah kegiatan atau aktivitas pekerjaan
yang dilakukan oleh tenaga kerja pada tempat kerja di permukaan tanah atau
perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh
yang menyebabkan tenaga kerja atau orang lain yang berada di tempat kerja
cedera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda”3.
Bekerja pada ketinggian dilakukan oleh tenaga kerja pada tempat kerja di
permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian 1,8
meter atau lebih2. Pengusaha dan/atau pengurus wajib menerapkan K3
dalam bekerja di ketinggian. Persyaratan K3 yang harus dipenuhi pada
pekerjaan di ketinggian antara lain:
a. Perencanaan
“Pengusaha dan/atau pengurus wajib memastikan bahwa semua kegiatan
bekerja di ketinggian yang menjadi tanggung jawabnya telah
direncanakan dengan tepat, dilakukan dengan cara yang aman dan
diawasi. Pengusaha dan/atau pengurus wajib memastikan bahwa bekerja
pada ketinggian hanya dilakukan jika situasi dan kondisi kerja tidak
membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan orang
lain”28.
b. Prosedur kerja
Pengusaha dan pengurus wajib mempunyai prosedur kerja untuk
melakukan pekerjaan di ketinggian. Prosedur kerja yang dimaksud
meliputi teknik dan cara perlindungan jatuh, cara pengelolaan peralatan,
teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan, pengamanan tempat
kerja, dan kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Pengusaha dan/atau
pengurus wajib memastikan bahwa prosedur kerja sebagaimana
dimaksud diketahui dan dipahami dengan baik oleh tenaga kerja
dan/atau orang yang terlibat dalam pekerjaan sebelum pekerjaan
dimulai2,29.
8
c. Teknik bekerja aman
Pengusaha dan/atau pengurus wajib memastikan dan melaksanakan
teknik bekerja aman untuk mencegah tenaga kerja jatuh atau mengurangi
dampak jatuh dari ketinggian2. Teknik bekerja aman meliputi:
1) Bekerja pada lantai kerja tetap, meliputi :
a) Pemasangan dinding atau tembok pembatas, pagar pengaman yang
stabil dan kuat yang dapat mencegah tenaga kerja jatuh dari lantai
kerja tetap
b) Memastikan setiap tempat kerja sudah memiliki jalur masuk
(access) atau jalur keluar (egress) yang aman dan ergonomis
c) Memastikan panjang tali pembatas gerak (work restrain) tidak
melebihi jarak antara titik angkur dengan tepi bangunan yang
berpotensi jatuh.
d) Upaya untuk mengurangi dampak jatuh dari ketinggian dapat
menggunakan alat penahan jatuh kolektif berupa jaring
atau bantalan30.
2) Bekerja pada lantai kerja sementara
3) Bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau meninggalkan
lantai kerja
4) Bekerja pada posisi miring
5) Bekerja dengan akses tali33
d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh dan Angkur
Pengusaha dan/atau pengurus wajib menyediakan APD secara cuma-
cuma dan memastikan tenaga kerja menggunakan APD yang sesuai
dalam pekerjaan di ketinggian. Perangkat pelindung jatuh terdiri atas
perangkat pencegah jatuh kolektif dan perangkat pencegah jatuh
perorangan33. Perangkat pencegah jatuh kolektif harus memenuhi
persyaratan antara lain:
1) Dinding, tembok pembatas, atau pagar pengaman dengan tinggi
minimal 950 (sembilan ratus lima puluh) millimeter
9
2) Pagar pengaman harus mampu menahan beban minimal 0,9
kilonewton
3) Celah pagar memiliki jarak vertikal maksimal 470 (empat ratus
tujuh puluh) milimeter , dan
4) Tersedia pengaman lantai pencegah benda jatuh (toeboard) cukup
dan memadai34.
Perangkat penahan jatuh kolektif berupa jala atau bantalan yang
terpasang pada arah jatuhan, memiliki syarat :
1) Dipasang secara aman ke semua angkur yang diperlukan, dan
2) Mampu menahan beban minimal 15 (lima belas) kilonewton dan tidak
menciderai tenaga kerja yang jatuh31
3) Perangkat penahan jatuh perorangan terdiri atas :
a) Bergerak vertical
b) Bergerak horizontal
c) Tali ganda dengan pengait dan peredam kejut
d) Terpandu
e) Tarik ulur otomatis35
Perangkat penahan jatuh perorangan harus mempunyai :
1) Alat pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh tenaga kerja
maksimal 1,2 (satu koma dua) meter.
2) Alat pengunci otomatis yang mencengkeram tali pada posisi jatuh
3) Panjang maksimal 1,8 meter dan mempunyai sistem penutup dan
pengunci kait otomatis.
4) Menggunakan tali kermantle yang mempunyai elastisitas memanjang
minimal 5% apabila terbebani tenaga kerja yang jatuh.
5) Mempunyai sistem pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh
maksimal 0,6 meter31, 35.
e. Tenaga Kerja
“Pengusaha dan/atau pengurus wajib menyediakan tenaga kerja yang” :
1) Kompeten
10
Tenaga kerja yang kompeten sebagaimana dimaksud dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi yang diperoleh melalui uji kompetensi
oleh lembaga yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Berwenang di bidang K3 dalam pekerjaan di ketinggian
Tenaga kerja yang berwenang dibuktikan dengan lisensi K3
yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal. Lisensi K3 ini berlaku untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka
waktu yang sama2. Tenaga kerja pada pekerjaan di ketinggian terdiri
dari 2 (dua) kelompok, yaitu :
a) Tenaga kerja bangunan tinggi
Tenaga kerja bangunan tinggi terdiri dari tenaga kerja bangunan
tinggi tingkat 1 (satu) dan tenaga kerja bangunan tinggi tingkat
2 (dua) yang memiliki kualifikasi untuk bekerja pada ketinggian
dengan menggunakan metode pencegahan jatuh / fall protection
b) Tenaga kerja pada ketinggian
Tenaga kerja pada ketinggian terdiri dari tenaga kerja pada
ketinggian 1 (satu), tenaga kerja pada ketinggian 2 (dua), dan
tenaga kerja pada ketinggian 3 (tiga) yang memiliki kualifikasi
untuk bekerja pada ketinggian dengan menggunakan metode
pencegahan jatuh / fall protection dan akses tali/ rope access2,31,36.
5. Persyaratan Bekerja di Ketinggian
Persyaratan Tenaga kerja yang harus disediakan pada pekerjaan di
ketinggian meliputi :
a. Tenaga kerja bangunan tinggi tingkat 1
1) Mampu membaca, tulis dan matematika sederhana
2) Sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh
yang dapat menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian
3) Lulus evaluasi pembinaan K3 tenaga kerja bangunan tinggi tingkat
1 (satu)2,34.
11
b. Tenaga kerja bangunan tinggi tingkat 2 (dua)
1) Minimum pendidikan SD atau sederajat
2) Sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh
yang daat menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian
3) Lulus evaluasi pembinaan K3 tenaga kerja bangunan tinggi tingkat
1 (satu)
c. Tenaga kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu)
1) Minimum pendidikan SD atau sederajat
2) Sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh
yang daat menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian
3) Lulus evaluasi pembinaan K3 tenaga Bekerja pada ketinggian
tingkat 1 (satu)
d. Tenaga kerja pada ketinggian tingkat 2 (dua)
1) Minimum pendidikan SD atau sederajat
2) Sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh
yang daat menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian
3) Lulus evaluasi pembinaan K3 tenaga kerja ketinggian tinggi
tingkat 1 (satu)
4) Telah mempunyai pengalaman 500 jam kerja pada ketinggian
tingkat 1 (satu) yang dibuktikan dalam buku kerja dan
5) Lulus evaluasi pembinaan K3 bekerja pada ketinggian tingkat 2
(dua)
e. Tenaga kerja pada ketinggian tingkat 3 (tiga)
1) Minimum pendidikan SD atau sederajat
2) Sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh
yang dan menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian
3) Memiliki sertifikat pelatihan K3 bekerja di ketinggian tingkat 2
(dua) dan lisensi kerja yang masih berlaku
4) Telah mempunyai pengalaman 1000 jam kerja pada ketinggian
tingkat 2 (dua) yang dibuktikan dengan buku kerja
12
5) Memiliki sertifikat pelatihan pertolongan pertama dengan
lisensi keterampilannya yang masih berlaku; dan
6) Lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja pada ketinggian tingkat 3
(tiga)2,31,34,38
B. Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan dapat diartikan sebagai ketaatan dalam melaksanakan
suatu aturan yang telah ditetapkan. Kepatuhan dapat mengukur seberapa
besar pekerja taat dalam melakukan peraturan yang berlaku di perusahaan
terkait keselamatan kerja. Pekerja dikatakan patuh atau baik apabila
pekerja tersebut semakin banyak mematuhi peraturan perusahaan, dan jika
sebaliknya maka pekerja dikatakan tidak patuh dalam melaksanakan
peraturan27.
Kepatuhan dapat memberikan pengaruh pada perubahan tingkah
laku seseorang yang bersifat sementara. Perubahan perilaku tersebut akan
kembali pada keadaan semula apabila pengawasan kurang atau pindahnya
seseorang dari suatu kelompok. Seseorang taat pada peraturan bisa
dikarenakan untuk memperoleh imbalan atau menghindari hukuman dan
sanksi. Kepatuhan identik dengan pengaruh yang dipaksakan dari orang
yang mempunyai kekuasaan agar seseorang melakukan hal sesuai dengan
tujuan yang diharapakan karena ketidakpatuhan seringkali diikiuti oleh
hukuman6,13.
Pengawasan serta pemantauan sangat diperlukan untuk mengetahui
kepatuhan dan disiplin kerja selama proses kerja berlangsung. Pembuat
kabijakan perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan monitoring
terhadap pekerja. Kepatuhan pekerja terhadap kebijakan yang telah
ditetapkan merupakan bagian dari penilaian kinerja. Penilaian kinerja
dapat dilihat dari kepribadian, perilaku kerja termasuk kepatuhan kerja,
serta hasil kerja yang dapat menunjang proses kinerja31,34.
2. Kepatuhan Terhadap SOP
13
Kepatuhan merupakan suatu tindakan untuk taat dalam mengukuti
suatu perintah atau paksaan suatu kebijakan. Perilaku keselamatan kerja
salah satunya dapat dinilai dari kepatuhan pekerja dalam mengikuti
prosedur keselamatan. Perilaku di tempat kerja dibedakan dalam dua hal
yaitu perilaku berisiko (risk behavior) dan perilaku aman (safe behavior)
dimana hal-hal tersebut termasuk dalam perilaku keselamatan kerja. Upaya
peningkatan keselamatan kerja dapat dilakukan dengan mencegah perilaku
berisiko dan memaksimalkan perilaku aman dalam bekerja yang berkaitan
dengan aspek faktor orang dan faktor lingkungan34.
Kepatuhan dalam melaksanakan prosedur kerja memiliki peran
penting dalm menciptakan keselamatan di lingkungan kerja, sebagai
contoh adanya tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja merupakan
salah satu bentuk dari ketidakpatuhan pekerja dalam melaksanakan SOP.
Berdasarkan uraian tersebut maka kepatuhan melaksanakan SOP dalam
hal ini adalah kepatuhan dalam mentaati prosedur dan syarat dalam proses
kerja dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja31.
3. Pengukuran Kepatuhan SOP
Kepatuhan SOP diukur menggunakan checklist dengan cara
melakukan observasi secara langsung ke lapangan. Pengukuran checklist
kepatuhan dilakukan pada responden ketika bekerja selama 1 minggu.
Pengukuran variabel kepatuhan menggunakan skala Guttman yaitu skala
yang menginginkan tipe jawaban tegas42. Skor 1 diberikan apabila
tindakan yang dilakukan responden sesuai dengan SOP dan skor 0
diberikan apabila tindakan responden tidak sesuai dengan SOP.
4. Kategori Kepatuhan SOP
Kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP
dikategorikan dalam dua bentuk pengkategorian yaitu patuh dan tidak
patuh. Dikatakan patuh apabila skor yang diperoleh ≥ nilai median,
sedangkan tidak patuh apabila skor yang diperoleh < nilai median.
14
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja Ketinggian
dalam Melaksanakan SOP
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yang
bertujuan untuk menjawab permasalahan serta memberikan kemudahan
memahami suatu objek tertentu dalam kehidupan sehari-hari 43,45. Sistem
penginderaan yang sering berperan dalam memperoleh pengetahuan yaitu
indera penglihatan (mata) dan indera pendengaran (telinga)44.
Pengetahuan manusia memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang46.
Motifasi seseorang atau kelompok dalam bertindak selain
dipengaruhi oleh keyakinan, persepsi, nilai dan sikap juga dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
baik akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang semakin meningkat tidak
selalu diimbangi dengan perubahan perilaku yang lebih baik, akan tetapi
kedua hal tersebut saling berhubungan secara sinergis40,41.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan30
1) Tingkat pendidikan.
Kemampuan belajar merupakan bekal dominan dalam kehidupan
manusia. Tingkat pendidikan dapat menghasilkan suatu perubahan
dalam pengetahuan.
2) Informasi.
Kurangnya informasi mengenai suatu objek akan menurunkan tingkat
pengetahuan seseorang tentang objek tersebut.
3) Budaya
Pertimbangan tentang informasi baru akan disaring apakah sesuai atau
tidak dengan budaya dan agama yang dianut.
15
4) Pengalaman
Pengalaman dalam hal ini berkaitan dengan umur dan tingkat
pendidikan seseorang, artinya semakin tinggi pendidikan maka
pengalaman akan lebih luas sedangkan umur semakin bertambah47.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran variabel pengetahuan dilakukan menggunakan
kuesioner yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan pengetahuan pekerja tentang SOP bekerja di ketinggian. Skala
pengukuran dalam variabel pengetahuan menggunakan skala Guttman
yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban
benar-salah, ya-tidak dan seterusnya. Untuk jawaban positif seperti
setuju, benar, ya akan diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban negatif
seperti tidak setuju, salah, atau tidak akan diberi skor 047.
d. Kategori Pengetahuan
Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1) Baik, jika subjek mampu menjawab dengan benar ≥ 75 % dari seluruh
pertanyaan
2) Cukup, jika subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 74% dari
seluruh pertanyaan
3) Kurang, jika subjek mampu menjawab dengan benar < 55% dari
seluruh pertanyaan47.
2. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan suatu bentuk reaksi perasaan mendukung atau
tidak mendukung, positif atau negatif terhadap suatu objek tertentu42.
Terdapat emapt tingkatan mengenai sikap, yaitu penerimaan,
penangkapan, penghargaan, dan pertanggungjawaban. Sikap mempunyai
tiga komponen, diantaranya adalah :
1) Kepercayaan konsep dengan suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak45.
16
b. Tingkatan Sikap
1) Menerima (receiving), diartikan sebagai tanda bahwa seseorang
menerima dan memperhatikan rangsang suatu objek.
2) Merespon (responding), memberikan tanggapan terhadap tugas yang
dilkasanakan merupakan suatu cirri dari sikap, hal ini menujukan
bahwa suatu ide telah diterima.
3) Keterlibatan (involving), melibatkan seseorang dalam pemecahan
masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible), mempertanggung jawabkan segala
kemungkinan yang akan diterima sesuai dengan tindakan yang
dilakukan45.
Sikap terhadap tindakan, perilaku tertentu merupakan pernyataan
yang bersifat menetap dengan komponen sebagai berikut:
1) Komponen kognitif
Komponen kognitif merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam memahami sikap, fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang
objek.
2) Komponen afektif
Keadaan emosional dari perasaan seseorang terhadap objek terutama
penilaian.
3) Komponen perilaku
Kesiapan seseorang untuk melakukan tindakan atau bertingkah
laku45,45.
Sikap merupakan sistem evaluasi keseluruhan dari rangsangan
suatu objek yang diberikan yaitu menyetujui atau menolak (positif atau
negatif). Rangsangan berupa hal-hal atau pengalaman yang menyenangkan
akan membentuk sikap positif dari seseorang, begitu pula sebaliknya bila
rangsangan yang diterima berupa hal yang tidak menyenangkan maka
sikap negatif akan terbentuk pada diri seseorang. Sikap adalah aspek
perilaku yang dinamis, dalam artian sikap dapat dibentuk, berubah dan
17
dipengaruhi berdasarkan situasi dan kondisi dimana individu tersebut
mendapatkan stimulus67.
c. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan bertanya secara langsung
dengan menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu keadaan tertentu47. Pengukuran variabel sikap dilakukan
melalui wawancara kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan
kuesioner. Kuesioner tersebut terdiri dari pertanyaan positif (favourable)
dan pertanyaan negatif (unfavourable). Skala pengukuran sikap yang
digunakan dalam penelitian yaitu Skala Likert dengan pemberian range
skor 0-4 sesuai jawaban responden. Terdapat 5 bentuk jawaban Skala
Likert yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat idak
setuju.
Tabel 2.1 Skala Likert
Keterangan Skor positif (favourable) Skor negatif (unfavourable)
Sangat setuju 4 0
Setuju 3 1
Ragu-ragu 2 2
Tidak setuju 1 3
Sangat tidak setuju 0 4
d. Kategori Sikap
Kategori sikap bertujuan untuk menempatkan individu dalam
kelompok yang posisinya bertahap berdasarkan atribut yang diukur.
Penggolongan sikap pada subyek dibedakan ke dalam 2 kategori:
1) Sikap positif
2) Sikap negatif45
3. Pengawasan
a. Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan pengamatan kegiatan operasional secara
menyeluruh dalam menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan
aturan yang telah disepakati sebelumnya49. Pengawasan memiliki fungsi
18
penting dalam manajemen kerja sehingga proses kerja dapat terlaksana
dengan baik secara efektif dan efisien50. Tujuan dari pengawasan kerja
adalah untuk membentuk perilaku setiap pekerja agar dapat mematuhi
kebijakan yang berlaku di perusahaan.
Kepatuhan pekerja dalam melaksanakan SOP dapat diperkuat
dengan adanya pengawasan kerja pada perusahaan51. Perubahan perilaku
yang dialami oleh pekerja akan cenderung kearah yang lebih positif
apabila pengawasan diterapkan dengan baik. Pengawasan memiliki
pengaruh yang kuat terkait kepatuhan pekerja dlam melaksanakan proses
kerja sesuai dengan SOP yang berlaku, hal ini menunjukkan bahwa
tingginya tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan akan memaksa
pekerja berperilau baik saat bekerja karena merasa diawasi52.
Pekerja akan lebih patuh apabila diberikan instruksi oleh orang
yang terlihat professional. Tingkat kepatuhan pekerja menurun 20%
apabila yang memberikan perintah adalah bukan dari atasan, namun
apabila yang memberikan perintah adalah atasan tetapi sedang tidak
berada di tempat maka kepatuhan pekerja hanya 25%. Kepatuhan pekerja
48% apabila pimpinan memberikan instruksi secara langsung di tempat
kerja, dikarenakan pimpinan dapat melakukan pengawasan langsung
serta memberikan arahan mengenai proses kerja yang dilakukan.
Pengawasan dari pimpinan dapat meningkatkan kepatuhan pekerja
terhadap SOP sehingga terlaksana sesuai standar53. Pengawasan kerja
dijelasakan bahwa :
1) Pengawas SMK3 dilaksanakan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota.
2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen
b) Organisasi
c) Sumber daya manusia
d) Pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3
e) Keamanan bekerja
19
f) Pemeriksan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3
g) Pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri
h) Pelaporan dan perbaikan kekurangan
i) Tindak lanjut audit54
b. Pengukuran pengawasan
Pengukuran pengawasan dilakukan melalui metode wawancara
menggunakan kuesioner dengan pertanyaan positif dan negatif. Skala
pengukuran menggunakan skala Likert, yaitu skala untuk mengukur
persepsi seseorang tentang suatu fenomena. Skala Likert menggunakan
dua bentuk pertanyaan yaitu pertanyaan positif untuk mengukur sikap
positif dan pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif. Jawaban
dari pertanyaan positif diberi skor 4, 3, 2, 1, 0 dan jawaban pertanyaan
negatif diberi skor 0, 1, 2, 3, 4. Bentuk jawaban skala Likert adalah
sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju48.
c. Kategori pengawasan
Pengawasan dikategorikan dalam dua bentuk pengkategorian yaitu
pengawasan baik dan pengawasan kurang baik. Dikatakan pengawasan
baik apabila skor yang diperoleh ≥ nilai median, sedangkan pengawasan
kurang baik apabila skor yang diperoleh < nilai median48.
4. Masa Kerja
a. Pengertian masa kerja
Masa kerja dapat diartikan sabagai waktu lamanya seseorang
menjalani pekerjaan dan memiliki pengalaman di bidang kerja tertentu.
Lama masa kerja seseorang memberikan kontribusi terhadap perilaku
seseorang tersebut dalam bekerja. Seseorang dengan masa kerja yang
semakin lama akan memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih banyak
sehingga dapat membentuk perilaku dalam bekerja55.
Tingginya pengalaman serta keterampilan dalam bekerja dapat
mempengaruhi penurunan tingkat kecelakaan kerja. Tingkat
kewaspadaan pekerja akan bertambah baik seiring dengan bertambahnya
pengalaman dan lama pekerja tersebut berada di tempat kerja. Kurangnya
20
pengalaman yang dimiliki oleh tenaga kerja baru dapat memberikan
dampak kurang baik tentang keselamatan kerja, hal ini dikarenakan
pekerja baru belum memahami tentang pekerjaannya sehingga
keselamatan kerja tidak terlalu diperhatikan 56.
Pekerja dengan masa kerja ≤ 3 tahun belum memiliki pengalaman
yang cukup sebagai pekerja. Masa kerja 3 tahun merupakan masa
pelatihan dari pekerja baru menjadi pekerja lama dalam kaitannya dengan
pengalaman kerja, karena pada masa kerja ini pekerja cenderung ingin
menyelesaikan pekerjaan dengan cepat tanpa perhatian khusus terhadap
keselamatan dirinya. Pekerja dengan masa kerja yang lebih lama akan
semakin memahami kondisi lingkungan kerja sehingga produktifitas
bekerja mereka dapat bertambah55,56.
Distribusi lama kerja diperoleh dari seberapa besar pengalaman
pekerja di suatu perusahaan. Distribusi lama kerja tersebut diantaranya
adalah bekerja 1-5 bulan (masa training), 6 bulan sampai 5 tahun, dan
lebih dari 5 tahun. Perusahaan yang berdiri sejak lama biasanya memiliki
pekerja dengan masa kerja dan pengalaman yang tinggi dibandingkan
dengan perusahaan baru57.
b. Pengukuran masa kerja
Masa kerja merupakan lamanya responden bekerja dalam pekerjaan
ketinggian hingga saat penelitian dilakukan. Pengukuran masa kerja
dengan cara melakukan wawancara langsung kepada responden
berdasarkan pertanyaan pada kuesioner.
c. Kategori masa kerja
Pengukuran masa kerja dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
berapa lama pekerja melakukan aktivitas pada bidang kerja tertentu.
Masa kerja dikategorikan menjadi dua bentuk yaitu masa kerja ≥ 5 tahun
dan masa kerja < 5 tahun57.
21
5. Motifasi
a. Pengertian Motifasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau rangsangan yang diterima
manusia untuk melakukan suatu tindakan sebagai pembentuk tingkah
laku dalam kehidupan58.
b. Komponen motifasi
Motivasi memiliki 3 komponen pokok57, yaitu:
1) Menggerakkan, kekuatan dari individu dibentuk oleh motifasi yang
digunakan dalam bertindak.
2) Mengarahkan, motifasi sebagai pengarah tingkah laku seseorang
terhadap suatu tujuan tertentu.
3) Menopang, motifasi sebagai penopang tingkah laku dan lingkungan
sekitar sebagai pendukung yang menimbulkan dorongan dan kekuatan
seseorang57.
Terdapat dua jenis motivasi yaitu berdasarkan sikap dan
berdasarkan imbalan. Motivasi berdasarkan sikap yaitu proses berpikir
seseorang mengenai keyakinan terhadap kehidupan (positif atau negatif).
Motifasi berdasarkan imbalan merupakan dorongan prilaku manusia
untuk mendapatkan imbalan atau hadiah, hal ini sangat efektif diterapkan
dalam suatu organisasi. Cirri-ciri motivasi pada seseorang dapat
diketahui berdasarkan bentuk kebutuhan dalam organisasi yang
diakibatkan oleh tidak tercukupinya suatu kebutuhan57.
Kesadaran dalam bekerja sesuai dengan peraturan tidak selalu
berjalan dengan baik tanpa disertai dengan motifasi kerja yang tinggi dari
pekerja yang berpengaruh dengan hasil kerja maksimal. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara kepatuhan dengan motifasi pekerja terhadap
standar dalam bekerja57.
6. Pelatihan
Pelaksanaan SOP sesuai aturan perlu ditanamkan pada seluruh pekerja
baik pekerja lama maupun pekerja baru. Pelatihan yang diberikan seraca
22
rutin berkontribusi dalam peningkatan kesadaran pekerja sehingga
menambah wawasan pentingnya bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku di
suatu perusahaan. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah dengan
memberikan pelatihan terkait pekerjaan sesuai dengan kompetensi bidang
pekerjaan yang dilakukan, baik diberikan pada pekerja lama maupun
pekerja baru. Pekerja diberikan pelatihan yang sudah dijadwalkan dari
perusahaan untuk dilakukan dengan efektif dan sesuai kebutuhan demi
tercapainya produktifitas kerja yang baik58.
Pemberian pengetahuan dan pelatihan oleh atasan akan menciptakan
kepatuhan pekerja terhadap peraturan agar dapat mengenali kondisi tidak
aman dan mengurangi perilaku tidak aman dalam bekerja. Peraturan yang
diberikan oleh perusahaan dapat berisi tentang penjelasan kebutuhan bagi
pekerja sebelum pekerjaan tersebut dilakukan. Pengetahuan tentang
penanganan bahaya dapat diberikan kepada pekerja agar dapat
meningkatkan kewaspadaan mengenai bahaya di lingkungan kerja. Pekerja
hendaknya memiliki relasi yang baik untuk mengenal lingkungan kerja,
kebijakan perusahaan, personil atau staff selain dari segi ketrerampilan dan
pengalaman kerja57.
7. Penghargaan dan sanksi
Penghargaan dan sanksi merupakan salah satu upaya yang dilakukan
perusahaan untuk mendorong kepatuhan pekerja dalam melaksanakan SOP
secara aman. Kedua hal tersebut harus diterapkan secara seimbang.
Penerapan penghargaan dan sanksi dalam suatu pekerjaan dapat memicu
perilaku kerja sesuai dengan peraturan yang ditetapkan perusahaan.
Peraturan mengenai penghargaan dan sanksi dijelaskan dalam kebijakan
suatu perusahaan57.
Upaya peningkatan kesadaran kepatuhan pekerja dalam bekerja sesuai
dengan SOP salah satu contohnya adalah tentang penggunaan APD selama
proses kerja. Kebijakan tentang penggunaan APD dapat berisi tentang
ketentuan-ketentuan dari penggunaan yang disertai dengan pemberian
penghargaan dan sanksi kepada pekerja selama proses kerja. Kepatuhan
23
dalam pelaksanaan proses kerja sesuai dengan SOP hendaknya didukung
oleh berbagai pihak diantaranya pihak perusahaan, pekerja serta pihak yang
berwenang memberikan penghargaan atau sanksi bagi pekerja yang disiplin
mematuhi kebijakan perusahaan30,34.
Kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD merupakan bagian dari
pelaksanaan prosedur kerja yang aman. Penggunaan APD sesuai standar
dapat menghindarkan pekerja dari paparan hazard secara langsung yang
dapat membahayakan keselamatan pekerja. Penghargaan dan sanksi yang
diterapkan suatu perusahaan dapat meningkatkan kedisiplinan pekerja dalam
setiap proses kerja sesuai dengan SOP yang berlaku30,60.
24
D. Kerangka Teori
Pelatihan pekerja
ketinggian
Pengetahuan pekerja
ketinggian dalam
Masa kerja pekerja melaksanakan SOP
ketinggian
Motivasi pekerja
ketinggian dalam
melaksanakan SOP
Kepatuhan pekerja
Pengawasan pekerja Sikap pekerja ketinggian dalam
ketinggian dalam ketinggian dalam Kecelakaan kerja
melaksanakan SOP
melaksanakan SOP melaksanakan SOP
Penghargaan dan
sanksi pekerja
ketinggian dalam
melaksanakan SOP
20
E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketinggian
dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya.
2. Ada hubunngan antara sikap dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam
melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya.
3. Ada hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan pekerja ketinggian
dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya.
4. Ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan pekerja ketinggian
dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
keterangan :
n = jumlah sampel
N = populasi
d2 = ketetapan (5%)
Perhitungan Besar Sampel
Diketahui :
Jumlah populasi = 40 orang
Ketetapan (d2) = (0,05)2 = 0,0025
22
40
n = 1+40(0,05)²
40
n = 1+0,1
23
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
terhadap pengawasan
yang dilakukan oleh
atasannya
Masa kerja Masa kerja responden Kuesioner Wawancara Tahun Rasio
dari awal bekerja di
ketinggian sampai
dengan penelitian
dilakukan
24
2. Instrumen
a. Checklist
1) Pengertian checklist
Checklist adalah daftar isi tertutup yang diisi oleh peneliti melalui
tindakan observasi langsung ke lapangan selama penelitian
dilakukan68. Pada penelitian ini checklist akan berisi tentang
kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP.
2) Skala Pengukuran Checklist
Pengukuran checklist yaitu dengan pemberian skor pada tiap point-
point pertanyaan sesuai dengan SOP ketinggian. Skor 1 diberikan
apabila responden menlakukan kegiatan sesuai dengan checklist
dan skor 0 diberikan apabila tindakan yang dilakukan responden
tidak sesuai dengan checklist.
3) Pertanyaan Checklist
Pertanyaan-pertanyaan checklist berisi tentang hal-hal yang harus
dilakukan berdasarkan SOP bekerja di ketinggian.
b. Kuesioner
1) Pengertian Kuesioner
Kuesioner adalah instrumen pengambilan data yang efektif dan
efisien untuk memperoleh informasi responden62. Kuesioner dibagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi tentang informasi
umum responden yaitu nama, umur dan tingkat pendidikan, bagian
kedua berisi pertanyaan dan penilaian terhadap pengetahuan
pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP, sikap pekerja
ketinggian dalam melaksanakan SOP, pengawasan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan SOP dan masa kerja pekerja
ketinggian.
2) Skala pengukuran kuesioner
Penelitian ini menggunakan dua kategori pengukuran yang
digunakan dalam kuesioner, yaitu:
25
a) Skala Guttman
Skala Guttman digunakan dalam pengukuran variabel
kepatuhan dan pengetahuan. Skala tipe ini akan memperoleh
jawaban tegas yaitu benar atau salah, ya atau tidak, pernah atau
tidak dan lain-lain. Bila pertanyaan dalam bentuk positif maka
jawaban benar akan diberi skor 1 dan jawaban salah akan
diberi skor 0, sedangkan bila pertanyaan dalam bentuk negatif
maka jawaban benar diberi nilai 0 dan jawaban salah diberi
nilai 144.
b) Skala Likert
Skala Likert digunakan dalam pengukuran variabel sikap,
dan pengawasan. Skala pengukuran ini akan menempatkan
pilihan jawaban terhadap objek dengan rentang satu sampai
lima, dengan bentuk jawaban yaitu sangat setuju, setuju, ragu-
ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju44. Skala Likert 0-4,
angka 4 menyatakan sangat tidak setuju (STS), angka 3
menyatakan setuju (S), angka 2 menyatakan ragu-ragu (R),
angka 1 menyatakan tidak setuju (TS) dan angka 0 menyatakan
sangat tidak setuju (STS) untuk skor dari pertanyaan positif
(favourable) dan berlaku kebalikannya untuk pertanyaan
negatif (unfavourable).
3) Pertanyaan / pernyataan kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini memuat pertanyaan/pernyataan
tentang hal-hal positif (favourable) atau hal-hal negatif
(unfavourable) mengenai objek variabel yang diteliti.
a) Kuesioner pengetahuan pekerja ketinggian dalam melaksanakan
SOP
No. Pernyataan Favourable Unfavourable Jumlah
Pernyataan
1. Pengertian SOP 1,2 15 3
2. Teknik bekerja aman 3,26 7,23,30 5
3. Tujuan SOP 4,25 5,18 4
26
4. Prosedur Kerja 6,13 16,17 4
5. APD 11,14 8,21 4
6. Perencanaan 9,12 22,27 4
7. Bekerja diketinggian 20 19 2
8. Pengetahuan SOP secara 24,29 10,28 4
umum
Total 15 15 30
c. Uji validitas
Uji validitas merupakan uji yang digunakan untuk menunjukan
alat ukur yang digunakan mengukur kesahihan atau valid tidaknya
kuesioner penelitian63. Kuesioner sebelum dipergunakan terlebih
dahulu akan dilakukan uji validitas sehingga dapat diketahui tingkat
kevalidannya66. Uji validitas dilakukan pada subyek penelitian yang
dianggap memiliki karakteristik hampir sama dengan sampel
penelitian. Pekerja ketinggian di proyek Underpaas Bundaran Satelit
PT. X Surabaya memiliki karakteristik yang sama dengan pekerja
ketinggian pada proyek Hotel, Mall dan Apartemen PT. X Semarang.
27
Validitas dapat diketahui dengan membandingkan hasil r
hitung dengan tabel product moment, jika r hitung ≥ r tabel maka
pertanyaan dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai indikator
ukur sedangkan jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak
valid sehingga harus diganti, diperbaiki atau dihilangkan63. (sugiyono
2012)
Berdasarkan analisis uji validitas terdapat beberapa butir
pertanyaan yang harus dihilangkan dikarenakan indikator tersebut
memiliki loading factor dibawah 0,430 sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :
1) Tingkat pengetahuan pekerja ketinggian dalam melaksanakan
SOP, dari 30 pernyataan terdapat delapan butir pernyataan yang
dinyatakan tidak lolos uji validitas yaitu butir 4, 9, 14, 16, 26, 27,
28, dan butir 30.
2) Sikap pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP, dari 30
pernyataan terdapat enam butir pernyataan yang dinyatakan tidak
lolos uji validitas yaitu butir 9, 10, 12, 18, 24 dan butir 30.
3) Pengawasan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP, dari
30 pertanyaan terdapat delapan butir pertanyaan yang dinyatakan
tidak lolos uji validitas yaitu butir 3, 4, 7, 8, 14, 16, 17, dan butir
22. Adapun hasil perolehan nilai korelasi setiap butir instrumen
terlampir.
d. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai bukti yang berupa foto proses
penelitian, foto kegiatan, foto tempat penelitian, dan video wawancara
proses penelitian.
3. Prosedur penelitian
a. Persiapan
1) Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 6 Februari 2016
di proyek Underpass Bundaran Satelit PT. X Surabaya yaitu lokasi
28
tempat kerja yang akan dijadikan sebagai responden penelitian.
Mengumpulkan teori yang digunakan meliputi berbagai teori dan
peraturan yang memberikan informasi tambahan tentang SOP di
ketinggian dan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan SOP.
2) Etika penelitian
Peneliti sebelum melakukan penelitian dan setelah proposal
disetujui telah memiliki ethical clearance yang diperoleh dari
Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang. Peneliti telah
meminta izin kepada pihak terkait yang akan menjadi responden
dalam penelitian. Responden yang akan menjadi subyek penelitian
sebelumnya telah mendapat penjelasan terkait jumlah subyek
penelitian, lama kegiatan survey, tujuan, manfaat, kerugian yang
mungkin timbul, tindakan pengukuran dimana juga sudah tertulis
dalam informed consent. Peneliti juga akan menghormati privasi
responden dengan menjaga kerahasiaan terkait informasi
responden. Responden dapat mengundurkan diri ataupun menolak
menjadi responden sesuai dengan keinginan responden.
b. Tahap Pelaksanaan
Peneliti yang telah mendapatkan ijin maka peneliti melakukan
kegiatan seperti berikut :
1) Menunjukan dan memberi informed concent sebagai syarat
persetujuan menjadi responden.
2) Wawancara dilakukan secara langsung kepada pekerja pada waktu
istirahat kerja ke lokasi penelitian yaitu di proyek Underpass
Bundaran Satelit PT. X Surabaya.
3) Observasi untuk pengisian checklist penilaian kepatuhan pekerja
dalam melaksanakan SOP.
4) Wawancara untuk pengisisan kuesioner meliputi pengetahuan,
sikap, pengawasan dan masa kerja.
29
c. Tahap Pelaporan
Data yang telah diperoleh melalui pengisian checklist dan
kuesioner selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis untuk melihat
hubungan antar variabel. Hasil penelitian tersebut kemudian
dilaporkan sesuai dengan buku panduan penyusunan skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muahmmadiyah Semarang.
30
Skor maksimal adalah 96
4) Pengawasan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP
Favourable Unfavourable
SS S R TS STS SS S R TS STS
4 3 2 1 0 0 1 2 3 4
Skor minimal adalah 0
Skor maksimal adalah 88
d. Coding
Coding atau pemberian kode bertujuan untuk mengubah data
berbentuk huruf menjadi angka, sehingga memudahkan pengolahan
data menggunakan komputer61. Pengkodean data hasil kuesioner
ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP
a) Patuh jika skor ≥ nilai median Kode : 1
b) Tidak patuh jika skor < nilai median Kode : 2
2) Pengetahuan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP49
a) Baik jika nilainya ≥ 75 % Kode : 1
b) Cukup jika nilainya 56% - 74% Kode : 2
c) Kurang jika nilainya < 55% Kode : 3
3) Sikap pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP
a) Positif jika skor ≥ nilai median Kode : 1
b) Negatif jika skor < nilai median Kode : 2
4) Pengawasan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP
a) Baik jika skor ≥ nilai median Kode : 1
b) Kurang baik jika skor < nilai median Kode : 2
5) Masa kerja pekerja ketinggian
a) ≥ 5 tahun Kode : 1
b) < 5 tahun Kode : 2
e. Entry
Entry adalah memasukkan data dalam suatu program komputer
untuk dilakukan pengolahan data yang sesuai dengan variabel-variabel
yang sudah ada.
31
f. Processing
Tindakan memproses data supaya dapat dilakukan analisis
dengan cara entry data dengan program komputer.
g. Tabulating
Tabulating merupakan pengumpulan data yang sesuai dengan
tujuan penelitian kemudian dilakukan penyusunan ke dalam tabel
untuk memudahkan dalam pembacaan hasil penelitian.
h. Cleaning
Tindakan pengecekan kembali data yang telah di-entry , untuk
mengetahui ada atau tidaknya kesalahan45.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk melihat nilai minimal, maksimal,
dan rata-rata dari setiap variabel penelitian. Variabel-variabel dalam
penelitian ini adalah kepatuhan pekerja ketinggian dalam
melaksanakan SOP, pengetahuan pekerja ketinggian dalam
melaksanakan SOP, sikap pekerja ketinggian dalam melaksanakan
SOP, pengawasan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP dan
masa kerja pekerja ketinggian. Analisis univariat disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
1) Kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP
Kepatuhan Frekuensi Persentase (%)
Patuh
Tidak Patuh
Jumlah
32
3) Sikap pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Positif
Negatif
Jumlah
b. Analisis Bivariat
Jenis analisis ini digunakan untuk menguji hubungan variabel
bebas pengetahuan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP,
sikap pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP, pengawasan
pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP dan masa kerja pekerja
ketinggian dengan variabel terikat kepatuhan dalam melaksanakan
SOP ketinggian di PT. X Surabaya. Analisis bivariat menggunakan uji
statistik yang disesuaikan dengan jenis datanya. Data hasil penelitian
ini menggunakan jenis data interval dan rasio, namun diubah dengan
data kategorik, sehingga uji yang digunakan adalah uji Chi Square
karena analisis hubungan pada penelitian ini menggunakan variable
kategorik dengan kategorik. Ada hubungan apabila p value ≤ 0,05 dan
tidak ada hubungan jika p value > 0,0564. Analisis data disajikan
dalam tabel tabulasi silang sebagai berikut :
1) Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketinggian
dalam melaksanakan SOP
Pengetahuan Kepatuhan Jumlah p value
Patuh Tidak patuh
f % f % f %
Baik
Cukup
33
Kurang
Jumlah
Dalam penggunaan uji Chi Square terdapat keterbatasan-keterbatasan
yang harus diperhatikan, yaitu :
(a) Tidak boleh ada sel yang mempunyai hilai ekspektasi kurang dari
satu
(b) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai ekspektasi kurang dari
5, lebih dari 20% dari keseluruhan sel.
Jika keterbatasan tersebut terjadi pada uji Chi Square, kategori-
kategori yang berdekatan akan digabungkan supaya data tidak sampai
kehilangan makna, maka tabel akan dijadikan 2 x 264.
Pengetahuan Kepatuhan Jumlah p value
Patuh Tidak patuh
f % f % f %
Baik - cukup
Kurang
Jumlah
34
f % f % f %
≥ 5 tahun
< 5 tahun
Jumlah
F. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Tahun 2019
No. Keterangan Januari Febuari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
tema skripsi
2. Penyusunan
proposal
3. Seminar
proposal
4. Perbaikan
proposal
5. Perijinan
penelitian
6. Pengambilan
data
7. Pengolahan
data
8. Penyusunan
hasil penelitian
9. Ujian skripsi
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekerja ketinggian di proyek
Underpass Bundaran Satelit PT. X di Surabaya. …………………
Pekerja ketinggian pada proyek Underpass Bundaran Satelit yang
menjadi responden dalam penelitian ini semua berjenis kelamin laki-
laki……………………
Proses pengambilan data dilakukan selama 7 hari dimulai pada hari
senin 22 April 2019 dengan memeperoleh data dari 6 responden.
Pengambilan data hari pertama dimulai pukul 09.00 sampai dengan pukul
10.00 WIB dengan memperoleh informasi melalui wawancara
menggunakan kuesioner, dan observasi beserta wawancara mengenai
kepatuhan pekerja dalam melaksanakan SOP. Pengambilan data untuk
masing-masing responden memerlukan waktu kurang lebih selama 20
menit.
Pengambilan data hari kedua pada selasa 23 April 2019 dimulai
pukul 07.00 - 17.00 WIB. ……………………….
Partisipasi dari para responden sangat baik, responden dengan
senang hati mau memberikan informasi sehingga mempermudah dalam
pengambilan data.
2. Analisis Univariat
Penelitian yang dilakukan pada pekerja ketinggian proyek
Underpass Bundaran Satelit Surabaya di peroleh hasil kepatuhan yang
diukur cara observasi langsung ke lapangan berdasarkan checklist
penilaian kepatuhan pada pekerja ketinggian proyek Underpass Bundaran
Satelit paling rendah sebesar…………………..
Kepatuhan kemudian dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu patuh
dan tidak patuh. Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi frekuensi variabel
penelitian diketahui bahwa pekerja yang memiliki…………………...
36
Pengetahuan pekerja ketinggian dalam kepatuhan melaksanakan
SOP berdasarkan Tabel 4.1 distribusi frekuensi variabel penelitian
diketahui bahwa pekerja yang pengetahuannya baik sebanyak ….. orang
(….%), pengetauan cukup sebanyak ……. orang (……%), dan
pengatahuan kurang sebanyak………………. Tingkat pengetahuan
dikatakan baik apabila pekerja dapat menjawab benar pertanyaan
sebanyak………..yang dilakukan saat wawancara.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
Variabel Frekuensi Persentase
(%)
Kepatuhan
Patuh
Tidak patuh
Total 40 100,0
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total 40 100,0
Sikap
Positif
Negatif
Total 40 100,0
Pengawasan
Baik
Kurang baik
Total 40 100,0
Masa kerja
≥ 5 tahun
< 5 tahun
Total 40 100,0
37
Masa kerja kemudian dilakukan pengaktegorian menjadi 2 kategori yaitu ≥
5 tahun dan < 5 tahun. Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi frekuensi variabel
penelitian diketahui bahwa pekerja yang memiliki masa kerja ≥ 5 tahun
sebanyak ….orang (…%) dan < 5 tahun sebanyak … orang (….%).
3. Analisis Bivariat
a. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pekrja ketinggian
dalam melaksanakan SOP
Tabel 4.2 Tabel Silang Hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP di PT. X
Surabaya
Pengetahuan Kepatuhan Jumlah p value
Patuh Tidak patuh
f % f % f %
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
38
sikap dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP
diketahui bahwa sikap pekerja yang positif dengan tingkat kepatuhan
baik sebanyak … orang (….%) dan sikap negatif dengan tingkat
ketidakpatuhan sebanyak … orang (….%). Hubungan antara sikap
dengan tingkat kepatuhan berdasarkan Chi Square diperoleh p value
sebesar …… (<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara sikap
dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP.
Tabel 4.3 Tabel Silang Hubungan antara sikap dengan kepatuhan
pekerja ketinggian dalam melaksanakan SOP di PT. X Surabaya
Sikap Kepatuhan Jumlah p value
Patuh Tidak patuh
f % f % f %
Positif
Negatif
Jumlah
39
Hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan pekerja
ketinggian dalam melaksanakan SOP berdasarkan Chi Square
diperoleh p value sebesar …… (<0,05) yang berarti terdapat hubungan
antara pengawasan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam
melaksanakan SOP.
B. Pembahasan
1. Analisis Bivariat
a. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketingian
dalam melaksanakan SOP
Hasil analisis data diketahui terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam
melaksanakan SOP. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
40
berhubungan dengan kepatuhan pekerja. Pengetahuan seseorang
berkaitan dengan………………………
.
b. Hubungan sikap pekerja ketinggian dengan kepatuhan dalam
melaksanakan SOP
Sikap merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
pekerja dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan
perusahaan yang berlaku. Hasil analisis data antara sikap pekerja
dengan kepatuhan diketahui terdapat hubungan antara sikap dengan
kepatuhan pekerja ketinggian proyek Underpass Bundaran Satelit
Surabaya dalam melaksanakan SOP ……………………..
.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pekerja ketinggian pada proyek Underpass Bundaran Satelit Surabaya
memiliki …..............................
2. Kepatuhan SOP pekerja ketinggian yang baik sebanyak …………..
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pekerja ketinggian
dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya, p
value sebesar
4. Ada hubunngan antara sikap dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam
melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya, p value
sebesar
5. Ada hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan pekerja ketinggian
dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya, p
value sebesar
6. Ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan pekerja ketinggian
dalam melaksanakan Standard Operasional Procedure di PT. X Surabaya, p
value sebesar
B. Saran
1. Bagi pekerja
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian mengenai
hubungan pekerjaan ketinggian dengan kondisi psikologis pekerja,
sehingga dapat diketahui gambaran perbedaan kondisi psikologis pekerja
ketinggian berdasarkan tingkat ketinggian pekerja tersebut berada.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
12. Sadkes. Data Kasus Kecelakaan Kerja di Indonesia.
https://sadkes.net/2018/12/30/data-kasus-kecelakaan-kerja-di-indonesia/;
2018
14. Putri FA. Hubungan antara Pengetahuan, Praktik Penerapan SOP, Praktik
Penggunaan APD dan Komitmen Pekerja dengan Risiko Kecelakaan
Kerja Di PT X Tangerang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Juli 2017; 5
(3): 270-77
16. Sirait FA. Analisis Perilaku Aman pada Pekerja Konstruksi dengan
Pendekatan Behavior-Based Safety. Indonesian Journal Occupational
Safety and Health. Januari-Juni 2016; 5 (1): 91-100
17. Putri FS. Tingkat Kepatuhan Tenaga Kesehatan dalam melakukan Hand
Hygiene Five Moment di Ruang ICU Barat RSUP Sanglah Denpasar.
Jurnal Medika Usada. Agustus 2018; 1 (2): 40-49
44
22. Zalaya Y. Implementasi Prosedur Bekerja di Ketinggian di PT. BBS.
FKM Universitas Indonesia. 2012
32. Anzi. An Overview of The Anzi Z359 Fall Protection Code. USA: Pure
Safety Fall Protection; 2018: 28
36. Thamrin AG. Teknik Konstruksi Bangunan. BSE jilid 1: Jakarta; 2010
45
37. Atiqoh J. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka Garment Gunungpati
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2014 Feb 2; 119-26
46
50. Pradipta NR. Analisis Kepatuhan Pelaksanaan Standard Operational
Procedure (SOP) pada Pekerja Kelistrikan di PT. Angkasa Pura I
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Juli 2016; 4 (3): 537-48
47
64. Oktavia N. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Ed 1. Cet 1. Yogyakarta:
Depublish; 2015
67. Suharyat Y. hubungan antara Sikap, Minat dan Perilaku. Jurnal Region.
2009
LAMPIRAN
48
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Informed Consent
Bapak/Ibu/Saudara Yth,
Perkenalkan nama saya Devy Indra Prabawati, mahasiswi S1 Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Semarang, akan melakukan penelitian tentang
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja Ketinggian
dalam Melaksanakan Standard Operasional Procedure PT. X Surabaya”.
Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas
Kesehatan Masyaraakat Universitas Muhammadiyah Semarang.
1. Informasi umum
Standard Operasional Procedure (SOP) merupakan salah satu upaya yang
diterapkan sebagai langkah dalam melindungi pekerja dari bahaya di tempat
kerja terutama pada jenis pekerjaan dengan risiko tinggi. Salah satu pekerjaan
yang memiliki risiko tinggi adalah pekerjaan di ketinggian. Banyak hal yang
perlu diperhatikan dalam bekerja di ketinggian untuk meminimlakan risiko
kecelakaan kerja misalnya dalam hal kepatuhan melaksanakan SOP yang ada.
Namun masih banyak pekerja yang sering mengabaikan aturan-aturan yang
telah diatur sesuai dengan pedoman K3. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi kepatuhan pekerja antara lain: pengetahuan, sikap,
pengawasan, masa kerja, motifasi, pelatihan dan lain-lain. Berkaitan dengan
hal tersebut maka penelitia akan melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja ketinggian dalam melaksanakan
SOP.
2. Wilayah penelitian, jumlah subjek, lama kegiatan survey dan objek survey
Penelitian ini dilakukan di Surabaya Waktu yang dibutuhkan untuk survey
kepada tiap responden sekitar 20 sampai 30 menit, dengan responden
sebanyak 37 orang pekerja. Wawancara dan pengisisan kuesioner dan survey
menggunakan empat variabel yaitu, pengetahuan, sikap, pengawasan dan masa
kerja.
3. Tindakan/intervensi/perlakuan terhadap subjek penelitian yaitu menggunakan
kuesioner penelitian tentang kepatuhan pekerja ketinggian dalam
melaksanakan SOP.
4. Kemungkin timbul risiko kesehatan dari penelitian ini tidak ada.
5. Penjelasan kompensasi bagi subjek/responden: intesif yang diberikan kepada
subyek yaitu hadiah berupa botol minum
49
6. Penjelasan jaminan untuk subjek/responden: penelitian ini tidak akan
merugikan responden/subjek penelitian dan tidak mengganggu aktivitas
pekerjaan.
7. Kegiatan pasca survey : tidak ada.
8. Pihak lain yang terkait dengan penelitan : tidak ada.
9. Partisipasi subjek/responden dalam penelitian: responden dapat berpartisipasi
dalam penelitian ini secara suka rela, dan dapat mengundurkan diri dari
keikutsertaan sebagai responden/subjek penelitian.
10. Kesediaan subjek/responden dalam penelitian
1
Coret yang tidak perlu
50
FORMULIR INFORMED CONSENT
Nama : …………………………………………………………
Umur : tahun
Alamat :
……………………., 2019
Ketua Peneliti Responden/subjek penelitian
(…………………………………) (……………………………….)
Saksi-saksi
Nama Tanda tangan
1. ……………………………. …………………………………….
2. ……………………………. ……………………………………
51
Lampiran 2. Lembar Checcklist Penelitian
52
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Hari ke 6 Hari ke 7
No. Elemen yang diperiksa
S TS S TS S TS S TS S TS S TS S TS
1 Pekerja menggunakan helmet V
2 Pekerja menggunakan safety shoes V
3 Pekerja memakai rompi atau seragam saat bekerja V
4 Pekerja menggunakan safety harness V
5 Safety harness dipakai dengan benar, missal tidak longgar V
6 Lanyard disangkutkan pada tempat yang disediakan V
7 Terdapat pagar pembatas proyek V
8 Terdapat jarring/net pada bangunan tinggi / scaffolding V
9 Area bawah diberikan rambu-rambu K3 V
10 Perancah diletakkan di dasar yang stabil, kuat dan tidak slip V
53
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Penelitian
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEPATUHAN PEKERJA KETINGGIAN DALAM
MELAKSANAKAN STANDARD OPERASIONAL
PROCEDURE PT. X SURABAYA
A. Identitas Responden
1. Nama :………………………
2. Umur :……………………… tahun
3. Tingkat pendidikan :
a. Tidak Tamat SD / Tidak Sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Tamat PT (Perguruan Tinggi)
4. Sejak kapan saudara bekerja menjadi pekerja ketinggian di
konstruksi?............tahun………..bulan
B. Pengetahuan
Pilihlah jawaban dengan memberi tanda silang (x) pada jawaban yang
tersedia.
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Apakah SOP adalah pedoman tertulis yang dipakai petugas dalam
melaksanakan tugas ?
2. Apakah SOP sebaiknya diimiliki atau dipahami oleh setiap pekerja
dalam melaksanakan proses kerja di setiap bidang kerjanya ?
3. Apakah bekerja di ketinggian memiliki risiko bahaya yang cukup
tinggi ?
4. Apakah penerapan SOP dapat menurunkan produktivitas pekerja ?
5. Apakah SOP berisi tentang cara pengelolaan peralatan ?
6. Apakah pengusaha/pengurus bisa tidak memastikan dan
melaksanakan bekerja dengan aman sehingga berpotensi pekerja
mengalami kecelakaan ?
7. Apakah pemeriksaan APD tidak diperlukan sebelum melakukan
pekerjaan di ketinggian ?
8. Apakah ketika bekerja diketinggian, pekerja wajib membawa
semua peralatan atau material apapun ?
9. Apakah body harness merupakan salah satu APD yang digunakan
saat bekerja diketinggian ?
10. Apakah perlu memberikan tanda atau informasi apabila sedang ada
pekerjaan di atas/ketinggian?
11. Apakah scaffolding merupakan alat kerja yang digunakan saat
bekerja di ketinggian?
12. Apakah SOP adalah tata cara yang tidak baku untuk pekerja ?
13. Apakah scaffolding didirikan pada lantai atau tanah yang tidak rata
14. Apakah program keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang baik
tidak mencegah terjadinya kecelakaan kerja?
54
No. Pertanyaan Benar Salah
15. Apakah peraturan yang mengatur tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Ketinggian adalah Peraturan
menteri yang berisi Per-15/MEN/2008 ?
16. Apakah peraturan yang mengatur tentang petunjuk teknis dalam
pekerjaan ketinggian adalah Peraturan menteri yang berisi Per-
09/MEN/2016 ?
17. Apakah pada ketinggian lebih dari 2 meter pekerja tidak perlu
menggunakan body harness ?
18. Apakah perlu alat kerja yang digunakan dalam bekerja di
ketinggian dalam kondisi tidak aman dan belum di inspeksi oleh
HSE ?
19. Apakah upaya untuk mengurangi dampak jatuh dengan pasir ?
20. Apakah kecelakaan kerja adalah peristiwa yang tidak diharapkan
terjadi dalam suatu kejadian ?
21. Apakah pengendalian kecelakaan kerja untuk mencegah terjadinya
kecelakaan menggunakan APD dan bekerja sesuai SOP ?
22. Apakah penyebab kecelakaan kerja adalah perilaku tidak aman saat
bekerja?
C. Sikap
Keterangan :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
55
No. Pernyataan SS S R TS STS
prasarana dengan baik
14. Saya tidak bersedia menerima teguran dan sanksi bila
tidak menaati peraturan yang berlaku
15. Saya tidak mampu menghadapi risiko kerja yang ada
16. Saya bekerja sesuai kemampuan yang saya miliki
17. Saya tidak selalu menjaga fasilitas kantor dengan
baik
18. Dengan berbicara saat melakukan pekerjaan maka
tidak dapat membahayakan keselamatan
19. Pekerja tidak perlu menggunakan APD saat
melakukan pekerjaan
20. Pekerja sebaiknya merokok saat masih bekerja
21. Pekerja sebaiknya tidak harus mempunyai keahlian
22. Pekerja sebaiknya bekerja dengan keahlian/cara kerja
sendiri saat bekerja
23. Dalam melaksanakan pekerjaan, peringatan/rambu
tidak perlu diperhatikan
24. Memperhatikan keselamatan rekan kerja anda
merupakan hal yang sangat penting
D. Pengawasan
Keterangan :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
56
No. Pernyataan SS S R TS STS
12. Pengawas tidak melalukan pemeriksaan secara rutin
pada rambu-rambu di tempat kerja
13. Pengawas menyediakan APD untuk pekerja sebelum
bekerja
14. Pengawas tidak mengawasi kelengkapan APD
pekerja saat bekerja di ketinggian
15. Pengawas membiarkan pekerja tidak menggunakan
APD
16. Pengawas tidak memberikan reward/penghargaan
pada pekerja yang memakai APD lengkap secara
rutin
17. Pengawas selalu mengganti APD yang rusak
18. Pengawas melakukan pengawasan lingkungan di
tempat kerja
19. Pengawas memberikan instruksi saat bekerja di
ketinggian
20. Pengawas tidak menjelaskan dampak bekerja
diketinggian
21. Pengawas tidak pernah mendampingi pekerja saat
bekerja diketinggian
22. Pengawas tidak pernah memastikan pekerja aman
saat bekerja diketinggian
Terima Kasih
57
Lampiran 4. Dokumentasi Studi Pendahuluan
58
Lampiran 5. Logbook Penelitian
LOGBOOK PENELITIAN
59
Lampiran 6. Lembar Ethical Clearance
60
Lampiran 7. Lembar Uji Validitas
N %
Valid 20 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
Reliability Statistics
,736 ,907 31
Item-Total Statistics
61
p19 42,20 184,274 ,538 . ,727
p20 42,30 184,116 ,512 . ,727
p21 42,15 185,292 ,485 . ,729
p22 42,10 183,989 ,647 . ,726
p23 42,20 182,379 ,690 . ,724
p24 42,30 179,905 ,831 . ,720
p25 42,10 185,463 ,512 . ,729
p26 41,95 189,313 ,324 . ,734
p27 42,00 190,947 ,037 . ,737
p28 42,25 185,987 ,384 . ,730
p29 42,35 184,029 ,510 . ,727
p30 42,10 196,411 -,454 . ,746
Total skor 21,85 46,661 ,999 . ,904
N %
Valid 20 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
Reliability Statistics
,753 ,942 31
Item-Total Statistics
62
s7 157,10 1601,253 ,800 . ,742
s8 156,75 1633,882 ,617 . ,748
s9 156,50 1672,053 -,016 . ,754
s10 156,35 1668,661 ,065 . ,754
s11 156,60 1599,200 ,691 . ,742
s12 156,30 1685,379 -,380 . ,756
s13 156,95 1636,682 ,476 . ,748
s14 156,65 1589,187 ,911 . ,740
s15 156,55 1622,261 ,549 . ,746
s16 156,65 1604,450 ,577 . ,743
s17 156,80 1548,589 ,955 . ,733
s18 156,15 1658,029 ,370 . ,752
s19 156,85 1602,345 ,686 . ,743
s20 156,75 1608,197 ,537 . ,744
s21 156,50 1621,316 ,722 . ,746
s22 156,95 1598,050 ,789 . ,742
s23 157,15 1592,661 ,775 . ,741
s24 156,70 1661,800 ,088 . ,753
s25 156,85 1618,766 ,612 . ,745
s26 157,10 1569,253 ,893 . ,737
s27 157,25 1605,882 ,591 . ,744
s28 157,40 1572,568 ,783 . ,738
s29 156,35 1655,503 ,498 . ,751
s30 155,70 1679,379 -,207 . ,755
Total skor 79,70 417,905 1,000 . ,947
63
3. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENGAWASAN
N %
Valid 20 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
Reliability Statistics
,752 ,949 31
Item-Total Statistics
64
pe21 177,45 798,261 ,605 . ,745
pe22 177,90 807,779 ,432 . ,748
pe23 177,70 786,432 ,812 . ,741
pe24 177,75 788,303 ,740 . ,741
pe25 177,40 796,463 ,635 . ,744
pe26 177,80 801,116 ,532 . ,746
pe27 177,65 799,608 ,598 . ,745
pe28 177,90 785,674 ,649 . ,741
Pe29 177,60 792,147 ,634 . ,743
pe30 177,75 795,250 ,587 . ,744
Total skor 90,35 205,818 1,000 . ,943
65