LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun oleh :
FIFI SAFIROH
NIM. P2.06.24.8.20.012
A. Latar Belakang
Bayi merupakan makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan
dengan individu yang unik. Setiap orang tua pasti selalu
memberikan perawatan yang terbaik, karena bagi setiap orang tua
sehat itu sangat penting. Dengan demikian memiliki bayi yang
sehat merupakan dambaan setiap orang tua, karena bayi sangat sensitif
terhadap apa pun yang ada dilingkungan sekitarnya. Masa neonatus
sampai dengan pasca-neonatus juga merupakan usia yang rapuh
baik untuk fisik, penyakit maupun kecelakaan. Karenanya pada kelahiran
pertama bayi baru beradaptasi terhadap semua kondisi lingkungan di
sekitarnya, sehingga belum terbiasa dengan keadaan yang menyerang
kondisi tubuhnya, terutama masalah kulit, kondisi kulit bayi memiliki
kepekaan yang lebih dibandingkan dengan kulit orang dewasa,
oleh sebab itu bayi lebih mudah kehilangan panas melalui permukaan
kulit. Kulit bayi mengandung lebih banyak air dibanding kulit orang
dewasa, dan epidermis berikatan longgar dengan dermis. Hal
tersebut berarti bahwa gesekan mudah menyebabkan pemisahan
lapisan tersebut, yang mengkibatkan pembentukan lepuh atau kerusakan
kulit. Kulit bayi juga kurang pigmentasi dibandingkan dengan kulit
orang dewasa (pada semua ras), yang membuat bayi berisiko lebih
tinggi terhadap kerusakan kulit akibat radiasi ultraviolet.1
Kondisi kulit pada bayi yang relatif lebih tipis menyebabkan bayi
lebih rentan terhadap infeksi, iritasi dan alergi. Salah satu masalah kulit
yang masih sering terjadi pada bayi dan anak adalah diaper
dermatitis/diaper rash atau sering disebut juga dengan ruam popok.
Ruam popok adalah radang /infeksi kulit di sekitar area popok
seperti paha dan pantat bayi, yang umumnya disebabkan terpaparnya
kulit bayi pada zat amonia yang terkandung dalam urin atau feses
bayi dalam jangka waktu lama.2
Apabila diaper rash tidak segera ditangani atau diobati maka
akan menyebabkan ulkus punch-out atau erosi dengan tepi meninggi
(Jacquet erosive diaper dermatitis), papul dan nodul pseudoverucous
dan plak dan nodul violaeous (granuloma gluteale infantum).3
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO) prevalensi iritasi kulit (ruam popok) pada bayi cukup tinggi
25% bayi yang lahir di dunia kebanyakan menderita iritasi kulit (ruam
popok) akibat penggunaan popok. Angka terbanyak ditemukan pada
usia 6-12 bulan.4
Prevalensi dermatitis popok dalam populasi umum adalah
antara 7 % dan 35 %, prevalensi bayi dirawat di rumah sakit dan
anak-anak berkisar dari 17 % menjadi 43%, di Amerika Serikat
sekitar 1 juta kunjungan perawatan kesehatan untuk dermatitis
popok terjadi per tahun, dengan 25 % dari anak-anak berisiko di
diagnosis dengan dermatitis. Dermatitis popok ditemukan paling umum di
antara anak-anak dibawah usia 2 tahun, dengan mayoritas kasus
ditemukan pada anak-anak di bawah usia 1 tahun.5
Insiden ruam popok di Indonesia mencapai 7-35%, yang
menimpa bayi laki-laki dan perempuan berusia dibawah tiga
tahun.6 Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas dan
Desentralisasi, dr. Krisnajaya, MS memperkirakan jumlah anak balita
(bawah lima tahun) Indonesia mencapai 10% dari populasi penduduk.
Jika jumlah penduduknya 220-240 juta jiwa, maka setidaknya ada
22 juta balita di Indonesia mengalami ruam popok.5
Salah satu dari bahan olahan alami yang dapat dipertimbangkan
sebagi terapi topikal alternatif yang dapat digunakan untuk perawatan kulit
pada bayi yang mengalami ruam popok yaitu meggunakan minyak zaitun,
karena minyak zaitun akan menjaga kelembaban kulit. Minyak zaitun
bersifat dingin dan lembab dan dipergunakan untuk meremajakan kulit.
Minyak zaitun mengandung banyak senyawa aktif seperti fenol, tokoferol,
sterol, pigmen, squalene dan vitamin E. Semua senyawa ini bermanfaat
untuk kulit, memperbaiki sel-sel kulit yang rusak sebagai antioksidan
penetral radikal bebas mengurangi bekas kemerahan pada kulit dan dapat
melindungi kulit dari iritasi. Minyak zaitun dapat dijadikan body lotion
untuk menjaga kelembaban kulit.7
Pencegahan ruam popok dapat dilakukan dengan terapi farmakologi
seperti pemberian salep seng oksida (zincoxide) sedangkan terapi
nonfarmakologi, yaitu seperti: menghilangkan atau mengurangi
kelembaban dan gesekan kulit dengan mengganti popok segera setelah
buang air kecil atau besar atau bila menggunakan popok disposible
sebaiknya di gunakan sesuai dengan daya tampung, bersihkan kulit secara
lembut dengan air dan sabun. Memilih popok yang baik, hasil penelitian
menunjukan popok kain lebih jarang menimbulkan ruam popok pada bayi
dan anak di bandingkan diapers, jika memakaikan diapers harus sering
menggantikan diapers dengan yang baru minimal 4-5 kali dalam satu hari,
namun lebih baik lagi jika pemakaian diapers diganti >5 kali dalam satu
hari. Ruam popok akan terjadi semakin parah bila frekuensi ganti diapers
<3 kali dalam satu hari.8
Khasiat dari minyak zaitun (olive oil) salah satunya untuk kesehatan
kulit dan untuk kecantikan. Kandungan dari minyak zaitun mempunyai
kesamaan dengan baby oil yaitu mineral dan vitamin E yang berfungsi
sebagai anti oksidan alami yang mampu melawan radikal bebas sehingga
menyebabkan gangguan kulit. Minyak zaitun (olive oil) dipercaya dapat
digunakan untuk perawatan bekas luka, serta area-area yang terdapat
keriput dan pecah-pecah akibat kulit kering atau penuaan sel kulit, dapat
juga digunakan untuk stretching atau penarikan pada kulit, sehingga dapat
mengatasi masalah bekas kehamilan (stretch marks). Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh perawatan perianal dengan minyak
zaitun terhadap drajat ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan.9
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi yang mengalami ruam popok.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pemeriksaan pada bayi dan mendeteksi dini masalah
yang terjadi pada bayi.
b. Memberikan minyak zaitun kepada bayi yang mengalami ruam
popok.
c. Melihat pengaruh pemberian minyak zaitun terhadap kejadian ruam
popok pada bayi
BAB II
TINJAUAN TEORI
D. Ruam Popok12
Diaper rash atau ruam popok adalah iritasi dan peradangan kulit bayi
akibat penggunaan popok. Ruam popok ditandai dengan kemerahan pada kulit
bayi di daerah pantat, lipat paha, dan kelamin. Meskipun banyak terjadi pada bayi,
orang dewasa yang menggunakan popok juga dapat mengalaminya.
Ruam popok disebabkan oleh berbagai hal, tetapi umumnya terjadi akibat
paparan urine dan tinja yang terkumpul di dalam popok. Ruam popok juga
dapat terjadi akibat popok yang terlalu ketat, infeksi bakteri, atau penyakit
kulit, seperti dermatitis seboroik atau dermatitis atopik.
Sebagian besar bayi yang memakai popok pernah mengalami ruam
popok. Ruam ini umumnya tidak berbahaya. Meski demikian, ruam popok
dapat mengganggu kenyamanan sehingga bayi cenderung menjadi lebih rewel.
Ruam popok pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
Kontak terlalu lama dengan urine dan tinja di popok, sehingga memicu
iritasi pada kulit bayi yang sensitif.
Gesekan, misalnya karena popok yang terlalu ketat.
Iritasi terhadap produk yang baru digunakan, seperti sabun, bedak tabur
bayi, detergen, atau bahan pelembut pakaian.
Pengaruh jenis makanan baru, yang mengakibatkan perubahan komposisi
tinja serta frekuensi buang air besar.
Memiliki tipe kulit sensitif.
Infeksi bakteri atau jamur, yang terjadi karena kulit tertutup popok terlalu
lama, sehingga menjadi lembap dan hangat.
Gejala utama ruam popok atau diaper rash adalah kulit bayi di area
pemakaian popok, yaitu bokong, lipatan paha, dan sekitar alat kelamin, tampak
memerah. Kulit yang mengalami ruam kemerahan ini juga akan terasa hangat
dan tampak bengkak.Selain timbul ruam kemerahan, kulit di area pemakaian
popok juga bisa ditumbuhi luka lepuh atau menggelembung. Bayi yang
mengalami ruam popok biasanya akan menjadi rewel, terutama saat area yang
mengalami ruam dibersihkan atau ketika popoknya diganti.
Ruam popok pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
Kontak terlalu lama dengan urine dan tinja di popok, sehingga memicu
iritasi pada kulit bayi yang sensitif.
Gesekan, misalnya karena popok yang terlalu ketat.
Iritasi terhadap produk yang baru digunakan, seperti sabun, bedak tabur
bayi, detergen, atau bahan pelembut pakaian.
Pengaruh jenis makanan baru, yang mengakibatkan perubahan komposisi
tinja serta frekuensi buang air besar.
Memiliki tipe kulit sensitif.
Infeksi bakteri atau jamur, yang terjadi karena kulit tertutup popok terlalu
lama, sehingga menjadi lembap dan hangat.
Penanganan ruam popok yang paling utama adalah menjaga kulit bayi
tetap bersih dan kering, serta menjaga sirkulasi udara tetap baik di area
pemakaian popok. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
Sesuaikan ukuran popok dengan ukuran tubuh bayi, jangan menggunakan
popok yang terlalu ketat.
Segera ganti popok yang kotor, dan ganti popok sesering mungkin.
Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti popok.
Bersihkan dengan baik bagian kulit yang sering tertutup popok, terutama
saat mengganti popok.
Setelah dibasuh, seka kulit bayi perlahan-lahan sampai kering sebelum
memakaikan popok baru.
Hindari penggunaan bedak, karena bedak dapat memicu iritasi kulit,
sekaligus iritasi pada paru-paru bayi.
Hindari penggunaan sabun atau tisu basah yang mengandung alkohol serta
pewangi, karena bahan kimia di dalamnya dapat memicu iritasi dan
memperparah ruam.
Jika menggunakan popok kain, cucilah popok sampai bersih dan hindari
penggunaan pewangi pakaian.
Jangan selalu memakaikan popok pada bayi, karena kulit bayi juga perlu
‘bernapas’. Makin sering kulit bayi terbebas dari popok dan terkena udara,
risiko terjadinya ruam popok akan makin rendah, dan penyembuhan ruam
popok akan makin cepat.
Saat mengalami ruam popok, gunakan popok dengan ukuran yang lebih
besar.
SUBJEKTIF
1. Identitas bayi
Nama : By Ny. N
Tanggal lahir : 01 Januari 2021
Jam Lahir : 09.05
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Identitas ibu
Nama : Ny. N
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : D3
Pekerjaan : IRT
Alamat : Lewisari
3. Riwayat Persalinan
Jenis persalinan : partus spontan letak belakang kepala
Ditolong oleh : bidan
Ketuban : warna jernih, tidak berbau
Komplikasi ibu dan janin : tidak ada
OBJEKTIF
1. PemeriksaanUmum
a. Tanda vital
Nadi : 126 kali / menit
Pernafasan : 44 kali / menit
Suhu : 36ºC
b. APGAR 8 : 9
c. Antopometri
BB : 2970 gram
PB : 50
LK : 30
LD : 31
Lila :9
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Normal, tidak terdapat trauma kelahiran dan kelainan kongenital
b. Wajah : Simetris
c. Mata : Simetris, tidak ada perdarahan dan kotoran, sklera putih dan
konjungtiva merah muda dan reflek mengedip positif, tidak ada
kelaianan
d. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, lebar 2,7 cm, bersih.
e. Mulut : Tidak ada labio palatoskizis, reflek rooting positif, reflek
sucking positif, refleks swallowing positif.
f. Telinga : Simetris, sedikit kotor karena belum dimandikan.
g. Leher : Tidak ada pembengkakan dan reflek tonicneck positif
h. Klavikula : Tidak ada fraktur
i. Dada : Simetris tidak ada bunyi mur-mur dan wheezing.
j. Perut : Normal, bentuknya cembung, bising usus ada, tidak ada
pembesaran hepar
k. Kulit : Kemerahan, turgor baik, sedikit kemerahan di pantat bayi
l. Punggung : Tidak ada spinabifida
m. Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada polidaktili dan
Sindaktili, refleks grasping positif, normal, tidak ada kelaianan,
jumlah jari 5, tonus baik
n. Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada kelainan.refleks plantar
positif dan reflek babinski positif, normal, jumlah jari 5, tonus
baik
o. Genitalia : Tidak ada kelainan
p. Anus : Berlubang, tidak ada kelainan
q. Eliminasi : Bayi sudah BAK dan belum BAB
ANALISA
By Ny N Usia 6 hari, ruam popok
PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, ibu
memahami
2. Menjelaskan pada ibu untuk rutin mengganti popok bayi dan tidak membiarkan
terlalu lama lembab, juga memberikan dan menjelaskan kepada ibu untuk rutin
memberikan minyak zaitun pada bayi untuk mencegah atau mengobati ruam
popok. Ibu akan mencobanya di rumah
3. Mengajarkan ibu cara pijat bayi di rumah agar bayi tidak rewel dan tidur lebih
nyaman. Ibu dapat melakukannya
4. Melakukan pencegahan kehilangan panas dengan cara tidak meletakan bayi di
atas benda yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuhnya, menutup pintu dan
jendela rapat-rapat, mengganti pakaian bayi jika basah dan tidak meletakan
bayi di dekat benda yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuhnya. Evaluasi :
Bayi tetap hangat.
5. Memberikan konseling pada ibu tentang :
a. Menjaga kehangatan bayi dengan cara ibu lebih sering mendekap bayi, tata
ruangan yang hangat untuk mencegah hipotermi
b. Cara memberikan ASI yang benar, yaitu dengan cara meletakan bayi di
tangan ibu posisi kepala di sikut ibu, posisi perut bayi menempel dengan
perut ibu dan sesering mungkin
c. Pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan
d. Mengawasi tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti pernafasan lebih cepat,
suhu yang panas, tali pusat merah atau bernanah, mata bengkak, tidak ada
BAK atau BAB dalam 24 jam
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan tentang perawatan bayi dan
mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.
(Fifi Safiroh)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian diketahui bahwa bayi mengalami ketidaknyamanan
ruam popok
2. Bayi menjadi tidak terlalu rewel terlihat lebih nyaman setelah mendapatkan
asuhan
DAFTAR PUSTAKA