Anda di halaman 1dari 56

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Penelitian

HUBUNGAN SIKAP PERAWAT DENGAN KEPATUHAN


MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI SESUAI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DI RUANG RAWAT INAP
RSUD DATU BERU
TAHUN 2020

Diajukan oleh :

HUDA AZI AGISTA


NIM : 161101053

Telah Disetujui Untuk Diseminarkan


Lhokseumawe, 20 April 2020

Pembimbing I Pembimbing II

(SAID TAUFIQ, M.Kes) (ZEVA JUWITA, S.SiT)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dalam Seminar Di Depan Dewan Penguji Proposal Dan


Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan

Lhokseumawe, April 2019


Dewan Penguji

Pembimbing I Pembimbing II

(SAID TAUFIQ, M.Kes) (ZEVA JUWITA, S.SiT)

Penguji I Penguji II

(NS. MUAMMAR, M.Kep) (LINA EKAWATI, S.SiT)

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKes)
Darussalam Lhokseumawe

(Drs. H. Musyid Yahya, M.Pd)

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi dengan judul “Hubungan Sikap Perawat Dengan Kepatuhan

Menggunakan Alat Pelindung Diri Sesuai Standar Operasional Prosedur Di

Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Tahun 2020”, serta shalawat dan salam

kepangkuan Nabi Besar Muhammad S.A.W beserta keluarga dan sahabat beliau

sekalian yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu

pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penyusunan Proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Darussalam Lhokseumawe.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini penulis dibantu oleh banyak pihak

serta penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Ahmad Arsyi, MA. MMPd selaku Ketua Yayasan Pendidikan

Darussalam Lhokseumawe.

2. Bapak Drs. H. Mursyid Yahya, M.Pd selaku Ketua STIKes Darussalam

Lhokseumawe.

3. Bapak Ns. Muammar, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Darussalam Lhokseumawe.

4. Bapak Said Taufiq, M.Kes dan Ibu Zeva Juwita, S.SiT selaku pembimbing

yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan

proposal skripsi ini.

iv
5. Bapak Ns. Muammar, M.Kep dan Ibu Lina Ekawati, S.SiT selaku penguji

yang akan memberikan masukan terhadap penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan staf yang telah membimbing dan mendidik penulis selama

mengikuti pendidikan.

7. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tercinta yang

banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta kasih sayang

yang telah dilimpahkan secara tulus.

8. Sahabat-sahabat khususnya angkatan 2016 dan seluruh mahasiswa Program

Studi Ilmu Keperawatan Darussalam Lhokseumawe. Seluruh pihak lain yang

sangat berperan dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.

Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis menerima

saran dan kritikan yang bersifat membangun sehingga proposal skripsi yang

ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Lhokseumawe, Maret 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................ 7
E. Keaslian Penelitian............................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................


A. Landasan Teori..................................................................... 10
B. Kerangka Teoritis................................................................. 34

BAB III KERANGKA KONSEP............................................................


A. Kerangka Konsep................................................................. 35
B. Variabel Penelitian............................................................... 35
C. Hipotesis............................................................................... 35
D. Definisi Operasional............................................................. 36
E. Cara Pengukuran Variabel.................................................... 36

BAB IV METODELOGI PENELITIAN...............................................


A. Desain Penelitian.................................................................. 38

vi
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 38
C. Populasi dan Sampel............................................................ 38
D. Alat dan Metode Pengumpulan Data.................................... 40
E. Metode Pengolahan Data...................................................... 42
F. Analisis Data........................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Keaslian Penelitian 7
2. Persamaan dan Perbedaan pada Penelitian 8
3. Definisi Operasional 37
4. Jumlah Populasi dan Sampel 41

DAFTAR GAMBAR

viii
No Teks Halaman
1. Kerangka Teori 35
2. Kerangka Konsep 36

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

World Health Organization (WHO, 2020) merumuskan Kesehatan

dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik,

mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau

kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari

penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu

dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik,

mental, maupun social demi memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau

masyarakat.

Preventif adalah suatu tindakan pengendalian sosial yang dilakukan

untuk dapat mencegah atau juga mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal

yang tidak diinginkan di masa mendatang. Tindakan preventif

(pencegahan) ini dilakukan manusia, baik itu secara pribadi atau juga

berkelompok untuk dapat melindungi diri mereka dari hal buruk yang

mungkin dapat terjadi (Parta, 2020).

Salah satu usaha preventif yang paling besar manfaatnya adalah

preventif kecelakaan dalam bekerja yaitu menjelaskan Kecelakaan –

kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan usaha kesehatan dan

x
2

keselamatan kerja pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran efektif

tindakan penerapan keselamatan kerja.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya

untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi

dan produktivitas kerja (Endang, 2015).

Kerugian Kecelakaan kerja yang dapat ditimbulkan yakni trauma bagi

keduanya, bagi pekerja yaitu cedera yang dapat memengaruhi terhadap

pribadi, keluarga, dan kualitas hidup, sedangkan bagi perusahaan berupa

kerugian produksi, waktu yang terbuang untuk penyelidikan dan biaya untuk

proses hukum. Tindakan pencegahan kecelakaan bertujuan untuk mengurangi

peluang terjadinya kecelakaan hingga mutlak minimum. (Sri, 2016)

Faktor pendorong yang bisa berpengaruh pada penggunaan APD

antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai - nilai, tradisi maupun

budaya guna mencegah kecelakaan kerja maka perlu manajemen Kesehatan

dan Keselamatan Kerja perlu diterapkan. (Jovi dalam Respati 2014)

International Labour Organization (ILO) 2015 memperkirakan

bahwa sekitar 2,3 juta pekerja di seluruh dunia meninggal karena kecelakaan

atau penyakit terkait pekerjaan setiap tahun dan ada sekitar 340 juta

kecelakaan kerja dan 160 juta korban penyakit terkait pekerjaan setiap tahun.

Data yang diperoleh dari Bureau Of Labor Statistics (BLS) tahun

2017 memaparkan bahwa dibagian Konstruksi memiliki jumlah kecelakaan


3

kerja yang paling tinggi yaitu berada di angka 971. Sedangkan pada bagian

medis berada pada posisi ke 10 dengan angka 189.

World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mencatat, dari

39,47 juta petugas kesehatan di seluruh dunia, 66,7%-nya adalah perawat. Di

Indonesia, perawat juga merupakan bagian terbesar dari tenaga kesehatan

yang bertugas di rumah sakit yaitu sekitar 47,08% dan paling banyak

berinteraksi dengan pasien.

Pada data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenaga

kerjaan tahun 2019 menuliskan laporan Angka kecelakaan kerja menunjukkan

tren yang meningkat. Pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang

dilaporkan sebanyak 123.041 kasus, sementara itu sepanjang tahun 2018

mencapai 173.105 kasus dengan nominal santunan yang dibayarkan mencapai

Rp1,2 Trilyun.

Penelitian yang dilakukan oleh Silvia (2015), Berdasarkan hasil

penelitian ditemukan bahwa sebagian besar (54,5%) responden melakukan

tindakan tidak aman dan sebagian besar (54,5%) responden pernah mengalami

kecelakaan tempat kerja. Kebanyakan jenis (23,2%) dari tindakan tidak aman

yang sering dilakukan adalah mengoperasikan peralatan tidak memenuhi

standar. Sebagian besar jenis (30,3%) dari kecelakaan kerja yang MDS karena

posisi yang salah saat bekerja. Hal ini disebabkan sikap perawat yang tidak

disiplin dan tidak bekerja sesuai SOP yang berlaku di RSPW tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Siburan (2012) di RSUD Pasar Rebo

Jakarta, menunjukkan bahwa sikap perawat dalam penggunaan APD masih


4

kurang, yaitu sebanyak 53,30% perawat memiliki sikap negatif dan 46,7%

yang memiliki sikap positif. Ningsih (2014) menemukan bahwa perilaku

penggunaan APD yang baik pada perawat hanya sebesar 47,6% dan sisanya

52,4% menunjukkan penggunaan APD yang kurang baik.

Pada tahun 2016, Kusman Ibrahim dam kawan kawan melakukan

Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr Hasan Sadikin, menyatakan bahwa

kejadian akibat kerja seperti tertusuk jarum (32,8%), teriris pisau (3,3%),

terluka (24,5%) dan terpercik darah dan cairan tubuh lainnya (39,4%), rata-

rata 23% terjadi pada waktu kerja di pagi hari.

Berdasarkan penelitian Maya (2018) di RSUD Muyang Kute, terdapat

kejadian kecelakaan kerja baik ringan sebanyak 16 kasus atau sekitar 25%,

seperti kecelakaan tertusuk jarum suntik dan terkena pecahan botol suntik dll,

dan untuk kecelakaan berat sebanyak 13 kasus atau sekitar 22%, seperti

kecelakaan terjatuh, tertindis alat kerja.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan sikap perawat

dengan kepatuhan mengguanak Alat Pelindung Diri (APD) Standar

Operasional Prosedur (SOP) Di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru Tahun

2020 ?
5

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui hubungan sikap perawat dengan kepatuhan

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai Standar Operasional

Prosedur (SOP) di Ruang rawat inap RSUD Datu Beru Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sikap perawat menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD) sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) di Ruang rawat

inap RSUD Datu Beru Tahun 2020.

b. Untuk mengetahui kepatuhan perawat menggunakan Alat Pelindung

Diri (APD) sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) di Ruang rawat

inap RSUD Datu Beru Tahun 2020.

c. Untuk mengetahui hubungan sikap perawat dengan kepatuhan

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai Standar Operasional

Prosedur (SOP) di Ruang rawat inap RSUD Datu Beru Tahun 2020.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan dan evaluasi kepada RSUD Datu Beru

agar memperhatikan kesehatan kerja.

2. Manfaat Ilmiah
6

Untuk menambah wawasan ilmiah serta mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh selama menempuh pendidikan di PSIK STIKes

Darussalam Lhokseumawe.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan Alat Pelindung Diri (APD)

sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) di RSUD Datu Beru.

E. Keaslian penelitian

Peneliti Judul Metode Variabel Analisa Hasil


penelitian penelitian penelitian peneliti
an
Gladys Hubungan Kuantitatif: Usia, jenis Analisi Terdapat hubungan
(2016) antara usia, Observasio kelamin, s yang signifikan
jenis nal analitik lama kerja, bivariat antara usia, lama
kelamin, dengan pengetauan, kerja, pengetahuan
lama kerja, pendekatan sikap, dan sikap dan tidak
pengetahuan, cross- ketersediaan terdapat hubungan
sikap dan sectional alat dan yang signifikan
ketersediaan perilaku
antara jenis kelamin
alat kepatuhan
dan ketersediaan
pelindung
diri dengan APD dengan perilaku
perilaku penggunaan APD
kepatuhan
penggunaan
apd pada
Tenaga
Kesehatan
Yeni Hubungan Kuantitatif: Pengetahuan Analisi perawat mempunyai
2018) tingkat Analitik , sikap dan s tingkat pengetahuan
pengetahuan korelasi kepatuhan bivariat baik (86%), dan
dan sikap dengan perawat mempunyai
perawat pendekatan sikap positip terhadap
dengan Cross- penggunaan APD
tingkat sectional (95,3%), serta
kepatuhan perawat mempunyai
penggunaan tingkat kepatuhan
alat dalam kategori patuh
pelindung (74,4%), dan
7

diri di ruang didapatkan hubungan


ICU, IGD di yang signifikan
RSUD antara tingkat
Kanjuruhan pengetahuan dan
Kepanjen sikap perawat dengan
Kabupaten tingkat kepatuhan
Malang penggunaan APD
Johana Hubungan Survey Pengetahuan Analisi Dari hasil penelitian
(2019) antara analytic , sikap dan s dapat dilihat bahwa
pengetahuan dengan penggunaan Bivaria perawat ruang
dan sikap pendekatan t perawatan khusus
dengan Cross- yang memiliki sikap
penggunaan sectional negatif dan tidak
alat menggunakan APD
pelindung sejumlah 4 orang.
diri pada perawat yang
petugas mempunyai sikap
kebersihan negatif dan
dan perawat menggunakan APD
ruang ada 3 orang. Petugas
perawatan yang mempunyai
khusus di sikap positif dan
RSUD Liun tidak menggunakan
Kendage APD sejumlah 5
Tahuna orang, sedangkan
petugas yang
mempunyai sikap
positif dan memakai
APD lengkap 36
orang.

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

Peneliti Judul penelitian Persamaan Perbedaan penelitian


Penelitian

Gladys Hubungan antara usia, Variabel: Penelitian ini lebih meneliti


(2016) jenis kelamin, lama Sikap, Perilaku tentang beberapa variabel yaitu
kerja, pengetahuan, kepatuhan usia, jenis kelamin, lama kerja,
sikap dan ketersediaan pengunaan APD pengetahuan, sikap dam
alat pelindung diri ketersediaan apd. Sedangkan
dengan perilaku Metode: peneliti ini ingin mengkaji
kepatuhan penggunaan Cross-Sectional lebih dalam tentang sikap
apd pada Tenaga dengan kepatuhan penggunaan
Kesehatan apd.
Yeni Hubungan tingkat Variabel: Penelitian lebih terfokus pada
2018) pengetahuan dan sikap Sikap, Kepatuhan sampel di ruang icu dan igd.
8

perawat dengan tingkat Apd di ruang ICU Sedangkan peneliti ingin


kepatuhan penggunaan meneliti di ruang rawat inap
alat pelindung diri di Metode: pada rumah sakit.
ruang ICU, IGD di Cross-Sectional
RSUD Kanjuruhan
Kepanjen Kabupaten
Malang
Johana Hubungan antara Variabel: Penelitian ini meneliti lebih
(2019) pengetahuan dan sikap Sikap, penggunaan dalam kebiasaan perawat dan
dengan penggunaan alat APD petugas kebersihan yang lebih
pelindung diri pada menekankan pendekatan
petugas kebersihan dan Metode: personal. Sedangkan peneleliti
perawat ruang Cross-Sectional ingin meneliti tentang sikap
perawatan khusus di dalam diri perawat.
RSUD Liun Kendage
Tahuna

Table 1.2 Persamaan dan perbedaan penelitian


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Konsep Sikap

a. Pengertian sikap

Sikap adalah evaluasi negative atau positif dari suatu objek yang

mempengaruhi perilaku manusia terhadap objek itu (Hogg, 2018).

Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme ego (Azwar, 2016).

Sikap adalah konsep yang mempresentasikan suka atau tidak

sukanya seseorang terhadap sesuatu. Sikap juga dapat berupa pandangan

positif, negatif ataupun netral terhadap “objek sikap” tetapi pengaruhnya

secara tidak langsung (Purwo, 2019).

Ali (2015) menyatakan bahwa sikap merupakan predisposisi

emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu

objek. Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan dan

memengaruhi perilaku. Sikap tidak identik dengan respon dalam bentuk


10

perilaku, tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari

konsistensi perilaku yang dapat diamati.


10

Azwar (2013) menyatakan bahwa sikap merupakan pernyataan

yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan

bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan

untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan tertentu dengan perasaan

tertentu di dalam menanggapi objek situasi atau kondisi di lingkungan

sekitarnya.

b. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan (2010), menjelaskan

beberapa tingkatan sikap, yaitu:

1) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.

3) Menghargai (Valuing)
11

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

c. Komponen sikap

Menurut Schiffman dan Kanuk (2010), sikap terdiri dari tiga

komponen utama: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen

konatif. Bagian pertama dari model sikap tricomponent terdiri dari kognitif

seseorang, yaitu pengetahuan dan persepsi yang diperoleh oleh kombinasi

pengalaman langsung dengan objek sikap dan informasi yang terkait dari

berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi yang dihasilkan umumnya

mengambil bentuk keyakinan, yaitu konsumen percaya bahwa objek sikap

memiliki berbagai variasi atribut dan bahwa perilaku tertentu akan

menghasilkan suatu hasil yang spesifik.

d. Karakterisitik sikap

Menurut Gerungan (2012), ada beberapa karakteristik sikap yang

diuraikan, yaitu:

1) Sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau

dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya

dengan objeknya.
12

2) Sikap dapat berubah – ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang

atau sebaliknya, sikap – sikap dapat dipelajarinya sehingga sikap –

sikap dapat berubah pada seseorang jika terdapat keadaan – keadaan

dan syarat – syarat tertentu yhang mempermudah perubahannya sikap

pada orang tersebut.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi

tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkaitan denga suatu objek tertentu

yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu, tapi dapat pula

merupakan kumpulan dari hal – hal tersebut. Jadi sikap dapat berkaitan

dengan satu objek saja dan juga dapat berkaitan dengan sederatan

objek yang serupa.

5) Sikap mempunyai segi – segi motivasi dan segi – segi perasaan. Sigat

inilah yang mebeda – bedakan sikap dari kecakapan – kecakapan atau

pengetahuan – pengetahuan yang dimiliki seseorang.

e. Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2013), faktor – faktor yang mempengaruhi sikap

terhadap objek, antara lain:

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap

apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap


13

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu –

individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari

kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

berbagai masalah.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya berita seharusnya faktual disampaikan secara

obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah

mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi

sikap.

6) Faktor emosional
14

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi

atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

f. Teknik pengukuran sikap

Pada umumnya pengukuran sikap dapat dibagi dalam tiga cara,

yaitu wawancara, observasi, dan kuesioner. Setiap cara memiliki

keuntungan dan keterbatasan sehingga peneliti perlu mempertimbangkan

cara yang sesuai dengan tujuan penelitian sikap. Peneliti harus

menentukan bahwa orang yang diteliti mempunyai sikap positif atau

negatif terhadap obyek. Oleh sebab itu dalam membuat pernyataan sikap

harus secara jelas membedakan bulir positif dan negatif dan tidak

memasukkan bulir netral dalam susunan pernyataan (Dewi, 2014)

g. Skala pengukuran sikap

Menurut Dewi (2014) Dalam pengukuran sikap dapat

menggunakan skala Likert merupakan salah satu skala favorit atau sering

digunakan dalam pengukuran sikap. Skala Likert menggunakan kategori

jawaban berkisar sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Peneliti dapat

menggunakan 5 kategori tingkat persetujuan (sangat setuju, setuju,

raguragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju). Selain itu peneliti dapat

menggunakan 7 kategori namun ada pula peneliti yang memakai empat

atau enam kategori jawaban dengan alasan menghindari kategori tengah.

Karena pada variabel sikap harus ditentukan apakah responden bersikap


15

positif atau negatif oleh sebab itu biasanya digunakan skala dengan

kategori jawaban genap.

2. Konsep Kepatuhan

a. Pengertian kepatuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Patuh adalah

suka menurut (perintah dan sebagainya) taat (pada perintah, aturan, dan

sebagainya) berdisiplin. Sedangkan Menurut Kozier (2010) kepatuhan

adalah perilaku individu (misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau

melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan.

Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek

anjuran hingga mematuhi rencana.

Menurut Tondok (2012) kepatuhan adalah sikap mau mentaati dan

mengikuti suatu spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan

jelas yang diterbitkan oleh organisasi yang berwenang.

Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan mengacu kepada

situasi ketika perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang

dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan

atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya seperti

nasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui

suatu kampanye media massa (Ian & Marcus, 2011).

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut

Green (2005), adalah sebagai berikut:


16

1) Faktor predisposisi

Faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor

ini termasuk:

a) Pengetahuan

Merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi subjek

dalam dirinya sendiri. suatu ketentuan yang memperkaya eksistensi

subjek, karena pengetahuan itu lebih merupakan kegiatan imanen,

kegiatan otoperfektif yang menyempumakan subjeknya sendiri.

b) Sikap

Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam

diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap

suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut.

c) Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat

seseorang menganggap suatu premis benar.

d) Keyakinan

Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh

manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa

dirinya telah mencapai kebenaran.

e) Kebiasaan

Kebiasaan adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk

sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok

masyarakat.
17

f) Nilai

Nilai diartikan sebagai suatu gagasan terkait apa yang

dianggap baik, indah, layak dan juga dikehendaki oleh seluruh

lapisan masyarakat dalam kehidupan.

g) Norma sosial

Norma social adalah kebiasaan umum yang menjadi

patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan –

batasan tertentu.

h) Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang terdapat pada

sekelompok manusia yang berkembang dan diwariskan secara

turun - temurun.

i) Sosio-demografi.

Merupakan komponen lingkungan sosial yang terdiri dari

berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda.

2) Faktor pendorong.

Faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku. Hal ini

berupa lingkungan fisik, sarana kesehatan atau sumber-sumber khusus

yang mendukung, dan keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan

3) Faktor penguat

Faktor yang memperkuat perilaku termasuk sikap dan

perilaku petugas, kelompok referensi, dan tokoh masyarakat.

c. Jenis – jenis kepatuhan


18

Menurut Niven (2012) bahwa jenis – jenis kepatuhan meliputi:

1) Kepatuhan penuh

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur

sesuai batas waktu yang di tetapkan melainkan juga patuh memakai

obat secara teratur sesuai petunjuk.

2) Tidak patuh

Seseorang yang dilingkungan dengan risiko tinggi tetapi

mengabaikan prosedur yang telah berlaku.

d. Indikator kepatuhan

Sarwono dan Meinarno (2011) memaparkan indikator kepatuhan

dalam 3 bentuk, yaitu:

1) Konformitas (Conformity)

Konformitas yaitu individu mengubah sikap dan tingkah

lakunya agar sesuai dengan cara melakukan tindakan yang sesuai

dan diterima dengan tuntutan social.

2) Penerimaan (Compliance)

Penerimaan yaitu individu melakukan sesuatu atas

permintaan orang lain yang diakui otoritasnya.

3) Ketaatan (Obedience)

Ketaatan yaitu individu melakukan tingkahlaku atas

perintah orang lain. Seseorang mentaati dan mematuhi permintaan

orang lain untuk melakukan tingkahlaku tertentu karena ada unsur

power.
19

e. Teknik pengukuran kepatuhan

Menurut Feist (2014), Kepatuhan perawat dengan penggunaan

APD diukur dengan lembar check list dengan jumlah pertanyaan 30

pertanyaan, menggunakan skala guttman dengan pilihan jawaban “Ya”

dan “Tidak”. Untuk pertanyaan positif apabila responden menjawab “Ya”

maka diberi nilai 1, jika menjawab “tidak” maka diberi nilai 0. Sebaliknya

untuk pertanyaan negatif apabila responden menjawab “Ya” maka diberi

nilai 0, jika menjawab “tidak” maka diberi nilai 1.

3. Kepatuhan Mengguanakan Alat Pelindung Diri (APD)

a. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan menggunakan alat pelindung diri

(APD)

Menurut Candra (2018) mengemukakan bahwa faktor – faktor

yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan alat pelindung diri, antara

lain:

1) Faktor internal

a) Pengetahuan

Pengetahuan tentang APD yang kurang pada pekerja

sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam penggunaan APD

disebabkan karena banyak pekerja yang tidak mengikuti ataupun

menyimak penyuluhan – penyuluhan yang diberikan oleh petugas.

b) Sikap

Sikap seseorang akan timbul karena dipengaruhi oleh

bantuan fisik dan bantuan mental. Bantuan mental seperti perintah


20

harus berangsur – angsur dikurangi dan ditukar dengan

pengarahan berarti atau dukungan. Sedangkan bantuan fisik harus

diberikan terus menerus. Pekerja yang bekerja di daerah high risk

memerlukan APD untuk mengurangi terpaparnya suatu penyakit

atau mencegah kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, hal ini

diperlukan karena merupakan suatu kebutuhan. Demikian juga

lingkungan kerja juga harus sesuai dengan batas kemampuan

mental dan fisik pekerja.

2) Faktor eksternal

a) Penyuluhan

Penyuluhan tentang APD merupakan salah satu faktor

yang mendorong terbentuknya perilaku dan faktor penguat, oleh

karena itu penyuluhan APD sangat penting peranannya untuk

meningkatkan penggunaan APD saat bekerja.

b) Pengawasan

Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan

diperoleh secara berdaya guna (efektif), sesuai dengan rencana

yang telah ditentukan sebelumnya. Begitu pula yang diharapkan

dalam kepatuhan penggunaan APD, walaupun pengawasan telah

dilakukan namun tidak menggunakan pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku pekerja.

c) Kelengkapan APD
21

Pada dasarnya perusahaan telah menyediakan APD untuk

pekerja namun APD yang disediakan tidak dipergunakan secara

maksimal.

b. Aspek – aspek kepatuhan menggunakan alat pelindung diri (APD)

Prijodarminto dalam Ika (2016), menjelaskan beberapa aspek

kepatuhan menggunakan alat pelindung diri, yaitu:

1) Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib

sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran

dan pengenalian watak.

2) Pemahan yang baik mengenai system peraturan perilaku, norma,

kriteria dan standar yang demikian rupa, sehingga pemahaman tersebut

menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran ketaatan

akan aturan.

3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati

untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

4. Konsep Tentang Perawat

a. Pengertian perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi

keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh

pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,

keluarga, kelompok atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun

sehat. (UU RI No. 38 Tahun 2014)


22

Menurut Wardah (2017) berpendapat bahwa perawat adalah tenaga

yang bekerja secara professional memiliki kemampuan, kewenangan dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

b. Peran perawat

Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku dan gerak gerik

seseorang yang diharap oleh orang lain sesuai dengan kedudukan dalam

system, tingkah laku dan gerak gerik tersebut dapat dipengaruhi oleh

keadaan sosial di dalam maupun di luar profesi perawat yang bersifat

konstan (Potter & Perry, 2010).

1) Pemberi perawatan

Perawat membantu klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

dan mendapatkan kesehatannya kembali melalui proses penyembuhan

dengan pemberian asuhan keperawatan.

2) Pembuat keputusan klinis

Perawat membuat keputusan sebelum mengambil tindakan

keperawatan dan menyusun rencana tindakan yang berhubungan

dengan pengkajian, pemberian perawatan, evaluasi hasil, dengan

menggunakan pendekatan terbaik bagi pasien. Pembuatan keputusan

dapat dilakukan secara mandiri, ataupun kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain dan keluarga klien.

3) Pelindung dan advokat klien

Perawat bertugas mempertahankan lingkungan yang aman,

mencegah terjadinya kecelakaaan dan hal yang merugikan bagi klien.


23

Sebagai advokat, perawat membantu klien mengutarakan hak-haknya,

melindungi hak-hak klien sebagai manusia dan secara hokum.

4) Manager kasus

Perawat beperan mengkoordinasi aktivitas anggota tim,

mengatur waktu kerja serta sumber yang tersedia di lingkungan

kerjanya.

5) Rehabilitator

Perawat dengan segenap kemampuan membantu klien kembali

meningkatkan fungsi maksimal dirinya setelah mengalami kecelakaan,

sakit ataupun peristiwa lain yang menyebabkan klien kehilangan

kemampuan dan menyebabkan ketidakberdayaan .

6) Pemberi kenyamanan

Kenyamanan serta dukungan emosional yang diberikan

perawat selama melaksanakan asuhan keperawatan secara utuh kepada

klien, dapat memeberikan pengaruh positif berupa kekuatan untuk

mencapai kesembuhan klien.

7) Komunikator

Perawat bertugas sebagai komunikator yang menghubungkan

klien dan keluarga, antar perawat maupun tenaga kesehatan lainnya.

Faktor terpenting dalam memenuhi kebutuhan klien, keluarga dan

komunitas adalah kualitas komunikasi.

8) Penyuluh
24

Dalam hal ini perawat menjelaskan kepada klien tentang

pentingnya kesehatan, memberi contoh prosedur perawatan dasar yang

dapat digunakan klien untuk meningkatkan derajat kesehatannya,

melakukan penilaian secara mandiri apakah klien memahami

penjelasan yang diberikan dan melakukan evaluasi untuk melihat

kemajuan dalam pembelajaran klien.

9) Peran karir

Perawat berkarier dan mendapatkan jabatan tertentu, hal ini

memberikan perawat kesempatan kerja lebih banyak baik sebagai

seorang perawat pendidik, perawat pelaksana tingkat lanjut, dan tim

perawatan kesehatan.

c. Fungsi perawat

Berdasarkan peran yang akan dijalankan seorang perawat menurut

Nisya (2013), fungsi perawat memiliki tiga fungsi dasar, sebagai berikut:

1) Fungsi Independen

Fungsi independen merupakan fungsi mandiri dan tidak

bergantung pada tugas yang dilakukan orang lain. Hal tersebut dimana

para perawat menjalankan tugasnya dilakukan oleh diri sendiri dan

keputusan sendiri dalam melakukan sebuah tindakan untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia.

2) Fungsi Dependen

Fungsi dependen yaitu fungsi perawat dalam melaksanakan

kegiatannya atas instruksi dari perawat lainnya.


25

3) Fungsi Interdependen

Fungsi interdependen yaitu fungsi tersebut dilakukan dalam

team atau kelompok yang bersifat saling berketergantungan satu sama

lain.

5. Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan segala kegiatan

untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

(Peraturan Pemerintah No 50, 2012).

Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu program didasari

pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya

bahaya dan risiko terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian –

kerugian lainnya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa

keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis

dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang

mungkin terjadi (Rijanto, 2010).

K3 ialah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan

orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga

setiap sumber produksi bisa digunakan secara aman dan efisien (Ardana,

2012).

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
26

umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan

sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan

Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun

industry (Sri, 2016)

a. Kesehatan kerja

Kesehatan kerja menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48

Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran adalah

adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya bagi karyawan di semua jabatan, pencegahan

penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi karyawan,

perlindungan karyawan dari risiko akibat faktor yang merugikan

kesehatan, penempatan dan pemeliharaan karyawan dalam suatu

lingkungan kerja yang mengadaptasi antara karyawan dengan manusia dan

manusia.

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan dan

kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh

derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial

dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan

kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan

kerja serta terhadap penyakit-penyakit umumnya (Osha, 2019)

b. Keselamatan kerja
27

Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan

mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan

tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Keselamatan Kerja memiliki sifat sasarannya adalah lingkungan kerja dan

bersifat teknik (Sri, 2016)

Menurut Moenir dalam Rahman (2009) indikator keselamatan

kerja dapat dilihat dari lingkungan kerja secara fisik antara lain:

1) Penempatan benda atau barang sehingga tidak membahayakan atau

mencelakakan orang-orang yang berada di tempat kerja atau sekitarnya

2) Perlindungan pada pegawai atau pekerja yang melayani alat-alat kerja

yang dapat menyebabkan kecelakaan, dengan cara memberikan alat-

alat perlindungan yang sesuai dan baik.

3) Penyediaan perlengkapan yang mampu digunakan sebagai alat

pencegah, pertolongan dan perlindungan.

4) Penyediaan program sosialisasi pencegahan kecelakaan yang diberikan

oleh perusahaan terhadap pegewai atau pekerja.

c. Kecelakaan kerja

Kecelakaan merupakan sebuah kejadian tak terduga yang dapat

menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan dapat terjadi akibat

kelalaian dari perusahaan, pekerja, maupun keduanya, dan akibat yang

ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi kedua pihak. Bagi pekerja,

cedera akibat kecelakaan dapat berpengaruh terhadap kehidupan pribadi,

kehidupan keluarga, dan kualitas hidup pekerja tersebut. Bagi perusahaan,


28

terjadi kerugian produksi akibat waktu yang terbuang pada saat melakukan

penyelidikan atas kecelakaan tersebut serta biaya untuk melakukan proses

hukum atas kecelakaan kerja. (Ridley, 2010)

Kecelakaan dapat dibagi menjadi 2 jenis, kecelakaan langsung dan

kecelakaan tidak langsung. Kecelakaan langsung dapat dibedakan menjadi

kejadian kecelakaan sesungguhnya dan juga kejadian nyaris celaka/hampir

celaka. Nyaris celaka adalah sebuah kejadian yang hampir menyebabkan

terjadinya cedera atau kerusakan dan hanya memiliki selang perbedaan

waktu yang sangat singkat. Nyaris celaka tidak mengakibatkan kerusakan,

sedangkan kecelakaan pasti mengakibatkan kerusakan (Ridley, 2010).

Pada umumnya kecelakaan kerja penyebab utamanya adalah

kelalaian atau kecerobohan tenaga kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan

upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara membina dan

mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di

laboratorium. Setiap kecelakaan bukan peristiwa tunggal, namun terjadi

karena penyebab yang saling berkaitan yaitu kesalahan dari sisi

perusahaan, sisi pekerja, atau keduanya. Akibat yang ditimbulkan yakni

trauma bagi keduanya, bagi pekerja yaitu cedera yang dapat memengaruhi

terhadap pribadi, keluarga, dan kualitas hidup, sedangkan bagi perusahaan

berupa kerugian produksi, waktu yang terbuang untuk penyelidikan dan

biaya untuk proses hukum. Tindakan pencegahan kecelakaan bertujuan

untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan hingga mutlak minimum

(Sri, 2016).
29

Menurut Anizar (2012), faktor ada dua faktor penyebab kecelakaan

yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor

lingkungan). Unsafe Action dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara

lain:

Unsafe Action dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:

a) Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja

b) Kurang pendidikan

c) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan

d) Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya

e) Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura – pura

f) Mengankut beban yang berlebihan

g) Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja

Unsafe Condition dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:

a) Peralatan yang sudah tidak layak pakai

b) Ada api ditempat bahaya

c) Pengamanan gedung yang kurang standar

d) Terpapar bising

e) Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan

f) Kondisi suhu yang mebahayakan

g) Dalam keadaan pengamanan yang belebihan

h) System peringatan yang berlebihan

i) Sifat pekerjaan yang mengandung bahaya


30

6. Konsep Alat Pelindung Diri (APD) Sesuai Standar Operasional Prosedur

(SOP)

Alat pelindung diri adalah perlengkapan yang wajib digunakan untuk

melindungi pekerja dari bahaya yang bisa menyebabkan cedera atau penyakit

serius terkait pekerjaannya. Alat pelindung diri telah didesain khusus sesuai

dengan jenis pekerjaannya, misalnya APD untuk pekerja konstruksi tidak

akan sama dengan APD untuk pekerja di laboratorium (Kevin, 2019).

Menurut Sailendra (2015), Standar Operasional Prosedur (SOP)

merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional

organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar.

Sedangkan menurut Hariyono (2016), Standar Operasional Prosedur

Kesehatan dan keselamatan kerja (SOP K3) merupakan suatu standar atau

prosedur yang dapat memberikan informasi kepada para pekerja agar dapat

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan aman dan nyaman

sehingga terhindar dari penyakit atau kecelakaan akibat kerja, serta agar

tercapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Standar Operasional

Prosedur (SOP) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki peranan

yang sangat penting dalam sebuah perusahan. SOP K3 dapat menjamin hak

dari setiap karyawan. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan sangatlah

besar sehingga semua pihak yang terlibat baik pekerja, pimpinan perusahan

dan penentu kebijakan harus memahami dan menerapkan program-program

tentang K3 sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat.
31

Maka dengan demikian jumlah kecelakaan kerja dapat ditekan dan perusahan

tidak akan mengalami suatu kerugian.

a. Jenis – jenis alat pelindung diri

1.) Sarung tangan

Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan

dari kontak darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit

yang tidak utuh. Selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi.

Sarung tangan harus selalu dipakai oleh petugas sebelum kontak

dengan darah atau semua jenis cairan tubuh, sekret ekskreta dan

benda yang terkontaminasi.

2.) Pelindung wajah / masker/ kaca mata

Pemakaian pelindung wajah dimaksudkan untuk melindungi

selaput lendir hidung, mulut, dan mata selama melakukan tindakan

atau perawatan pasien yang memungkinkan terjadinya percikan darah

dan cairan tubuh lain. Jenis alat yang digunakan meliputi masker,

kaca mata,atau pelindung wajah digunakann sesuai kemungkinan

percikan darah selama tindakan berlangsung.

3.) Penutup kepala

Tujuan pemakaian tutup kepala adalah mencegah jatuhnya

mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala petugas terhadap

alat- alat / daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala /

rambut petugas dari percikan bahan – bahan dari pasien.

4.) Gaun pelindung (baju kerja / celemek)


32

Indikasi pemakaian gaun pelindung yaitu seperti pada saat

membersihkan luka, melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase,

menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan /

toilet, mengganti pembalut, menangani pasien dengan perdarahan

masif.

5.) Sepatu pelindung

Tujuan pemakaian adalah melindungi kaki petugas dari

tumpahan/ percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah

dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan.

Sepatu harus menutupi seluruh ujung dan telapak kaki dan tidak

dianjurkan untuk menggunakan sandal atau sepatu terbuka.

c. Aspek – aspek menggunakan alat pelindung diri (APD)

Seorang ahli manajemen K3 Cooper (2000) dalam Brito (2015)

menyatakan terdapat 3 elemen pembentuk safety culture yaitu aspek

psiklogis pekerja, aspek perilaku, dan aspek organisasi dan situasi.

1) Aspek perilaku

Sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap

lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila

ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang

disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu

akan menghasilkan perilaku tertentu pula untuk meningkatkan

kesehatan dan keselamatan kerja.

2) Aspek orgranisasi
33

Sebuah wadah atau tempat untuk sekelompok orang untuk

bekerjasama secara rasional dan sistematis, terkendali, dan terpimpin

yang fokus terhadap kesehatan dan keselamatan kerja untuk mencapai

suatu tujuan tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

3) Aspek situasi

Sebuah keadaan suatu tempat yang cenderung mengarahkan

kedudukan suatu proses berjalan baik atau sebaliknya dilihat dari

lingkungan.

d. Cara memasang dan melepaskan alat pelindung diri (APD)

World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menjelaskan

cara memasang dan melepaskan alat pelindung diri, yaitu:

1) Memasang

a) Langkah pertama: kumpulkan semua alat pelindung diri (APD)

yang tersedia, serta tentukan tempat memakai dan mencopotnya.

Usahakan ada seorang teman atau jika tidak ada, minimal ada

cermin yang dipakai.

b) Langkah kedua: kenakan gaun, yang diikuti dengan pelindung

wajah atau masker bedah dan pelindung mata. Untuk masker dan

pelindung mata, pastikan tersegel.

c) Langkah ketiga: pakailah sarung tangan dan sepatu pelindung.

2) Melepaskan

a) Langkah pertama: hindari kontak dengan orang lain dan lucuti alat

pelindung diri (APD) mulai dari yang paling terkontaminasi.


34

b) Langkah kedua: lepas gaun dan sarung tangan dengan cara

menggulung dari dalam ke luar, kemudian buang ke tempat yang

semestinya.

c) Langkah ketiga: cuci tangan.

d) Langkah keempat: copot pelindung wajah dari belakang kemudian

buag begitu pula jika anda memakai masker dan pelindung mata.

Untuk pelindung mata, letakan di tempat terpisah atau proses

ulang.

e) Langkah kelima: cuci tangan kembali.

e. Panduan penggunaan alat pelindung diri (APD) di Ruang rawat inap

Rumah Sakit sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)

Panduan menggunakan alat pelindung diri (APD) di Ruang rawat

inap Rumah Sakit sesuai standar operasional prosedur (SOP) menurut

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) pada tahun 2020,

yaitu:

1) Apron/Gown/Cover all jumpsuit

2) Penutup kepala (bila tidak menggunakan cover all jumpsuit)

3) Sepatu tertutup

4) Masker bedah

5) Kacamata (Ketika ada risiko percikan cairan tubuh)

6) Sarung tangan (dilepaskan segera setelah selesai tindakan)


35

B. KERANGKA TEORI

Faktor – faktor yang mempengaruhi


Kepatuhan menggunakan APD menurut
Green, 2005, yaitu: Perilaku
Faktor predisposisi kepatuhan
a. Pengetahuan (kepatuhan
b. persepsi menggunakan
c. Sikap APD)
d. Kepercayaan
e. Nilai
f. Faktor demografi

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Keterangan: Huruf yang dicetak tebal adalah yang akan diteliti.
36

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Dependen:
Variabel Independen:
Mempengaruhi
Sikap perawat kepatuhan
menggunakan APD

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki 2 variabel, yaitu variabel independen

dan dependen. Variabel independen yaitu sikap perawat menggunakan APD

dan variabel dependen yaitu Kepatuhan perawat menggunakan APD.

C. Hipotesis

1. H0: Tidak ada hubungan antara Sikap perawat dengan Kepatuhan

Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Sesuai Standard Operating

Procedure (SOP) Di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru.

2. H1: Ada hubungan antara Sikap perawat dengan Kepatuhan

Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Sesuai Standard Operating

Procedure (SOP)Di Ruang Rawat Inap RSUD Datu Beru.


37

D. Definisi Operasional

Variable Definisi Cara Alat ukur Skala Hasil


ukur ukur ukur
Independen: Kemauan / Penye Kuisioner Ordinal Positif
Sikap pilihan mau atau baran
perawat tidak mau kuisio Negatif
terhadap perawat ner
penggunaan menggunakan
APD APD.
Dependen: Perilaku perawat Kuisio Kuisioner Ordinal Patuh
Kepatuhan yang mengikuti ner
perawat aturan Tidak
menggunaka penggunaan patuh
n APD APD sesuai SOP
sesuai SOP

Tabel 3.1 Definisi Operasional

E. Cara Pengukuran Variabel

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap terhadap

penggunakan APD pada perawat di RSUD Datu Beru. Variabel ini

diukur menggunakan instrument berupa kuisioner dengan skala likert

dengan sejumlah 30 item, untuk pernyataan positif jika responden

menjawab sangat setuju (5), setuju (4), ragu (3), tidak setuju (2), sangat

tidak setuju (1) dan untuk pernyataan negative sangat setuju (1), setuju

(2), ragu (3), tidak setuju (4), sangat tidak setuju (5). Nilai terendah yang

diperoleh oleh responden adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 150.

Untuk membedakan kateogri pernyataan sifat positif dan negative

menggunakan:
38

a) Positif, apabila nilai median > 90

b) Negatif, apabila nilai median ≤ 90

2. Variabel dependen

Variable dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan perawat

menggunakan APD sesuai SOP di RSUD Datu Beru. Kepatuhan perawat

dengan penggunaan APD diukur dengan lembar check list dengan jumlah

pertanyaan 30 pertanyaan, menggunakan skala guttman dengan pilihan

jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk pertanyaan positif apabila responden

menjawab “Ya” maka diberi nilai 1, jika menjawab “tidak” maka diberi

nilai 0. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif apabila responden menjawab

“Ya” maka diberi nilai 0, jika menjawab “tidak” maka diberi nilai 1.

Selanjutnya dikategorikan menjadi:

Adapun nilai rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

X = ∑x
n

Keterangan :

X = Nilai yang didapatkan responden

∑ x = Nilai komulatif seluruh responden

n = jumlah responden

a. Patuh, apabila nilai responden > X (rata-rata)

b. Tidak patuh, apabila nilai responden < X (rata-rata)


BAB IV
METODOLOGI PENELITAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi

cross sectional dimana pengukuran variabel independen dan variabel

dependen yang terjadi pada objek penelitian diukur dalam waktu yang

bersamaan. Variabel independen dalam penelitain ini adalah sikap perawat

menggunakan APD. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kepatuhan perawat menggunakan APD.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Muyang Kute yang berada di Aceh Tengah pada bulan juli tahun

2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja

diruang rawat inap Rumah RSUD Datu Beru berjumlah 254 orang.

2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non

probability Sampling dengan cara proporsional sampling dengan jumlah

sampel 167 orang. Ruang rawat inap di rumah sakit berjumlah 15 ruang.

Total jumlah perawat di ruang rawat inap berjumlah 254.

39
39
39
40

N
Rumus teknik sampel n =
1+ Nd 2

254
n=
1+ 254 x 0.052

254
n=
1+ 254 x 0.0025❑

254
n=
1,635

n = 155

Rumus teknik mengambil jumlah sampel per ruangan

N1
n1 ¿ xn
N

15
n1 = x 155
254

2325
n1 ¿
254

n1 ¿ 9

Keterangan: n = jumlah sampel

n1 = jumlah sampel ruangan 1

N = jumlah populasi

N1 = jumlah populasi dalam ruang 1

d2 = presisi yang ditetapkan

a. Kriteria inklusi

1) Perawat yang bersedia menjadi responden

2) Semua perawat yang bekerja dan bertugas di ruang rawat inap

RSUD Datu Beru


41

3) Semua umur dan se mua jenis kelamin.

b. Kriteria eksklusi

1) Petugas yang cuti atau sakit pada saat pengambilan data.

2) Responden yang tidak mengikuti pengambilan data hingga selesai.

No Ruang Populasi Sampel


1 Ruang Rawat Bedah Wanita 18 11
2 Ruang Rawat Bedah Pria 19 12
3 Ruang Rawat penyakit dalam
15 9
wanita
4 Ruang Rawat Penyakit dalam
17 10
Pria
5 Ruang Rawat Anak 14 9
6 Ruang Rawat Penyakit
19 12
Kebidanan dan Kandungan
7 Ruang Rawat Penyakit Paru 22 13
8 Ruang Rawat Penyakit Saraf /
14 8
Jiwa
9 Ruang Rawat Penyakit THT 13 7
10 Ruang Rawat VIP 18 11
11 Ruang Rawat ICU 18 11
12 Ruang Rawat NICU 19 12
13 Ruang Rawat ICCU 17 10
14 Ruang Rawat PICU 17 10
15 Ruang Rawat Kepies 14 9
Total 254 155

Tabel 4.1 Jumlah populasi dan sampel

D. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan data

Pengumpulan data baik variabel independen maupun dependen

menggunakan kuesioner yang terdiri dari 30 pernyataan tentang sikap


42

perawat dengan penggunaan APD dan kuisioner tentang kepatuhan

perawat dengan penggunaan APD. Lembar kuisioner digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data kepatuhan perawat dalam penggunaan

APD sesuai SOP. Lembar kusioner dibuat dalam menggunakan skala

Guttman. Jawaban “ya” mendapat skor 1 dan jawaban “tidak” mendapat

skor 0.

2. Metode pengumpulan data

Metode pengambilan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah memilih calon responden dengan terlebih dahulu melihat kerangka

sampel yang ada. kuesioner yang telah diisi oleh responden selanjutnya

akan diolah dan dianalisa oleh peneliti, buku, jurnal yang berkaitan dengan

penelitian ini.

a. Data primer

Data Primer yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada

responden yaitu perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Datu

Beru. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dan lembar observasi. Penelitian dimulai dengan

permohonan izin pengambilan data awal di RSUD Datu Beru dengan

menyertakan surat izin permintaan data awal dari STIKes Darusaalam

Lhokseumawe.

b. Data sekunder
43

Data skunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain seperti

data dari RSUD Datu Beru, buku, dan jurnal yang mendukung tentang

penelitian yang sedang peneliti jalankan.

3. Uji instrument penelitian

a. Uji Validitas

Pada pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan uji

korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan terhadap skor total

seluruh pertanyaan dengan menggunakan rumus (Notoadmodjo, 2010).

Proses uji validitas pada penelitian ini akan diproses dengan aplikasi

komputer yaitu Statistic Product Solution Service (SPSS) versi 17.

Kuesioner dalam penelitian ini akan dilakukan uji validitas

pada Juli 2020 di Rumah Sakit TK IV IM.07.01 Lhokseumawe dengan

nilai r tabel sebesar 0,4438. Selanjutnya, hasil uji validitas diproses

dengan sistem komputerisasi.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan

(Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2010), penguji reliabilitas

kuesioner dapat dilakukan dengan menggunakan metode internal

consistency, dilakukan dengan cara mencoba instrument sekali saja,

kemudian yang diperoleh dianlisis dengan teknik tertentu. Penguji


44

kuesioner tersebut menggunakan aplikasi komputer yaitu Statistic

Product Solution Service (SPSS) versi 17. Instrumen dikatakan reliabel

bila nila alpha mendekati 1.

E. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Swarjana (2016), yaitu:

1. Editing

Tahap pertama dalam pengolahan data penelitian atau data statistik.

Editing merupakan proses memeriksa data yang dikumpulkan melalui alat

pengumpulan data (instrumen penelitian).

2. Coding

Tahap ini dilakukan adalah pemberian kode. Pemberian kode

menjadi penting untuk mempermudah tahap-tahap berikutnya terutama

pada tabulasi data.

3. Transferring

Mengubah jawaban menjadi simbol, kode bagi tiap-tiap data yang

termasuk dalam kategori yang sama.

4. Scoring

Masing-masing variabel pertanyaan diberikan skor sesuai dengan

kategori data dan jumlah butir pertanyaan dari sub variabel sehingga

setiap responden mempunyai skor yang tersedia sesuai dengan setiap

pertayaan.

5. Tabulating
45

Tahap berikutnya dalam pengolahan data penelitian adalah

tabulating atau penyusunan data.

F. Analisis Data

1. Analisis univariat

Untuk distribusi frekuensi akan ditemukan presentasenya dengan

menggunakan rumus (Notoatmojo, 2010) adalah sebagai berikut:

f
p= x 100 %
n
Keterangan :
P : Presentase
f : Frekuensi
n : Jumlah sampel Analisis bivariate

2. Analisis bivariat

Pada tahap ini analisis yang digunakan adalah dengan

menghubungkan masing-masing variabel independen dan variabel

dependen. Metode uji statistik yang digunakan adalah chi square dengan

tingkat kemaknaan atau α = 0,05, artinya jika diperoleh p value < 0,05

berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Untuk memudahkan penulis dalam mengolah data, peneliti

menggunakan program Statistic Product Solution Service (SPSS) V 17.

Prosedur Uji Chi Square selalu melakukan perbandingan antara

frekuensi-frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan

dengan hipotesis awal yang ditetapkan dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai