Anda di halaman 1dari 70

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN

MEDIA BOOKLET TERHADAP MOTIVASI WUS DALAM


DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI RW 012
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBELA
SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Maria Fulgensia Bengu Ndona

NIM ST162035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2018
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :Maria Fulgensia Bengu Ndona

NIM : ST162035

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Karya tulis saya, proposal ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam dafter pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.

Surakarta, 15 Maret 2018


Yang membuat pernyataan,

(Maria Fulgensia Bengu Ndona)

NIM. ST162035

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal Skripsi yang


berjudul :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA


BOOKLET TERHADAP MOTIVASI WUS DALAM DETEKSI DINI
KANKER SERVIKS DI RW 012 WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA

Oleh :
Maria Fulgensia Bengu Ndona
NIM ST162035

Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ns. Wahyu Rima Agustin, M. Kep Christiani Bumi Pangesti, S.SiT., M. Kes
NIK. 201279102 NIK. 201489130

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

Anugerah, Rahmat dan BerkatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media

Booklet Terhadap Motivasi Wus Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Di RW 012

Wilayah Kerja Puskesmas Sibela Surakarta”. Proposal ini di ajukan sebagai

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu Keperawatan di STIKes

Kusuma Husada Surakarta.Penulis menyadari bahwa terselesaikannya proposal ini

tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan kerjasama yang baik dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati, ingin

menyampaikan terimakasih dan rasa hormat kepada

1. Wahyu Rima Agustin,S.Kep.,Ns.,M.Kepselaku Ketua STIKes Kusuma

Husada Surakarta serta pembimbing utama yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk menyusun proposal inidengan penuh sabar, penuh

tanggung jawab sampai tersusunnyaproposal ini

2. Atiek Murharyati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua prodi Sarjana Keperawatan

yang telah memberikan motivasi dan semangat untuk menyusun proposal ini.

3. Christiani umi Pangesti, S.SiT., M. Kesselaku pembimbing pendamping

yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tanggung jawab dan arahan

sampai tersusunnya proposal ini.

4. Kepala UPT Puskesamas Sibela Surakartayang telah bersedia memberikan

izin sebagai tempat studi pendahuluan.

iv
5. Kedua Orangtua Bapak dan Ibu serta keluarga yang senantiasa memberikan

semangat dan doa sehingga proposal ini bisa selesai pada waktunya.

6. Teman-teman seangkatan 2016yang telah memberikan dukungan dan

semangat dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini tidak lepas dari kesalahan

dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan selanjutnya.Semoga proposal ini dapat dilanjutkan

untuk penelitian.

Surakarta, Maret 2018

Maria Fulgensia Bengu Ndona


NIM. ST162035

v
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... 8
1.4 Manfaat ........................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Teori ............................................................. 10
2.2 Kerangka Teori............................................................ 38
2.3 Kerangka Konsep ........................................................ 39
2.4 Hipotesis Penelitian..................................................... 39
2.5 Keaslian Penelitian ...................................................... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................. 41
3.2 Populasi dan Sampel ................................................... 42
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................... 44
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran44
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .............. 46
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ......................... 51
3.7 Etika Penelitian ........................................................... 54

vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
NomorTabel Judul Tabel

2.5 Keaslian Penelitian 40

3.1 Desain Penelitian 41

3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran 45

viii
DAFTAR GAMBAR

NomorGambar Judul Gambar Halaman


2.2 Kerangka Teori 38

2.3 Kerangka Konsep 39

DAFTAR LAMPIRAN

ix
Nomor
Keterangan
Lampiran

1 Jadwal Penelitian

2 F.01 Usulan Topik Penelitian

3 F.02 Pengajuan Persetujuan Judul

4 F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

5 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

6 F.05 Lembar Oponent Ujian Sidang ProposalSkripsi

7 F.06 Lembar Audience Ujian Sidang ProposalSkripsi

8 Surat Persetujuan Responden

10 Lembar Kuisioner Data Demografi

11 Kuisoner Motivasi

13 Lembar Konsultasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

secara utuh, dalam semuahal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta

fungsi dan prosesnya. Dalam kesehatan reproduksi terdapat beberapa gangguan

yang terjadi khususnya pada wanita, salah satunya adalah kanker serviks.Kanker

serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada serviks atau mulut

rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan terluar permukaan

serviks dan disebabkan oleh HPV atau Human Papiloma Virus. Virus kanker

serviks bersifat spesifik dan hanya tumbuh di dalam sel manusia, terutama pada

sel-sel lapisan permukaan atau epitel mulut Rahim (Samadi, 2011).

Menurut laporan badan kesehatan dunia World Health Organization

(WHO) tahun 2013 menyatakan, kanker serviks merupakan kasus kanker

terbanyak kedua pada wanita di seluruh dunia. Setiap tahun lebih dari 270.000

wanita meninggal karena kanker serviks, dan lebih dari 85% terjadi di negara

berkembang. Berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi kanker di Indonesia

adalah 1,4 per 1000 penduduk, dan kanker serviks merupakan kanker dengan

prevalensi kedua tertinggi di Indonesia sebesar 0,8% atau sekitar 98.692

penduduk. Sedangkan menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan

RI (Infodatin) tahun 2013 insiden kanker serviks di Jawa Tengah menduduki

1
2

peringkat kedua setelah Jawa Timur, yaitu dengan 19.734 kasus. Berdasarkan data

dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, jumlah penderita kanker serviks yang

tersebar pada 13 Rumah Sakit di Kota Surakarta pada tahun 2015 sebesar 2.772

orang, dan pada tahun 2016 sebesar 2.340 orang. Sedangkan dari 17 Puskesmas

yang ada di Kota Surakarta ditemukan 38 orang yang menderita kanker serviks

pada tahun 2016.

Tingginya angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks menurut World

Health Organization disebabkan oleh keterlambatan dalam pengobatan. Pasien

biasanya datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut dan terlambat

untuk diobati. Hal tersebut terjadi karenakurangnya pengetahuan masyarakat

mengenai gejala kanker serviks dan terlambatnya deteksi dini kanker. Oleh

karena itu salah satu cara untuk mencegah terjadinya kanker serviks dapat

dilakukan dengan deteksi dini lesi prakanker. Deteksi dini lesi prakanker dapat

mencegah lesi prakanker tidak berlanjut menjadi kanker serviks jika segera

dilakukan pengobatan. Hal ini terbukti di negara-negara maju yang telah

mengalami penurunan insiden kanker serviks. Contohnya di Amerika Serikat,

dalam 50 tahun terakhir insiden kanker serviks turun sekitar 70% yang

dimungkinkan karena adanya program deteksi dini dan tatalaksana yang baik. Hal

ini sejalan pula dengan penelitian Peirson (2013), yang menjalani systematic

review dari tahun 1995 sampai 2012. Hasil penelitian membuktikan bahwa

deteksi dini lesi prakanker dapat menurunkan insiden kanker serviks dan

menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh kanker serviks.


3

Deteksi dini lesi prakanker ialah usaha untuk mengidentifiksi penyakit

atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan test,

pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk

membedakan orang-orang yang kelihatan sehat, benar-benar sehat, dengan tampak

sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Deteksi dini penyakit kanker

serviks dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan sitologi menggunakan

tes pap smear. American College of Obstetrician and Gynecologist (ACS) dan

US Preventive Task Force (USPSTF) mengeluarkan panduan bahwa setiap

wanita seharusnya melakukan tes pap smear dalam upaya deteksi dini

kanker serviks sejak 3 tahun pertama dimulainya aktivitas seksual atau saat

usia 21 tahun (Rasjidi, 2009).

Pap Test (Pap Smear) merupakan pemeriksaan sitologik epitel porsio dan

endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahansel praganas maupun ganas di

porsio atau servik uteri. Pap Test (Pap Smear) yaitu suatu pemeriksaan dengan

cara mengusap leher rahim (scrapping) untuk mendapatkan sel-sel leher rahim

kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat diketahui terjadinya perubahan atau

tidak. Jika hasil pemeriksaan Pap Smear normal, pemeriksaan kembali hanya

perlu diulang paling cepat 1 tahun kemudian.Namun, pada wanita resiko tinggi

sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan pap smear 6 bulan sekali.Usaha

untuk mengidentifikasi kelainan pada serviks yang dilakukan melalui

pemeriksaan pap smear memungkinkan untuk dilakukannya tindakan

pencegahan atau pengobatan sebelum sel berkembang menjadi kanker.


4

Namun, sampai saat ini deteksi dini untuk pencegahan kanker serviks masih

belum mendapat prioritas bagi kaum wanita.

Beberapa faktor yang menghambat pemeriksaan pap smear

diantaranya adalah perilaku wanita usia subur yang enggan diperiksa karena

tidak pernah tahu mengenai pap smear, rasa malu dan rasa takut untuk

memeriksa organ reproduksi kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya

pada golongan ekonomi menengah ke bawah, sumber informasi, dan fasilitas

atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan pemeriksaan pap

smear. Sebelum tahun 1930, kanker serviks merupakan penyebab utama

kematian wanita di Indonesia.Setelah pemeriksaan pap smear diperkenalkan di

Indonesia, angka kejadian kanker serviks menurun drastis. Namun, sampai saat ini

pemeriksaan pap smear masih belum banyak di sosialisasikan kepada masyarakat

sehingga angka kejadian kanker serviks masih tetap tinggi (Candraningsih, 2011).

Terdapat pula metode deteksi dini kanker serviks yang juga sudah

diketahui oleh masyarakat yaitu metode IVA Test. Metode IVA Test merupakan

pemeriksaan dengan cara mengamati secara inspekulo serviks yang telah dipulas

dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%) selama 1 menit. Daerah yang tidak

normal akan berubah warna dengan batas tegas yang menjadi putih (acetowhite),

yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi pra kanker. Metode

ini sudah banyak digunakan di Puskesmas, BPS, ataupun di Rumah Sakit. Metode

inspeksi ini lebih mudah, lebih sederhana, sehingga skrining dapat dilakukan

dengan cakupan lebih luas dan diharapkan temuan kanker servik dini akan bisa

lebih banyak(Samadi, 2011).


5

Meskipun kanker serviks merupakan penyakit yang tidak diketahui

penyebabnya secara pasti, para ahli memperkirakan bahwa 40% kanker dapat

dicegah dengan mengurangi faktor resiko terjadinya kanker tersebut. Untuk itu

diperlukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat dengan pemberian

pendidikan kesehatan agar mereka mendapatkan informasi yang lengkap

mengenai deteksi dini kanker serviks, memahami dan sekaligus mengerti manfaat

dari pemeriksaan tersebut.

Pendidikan kesehatan sebagai suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

mengubah perilaku individu, kelompok atau masyarakat.Selain itu pendidikan

kesehatan juga penting dilakukan untuk menggali motivasi seseorang agar

dapat menerima proses perubahan perilaku melalui tindakan persuasif secara

langsung terhadap sistem nilai, kepercayaan dan perilaku (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafa’ah (2014) diperoleh hasil

bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan, lingkungan dan motivasi

WUS dalam melakukan deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Paciran

Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah (2017) yang menunjukkan

adanya hubungan antara pengetahuan WUS tentang kanker servik dengan

motivasi melakukan pemeriksaan IVA diDesa Sambirejo Kecamatan Sambirejo

Kabupaten Sragen.

Pendidikan kesehatan dapat menggunakan berbagai media salah satunya

adalah menggunakan booklet. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulianti


6

(2013) dan Srimiyati (2014) membuktikan apabila penyuluhan dengan

menggunakan bookletmampu meningkatkan pengetahuan danmemperbaiki

tindakan responden. Oleh sebab itu tenaga kesehatan hendaknya dapat

meningkatkan sumber informasi dan fasilitas kepada masyarakat khususnya

wanita usia subur dengan menggunakan media booklet sehingga masyarakat

dapat mengetahui dan memahami tentang pentingnya melakukan deteksi dini

kanker serviks sehingga dapat memotivasi mereka untuk melakukan

pemeriksaan pap smear maupun pemeriksaaan iva test.

Puskesmas Sibela merupakan salah satu puskesmas yang memiliki wilayah

kerja yang luas dengan lebih dari 7160 wanita usia subur yang sudah memiliki

pasangan dan beresiko tinggi mengalami kanker serviks. Peneliti telah melakukan

studi pendahuluan di Puskesmas Sibela yaitu wawancara langsung dengan Bidan

Koordinator dan beberapa warga di RW 012 yang merupakan salah satu wilayah

kerja Puskesmas Sibelayang memiliki jumlah wanita usia subur yang sudah

memiliki pasangan dengan jumlah terbanyak dan merupakan tempat peneliti

menemukan fenomena kurang aktifnya wanita usia subur dalam pemeriksaan iva

test dan pap smear. Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan koordinator

menyatakan bahwa angka kejadian dari kanker serviks di wilayah kerja

puskesmas ini sudah terdeteksi sejak tahun 2015 terdapat 9 orang dengan Iva

positif, tahun 2016 empat orang dan tahun 2017 masih 1 orang yang terdeteksi Iva

positif. Sedangkan pemeriksaan iva test yang sudah diakses oleh wus yang sudah

memiliki pasangan pada tahun 2016 hanya 72 orang dari 7160 wus, dan pada

tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 209 orang.


7

Hal tersebut menunjukan bahwa kesadaran wanita usia subur yang sudah

memiliki pasangan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks sudah mengalami

peningkatan dari tahun 2016 ke 2017 meskipun masih sangat rendah. Data yang

diambil dari Puskesmas Sibela menunjukan bahwa di RW 012 terdapat 307 wus

yang sudah memiliki pasangan dan beresiko tinggi terkena kanker serviks.Pada

tahun 2016 sudah ditemukan 1 orang yang terdeteksi Iva positif dari RW 012

tersebut. Ketika dilakukan wawancara pada 10 orang wanita usia subur yang

sudah memiliki pasangan di RW 012 diperoleh data, 5 orang wanita usia subur

belum pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks dan 7 orang belum

pernah melakukan pemeriksaan Iva Test dan Pap Smear.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, petugas puskesmas sudah

melakukan penyuluhan melalui Forum Komunikasi Kader Posyandu (FKKP)

terhadap kader-kader dari setiap wilayah kerja puskesmas tetapi belum bisa

melakukan program pendidikan kesehatan kepada masyarakat secara langsung

karena keterbatasan tenaga kerja dan cakupan wilayah kerja puskesmas yang

sangat luas. Oleh sebab itu, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui

tentang kanker serviks maupun pencegahan dan deteksi dininya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media

Booklet Terhadap Motivasi Wus Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Di RW 012

Wilayah Kerja Puskesmas Sibela Surakarta”.


8

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :Adakah Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Menggunakan Media Booklet Terhadap Motivasi Wus Dalam Deteksi

Dini Kanker Serviks Di RW 012 Wilayah Kerja Puskesmas Sibela Surakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media booklet terhadap

motivasi wus dalam deteksi dini kanker serviks di RW 012 Wilayah

Kerja Puskesmas Sibela Surakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik wanita usia subur mengenai

deteksi dini kanker serviks di RW 012 wilayah kerja

Puskesmas Sibela.

2. Mengidentifikasi motivasi wanita usia subur dalam deteksi

dini kanker serviks di RW 012 wilayah kerja Puskesmas

Sibela.

3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan

media booklet dengan motivasi wanita usia subur dalam

deteksi dini kanker serviks di RW 012 wilayah kerja

Puskesmas Sibela.
9

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Puskesmas Sibela Surakarta

Sebagai masukan bagi Puskesmas Sibela Surakarta dalam

mengevaluasi pengaruh pemberian pendidikan kesehatan

tentangdeteksi dini kanker serviksterhadap motivasi wanita usia subur

dalam melakukan pemeriksaan iva test dan pap smear.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperkaya

ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan

maternitas untuk lebih mengetahui bagaimana cara untuk

meningkatkan motivasi wanita usia subur dalam pemeriksaan iva test

dan pap smear.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam

melakukan penelitian lebih lanjut tentang metode, variabel, sampling

yang berbeda.

1.4.4 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman peneliti

mengenaigambaran penyakit kanker serviks dan deteksi dini dengan

pemeriksaan iva test dan pap smear.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat,

sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan,

yang tersirat dalam pendidikan adalah: input yaitu sasaran pendidikan

(individu, kelompok, dan masyarakat), pendidik adalah (pelaku

pendidikan), proses adalah (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain), output adalah (melakukan apa yang diharapkan

atau perilaku).

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual,

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomi, dan menurut WHO yang paling baru ini

memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya

yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik

maupun mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat

(Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan

dalam bidang kesehatan.Secara operasional pendidikan kesehatan adalah

semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap

10
11

praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).

Menurut beberapa ahli psikologi, pada diri seseorang terdapat

penentuan tingkah laku, yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku

tersebut.Faktor penentu tersebut adalah motivasi atau daya penggerak

tingkah laku manusia.Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan

yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan

(Uno Hamzah, 2016).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari:

a. Tujuan kaitannya dengan batas sehat

Menurut WHO (1954) pendidikan kesehatan adalah untuk

mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat

menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai

dengan prinsip kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan terhadap kesehatan. Masalah ini harus benar-benar dikuasai

oleh semua kader kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah

sehat, bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata yakni orang yang

tampak dan sungguh sehat dengan orang yang tampak sehat tetapi

sebenarnya menderita penyakit atau kelainan.

b. Mengubah perilaku yang kaitannya dengan budaya

Kebiasaan, adat istiadat, tata nilai atau norma, adalah

kebudayaan. Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan yang


12

telah menjadi norma atau nilai di suatu kelompok masyarakat, tidak

segampang itu untuk mengubahnya. Hal itu melalui proses yang

sangat panjang karena kebudayaan adalah suatu sikap dan perilaku

serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui proses belajar.

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Susilo (2011) sasaran pendidikan kesehatan di indonesia,

berdasarkan kepada program pembangunan di Indonesia adalah :

a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.

b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperi wanita, pemuda, remaja.

Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok pendidikan

mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama swasta

maupun negeri.

c. Sasaran individu dengan teknik kesehatan individu.

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) metode pendidikan kesehatan dibagi

menjadi 3 macam, yaitu :

a. Metode Individual (Perorangan).

Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling).

2) Wawancara (interview).
13

b. Metode Kelompok

Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah kelompok

tersebut besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas

metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar

a) Ceramah

b) Seminar

2) Kelompok kecil

a) Diskusi Kelompok

b) Curah Pendapat

c) Bola Salju

d) Kelompok-kelompok kecil

e) Bermain Peran (Role Play)

f) Permainan Simulasi (Simulation Game)

g) Metode Masa

5. Model Pendidikan Kesehatan

Menurut Nursalam (2008) perawat sebagai pendidik harus

memiliki kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak yang

ditimbulkan oleh intervensi keperawatan terhadap perilaku subyek yang

dapat memperkaya, memberikan informasi dan melengkapi perilaku

subyek yang diinginkan.


14

Model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat

adalah sebagai berikut :

a. Model Perilaku Individu

Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan

faktor penentu dari perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan

model promosi kesehatan. Secara mendasar model nilai kesehatan

ditunjukkan untuk promosi peningkatan perilaku sehat daripada

mengulangi faktor penyebab. Model ini berfokus pada orientasi

mencegah penyakit yang spesifik..Sedangkan model promosi

kesehatan merupakan modifikasi nilai kesehatan dan lebih

memfokuskan pada prediksi perubahan perilaku akibat promosi

kesehatan.

b. Model Pemberdayaan Masyarakat

Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum

membawa dampak yang berarti pada perubahan perilaku di

masyarakat.Sehingga perawat perlu membantu individu dan keluarga

yang telah berubah perilakunya yang ditampilkan pada komunitas.

6. Media Pendidikan kesehatan

Menurut Nursalam (2008) media pendidikan kesehatan adalah

saluran komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan.

Media dibagi menjadi 3, yaitu: cetak, elektronik, media papan (billboard).


15

a. Media Cetak

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan tulisan

maupun gambar, biasanya sasarannya masyarakat yang bisa

membaca.

Menurut kemm dan Close dalam Aini (2010), booklet memiliki

beberapa kelebihan yaitu :

a) Dapat dipelajari setiap saat, karena desain berbentuk buku.

b) Memuat informasi relative lebih banyak dibandingkan dengan

poster.

Menurut Ewles dalam Aini (2010), mediabooklet memiliki beberapa

keunggulan sebagai berikut :

a) Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.

b) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai

c) Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.

d) Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah

disesuaikan.

e) Mengurangi kebutuhan mencatat

f) Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya yang relatif murah

g) Awet

h) Daya tamping lebih luas

i) Dapat diarahkan pada segmen tertentu.


16

Manfaatbookletsebagai media komunikasi pendidikan kesehatan

adalah :

a) Menimbulkan minat sassaran pendidikan

b) Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.

c) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan

cepat.

d) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan yang

diterima kepada orang lain.

e) Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

f) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.

g) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami

dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.

h) Membantu menegakan pengertian yang diperoleh.

2) Leaflet

3) Flyer (selebaran) :seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.

4) Flip chart (lembar balik)

5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

hal yang berkaitan dengan hal kesehatan.

6) Poster

7) Foto : yang mengungkapkan masalah informasi kesehatan.

b. Media Elektronik

1) Televisi

2) Radio
17

3) Vidio Compact Disc (VCD).

4) Slide

5) Film strip juga bisa digunakan menyampaikan pesan kesehatan.

c. Media Papan (bill board)

2.1.2 Konsep Motivasi

1. Pengertian

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang

bertingkah laku.Dorongan ini berada pada diri seseorang yang

menggerakan untuk melakukan sesuatu yangs sesuai dengan dorongan

dalam dirinya.Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas

motivasi tetentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang

mendasarinya (Uno Hamzah, 2016).

Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud dengan motivasi

dalam penelitian ini adalah suatu kondisi psikologis atau keadaan

dalam diri seseorang yang akan membangkitkan atau menggerakan dan

membuat seseorang untuk tetap tertarik dalam melakukan kegiatan, baik

itu dari internal maupun eksternal untuk mencapai suatu tujuan yang

diharapkan.

2. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Suhardi (2013) motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis

yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.


18

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datangnya dari

dalam diri seseorang. Motivasi ini terkadang muncul tanpa

pengaruh apa pun dari luar. Biasanya orang yang termotivasi secara

intrinsik lebih mudah terdorong untuk mengambil tindakan.

Bahkan, mereka bisa memotivasi dirinya sendiri tanpa perlu

dimotivasi orang lain. Semua ini terjadi karena ada prinsip

tertentu yang mempengaruhi mereka.

Menurut Uno Hamzah (2016), faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu :

1) Kebutuhan

Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-

faktor kebutuhan baik biologis maupun psikologis.

2) Harapan

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya

harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang,

keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan

seseorang ke arah pencapaian tujuan.

3) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada

suatu hal tanpa ada yang menyuruh.


19

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikannya motivasi intrinsik,

yaitu motivasi yang muncul karena pengaruh lingkungan luar.

Motivasi ini menggunakan pemicu untuk membuat seseorang

termotivasi. Pemicu ini bisa berupa uang, bonus, insentif,

penghargaan, hadiah, gaji besar, jabatan, pujian dan sebagainya.

Motivasi ekstrinsik memiliki kekuatan untuk mengubah kemauan

seseorang. Seseorang bisa berubah pikiran dari yang tidak mau

menjadi mau berbuat sesuatu karena motivasi ini (Suhardi, 2013).

Menurut Asmara, Husna (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi ekstrinsik adalah :

1) Dorongan Keluarga

Dorongan keluarga khususnya suami merupakan salah

satu faktor pendorong (reinforcing factors) yang dapat

mempengaruhi perilaku istri dalam berperilaku. Dukungan

suami dalam upaya pencegahan kanker serviks, merupakan

bentuk dukungan nyata dari kepedulian dan tanggung jawab para

anggota keluarga.

2) Lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seseorang

tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang

sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain

keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam


20

memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya.

Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan

menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi.

3) Imbalan

Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu

imbalan sehingga orang tersebut ingin melakukan sesuatu.

3. Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan

seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu

sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan. Makin jelas

tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula

bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi

akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang

dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan

motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar

belakang kehidupan, kebutuhan serta kepribadian orang yang akan

dimotivasi (Asmara, 2017).

4. Fungsi Motivasi

Menurut Nursalam (2016), motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motoryang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan

motorpenggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.


21

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang

sudah direncanakan sebelumnya. Menyeleksi perbuatan, yakni

menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang

serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan

perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan

memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan

proses penyeleksian.

5. Cara Mengukur Motivasi

Motivasi tidak dapat dilihat secara langsung namun harus diukur.

Ada beberapa cara untuk memotivasi yaitu dengan tes proyektif, kuisioner

dan perilaku (Notoatmodjo, 2012).

a. Tes proyektif

Salah satu teknik proyektif yang banyak dikenal adalah

Thematic Apperception Test (TAT). Dalam test tersebut klien

diberikan gambar dan klien diminta untuk membuat cerita dari gambar

tersebut. Sehingga bisa diketahui motivasi yang mendasari diri klien

berdasarkan konsep kebutuhan diatas.

b. Kuisioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner

adalah dengan meminta responden untuk mengisi kuesioner yang


22

berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi mereka,

sebagai contoh adalah EPPS (EdwardsPreference Schedule).

Kuisioner tersebut terdiri dari 210 nomor dimana pada masing-masing

nomor terdiri dari dua pertanyaan. Melalui pengisian kuesioner

tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis kebutuhan yang dalam tes

tersebut, kebutuhan mana yang paling dominan dari dalam diri kita,

sebagai contohnya antara lain, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan

akan keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain,

kebutuhan untuk membina hubungan dengan orang lain, kebutuhan

untuk membina hubungan dengan lawan jenis, bahkan kebutuhan

untuk bertindak agresif (Notoatmodjo, 2012).

c. Observasi perilaku

Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat

situasi sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang

mencerminkan motivasinya. Perilaku yang diobservasi adalah, apakah

klien menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil

keputusan yang beresiko dan mementingkan kualitas dari pada

kuantitas kerja (Notoatmodjo, 2012).

2.1.3 Kanker Serviks

1. Pengertian

Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau

jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan berkembang

tidak terkendali, kecepatan tumbuhnya berlebihan, dan sering


23

mengganggu organ lain. Kanker serviks adalah kanker yang berasal dan

tumbuh pada serviks, khususnya berasal dari epitel atau lapisan luar

permukaan serviks dan 99,7% disebabkan oleh infeksi virus HPV

(Samadi, 2011).

Kanker serviks dikenal sebagai kanker pada usia reproduktif,

namun juga terjadi pada usia decade lima, enam, dan tujuh. Umumnya

pada wanita usia tua tidak dilakukan skrining untuk kanker serviks.

Akibatnya, insiden pada populasi ini lebih tinggi dari yang diperkirakan

(Rasjidi, 2009).

2. Penyebab

a. The Seed

Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus atau lebih

dikenal dengan virus HPV.Virus kanker serviks bersifat spesifik dan hanya

tumbuh di dalam sel manusia, terutama pada sel-sel lapisan

permukaan/epitel mulut rahim.Infeksi HPV merupakan penyakit menular

seksual yang berkaitan dengan aktivitas seksual seperti berganti-ganti

mitra seks.Resiko meningkat lebih dari 10 x bila mitra seks enam orang

atau lebih. Partner dari pria dengan kanker penis atau partner dari pria

yang istrinya meningggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan

resiko terkena kanker serviks. Resiko meningkat juga bila berhubungan

dengan pria beresiko tinggi yang mengidap kondiloma akuminatum.

Kondiloma akuminatum adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi


24

bertangkai dengan permukaan berjonjot (kutil), dan disebabkan oleh HPV

jenis tertentu dan ditularkan melalui hubungan seksual.

Pria beresiko tinggi adalah pria yang melakukan hubungan seksual

dengan banyak mitra seks.Infeksi HPV menyebabkan terjadinya dysplasia,

yaitu sel-sel yang sifatnya mengarah ke sel kanker serta karsinoma in situ,

yaitu telah terjadi kanker tetapi hanya terbatas pada lapisan epitel mulut

rahim.Lesi-lesi ini merupakan lesi prankanker.Dalam suatu penelitian,

dysplasia berat terjadi dalam waktu median 26 bulan setelah infeksi HPV

terdeteksi. Hanya sekitar 15% dysplasia ringan akan menjadi dysplasia

berat dalam waktu dua tahun. Dan, sekitar sepertiga dysplasia berat akan

menjadi karsinoma/kanker invasive (merasuk ke dalam sel-sel atau

jaringan yang sehat) dalam masa 10 tahun jika tidak diterapi(Rasjidi,

2009).

Resiko waktu hidup infeksi HPV genitalia sekitar 80%. Artinya

sekitar 80 % wanita sepanjang hidupnya akan terinfeksi HPV meskipun

sangat sedikit dari wanita ini yang akan menderita kanker serviks. Dalam

masa 12 bulan setelah ditemukan infeksi, 70% wanita tidak terinfeksi lagi

dan sebelum 24 bulan hanya 9% saja yang masih terinfeksi (Samadi,

2011).

b. The Soil

Sebagian besar kanker serviks berasal dari zona transformasi yaitu

daerah/area serviks yang merupakan perbatasan antara lapisan/ epitel

kubus dan epitel pipih.Di daerah ini, sel-sel endoserviks digantikan oleh
25

metaplasia skuamosa, yaitu sel-sel yang sudah berubah perangainya dari

sel-sel normal.Metaplasia skuamosa dapat terjadi secara aktif pada saat

fetus, pubertas, dan dewasa muda serta kehamilan pertama. Artinya,

hubungan seksual pada usia muda atau kehamilan pada usia muda beresiko

terjadinya kanker serviks. Kanker sel kolumnar serviks lebih peka terhadap

metaplasia selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual

sebelum usia 18 tahun akan beresiko terkena kanker serviks lima kali lipat.

Karena sebelum berusia 18 tahun epitel atau lapisan dinding vagina dan

serviks belum terbentuk sempurna. Hal ini bisa terjadi karena belum

sempurnanya keseimbangan hormonal sehingga lapisan terluar dari lapisan

epitel vagina belum terbentuk sempurna yang menyebabkan gampangnya

timbul lesi/luka mikro di vagina atau serviks (Rasjidi, 2009).

c. The Nutrients

Ada factor yang mempengaruhi imunitas epithelial spesifik seperti

merokok, frekuensi persalinan yang terlalu sering, tingkat sosial ekonomi

yang rendah karena berkaitan dengan asupan gizi serta status imunitas

yang rendah, hygiene dan sirkumsisi, pemakaian AKDR, dan riwayat

infeksi di daerah kelamin dan radang panggul.

3. Tanda dan Gejala

a. Gejala Awal

1) Perdarahan lewat vagina berupa perdarahan pascasenggama, yang bisa

terjadi bukan disebabkan oleh adanya kanker serviks, melainkan karena

iritasi atau mikro lesi atau luka-luka kecil di vagina saat bersenggama.
26

Serviks yang normal konsistensinya kenyal dan permukaan licin. Adapun

serviks yang sudah berubah menjadi kanker bersifat rapuh, mudah

berdarah, dan diameternya biasanya membesar. Serviks yang rapuh

tersebut akan mudah berdarah pada saat aktivitas seksual sehingga terjadi

perdarahan pascasenggama. Oleh karena itu, apapun bentuk perdarahan

pascasenggama sudah seharusnyaa diperiksakan dengan seksama untuk

melihat adakah tanda-tanda kanker pada serviks (Samadi, 2011).

2) Keputihan yang berulang, tidak sembuh-sembuh walaupun telah diobati.

Keputihan biasanya berbau, gatal, dan panas karena sudah ditumpangi

infeksi sekunder. Artinya cairan yang keluar dari lesi prakanker atau

kanker tersebut ditambah infeksi oleh kuman, bakteri ataupun jamur.

Tidak semua keputihan terkait dengan kanker serviks. Keputihan yang

normal memiliki ciri-ciri seperti terjadi menjelang haid, lendir jernih,

tidak berbau, dan tidak gatal. Keputihan yang wajar yang biasa terjadi

pada semua wanita disebabkan karena kelembapan serta kebersihan yang

kurang pada daerah kewanitaan atau vagina. Biasanya disertai infeksi

oleh kuman/bakteri dan jamur. Keputihan jenis ini akan sembuh dengan

pengobatan dan akan kambuh kembali pada waktu yang lama. Keputihan

yang harus diwaspadai adalah jika keputihan terjadi bersamaan dengan

penyakit kelamin. Misalnya Gonorea dan Sifilis. Karena virus HPV bisa

ditularkan bersamaan dengan kuman penyebab penyakit kelamin

tersebut. Oleh karena itu, jika terjadi keputihan yang memiliki ciri-ciri
27

mengarah pada gejala kanker serviks seharusnya dilakukan pemeriksaan

untuk mendeteksi adanya kanker tersebut ( Desen, 2008).

b. Gejala Lanjut

Cairan keluar dari liang vagina berbau tidak sedap, nyeri (panggul,

pinggang dan tungkai), gangguan berkemih, nyeri di kandung kemih dan

rectum atau anus. Keluhan ini muncul karena pertumbuhan kanker tersebut

menekan atau mendesak ataupun menginvasi organ sekitarnya.

c. Kanker Telah Menyebar atau Metastasis.

Timbul gejala sesuai dengan organ yang terkena, misalnya

penyebaran ke paru-paru, liver atau tulang.

d. Kambuh atau Residif.

Bengkak atau edema tungkai satu sisi, nyeri panggul menjalar ke

tungkai, dan gejala pembuntuan saluran kencing atau obstruksi

ureter.Pemeriksaan fisik dengan speculum vagina bisa menemukan lesi

atau tumor atau benjolan yang masih terlokalisasi di serviks atau telah

meluas ke puncak vagina dengan warna kemerahan dan mudah berdarah,

dengan atau tanpa gambaran jaringan yang rapuh, disertai darah atau

cairan yang berbau.Pemeriksaan dalam melaui vagina dapat meraba

perluasan ke dinding panggul.Kalau penyakit sudah meluas keluar

panggul, dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran

hati, masa atau benjolan di perut, panggul, hidronefrosis, atau efusi pleura

atau cairan di paru-paru dan penyebaran ke tulang (Samadi, 2011).


28

4. Pencegahan Kanker Serviks

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah pencegahan terhadap etiologi

penyakit.Kepada masyarakat dilakukan pendidikan kesehatan tentang

pencegahan kanker, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kanker dan

mencegahnya sebelum terjadi.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah penemuan dini, diagnosis dini dan

terapi dini terhadap kanker.Prevensi sekunder adalah usaha untuk

mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut karena kanker serviks tersebut

dengan deteksi dini dan diagnosis kanker serta pengobatan segera.Pada

stadium dini, kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker masih kecil,

sehingga bila segera diobati dengan baik diharapkan penderita dapat

dibebaskan dari kanker dan dapat hidup normal (Rasjidi, 2013).

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan,

angka survival, dan kualitas hidup dalam terapi kanker.Perhatian terapi

ditujukan pada penatalaksanaan nyeri, paliasi, dan rehabilitasi.Perfensi

tersier adalah usaha untuuk mencegah timbulnya komplikasi kanker.

Komplikasi apa yang mungkin akan timbul dapat diantisipasi kalau kita

mengetahui kanker tersebut, patologi serta epidemiologinya (Rasjidi,

2013).
29

2.1.4 Deteksi Dini Kanker Serviks

1. Pengertian

Deteksi dini ialah upaya identifikasi penyakit atau kelainan secara

klinis belum jelas dengan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang

cepat untuk membedakan orang yang tampak dan sungguh sehat dengan

orang yang tampak sehat tetapi sesunggguhnya menderita kelainan. Dalam

hal kanker serviks, deteksi dini bertujuan menemukan kanker sedini

mungkin agar masih dapat disembuhkan sehingga morbiditas dan

mortalitas kanker diharapkan dapat berkurang (Rasjidi, 2013).

Deteksi dini pada kanker serviks termasuk dalam tindakan

preventif sekunder, yaitu deteksi lesi prakanker melalui iva test dan pap

smear, dan rangkaian tindak lanjut misalnya pemeriksaan koloskopi dan

biopsi.

2. Metode Deteksi Dini Kanker Serviks

a. Pemeriksaan Iva Test

1) Pengertian

IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)

dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher

rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat

3-5%. Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam

asetat yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada

kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan


30

warna, maka dapat dianggap tidak ada perubahan warna, maka

dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).

Data terkini menunjukkan bahwa pemeriksaan visual

leher rahim menggunakan asam asetat (IVA) paling tidak sama

efektifnya dengan Test Pap dalam mendeteksi penyakit dan bisa

dilakukan dengan lebih sedikit logistic dan hambatan tekhnis.

IVA dapat mengidentifikasi lesi derajat tinggi pada 78%

perempuan yang didiagnosa memiliki lesi derajat tinggi dengan

menggunakan kolposkopi 3,5 kali lebih banyak daripada jumlah

perempuan yang teridentifikasi dengan mengunakan Tes Pap.

Nilai sensitifitas IVA lebih baik, walaupun memiliki spesifisitas

yang lebih rendah. IVA merupakan praktek yang dianjurkan untuk

fasilitas dengan sumber daya rendah dibandingkan dengan

penapisan lain dengan beberapa alasan antara lain karena aman,

murah, mudah dilakukan,kinerja tes sama dengan tes lain, dapat

dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan, memberikan hasil

yang segera sehingga dapat diambil keputusan segera untuk

penatalaksanaannya, peralatan mudah didapat, dan tidak

bersifat invasif serta efektif mengidentifikasikan berbagai lesi

prakanker (Emilia, 2010).

2) Indikasi

Skrining kanker mulut rahim.


31

3) Kontra Indikasi

Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena

daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan

tidak tampak pemeriksaan inspekulo (Rasjidi, 2008).

4) Prosedur IVA

a) Sesuaikan pencahayaan untuk mendapatkan gambaran terbaik

dari serviks.

b) Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus dan

kotoran lain pada serviks.

c) Identifikasi daerah sambungan skuamo-columnar (zona

transformasi) dan area di sekitarnya.

d) Oleskan larutan asam cuka atau logol, tunggu 1-2 menit untuk

terjadinya perubahan warna. Amati perubahan pada serviks,

perhatikan dengan cermat daerah di sekitar zona transformasi.

e) Lihat dengan cermat dan yakinkan area ini dapat semua terlihat.

Catat bila serviks mudah berdarah. Lihat adanya plaque warna

putih dan tebal bila menggunakan larutaan lugol. Bersihkan

segala darah dan debris pada saat pemeriksaan.

f) Bersihkan sisa larutan asam asetat dan atau larutan lugol

dengan lidi kapas atau kapas bersih.

g) Catat hasil pengaamatan dan gambar denah temuan.

5) Kategori Pemeriksaan IVA

Kategori pemeriksaan IVA, yaitu:


32

a) IVA negatif, maka akan menunjukkan leher rahim normal.

b) IVA radang, serviks dengan radang (servisitis) atau kelainan

jinak lainnya (polip serviks)

c) IVA positif, adalah ditemukan bercak putih (aceto

white epithelium), inilah gejala prakanker.

d) IVA-kanker serviks, pada tahap ini sangat sulit menurunkan

temuan stadium kanker serviks. Walaupun begitu akan

bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks

bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (Sukaca,

2009).

6) Orang yang dirujuk untuk pemeriksaan IVA

Orang-orang yang dirujuk untuk tes IVA adalah:

a)Setiap wanita yang sudah/ pernah menikah

b)Wanita yang beresiko tinggi terkena kanker serviks,

seperti perokok, menikah muda, sering berganti

pasangan,

c) Memiliki banyak anak.

d) Mengidap penyakit infeksi menular seksual.

7) Keunggulan Iva

Keunggulan IVA yaitu: (a) sederhana, (b) murah, (c)

cepat, (d) hasil segera diketahui, (e) pelatihan kepada tenaga

kesehatan lebih mudah dilakukan.


33

b. Pemeriksaan Pap Smear

1) Pengertian

Menurut Indrawati (2009), mengungkapkan pap smear

(tes papanicolau) adalah suatu pemerikasaan mikroskopik

terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pap smear

sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prakanker pada

serviks. Jika hasil pap smear menunjukan dysplasia atau serviks

tampak abnormal, biasanya dilakukan koloskopi dan biopsy.

2) Tujuan

Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan

Pap Smear ini adalah untuk menemukan adanya kelainan pada

mulut leher rahim. Meskipun kanker tergolong penyakit

mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker

menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker servik

termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati apabila

terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi

kanker servik sejak dini diharapkan dapat mengurangi

jumlah penderita kanker serviks (Wijaya,2010).

3) Manfaat Pemeriksaan (Suryati, 2009)

a) Mendiagnosa Peradangan

Peradangan pada vagina dan serviks dapat didiagnosis

dengan pemeriksaan sitology apusan pap baik peradangan akut

maupun kronis.
34

b) Mendiagnosa kelainan prakanker (dysplasia) serviks dan kaker

serviks dini atau lanjut (karsinoma insitu/infasif).

c) Memantau hasil terapi

Memantau hasil terapi hormonal, misalnya pada

kasus infertilitas atau gangguan endokrin.

d) Waktu Pelaksanaan Pap Smear

Pap Smear dilakukan sekali setahun. Bila tiga kali

hasil pemeriksaan normal, pemeriksaan dapat dijarangkan,

misalnya setiap dua tahun. Pada perempuan kelompok

risiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun

atau sesuai petunjuk dokter (Smart, 2010).

Pap Smear dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada

masa haid. Dua hari sebelum pemeriksaan Pap Smear

sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke

dalam vagina. Waktu yang diperlukan untuk mengetahui

hasil dari dilakukannya metode pap smear berkisar antara 4

hari sampai 2 minggu tergantung jarak tempat

dilakukannya pemeriksaan pap smear dan dari laboratorium

pemeriksaan specimen lendir mulut rahim. Untuk mengetahui

apakah hasilnya positif atau negative maka diperlukan

tenaga khusus laboratorium yang dapat membaca hasil

mikroskop.
35

e) Wanita yang dianjurkan test pap smear

Wanita-wanita sasaran test Pap Smear (Sukaca, 2009)

sebagai berikut :

(1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah

menikah atau belum namun aktivitas seksualnya sangat

tinggi.

(2) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti

pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau

kutil kelamin.

(3) Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.

(4) Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.

(5) Setahun sekali untuk wanita yang berusia 40-60 tahun dan

juga bagi wanita dibawah 20 tahun yang seksualnya aktif.

(6) Sesudah dua kali tes (-) dengan interval 3 tahun dengan

catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering

menjalankan pap test.

(7) Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukan hasil

abnormal, sesering mungkin setelah penilaian dan

pengobatan pra kanker maupun kanker serviks.

f) Prosedur Pap Smear

(1) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.

(2) Atur posisi dengan tidur terlentang dengan kedua kaki

berada pada penyangga kiri dan kanan tempat tidur.


36

(3) Periksa apakah ada pembengkakan, luka, inflmasi, atau

gangguan lain, pada alat kelamin bagian luar.

(4) Masukan speculum kedalam vagina agar mulut rahim dapat

leluasa terlihat.

(5) Mengambil sel pada saluran mulut rahim, pada puncak

mulut rahim, dan pada peralihan mulut rahim dan vagina

dengan menggunakan swab atau spatula kayu.

(6) Letakan sel-sel tersebut pada kaca obyek.

(7) Kaca obyek akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

(8) Speculum kemudian dilepas.

g) Hasil Pap Smear

Klasifikasi papanicoluo adalah sebagai berikut :

(1) Grade I : Tidak ada sel abnormal.

(2) Grade II : Ada sitologi atipik tapi tidak adanya bukti

keganasan.

(3) Grade III : Ada perubahan sitology yang jelas tetapi tidak

dapat disimpulkan adanya keganasan.

(4) Grade IV : Curiga adanya keganasan

(5) Grade V : Keganasan (Rasjidi, 2008).

2.1.5 WUS (Wanita Usia Subur)

Wanita Usia Subur adalah wanita yang masih dalam usia

reproduktif, yaitu antara usia 15-49 tahun, dengan status belum menikah,

menikah atau janda. Wanita Usia Subur ini mempunyai organ


37

reproduksiyang masih berfungsi dengan baik, sehingga lebih mudah

untuk mendapatkan kehamilan, yaitu antara umur 20 sampai dengan 45

tahun.Usia subur wanita berlangsung lebih cepat apabila dibandingkan

dengan pria. Adapun puncak kesuburan adalah usia 20-29 tahun yang

memiliki kesempatan 95% untuk terjadinya kehamilan. Saat wanita

berusia sekita 30 tahun presentase untuk menyebabkan kehamilan

menurun hingga 90%.Sedangkan saat berusia 40 tahun kesempatan untuk

terjadinya kehamilan menurun menjadi 40%. Sedangkan setelah

mendekati usia 50 tahun, wanita hanya mempunyai kesempatan hamil

dengan persentase 10% (Depkes, 2014).

2.1.6 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap motivasi pemeriksaan iva test

dan pap smear pada wanita usia subur.

Pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan

dan meningkatkan pengetahuan, sikap praktek baik individu, kelompok

atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka

sendiri (Notoatmodjo, 2012).Menurut beberapa ahli psikologi, pada diri

seseorang terdapat penentuan tingkah laku, yang bekerja untuk

mempengaruhi tingkah laku tersebut.Faktor penentu tersebut adalah

motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia.Pengetahuan dan

motivasi wanita usia subur yang positif mengenai deteksi dini kanker

serviks akan mendorong mereka untuk melakukan pemeriksaan lesi pra

kanker secara lebih baik dengan metode Iva test maupun pap smear.
38

2.2 Kerangka Teori

Tanda dan Gejala

a. Gejala awal
Penyebab : b. Gejala lanjut
c. Kanker telah
a. The Seed Kanker Serviks menyebar atau
b. The Soil
metastasis.
c. The Nutrients
d. Kambuh atau
residif.

Pencegahan kanker serviks

Pencegahan Pencegahan Pencegahan


primer Sekunder tersier

Deteksi dini dengan


Pemeriksaan Iva Test
dan Pap Smear

Pendidikan Pengetahuan Motivasi Perilaku


Kesehatan

Flip Chart Leaflet Booklet Poster Slide

Skema 2.1 : Kerangka Teori

Samadi 2011, Notoatmodjo 2012, Nursalam 2008, Setiati 2009, Desen 2008, Rasjidi 2009.
39

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Motivasi Deteksi Dini Kanker


Pendidikan Kesehatan Serviks

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan

kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris.Setelah melalui

pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah,

dapat diterima atau ditolak (Setiadi, 2013).

H0 :Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan

media booklet terhadap motivasi wus dalam deteksi dini kanker

serviks.

H1 :Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media

booklet terhadap motivasi wus dalam deteksi dini kanker serviks.


40

2.5 Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metodologi Hasil


1 Windi Chusniah Pengaruh pendidikan Metode Hasil penelitian menunjukkan
Rahmawati kesehatan tentang iva dan penelitian ini bahwa ada perbedaan skor
(2016) pap - smear terhadap menggunakan sebelum dan sesudah pendidikan
tingkat pengetahuan dan model pre-test kesehatan baik pada pengetahuan
sikap wus melalui media post-test with dan sikap WUS (p=0,000) dan
leaflet berkalender dalam control grup ada perbedaan pengaruh
upaya deteksi dini kanker dengan pendidikan kesehatan
serviks di wilayah kerja pendekatan menggunakan metode ceramah +
puskesmas manahan kota quasi leaflet berkalender dengan
Surakarta eksperimental metode ceramah saja pada
pengetahuan dan sikap WUS
(p<0,05).
2. Elisa Franciska Hubungan Tingkat Metode Hasil penelitian menunjukkan
Br. Manurung Pengetahuan Dan Sikap penelitian ini bahwa pengetahuan responden
(2016) Deteksi Dini Kanker Leher adalah Cross- terhadap test IVA, yaitu yang
Rahim Dengan Test Iva Sectional Study periksa IVA dalam kategori baik
Pada Wanita Usia Subur dengan sebanyak 20,0%, dalam kategori
(Wus) Di Wilayah Kerja pendekatan sedang 80,0% dan tidak
Puskesmas Helvetia Kota explanatory seorangpun yang memiliki
Medan Tahun 2016 pengetahuan kurang.Pengetahuan
responden yang tidak periksa
IVA, pada kategori baik 5,0%,
dengan kategori sedang 52,5%
dan semua responden yang tidak
pernah periksa IVA masuk dalam
kategori pengetahuan kurang.
3. Ajeng Hubungan Motivasi Jenis penelitian Hasil penelitian menunjukkan ada
Novita Sari Deteksi Dini Kanker ini adalah hubungan yang bermakna antara
(2017) Serviks Dengan Tindakan kuantitatif motivasi deteksi dini kanker
Pap Smear Pada Wanita descriptif serviks dengan tindakan
Usia Subur di Wilayah correlation melakukan pap smear pada
Gonilan dengan wanita usia subur di Wilayah
rancangan cross Gonilan dengan p value (0,005 <
sectional 0,05
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian quasi

eksperimen. Desain penelitian quasi eksperimen merupakan penelitian yang

digunakan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang

dikenakan pada subjek yang diteliti dengan mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2015).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan one

group pretest and post test desain. one group pretest and post test

desainadalah suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah

pemberian perlakuan (Nursalam, 2016).

Skema 3.1

Rancangan Penelitian

Pratest Perlakuan Post Test

O1 X O2

Keterangan :

X : Intervensi

O1 : Nilai pre test(sebelum diberi treatment)

O2 :Nilai post test (setelah diberi treatment)

41
42

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisitik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia

subur di RW 012 wilayah kerja Puskesmas Sibela yang berjumlah 307

orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2015).Sampel diarahkan pada sumber data

yang dipandang memiliki data yang penting yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti (Nursalam, 2011). Sampel pada penelitian ini

adalah wanitausia subur di RW 012 wilayah kerja Puskesmas Sibela.

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Wanita usia subur (usia 15-49)

b. Sudah menikah

c. Bersedia berpartisipasi menjadi responden dengan menyediakan

waktu untuk mengikuti pendidikan kesehatan dengan waktu yang

telah ditentukan oleh peneliti.

d. Belum pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks dan

pemeriksaan pap smear baik dari tenaga kesehatan, media cetak,

dan elektronik.
43

2. Kriteria eksklusi

a. Menolak menjadi responden

b. Sudah pernah melakukan pemeriksaan iva test dan pap smear.

3.2.3 Teknik Sampling

Teknik Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan

pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek

penelitian. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah

Purposive sampling.Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008).

3.2.4 Besar Sampel

Pada penelitian eksperimen jumlah sampel minimum yaitu 15 orang

dari masing-masing kelompok (Sugiyono, 2012). Besar sampel pada

penelitian ini berjumlah 30 orang yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti. Untuk mencegah terjadinya drop out,

sampel penelitian ditambah 10% dari seluruh total sampel, sehingga total

sampel pada penelitian ini adalah 33 orang.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan untuk

dilakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini akan

dilaksanakan di RW 012 wilayah kerja Puskesmas Sibela.


44

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian disini adalah waktu yang diperlukan oleh

peneliti mulai dari pengambilan data sampai dengan pengolahan

data.Waktu penelitian adalah rentang waktu yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Waktu penelitian ini

akan dilakukan pada bulan April-Mei 2018.

3.4 Variabel Penelitian, Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran

3.4.1 Variabel

1. Variabel Independent (Variabel Bebas )

Variabel independent atau variabel sebab yaitu karakteristik dari

subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel

lainnya (Dharma, 2011).Variabel independen pada penelitian ini adalah

pendidikan kesehatan menggunakan media booklet.

2. Variable Dependent (Variabel Terikat)

Variabel dependent atau variabel akibat atau variabel yang akan

berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel

independent. Variabel dependen pada penelitian ini adalah motivasi wus

dalam deteksi dini kanker serviks.


45

3.4.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel, Defenisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel Defenisi Alat ukur Indikator penilaian Skala


Operasional ukur
Pendidikan Proses Media - -
kesehatan pemberian Booklet
informasi
kepada wanita
usia subur
sehingga wanita
usia subur
memilki
motivasi untuk
melakukan
deteksi dini
kanker serviks
Motivasi Semangat atau Kuesioner Motivasi tinggi :14-20 Interval
dorongan yang Motivasi sedang: 7-13
dimiliki oleh Motivasi kurang : 0-6
wanita usia
subur dalam
pemeriksaan iva
test dan pap
smear.
46

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat penelitian

Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data adalah

kuisioner. Kuisioner yang digunakan adalah lembar kuisioner motivasi

yang dibuat oleh peneliti menggunakan skala Guttman.

1. Kuesioner karakteristik responden

Kuesioner ini berisi tentang data demografi responden yang

terdiri dari : usia, suku, agama, status pendidikan, jumlah anak, usia

menikah atau memulai aktifitas seksual, dan penghasilan per bulan.

2. Kuesioner motivasi

Kuesioner ini terdiri dari pernyataan untuk mengidentifikasi

motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan iva test dan

pap smear sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

Kuesioner ini terdiri dari 6 item yaitu motivasi intrinsik meliputi

kebutuhan (pernyataan 1-3), harapan (pernyataan 4-6) dan minat

(pernyataan 7-12) serta motivasi ekstrinsik meliputi dukungan keluarga

(pernyataan 13-16), lingkungan (pernyataan 17-19) dan imbalan

(pernyataan 20). Kuesioner ini menggunakan skala Guttman yaitu skala

yang bersifat tegas dan komitmen dengan memberikan hasil jawaban

dari pernyataan “Ya” dan “Tidak”. Apabila jawaban “Ya” maka

skornya 1 dan apabila jawaban “Tidak” maka skornya 0. Hasil ukur

instrumen penelitian ini akan menentukan bagaimana motivasi wanita

usia subur dalam melakukan pemeriksaan iva test dan pap smear. Skor
47

tertinggi berdasarkan hasil ukur intrumen adalah 20 dan skor terendah

adalah 0. Semakin tinggi skor hasil ukur instrumen maka semakin baik

motivasi wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan iva test dan

pap smear. Adapun kriteria penilaian berdasarkan hasil ukur instrumen

yaitu motivasi tinggi jika skor 14-20, motivasi sedang jika skor 7-13,

dan motivasi kurang jika skor 0-6.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang yang diperoleh secara langsung

diambil dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti ( Riwidikdo,

2013). Data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner karakteristik

responden dan kuesioner motivasi deteksi dini pemeriksaan iva test dan

pap smear.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak secara

langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013).Data sekunder

dalam penelitian ini diperoleh melalui literatur yang relevan dan dari

hasil penelitian sebelumnya.

3.5.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak


48

diukur (Arikunto, 2010).Penelitian ini menggunakan uji validitas

dengan rumus korelasi product moment.Suatu item dikatakan valid jika

nilai r hitung > rtabel dan bernilai positif.Uji validitas pertanyaan yang

valid merupakan pertanyaan yang memenuhi taraf signifikasi (sig < α).

Nilai signifikasi 0,05 yang berarti mempunyai kesalahan 5%. Uji

validitas pada penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product

Moment. Rumus Pearson Product Momentsebagai berikut :

𝑛 ∑ 𝑋𝑌−∑ 𝑋 ∑ 𝑌
rₓᵧ=
√{𝑛 ∑ 𝑋²−(∑ 𝑋)²}−{𝑛 ∑ 𝑌²−(∑ 𝑌)²}

Keterangan :

n = jumlah sampel

r = nilai korelasi product moment

x = skor masing-masing pertanyaan

y = skor total

Suatu item dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel

(Notoatmodjo, 2012). Uji validitas telah dilakukan di RW 31 wilayah

kerja Puskesmas Sibela Surakarta pada 30 responden dengan 20 buah

pertanyaan. Dari 25 item pertanyaan yang dilakukan uji validitas

terdapat 20 item pertanyaan yang valid dan 5 item pertanyaan yang

tidak valid. Dari 20 item pertanyaan yang valid diperoleh nilai r

hitung > r tabel dengan rentang nilai (0,379-0,555) > (0,361).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data


49

karena instrumen tersebut sudah baik.Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto,

2010). Untuk menguji reliabelitas instrumen, penelitian menggunakan

Alpha Chronbac. Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha

cronbach’s >rkriteria(Ghozali, 2009).Pengujian realiabilitas instrument

diuji menggunakan rumus alpha cronbach dengan rumus sebagai

berikut :

𝑘 ∑ 𝜎²๖
rᵢᵢ =[𝑘−1] [1 − ]
𝜎²𝑡

Keterangan :

R = Koefisien Cronbach alpha

K = Banyaknya item pertanyaan

∑σ2b = Jumlah varians butir

Σ2t = Varians total

Instrumen penelitian yang sudah valid kemudian dilakukan uji

reliabilitas dengan hasil koefisien reliabilitas (alpha cronbach) sebesar

0,799. Hal ini menunjukan bahwa nilai alpha cronbach > 0,60

sehingga instrumen yang digunakan dinyatakan reliabel.

3.5.4 Langkah- Langkah Pengumpulan Data

Langkah-langkah dalam penelitian ini dibedakan menjadi 4 tahap yaitu :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan diawali dengan pengajuan judul,


50

pemilihan lokasi penelitian, persiapan ijin penelitian dan melakukan

studi refrensi, penyusunan proposal, serta mengurus permohonan ijin

penelitian dari akademik, BAPEDA, KESBANGPOL Surakarta dan

Puskesmas Sibela Surakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti berada di RW 012 wilayah kerja puskesamas sibela

Surakarta melakukan penelitian pada responden wanita usia subur

b. Penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh asisten

peneliti.

c. Peneliti menginformasikan jalannya penelitian pada asisten

penelitian.

d. Peneliti mengidentifikasi sampel sesuai kriteria inklusi dan ekslusi

sampel.

e. Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian kepada responden. Peneliti memberikan informasi

tentang penelitian dan memberikan lembar persetujuan bagi

responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

f. Memberikan kesempatan pada responden untuk bersedia ikut atau

tidak dalam penelitian.

g. Apabila responden setuju untuk ikut dalam penelitian maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan.

h. Peneliti mengkaji motivasi responden dengan memberikan pre test

sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan.


51

i. Peneliti memberikan intervensi pendidikan kesehatan mengenai

deteksi dinni kanker serviks selama 10-15 menit

j. Peneliti memberikan kesempatan pada responden untuk bertanya.

k. Peneliti melakukan kontrak waktu dengan responden untuk

dilakukan pemberian kuisioner post test 2 minggu setelah

pemberian pendidikan kesehatan utuk mengkaji motivasi responden

setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan.

3.6 Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan

(Sugiyono, 2015).Langkah-langkah pengolahan data menurut

(Notoatmodjo, 2012).

1. Pengecekan data (editing)

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyutingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

atau adalah merupakan kegitan untuk mengecek data dan

memperbaiki isian formulir atau kuisioner tersebut. Editing dalam

penelitian ini adalah memeriksa kembali data yang sudah terkumpul

mulai dari karakteristik responden, dan motivasi deteksi dini


52

pemeriksaan iva test dan pap smear, apabila ada data yang belum terisi

maka peneliti mempersilahkan responden untuk mengisi terlebih

dahulu.

2. Pemberian kode (Coding)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Misalnya jenis

kelamin: 1= laki-laki, 2= perempuan. Pada variabel independent yaitu

motivasi menggunakan kode 4 baik, 2 untuk sedang, 1 untuk sangat

tidak baik.

3. Memasukan data (Data Entry) atau Processing

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam

program atau “software” komputer.Software komputer ini bermacam-

macam, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Data yang sudah selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, selanjutnya dilakukan

pembetulan atau koreksi.Selanjutnya melakukan tabulasi data yaitu

mengelompokan data ke dalam tabel menurut kategorinya sehingga

data siap dilakukan analisis secara univariat maupun bivariat.


53

5. Tabulating

Kegiatan memasukan data hasil penelitian ke dalam tabel kemudian

diolah dengan bantuan komputer.Proses tabulasi yaitu :

a. Mempersiapkan tabel dan kolom sesuai hasil dari observasi.

b. Menghitung banyaknya frekuensi sesuai hasil dari observasi

Menyusun distribusi dan tabel frekuensi

3.6.2 Analisa data

Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh responden

yang dikumpulkan.Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif

menggunakan statistik (Sugiyono, 2015).

1. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa

univariat tergantung dari jenis datanya. Data numerik menggunakan

nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya

dalam analsis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

presentase dari tiap variabel (Notoadmojo, 2012).Pada penelitian ini

data demografi meliputi usia, status pendidikan, jumlah anak, usia

menikah atau memulai aktifitas seksual, pendapatan, akan dianalisis

dengan menggunakan statistik univariat dengan menampilkan distribusi

frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel.

2. Analisa Bivariat
54

Analisis statistik inferensial (bivariat) digunakan untuk

mengetahui perbedaan yang bermakna antara dua variable.Skala data

yang dilakukan pada penelitian ini adalah skala data interval, maka uji

analisis yang digunakan adalah uji statistik paired t-test (Notoadmojo,

2012).Uji paired t-test digunakan untuk mengidentifikasi motivasi

wanita usia subur dalam melakukan pemeriksaan iva test dan pap smear

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang kanker

serviks

3.7 Etika Penelitian

Penelitian keperawatan pada umumnya melibatkan manusia sebagai

subjek penelitian.Penelitian mempunyai risiko ketidaknyamanan atau cidera

pada subjek mulai dari resiko ringan sampai dengan berat.Manusia sebagai

subjek penelitian adalah makhluk yang holistik meliputi integrasi aspek

fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang tidak bisa dipisahkan.Etika

penelitian sangat diperlukan untuk memberikan jaminan bahwa keuntungan

yang didapat dari penelitian jauh melebihi efek samping yang ditimbulkan

(Dharma, 2011).

Prinsip dalam etik keperawatan yaitu :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Penelitian dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia.Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk

menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian autonomy.Tidak boleh

ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam
55

penelitian.Subjek dalam penelitian berhak mendapatkan informasi yang

terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian.

Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan

mempertimbangkannya dengan baik, subjek kemudian menentukan

apakah akan ikut serta atau menolak sebagai subjek penelitian. Prinsip

ini tertuang dalam informed consent yaitu persetujuan untuk

berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan penjelasan

yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan

penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentiality).

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak

asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi.Namun tidak bisa di

pungkiribahwa penelitian menyebabkan terbukanya informasi tentang

subjek. Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang

menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala

informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat

diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat

subjek kemudian diganti dengan kode tertentu. Dengan demikian segala

informasi yang menyangkut identitas subjek tidak terekspos secara luas.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice

inclusiveness).
56

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna

bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan

dilakukan secara profesional.Sedangkan prinsip keadilan mengandung

makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara

merata sesuai dengankebutuhan dan kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits).

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek

penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan

beneficience kemudian meminimalisir resiko atau dampak yang

merugikan subjek penelitian nonmaleficence. Prinsip ini, yang harus

diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan penelitian untuk

mendapatkan persetujuan etik dari komite etik penelitian.Peneliti harus

mempertimbangkan rasio antara manfaat dan kerugian resiko dari

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Husna. (2017). Kepemimpinan (Teori dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta

Ajeng Novita Sari.(2017). Hubungan Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks


Dengan Tindakan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur di Wilayah Gonilan.
Diambil 26 November 2017 dari http://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/
article/view/115

Arikunto.(2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka


Cipta

Candraningsih. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS Tentang


Kanker Serviks dengan Praktek Deteksi Dini Kanker Serviks di BPS Is
Manyaran Semarang. Diambil 5 Desember 2017 dari (http://ejournal.ac.id/in
dex.php/ilmu keperawatan/ search

Chania M, et al. (2013). Effectiveness of a Community-Based Health Education


Intervention in Cervical Cancer Prevention in Greece.International Journal
of Caring Sciences 2013 January-April Vol 6 Issue 1.

Dharma, K.K. (2011).Metodologi Penelitian Keperawatan.Jakarta : Trans Info


Media

Desen, Wan. (2008). Onkologi Klinis Edisi 2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Elisa Franciska Br. Manurung.(2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap


Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Test Iva Pada Wanita Usia
Subur (Wus) Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan.
Diambil 25 November 2017 dari http://repository.usu.ac.id/handle/1234567
89/62730

Emilia O, dkk. (2010). Bebas Ancaman Kanker Serviks (Fakta, Pencegahan dan
Penanganan Dini Terhadap Serangan Kanker Serviks).Yogyakarta : Media
Pressindo

Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Program Multivariate Dengan Program


SPSS.Semarang : UNDIP

Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa


Data.Jakarta : Salemba Medika

Indrawati, I. (2009). Bahaya Kanker Bagi Wanita dan Pria.Jakarta : AV Publisher


Iswantoro, Gatot. (2013). Kepemimpinan Dengan Hati Nurani.Jakarta : Tugu
Publisher

Kementerian Kesehatan RI.(2015). Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan


Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Diambil tanggal 6 Desember 2017 dari http://www.pptm.depkes.
go.id/cms/frontend/ebook/Buku_Panduan_Pelaksanaan_IVA SADANIS_20
15.pdf

Mutmainah, Rowi Olsalin. (2017). Hubungan Antara Pengetahuan Wus Tentang


Kanker Serviks Dengan Motivasi Melakukan Pemeriksaan Iva Di Desa
Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Diambil 20 November
2017 dari http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/5500.pdf

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta

. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta :


Rineka Cipta

Nursalam.(2008). Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

.(2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta :


Salemba Medika

.(2016). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika

.(2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Peirson, L; Donna; Warren, C. (2013). Screening For Cervical Cancer: a


Systematic Review and Meta-Analysis. Biomed Central Journal, 2(13):1-14.

Rasjidi, Imam. (2008). Manual Prakanker Serviks.. Jakarta: Sagung Seto

.(2009). Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita.Jakarta : Sagung Seto

. (2013). Buku Ajar Onkologi Klinik.Jakarta : EGC

Riset Kesehatan Dasar .(2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementerian RI Diakses:3 Desember 2017, dari http://www.depkes.go.id/re
sources/download/general/Hasil%20Riskesdas% 2013.pdf

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan dan Aplikasi SPSS Dalam Prosedur


Penelitian.Yogyakarta : Rohima Press
Safa’ah, Nurus. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi
Wanita Usia Subur Yang Melakukan Pemeriksaan Iva Dalam Upaya
Deteksi Kanker Serviks. Diambil 20 November 2017 Dari Http://Lppm.Stik
esnu.com/Wp-Content/Uploads/2014/02/B.Nurus_.Pdf

Samadi, Heru Priyanto. (2011). Yes, I Know Everything About Kanker Serviks.
Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita.Yogyakarta :


Andi Offset

Setiadi.(2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi


II.Yogyyakarta : Graha Ilmu

Smart, Aqila.(2010). Bahagia di Usia Menopause. Yogyakarta : A Plus Book

Srimiyati (2014) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Booklet


Terhadap Pengetahuan Dan Gejala Kecemasan Wanita Premenopause.
Diambil 23 November 2017 dari http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_i
d=77496

Sugiyono.(2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D).Bandung : Penerbit CV Alfabeta

Suhardi.(2013). The Science Of Motivation (Kitab Motivasi).Jakarta : PT


Gramedia

Sukaca, Bertiani E. (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Yogyakarta


: Penerbit Genius

Susilo, R. (2011). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Yogyakarta : Muha


Medika

Suryati, Romauli dan Anna V. (2009). Kesehatan Reproduksi Buat Mahasiswi


Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Uno, Hamzah. (2016). Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang


Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta :


Sinar Kejora

Windi Chusniah Rahmawati. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Iva


Dan Pap Smear Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap WUS Melalui
Media Leaflet Berkalender Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks Di
Wilayah Kerja Puskesmas Manahan Kota Surakarta. Diambil 20
November 2017 dari http://eprints.ums.ac.id/44438/22/Naskah%20publikasi
-Windi.Pdf

Yulianti, Indah. (2013). Booklet Untuk Meningkatkan Pengetahuan


Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di
Desa Plumbungan Kecamatan Karang Malang. Kabupaten Sragen. Diambil
21 November 2017 https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&s
ource=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjt

Anda mungkin juga menyukai