Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KB DAN KESPRO


PADA NY ”E” DENGAN KONTRASEPSI PIL LAKTASI
DI PMB SUPIYANI KOTA JAMBI
TAHUN 2023

Dosen Pembimbing :
Titik Hindriaty, S.Pd, M.Kes

Disusun Oleh :
Tri Susanti
PO 71242220001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI JURUSAN


KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan KB dan KESPRO pada Ny ”E”
Dengan Kontrasepsi pil laktasi di PMB Supiyani” guna memenuhi tugas Stase Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (Kespro) Program Studi Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2023.

Jambi, Juli 2023

Mengetahui :

Preseptor Akademik Pembimbing Lahan

(Titik Hindriati, S.Pd, M.Kes) (Supiyani, S.Tr.Keb)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Pada Ny ”E” dengan
kontrasepsi pil laktasi di PMB Supiyani Tahun 2023.
Penulisan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas Mata Kuliah Praktik Klinik
Kebidanan Komprehensif Stase Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
(Kespro) yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam
proses pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yuli Suryanti, M.Keb selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi

2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi

3. Titik Hindriaty, S.Pd, M.Kes selaku Pembimbing Praktik Institusi

4. Supiyani, S.Tr. Keb selaku Pembimbing Lahan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Akhir kata semoga hasil laporan hasil studi kasus ini memberikan manfaat yang berguna
bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan ...................................................................................................3
D. Manfaat ...................................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Keluarga Berencana........................................................................................5
B. Manajemen Asuhan Kebidanan ................................................................. 10
C. Konsep Dasar Teori EBM.............................................................................12

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Judul Kasus...................................................................................................17
B. Pengkajian ....................................................................................................17
C. Manajemen Kebidanan.................................................................................17

BAB IV PEMBAHASAN
A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar .............................................................25
B. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Merumuskan Diagnosa......................26
C. Langkah III : Merumuskan Diagnosa Atau Masalah Potensial....................26
D. Langkah IV : Tindakan Segera atau Kolaborasi...........................................27
E. Langkah V : Rencana Asuhan.......................................................................27
F. Langkah VI : Implementasi...........................................................................28
G. Langkah VII : Evaluasi ................................................................................30

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................31
B. Saran.............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perka- winan,pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran. KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB adalah proses yang
disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu
kelahiran (Sabatina 2022:08)
Dalam melaksanakan program KB tentunya memiliki dampak baik itu dampak
positif maupun negatif. Glasier (2006: 29) menjelaskan bahwa di dalam program KB
itu mempunyai dampak positif, yaitu penurunan angka kepadatan penduduk,
penanggulangan kesehatan reproduksi, peningkatan kesejahteraan keluarga. Selain itu,
Glasier juga menjelaskan beberapa dampak negative didalam program KB, yaitu efek
samping dari program Keluarga Berencana terhadap kesehatan, I dan besarnya
anggaran pengadaan alat-alat kontrasepsi (Tyaz 2021:15)
Menurut PBB, pil KB yang kini dikonsumsi oleh lebih dari 150 juta orang di
seluruh belahan dunia, telah menjadi metode kontrasepsi terkemuka sekarang ini.
Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) berdasarkan kepesertaan ber-KB 2018 adalah
KB aktif diantara PUS tahun 2018 sebesar 63,27% sedangkan yang tidak pernah ber-
KB sebesar 18,82%. Pemakaian alat kontrasepsi di Indonesia berdasarkan cakupan
peserta KB aktif menurut kontrasepsi modren 2018 yaitu suntik 63,71%, pil 17,24%,
IUD 7,35 %, implan 7,20%, MOW 2,76%, kondom 1,24%, dan MOP 0,50%
(Kemenkes RI. 2021:223)
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional meningkat sebesar 1,49% per tahun, hal ini menjadi permasalahan
kependudukan dan pembangunan bangsa Indonesia (Ayu dan Kurniawati 2021:72).
Upaya pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk dilakukan melalui
program keluarga berencana (watik, Trisiana, dan Novitasari 2022:45) Salah satu
kebijakan program KB adalah memberikan pelayanan kontrasepsi yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika serta kesehatan sesuai
amanat Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang Pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil, masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan
pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual. Kebijakan pemerintah
mewajibkan kesertaan ber KB bagi pasangan usia subur (PUS) di setiap keluarga di
Indonesia adalah dilandasi upaya untuk mewujudkan keluarga sehat seperti yang
diamanatkan dalam Permenkes No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) (Handayani,
Agustina, dan Maidar 2022:109)
Pada tahun 2021 jumlah pengguna KB Pil di provinsi jambi adalah sebesar 1572
dari jumlah pengguna KB. Wanita berumur 15-49 tahun yang menggunakan alat KB
dari Tahun 2016-2018 di Kota Jambi yaitu pada tahun 2016 adalah sebesar 84404
orang dari jumlah penggunaan KB pil. Penggunaan KB pil tahun 2017 meningkat
sebesar 95535 dari jumlah penggunaan KB pil. Penggunaan KB pil tahun 2018
menurun sebesar 91357 orang. (Dinas Kesehatan Provinsi Jambi 2021:303)
Terdapat pengaruh tingkat pendidikan yang dimiliki terhadap perilaku reproduksi
dan penggunaan alat kontrasepsi. Tingkat pendidikan responden yang tergolong baik
dapat mendorong kemampuan mereka untuk menangkap dan memahami informasi-
informasi dari luar yang merupakan sumber pengetahuan tentang KB. Informasi-
informasi tersebut diperoleh dari teman, petugas kesehatan, orang tua, media
informasi, dan internet (Rosdiana et al. 2021:726)
Kontrasepsi khususnya pil KB, perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan
pada wanita usia subur pengguna pil KB dengan cara pemberian informasi tentang
kontrasepsi menggunakan leaflet dan konseling. Leaflet termasuk salah satu media
yang paling sering digunakan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan di
bidang kesehatan yang diberikan. Leaflet sangat membantu dalam memberikan
informasi, hal ini dikarenakan leaflet mempunyai kelebihan antara lain: tahan lama,
mencakup orang banyak, biaya tidak tinggi, dapat dibawa kemana-mana, dapat
menggambarkan suatu pokok bahasan, mempermudah pemahaman karena isi
informasi yang singkat, tepat hanya fokus pada satu pokok bahasan sehingga pembaca
lebih mudah dalam memahami dan mampu meningkatkan semangat belajar.
(Notoatmodjo, 2012:456).
Konseling merupakan salah satu cara pemberian informasi kesehatan yang efektif
dengan komunikasi Edukasi (KIE) dua arah yang dilakukan oleh seorang konselor
tenaga kesehatan kepada pasien dan konselor juga dapat menerima atau mendengar
keluhan atau pendapat dari pasien (Mathematics 2021:56)

2
Berdasarkan uraian latar belakang tentang permasalahan di atas maka penulis
tertarik untuk membuat laporan kasus dengan Judul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Ny ”E” dengan Kontrasepsi pil laktasi pada Tanggal 29 Maret 2023 di
PMB Supiyani”.

B. Rumusan Masalah
KB pil laktasi bisa mencegah kehamilan. Bukan kontrasepsi permanen, sehingga
mengkomsumsinya tidak akan menyebabkan kemandulan. Berdasarkan uraian dari
latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah “Bagaimana Asuhan
Kebidanan Akseptor Pengguna Pil Laktasi Pada Ny ”E” dengan kontrasepsi pil laktasi
di PMB Supiyani?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada
Keluarga Berencana (KB) Ny ”E” dengan kontrasepsi pil laktasi di PMB Supiyani
Tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data pada kasus Ny ”E” dengan kontrasepsi
pil laktasi di PMB Supiyani Tahun 2023.
b. Mampu menentukan interpretasi data pada kasus Ny ”E” dengan kontrasepsi
pil laktasi di PMB Supiyani SupiyaniTahun 2023.
c. Mampu merencanakan diagnosa dan masalah pada kasus Ny ”E” dengan
kontrasepsi pil laktasi di PMB Supiyani Tahun 2023.
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi
pada kasus Ny ”E” dengan kontrasepsi pil laktasi di PMB Supiyani Tahun
2023.
e. Mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada kasus Ny ”E” dengan
kontrasepsi pil laktasi di PMB Supiyani Tahun 2023.
f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus Ny ”E” dengan
kontrasepsi pil laktasi di PMB Supiyani Tahun 2023.
g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada kasus Ny ”E” dengan
kontrasepsi pil laktasi di PMB Supiyani Tahun 2023.

3
D. Manfaat
1. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi
Hasil laporan di harapkan dapat di jasikan sebagai bahan informasi dalam
rangka menyusun program pembelajaran mengenai penggunaan metode
kontrasepsi Pil Laktasi.
2. Bagi Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
Hasil laporan diharapkan menambah wawasan dalam menerap asuhan pada
ibu dengan kontrasepsi Pil Laktasi serta dapat menjadi dokumen bahan bacaan
bagi mahasiswa kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi sehin menjadikan sumber
ilmu bagi pembaca.
3. Bagi PMB Supiyani
Hasil laporan diharapkan dapat di jadikan sebagai bahan masuka gambaran
informasi bagi PMB Supiyani sehingga dapat meningkatkan manajemen asuhan
kebidanan kontrasepsi Pil Laktasi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluaga Berencana (KB)


1. Definisi KB
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perka- winan,pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran. KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diingin- kan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB adalah proses
yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta
waktu kelahiran (Mathematics 2021:22)
2. Tujuan program KB
Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di samping itu KB
diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia
yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program
KB, meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan
pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera (Mathematics 2021:23)
3. Kontrasepsi PIL
a. Kontrasepsi Pil Kombinasi (KPK)
Pil yang mengandung 2 macam hormon berdosis rendah yaitu progestin
dan estrogen-seperti hormon progesteron dan estrogen alami pada tubuh
perempuan yang harus diminum setiap hari. Jenis kontrasepsi pil kombinasi
terdiri dari empat jenis yaitu (K. K. Indonesia 49-50):
1) Monofasik: Pil mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis
yang sama. Jenis pil monofasik yang beredar dipasaran antara lain: 21 pil
mengandung 30 µg Ethynil Estradiol (EE)/150 µg Levonorgestrel (LNG)

5
dan 7 pil tanpa hormon, 21 pil mengandung 30 µg EE/3000 µg
Drospirenone dan 7 pil tanpa hormon, 24 pil mengandung 30 µg EE/2000
µg Drospirenone dan 4 pil tanpa hormon.
2) Bifasik: Pil mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dua
dosis yang berbeda. Jenis pil bifasik yang beredar dipasaran antara lain:
21 pil mengandung 0.02 mg EE/0.15 mg Desogestrel, 5 pil mengandung:
0.01 mg EE dan 2 pil tanpa hormon.
3) Trifasik: Pil mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam tiga
dosis yang berbeda. Jenis pil trifasik yang beredar dipasaran antara lain:
a) 7 pil mengandung 0,035 mg EE/0.5 mg Norethindrone, 7 pil me-
ngandung 0,035 mg EE/0.75 mg Norethindrone, 7 pil mengandung
0,035 mg EE/1 mg Norethindrone dan 7 pil tanpa hormon.
b) 7 pil mengandung 0.025 mg EE/0.100 mg Desogestrel, 7 pil
mengandung 0.025 mg EE/0.125 mg Desogestrel, 7 pil mengandung
0.025 mg EE/0.150 mg Desogestrel dan 7 pil tanpa hormon.
4) Kuadrifasik : Pil mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam
empat dosis yang berbeda. Jenis pil kuadrifasik yang beredar dipasaran
antara lain: 2 pil mengandung 3 mg Estradiol Valerate, 5 pil mengandung
2 mg Estradiol Valerate/2 mg Dienogest, 17 pil mengandung 2 mg
Estradiol Valerate/3 mg Dienogest, 2 pil mengandung 1 mg Estradiol
Valerate dan 2 pil tanpa hormon.
Kontrasepsi Pil Kombinasi (KPK) yang disediakan Pemerintah : Pil
Monofasik yang mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dalam dosis
yang sama yaitu 21 pil mengandung 30 µg Ethynil Estradiol (EE)/150 µg
Levonorgestrel (LNG) dan 7 pil tanpa hormon.

Gambar 1. PIL Kombinasi

Sumber: (K. K. Indonesia 50)


6
Cara kerja dari KPK yaitu (K. K. Indonesia 50):
1) Mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan ovulasi).
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma.
3) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya
akan terganggu.
Keuntungan penggunaan KPK diantaranya (K. K. Indonesia 51):
1) Dapat mengontrol pemakaian.
2) Mudah digunakan.
3) Mudah didapat, misalnya di apotek atau toko obat.
4) Penghentian dapat dilakukan kapan pun tanpa perlu bantuan tenaga
kesehatan.
5) Tidak mengganggu hubungan seksual.
6) Banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia).
7) Tidak terjadi nyeri haid.
8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
9) Membantu mencegah Kanker Endometrium, Kanker Ovarium, Kista
ovarium Penyakit Radang Panggul, Anemia Defisiensi Besi.
10) Mengurangi nyeri haid, nyeri ovulasi, masalah perdarahan menstruasi
dan jerawat.
Selain beberapa keuntungan yang diberikan, KPK juga memiliki
keterbatasan yaitu: mahal, harus diminum setiap hari secara teratur,
mengurangi ASI pada perempuan menyusui.
Kriteria kelayakan medis atau yang boleh menggunakan KPK adalah
hampir semua perempuan dapat menggunakannya secara aman dan efektif,
termasuk perempuan yang telah atau belum memiliki anak, perempuan
usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih dari 40 tahun,
setelah melahirkan dan selama menyusui, setelah periode waktu tertentu,
baru saja mengalami keguguran, atau kehamilan ektopik, merokok (jika
usia di bawah 35 tahun), menderita anemia atau riwayat anemia, menderita
varises vena, terkena HIV, sedang atau tidak dalam terapi antiretroviral (B.
d. Indonesia 51)

7
Untuk kriteria yan tidak boleh menggunakan KPK adalah perempuan
dengan kondisi di bawah ini sebaiknya tidak memakai KPK (K. K.
Indonesia 51-52):
1) Tidak menyusui dan kurang dari 3 minggu setelah melahirkan, tanpa
risiko tambahan kemungkinan terjadinya penggumpalan darah pada
vena dalam (TVD).
2) Tidak menyusui dan antara 3 hingga 6 minggu pasca persalinan dengan
risiko tambahan kemungkinan terjadinya TVD.
3) Terutama menyusui antara 6 minggu hingga 6 bulan setelah
melahirkan.
4) Usia 35 tahun atau lebih yang merokok.
5) Tekanan darah tinggi (tekanan sistolik antara 140 dan 159 mmHg atau
tekanan diastolik antara 90 dan 99 mmHg).
6) Tekanan darah tinggi terkontrol, dan memungkinkan untuk dilakukan
evaluasi lanjutan.
7) Riwayat tekanan darah tinggi, dan tekanan darah tidak dapat diukur
(termasuk tekanan darah tinggi terkait kehamilan).
8) Riwayat jaundis saat menggunakan KPK sebelumnya.
9) Penyakit kandung empedu (sedang atau diobati secara medis).
10) Usia 35 tahun atau lebih dengan sakit kepala migrain tanpa aura.
11) Usia kurang dari 35 tahun dengan sakit kepala migrain tanpa aura yang
muncul atau memberat ketika menggunakan KPK.
12) Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan tidak
kambuh.
13) Diabetes selama lebih dari 20 tahun atau mengalami kerusakan
pembuluh darah, penglihatan, ginjal, atau sistem saraf karena diabetes.
14) Faktor risiko multipel untuk penyakit kardiovaskular arteri seperti usia
tua, merokok, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
15) Sedang dalam terapi barbiturat, carbamazepin, oxcarbazepine, fenitoin,
primidone, topiramate, rifampisin, atau rifabutin. Sebaiknya memakai
metode kontrasepsi tambahan karena obat-obatan tersebut mengurangi
efektivitas KPK.

8
16) Sedang dalam terapi lamotrigin. KPK dapat mengurangi efektivitas
lamotrigin.
b. Kontrasepsi Pil Progestin (KPP)
Pengertian dari KPP yaitu pil yang mengandung progestin saja dengan
dosis yang sangat rendah seperti hormon progesteron alami pada tubuh
perempuan. Terdapat tiga jenis KPP yiatu (K. K. Indonesia 56):
1) Kemasan 28 pil berisi Lynestrenol 0,5 mg (Kontrasepsi Pil Progestin
yang disediakan Pemerintah).
2) Kemasan 28 pil berisi 75 µgnorgestrel.
3) Kemasan 35 pil berisi 300 µg levonorgestrel atau 350 µg
norethindrone. Sangat dianjurkan untuk ibu menyusui karena tidak
mengganggu produksi ASI.
Cara kerja dari KPP ini yaitu dengan mencegah ovulasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan endometrium tipis dan atrofi.
Sama halnya dengan KPK, KPP juga memiliki keuntungan diantaranya
yaitu: Dapat diminum selama menyusui, apat mengontrol pemakaian,
penghentian dapat dilakukan kapan pun tanpa perlu bantuan tenaga
kesehatan, tidak mengganggu hubungan seksual, kesuburan cepat kembali,
mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah perdarahan haid. Sementara,
keterbatasan kontrasepsi ini tidak terlalu banyak yaitu harus diminum setiap
hari dan pada waktu yang sama, bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi
lebih besar, peningkatan/penurunan berat badan (K. K. Indonesia 56).
Kriteria kelayakan medis atau yang boleh menggunakan KPP adalah
hampir semua perempuan dapat menggunakan KPP secara aman dan efektif,
termasuk perempuan yang (K. K. Indonesia 57):
1) Sedang menyusui (dapat mulai segera setelah 6 minggu melahirkan).
2) Telah atau belum memiliki anak.
3) Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia lebih dari
40 tahun.
4) Baru saja mengalami keguguran, atau kehamilan ektopik.
5) Merokok, tanpa melihat usia perempuan maupun jumlah rokok yang
dihisap.

9
6) Menderita anemia atau riwayat anemia.
7) Menderita varises vena.
8) Terkena HIV, sedang atau tidak sedang dalam terapi antiretroviral.
Kategori yang tidak boleh menggunakan KPP adalah perempuan dengan
kondisi di bawah ini (K. K. Indonesia 57):
1) Mengalami penggumpalan darah akut pada vena dalam (trombosis vena
dalam) di kaki atau paru.
2) Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan tidak
kambuh.
3) Menderita sirosis hati atau tumor hati berat.
4) Menderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dengan antibodi
antifosfolipid positif (atau tidak diketahui).
5) Sedang dalam terapi barbiturat, carbamazepin, oxcarbazepine, fenitoin,
primidone, topiramate, rifampisin, atau rifabutin. Sebaiknya memakai
metode kontrasepsi tambahan karena obat-obatan tersebut mengurangi
efektivitas KPP.

B. Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian
Menurut Hellen varney manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah. penemuan penemuan, keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien (Sulfianti. 15).
Proses manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Varney 26).
2. Langkah Manajemen Kebidanan
A. Menurut Varney
Tahapan manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari 7 langkah (Varney
26-28) yaitu:
1) Langkah I: Pengumpulan data dasar.

10
Pengumpulan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, meliputi biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas,
pemeriksaan fisik dan penunjang seperti laboratorium.
2) Langkah II: Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien
atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Setelah data baik subjektif maupun objektif terkumpul maka
bidan melakukan identifikasi yang benar kemudian menginterprestasikan data
tersebut ke dalam rumusan diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah rumusan
diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam ruang lingkup praktik kebidanan
serta memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
3) Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifikasi serta mengantisipasi masalah, bila
mungkin dilakukan pencegahan.
4) Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera menetapkan kebutuhan akan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5) Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkahlangkah sebelumnya.
6) Langkah VI: Melaksanakan perencanaan
Rencana asuhan menyeluruh dilakukan secara efisien dan aman.
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
7) Langkah VII: Evaluasi
Mengidentifikasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

11
C. Evidance Based Midwiferi (EBM)
1. Pengertian
Evidence Based artinya berdasarkan bukti. Ini artinya tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaan semata. Bukti tersebutpun tidak sekedar bukti
melainkan bukti ilmiah terkini yang dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga yang
dimaksud dengan Evidence Based Midwiferi adalah pemberian informasi kebidanan
yang berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Jayanti
1)
Hal yang diutamakan dalam praktik kebidanan adalah lebih didasarkan
pembuktian ilmiah hasil observasi/penelitian dan pengalaman praktik terbaik dari
semua para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti
manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
2. Manfaat EBM
Dengan adanya pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang bedasarkan evidence
based tersebut tentu saja bermanfaat dalam membantu mengurangi angka kematian
ibu hamil dan resiko-resiko yang di alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta
bermanfaat juga unuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat (Jayanti 3).
3. Kategori EBM
Menurut WHO Evidence Based terbagi menjadi beberapa kategori yaitu
(Jayanti 4):
a. Evidence-based Medicine
Pemberian informasi obat-obatan berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa
dipertanggung jawabkan. Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik
dari peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut
dipasarkan, karena dipopulasi terbukti memberikan efek samping yang berat
pada sebagian penggunanya.
b. Evidence-based Policy
Satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kedokteran (Clinical
Governance): suatu tantangan profesi kesehatan dan kedokteran di masa
mendatang.
c. Evidence-based Midwifery
Pemberian informasi kebidanan berdasarkkan bukti dari penelitian yang bisa
dipertanggungjawabkan.

12
d. Evidence-based report
Merupakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru berkembang,
memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan pada semua
tahapan penatalaksanaan pasien.

13
4. Sumber EBM pada Kasus
Metode/Populasi/
Judul, Penulis,
No Tujuan Sampel /Teknik Hasil
Tahun
Penelitian
1. Relationship Of Untuk mengetahui Populasi dari penelitian Hasil analisis bivariat di
The Use Of Hubungan ini adalah seluruh ibu dapat bahwa.
Progestin (Pil) penggunaan yang mempunyai ibu Berdasarkan hasil
Contraception In kontrasepsi menyusui di wilayah penelitian yang telah
Breastfeeding progestin pada kerja Puskesmas dilakukan maka
Mother With ibu menyusui Indrapuri Aceh Besar penelitian dapat
Adequacy Of dengan kecukupan berjumlah 125. Jadi mengumpulkan hasil dari
Assembly Asi. Penelitian ini jumlah total sampel penenelitian sebagai
Production In dilakukan di penelitian ini adalah 48 berikut terdapat tidak
The Working wilayah kerja ibu menyusui dengan ada hubungan yang
Area Of The Puskesmas kontrasepsi progestrin bermakna kecukupan
Aceh Besar indrapuri aceh besar dan 48 ibu menyusui ASI dengan penggunaan
Indrapuri Health pada tanggal 8-13 yang tidak menggunakan kontrasepsi progestin
Center. Husna Juni 2020. kontrasepsi progestrin. (Pil) di Wilayah Kerja
Asmaul. 2020 Puskesmas Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar
(p>0,05) dan ibu yang
Menggunakan
kontrasepsi progestin 0,5
kali berpeluang tidak
cukup ASI dibandingkan
dengan ibu yang tidak
menggunakan
kontrasepsi progestin
dengan Hasil Uji chi
square test diperoleh
nilai p value 0,403
dengan nilai OR sebesar
0,533.
2. Efek Samping Untuk Mengetahui Populasi dan sampel Hasil penelitian
Pengunaan Efek samping dalam penelitian ini ditemukan efek samping
Kontrasepsi Penggunaan adalah semua ibu dari penggunaan
Hormonal di Kontrasepsi pengguna kontrasepsi kontrasepsi pil dari 17
Wiliyah Kerja Hormonal di hormonal yang ada di responden yang tertinggi
Puskesmas. Wilayah kerja wilayah kerja Puskesmas yaitu sebanyak 12
Manoyo. 2020 Puskesmas Buhu responden mengalami
Buhu Kabupaten kenaikan berat badan
Gorontalo.. (70.6), pada kontrasepsi
suntik dari 61 responden
yang tertinggi yaitu
sebanyak 42 responden
mengalami kenaikan
berat badan (68.9%),
dan pada kontrasepsi
implant dari 35
responden yang tertinggi
yaitu sebanyak 25
responden mengalami
kenaikan berat badan
(71.4%).
3. Gambaran Tujuan dari Jenis penelitian ini Hasil penelitian ini
Penggunaan Pil penelitian ini Adalah deskriptif. Menunjukkan bahwa dari
Kb Tentang adalah untuk Dengan pendekatan Tingkat pendidikan
Ketepatan Cara mengetahui Cross sectional. sebagian besar akseptor

14
Minum di Pmb penggunaan pil Variabel bebas dalam memiliki tingkat
Desa Pagendingan KB di PMB Hj. penelitian ini adalah pendidikan dasar yaitu
Kec. Galis Yuni Sri Rahayu, penggunaan pil KB. 17 responden (56,67%)
Kabupaten SST Kec. Sampel dalam penelitian tentang pengetahuan
Pamekasan Kabupaten Galis ini berjumlah 30 cara minum pil KB.
Pamekasan akseptor di PMB Hj. Berdasarkan kesimpulan
Yuni Sri Rahayu, SST tersebut maka solusi
Kec. Kabupaten Galis yang dapat dilakukan
Pamekasan diambil adalah dengan
Dengan teknik total memberikan penyuluhan
sampling. Teknik kepada pihak yang
Pengumpulan data berkepentingan yaitu
menggunakan kuesioner. akseptor sendiri, suami,
dan keluarga karena
penyuluhan dapat
memberikan
pengetahuan kepada
akseptor tentang pil KB
seperti efek samping,
kapan penggunaan dan
cara penggunaannya.
Gunakan mereka. Untuk
mengambil pil KB
dengan benar, itu
kerugian. Dan petugas
kesehatan dapat
meningkatkan kualitas
penyuluhan dengan
bekerjasama dengan
penyuluhan KB dan
instansi terkait, sehingga
akseptor dapat dengan
mudah memahami
penyuluhan yang
diberikan agar akseptor
atau masyarakat tidak
salah dalam
menggunakan alat
kontrasepsi
4. Pemberian Bertujuan Kegiatan pengabdian Hasil kegiatan
Komunikasi memberikan masyarakat ini pengabdian
Informasi Edukasi perhatian dilaksanakan dengan menunjukkan bahwa
(KIE) Alat menambah tahapan persiapan, seluruh ibu post partum
Kontrasepsi Pil pengetahuan dan pelaksanaan dan (30 orang) menggunakan
Progestin di Era meyakinkan ibu evaluasi. Kegiatan alat kontrasepsi pil
PandemiCovid-19 post partum bahwa persiapan tim progestin, 5 orang (17%)
Pada Ibu Post Partum kontrasepsi pil pengabdian masyarakat pada minggu pertama
di Praktik Mandiri progestin aman membuat/menyusun mengalami mual tetapi
Bidan (PMB) Kota untuk ibu leaflet tentang bisa teratasi, 25 orang
Bengkulu. Dara menyusui/ kontrasepsi pil progestin, (83%) tidak mengalami
Himalaya & Deni postpartum. kegiatan selanjutnya efek samping. Ibu post
Maryani. 2022 yaitu pelaksanaan partum semuanya
pengabdian. (100%) produksi ASI
Pelaksanaan lancar dan juga tidak ada
pengabdian meliputi masalah dengan proses
memberikan KIE yang laktasi. Kesimpulan pil
berpedoman pada isi progestin salah satu alat
leaflet dan melakukan kontrasepsi yang paling
diskusi/tanya jawab, aman untuk ibu post

15
leaflet diserahkan pada partum.
ibu post partum untuk
dipelajari dan dipahami
kembali, memberikan
pil progestin.
Pelaksanaan evaluasi
menilai pengetahuan
dilihat dari ibu post
partum sudah
menentukan pilihan yang
tepat bahwa akan
memakai alat kontrasepsi
pil progestin, sasaran
mengkonsumsi pil
progestin dengan benar,
mengevaluasi masalah
atau efek samping pil
progestin.
5. Long Use Of Kb Penelitian ini Desain penelitian ini Hasil penelitian
Pil Contraception bertujuan untuk adalah observasional Menunjukkan bahwa
With Hypertension Menganalisis analitik dengan desain durasi penggunaan
Events In Kb Hubungan Lama Cross Sectional. Analisis kontrasepsi pil KB pada
Acceptor Penggunaan Pil Data menggunakan uji akseptor lama sebanyak
Community Health Kontrasepsi chisquare dengan nilai 60 responden dengan
Center. Fitriani. Dengan Terjadinya p (<0,05). Populasi persentase (84,5%),
2019. Hipertensi pada dalam penelitian ini sedangkan belum lama
Akseptor Keluarga adalah seluruh akseptor ini ada 11 responden
Berencana di yang menggunakan pil dengan persentase
Wilayah Kerja kontrasepsi sebanyak (15,5%). Dari hasil
Puskesmas Herlang 250 responden. Sampel kejadian hipertensi,
Bulukumba Penelitian ini sebanyak terdapat 45 responden
Kabupaten Tahun 71 orang yang diambil Dengan persentase
2018. Dengan menggunakan Hipertensi (63,4%) dan
metode purposive Tanpa hipertensi
sampling. sebanyak 26 responden
Dengan persentase
(36,6%).

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. JUDUL KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”E” DENGAN KB PIL LAKTASI DI PMB
SUPIYANI TAHUN 2023.

B. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 29-03-2023, pukul : 11.00 WIB
Tanggal pengkajian : 29-03-2023, pukul : 11.15 WIB
Nama pengkaji : Tri Susanti

C. MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Pengkajian Data Dasar
a) Data Subjektif
1) Identitas Istri Suami
Nama ibu : Ny. E Nama ayah : Tn. A
Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa: Jawa Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : RT 14 Talang Bakung
No.Hp :-
2) Keluhan utama: Ibu mengatakan ingin menggunakan KB pil lanjutan, karna
KB pil dirumah sudah hampir habis
3) Riwayat kesehatan yang lalu (penyakit yang pernah di derita)
□ Penyakit Jantung : Tidak ada
□ Penyakit Paru–paru : Tidak ada
□ Penyakit Diabetes Mellitus : Tidak ada
□ Penyakit Thyroid : Tidak ada
□ Penyakit Hypertensi : Tidak ada
□ Penyakit Hepatitis : Tidak ada
□ Penyakit Kanker Alat Reproduksi : Tidak ada
□ Penyakit Hepatitis : Tidak ada
□ Penyakit Kanker Payudara : Tidak ada

17
□ Penyakit Kanker Alat Reproduksi : Tidak ada
□ Penyakit Alergi Terhadap Logam : Tidak ada
□ Sakit Kepala Yang Hebat : Tidak ada
4) Riwayat kesehatan sekarang
□ Penyakit Jantung : Tidak ada
□ Penyakit Paru–paru : Tidak ada
□ Penyakit Diabetes Mellitus : Tidak ada
□ Penyakit Thyroid : Tidak ada
□ Penyakit Hypertensi : Tidak ada
□ Penyakit Hepatitis : Tidak ada
□ Penyakit Kanker Alat Reproduksi : Tidak ada
□ Penyakit Hepatitis : Tidak ada
□ Penyakit Kanker Payudara : Tidak ada
□ Penyakit Kanker Alat Reproduksi : Tidak ada
□ Penyakit Alergi Terhadap Logam : Tidak ada
□ Sakit Kepala Yang Hebat : Tidak ada
5) Riwayat Obstetric
a) Menstruasi
 HPHT tanggal : Lupa
Lamanya haid : 6-7 hari
Banyaknya : 2 x ganti duk /softek
Warna : Merah Bau : Amis
 Siklus : 28 hari (teratur)
Konsistensi : Cair
 Haid yang terlalu berlebihan / terlalu berlebihan : Tidak ada
 Perdarahan persalinan : Tidak ada
b) Jumlah Anak
No Anak Ke Jenis Kelamin Hidup Meninggal
1. Ini Laki-Laki √ -

6) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi


a) Kontrasepsi yang lalu

18
- Jenis kontrasepsi : Pil
- Lama Pemakaian : 4 bulan
b) Kontrasepsi yang dipakai sekarang
-Jenis kontrasepsi : Pil
-Tanggal Pemakaian : 29-03-2023
7) Keadaan Psikologis : Baik
8) Latar belakang sosial budaya : Baik
b) Data Objektif
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-tanda Vital TD : 110/70 mmHg N : 80 x/i RR : 21 x/i S : 36,7 ºC
4) TB : 157 cm BB : 66 kg
5) Pemeriksaan Fisik
(1) Muka :
 Pucat : Tidak pucat  Chloasma gravidarum : Tidak ada
(2) Mata
 Kelopak mata : Normal  Konjungtiva : Tidak anemis
 Sklera : Tidak ikterik
(3) Mulut dan gigi
 Lidah dan geraham : Bersih  Gigi : Tidak caries
(4) Leher
 Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan
 Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran
(5) Dada
 Jantung :
Kelainan jantung : Tidak ada Rasa sakit hebat di dada : Tidak ada
 Paru :
Kelainan: Tidak ada Sesak nafas hebat : Tidak ada
(6) Payudara
 Pembesaran : Normal  Simetris : Kiri, kanan
 Benjolan : Tidak ada  Rasa nyeri : Tidak ada
 Getah abnormal dari putting susu : Tidak ada

19
 Lain–lain : Tidak ada
(7) Abdomen
 Pembesaran liver : Tidak dikaji  Nyeri kanan : Tidak dikaji
 Pembesaran uterus : Tidak dikaji  Tumor : Tidak dikaji
 Luka bekas operasi : Tidak dikaji
(8) Genitalia Eksterna
 Varieses : Tidak dikaji  Bau : Tidak dikaji
 Flour Albus : Tidak dikaji  Gatal : Tidak dikaji
(9) Genitalia Interna
 Posisi uterus : Tidak dikaji  Ukuran uterus : Tidak dikaji
 Erosi : Tidak dikaji  Flour albus : Tidak dikaji
 Bau : Tidak dikaji  Tanda–tanda kehamilan : Tidak
dikaji
(10)Ekstermitas ats dan bawah
 Oedema : Tidak Oedema  Kekakuan otot dan sendi : Tidak ada
 Kemerahan : Tidak ada  Varises : Tidak ada
 Rasa sakit pada betis : Tidak ada
(11) Pemeriksan Penunjang
a. Darah
 Hb : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Gol. Darah: Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Urine
 Glukosa : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Protein : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Lain-lain: -
2. Interprestasi Data
Aseptor Konstrasepsi KB Pil laktasi
3. Identefikasi Diagnosa dan masalah Potensial
Tidak ada
4. Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi
Tidak ada
5. Rencana Asuhan Menyeluruh

20
a. Bina hubungan baik
b. Informed consent pada ibu
c. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu
d. Ingatkan kembali kepada ibu tentang keuntungan, kerugian dan efek samping
dari alat kontrasepsi KB Pil laktasi
e. Jelaskan kembali cara penggunakan KB pil laktasi
f. Jelaskan kembali jika ibu lupa minum alat kontrasepsi KB pil laktasi
g. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika paket pil habis dan
kembali ketenaga kesehatan apabila ada keluhan
6. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Catatan Perkembangan
Diagnosa/ Nama dan
Tgl/Pukul Perencanaan
Masalah Paraf
29-03-2023/ Ibu Akseptor KB 1. Membina hubungan baik dengan ibu
12.00 wib Pil Laktasi Rasionalisasi: Hubungan baik akan
Memudahkan klien memahami saran
bidan sehingga ingin mengikuti
sarannya. Klien juga merasa lebih puas
dan ingin kembali lagi memeriksakan
diri ke bidan.
2. Melakukan informed consend dengan
meminta persetujuan sebelum
melakukan pemeriksaan Rasionalisasi:
Penyampaian informasi dari dokter
atau perawat kepada pasien sebelum
suatu tindakan medis dilakukan. Hal
ini penting dilakukan karena setiap
pasien berhak mengetahui resiko dan
manfaat dari tindakan medis yang akan
dijalaninnya
3. Memberitahu hasil pemeriksaan
kepada ibu
TTV
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7 ˚C
Nadi : 80 x/menit
RR : 21 x/menit

21
Rasionalisasi: Memberitahu klien
tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan yaitu keadaann ibu baik.
4. Mengingatkan kembali kepada ibu
tentangkeuntungan, kerugian dan efek
samping dari Alat Kontrasepsi KB Pil
laktasi
a) Keuntungan
1) Efektif mencegah kehamilan hingga
99,7% jika digunakansecara rutin dan
tepat waktu sesuai anjuran
2) Hanya mengandung satu jenis
hormon berdosis rendah
3) Telah lulus standar internasional
b) Kerugian
1) Spotting antara haid
2) Nyeri di payudara
3) Perubahan mood
4) Mual
5) Sakit kepala
Rasionalisasi: KB pil merupakan salah
satu metode kontrasepsi untuk menunda
kehamilan. Namun, seperti metode
kontrasepsi laninnya, KB pil memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan serta
tidak disarankan bagi wanita yang
memiliki kondisi kesehatan tertentu.
5. Mengingatkan kembali cara
menggunakan KB pil laktasi yaitu harus
secara teratur, diminum mulai dari haid
pertama sampai ke lima siklus haid,
kemudian dilanjutkan 1 hari 1 pil sesuai
dengan petunjuk (hari/tanggal) yang ada
pada paket pil sampai paket pil habis dan
minum pil pada waktu yang sama,
misalnya malam hari sebelum tidur.
Penting untuk di perhatikan
1) Pil KB laktasi harus diminum setiap
hari satu butir diwaktu yang sama

22
untuk meningkatkan tingkat
efektifitas.
2) Tidak memberikan perlindungan
terhadap IMS HIV/AIDS
3) Dapat segera diminum setelah masa
nifas selesai setelah masa melahirkan
4) Apabila tanpa KB hormonal
sebelumnya maka mulai diminum
pada hari pertama haid
5) Apabila beralih dari pil KB kombinasi
maka mulai di mulai setelah tablet
aktif terakhir pada blister pil KB
kombinasi
6) Apabila beralih dari metode injeksi
maka mulai meminum laktasi pada
jadwal injeksi selanjutnya
Rasionalisasi: Pil KB dapat
bekerjadengan baik jika diminum setiap
harinya pada jam yang sama.
6. Menjelaskan kembali jika ibu lupa
minum alat kontrasepsi KB pil laktasi
1) Bila ibu lupa minum pada hari yang
sama hanya beda beberapa jam
langsung minum pil saat ibu ingat
2) Bila ibu lupa minum pada keesokan
harinya maka tunggulah sampai
jadwal minum pil tiba, dan minum
pil harini dan hari kemarin
3) Bila terlupa minum 2 hari minumlah 2
pil pada hari ini dan 2 pil pada esok
harinya
4) Bila ibu lupa lebih dari 2 hari
sebaiknya konsultasikan kepada
tenaga kesehatan
5) Saat ibu terlupa minum pil beberapa
hari pun dianjurkan untuk
menggunakan tambahan kontrasepsi
lainya misalnya kondom, agar
pencegahan kehamilan lebih terjamin

23
Rasionalisasi : Jika komsumsi pil
terlewatkan atau terlupakan, maka harus
menggunakan alat kontrasepsi cadangan
seperti kondom, disamping itu harus
berhenti melakukan seks untuk sementara
waktu.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang jika paket pil habis
dan kembali ketenaga kesehatan
apabila ada keluhan
Rasionalisasi: Pergi ketenaga kesehetan
jika terdapat keluhan saat penggunaan Kb
pil laktasi akan segera di tangani dengan
tepat.

7. Evaluasi
Catatan Evaluasi
Nama dan
Tgl/Pukul Diagnosa Perencanaan
Paraf
29-03-2023/ 1. Hubungan baik telah terbina
13.15 wib
2. Ibu bersedia atas tindakan yang
akan di lakukan.
3. Ibu sudah mengetahui keadaan
dirinya dan merasa senang
4. Ibu mendengarkan penjelasan yang
diberikan
5. Ibu mendengrakan penjelasan dan
paham dengan cara penggunaan kb
pil
6. Ibu mendengrakan penjelasan dan
mengulang kembali jika lupa
menggunakan kb pil
7. Ibu bersedia untuk melakukan
kunjungan ulang jika paket pil
habis atau jika ada keluhan.

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan komprehensif
pada masa nifas di PMB Supiyani. Dalam hal ini pembahasan akan diuraikan secara narasi
berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan dengan 7 langkah Varney yaitu : Pengumpulan
data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau
masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan tindakan
asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan
kebidanan dengan kajian teori jurnal / Evidence Based Kebidanan (EMB).

A. Langkah I (Pengkajian Data)


Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien, riwayat
kesehatan klien, pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan, meninjau
catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium. Pada langkah ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.
(Mangkuji, dkk 2014:5).
Ny. E post akseptor KB pil laktasi pada tanggal 29-03-2023, tidak ada riwayat
kesehatan yang lalu, tidak ada riwayat kesehatan sekarang, keadaan psikologis baik dan
latar belakang social bidaya baik. Pada pemeriksaan fisik klien ku baik, kesadaran
composmentis, pemeriksaan TTV TD: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, P:21x/menit
S:36,7ᵒC, TB 157 cm, BB 66 kg. Keadaan muka tidak pucat, closmagravidarum tidak
ada, kelopak mata normal, konjungtiva tidak pucat dan penglihatan jelas, keadaan mulut
dan gigi bersih, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada karies, lidah bersih dan stomatitis
tidak ada, keadaan telinga dan kelainan tidak ada alat bantu pendengaran tidak ada,
keadaan leher kelenjer tyroid, getah bening dan jugularis tidak ada, keadaan payudara,
pembesaran simetris, bengkak tidak ada, puting susu menonjol.
Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada tanggal 29-03-2023 dengan kasus
akseptor kb pil pada Ny “E” didapatkan data subjektif ibu mengatakan ingin
mengkonsumsi Pil Kb karena lebih murah dan praktis untuk digunakan. Hal ini
membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

25
B. Langkah II (Interprestasi Data)
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data
yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau maslah. Diagnosis yang
dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada
nomen klatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaian dengan pengalaman
klien ditemukan hasil pengkajian (Mangkuji dkk, 2014:5).
Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh pada tanggal 20-03-
2023 pukul 11.15 WIB. pada pemeriksaan fisik klien K/U baik, kesadaran
composmentis, pemeriksaan TTV TD: 110/80 mmHg, N: 80x/menit, P:21x/menit
S:36,7ᵒC, TB 157 cm, BB 66 kg.
Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis pada kasus keluarga berencana kb pil
laktasi adalah ibu akseptor kb pil laktasi. Demikian penerapan tinjauan pustaka pada
kasus Ny. S secara garis besar tampak adanya persamaan antara teori dengan diagnosi
actual yang ditegakkan sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya.

C. Langkah III (Identefikasi Diagnosa dan Masalah Potensial)


Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian diagnosis danmasalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan
dapat waspada dan bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi dan dilakukan asuhan yang aman. Pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat diharapkan
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini
penting sekali melakukan asuhan yang aman. Dalam mengidentifikasi diagnose atau
masalah potensial dilakukan pengantisipasian penaganan yang kemungkinan muncul.
(Tresnawati, 2012:3-4).
Padak kasus Ny. E akseptor kb pil laktasi penulis tidak menemukan tandatanda
kelainan atau komplikasi pada ibu yang memungkinkan terjadinya komplikasi
berkelanjutan karena penanganan yang dilakukan pada ibu yang menggunkan kb pil

26
laktasi telah sesuai dengan teori sehingga tidak ada diagnosa potensial dan tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.

D. Langkah IV (Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi)


Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan,
data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan,
sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi. (Tresnawati,
2012:3-4).
Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat dapat terjadi pada saat
mengelolaan ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Kondisi darurat
merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera untuk menangani
diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi apabila tidak segera dilakukan tindakan
segera, selain diata sebisa juga berupa observasi/pemeriksaan.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus
sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/masalah
potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan
darurat/segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam
rumusan ini, termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri atau
bersifat rujukan (RitaYulifah, 2013:134).
Pada kasus Ny. E akseptor kb pil tidak ada tindakan segera yang dilakukan.
Pemberian konseling tentang cara penggunaan kb pil, keuntungan dan kerugian kb pil
laktasi dan apa yang dilakukan jika lupa mengkomsumsi kb pil. Semua tindakan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai dengan standar oprasional prosedur
(SOP).

E. Langkah V (Rencana Asuhan Menyeluruh)


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah ini

27
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisikondisi
klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien
bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah
psikologis (Th. Endang, dkk, 2014:65).
Pada kasus nifas normal perencanaan yang dilakukan bina hubungan baik, informed
consent pada ibu, beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu, jelaskan kepada ibu isi
kandungan KB Pil Laktasi, jelaskan cara kerja KB pil laktasi, ingatkan kembali kepada
ibu tentang keuntungan, kerugian dan efek samping dari Alat Kontrasepsi KB Pil
laktasi, jelaskan cara penggunakan KB pil laktasi, jelaskan jika ibu lupa minum alat
kontrasepsi KB pil laktasi, pastikan kembali pilihan ibu dengan cara menanyakan
apakah ibu sudah yakin dengan pilihannya dan anjurkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang jika paket pil habis dan kembali ketenaga kesehatan apabila ada
keluhan.

F. Langkah VI (Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan)


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tangung jawab
untuk mengarahkan penatalaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar
terlaksana) (Tresnawati, 2012:3-4)
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan yaitu menjelakan kepada ibu isi kandungan
KB Pil tiap blister laktasi terdiri dari 28 tablet yang mengandung Lynestrenol 0,5 mg
(hormon progestin). menjelakan cara kerja KB pil laktasi yaitu hormon progestin yang
terkandung di dalam setiap tablet Pil KB laktasi mengentalkan lendir rahim sehingga
penetrasi sperma ke dalam rahim terhambat dan menyebabkan rahim tidak siap untuk
pembuahan (kehamilan).
Mengingatkan kembali kepada ibu tentang keuntungan, kerugian dan efek samping
dari Alat Kontrasepsi KB Pil laktasi Keuntungan : efektif mencegah kehamilan hingga
99,7% jika digunakan secara rutin dan tepat waktu sesuai anjuran, hanya mengandung

28
satu jenis hormon berdosis rendah dan telah lulus standar internasional. Kerugian :
spotting antara haid, nyeri di payudara, perubahan mood, mual dan sakit kepala.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan (Lawuningtyas, ayuk. Dkk.
2017 yaitu dari total 106 akseptor menunjukkan efek samping tidak haid sama sekali
(amenorrhea) sebanyak 14 akseptor (13,21%), bercak saat menstruasi sebanyak 19
akseptor (17,92%), pusing/sakit kepala sebanyak 49 akseptor (46,23%), peningkatan
berat badan sebanyak 54 akseptor (50,94%), perubahan suasana hati sebanyak 11
akseptor (10,38%), mual/muntah sebanyak 28 akseptor (26,42%), timbul jerawat
sebanyak 23 akseptor (21,70%), dan efek pembesaran/ketat payudara sebanyak 9
akseptor (8,49%). Berdasarkan hasil penelitian, efek samping yang paling banyak
dialami. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian (Prasista,erinda. 2022)
Hasil review menunjukkan bahwa terdapat perubahan siklus menstruasi pada
penggunaan kontrasepsi. Selain itu terdapat gangguan haid pada penggunaan
kontrasepsi hormonal. Siklus menstruasi tidak teratur dapat menjadi salah satu dari
masalah kesehatan reproduksi pada wanita, menyebabkan akseptor kontrasepsi
hormonal dropout. Upaya penanganan efek samping kontrasepsi hormonal dibutuhkan
peran dari tenaga kesehatandan akseptor kontrasepsi hormonal sebaiknya membiasakan
mengatur pola hidup sehat seperti konsumsi makanan yang seimbang, melakukan
olahraga secara teratur. Dengan menerapkan pola hidup sehat dapat menstabilkan
hormon yang bekerja terhadap siklus menstruasi sehingga siklus menstruasi dapat
teratur.
Hasil penelitian dari (manoyo, 2020) dimana hasil penelitian ditemukan efek
samping dari penggunaan kontrasepsi pil dari 17 responden yang tertinggi yaitu
sebanyak 12 responden mengalami kenaikan berat badan (70.6), pada kontrasepsi suntik
dari 61 responden yang tertinggi yaitu sebanyak 42 responden mengalami kenaikan
berat badan (68.9%), dan pada kontrasepsi implant dari 35 responden yang tertinggi
yaitu sebanyak 25 responden mengalami kenaikan berat badan (71.4%).
Menjelaskan cara menggunakan KB pil laktasi yaitu harus secara teratur, diminum
mulai dari haid pertama sampai ke lima siklus haid, kemudian dilanjutkan 1 hari 1 pil
sesuai dengan petunjuk (hari/tanggal) yang ada pada paket pil sampai paket pil habis
dan minum pil pada waktu yang sama, misalnya malam hari sebelum tidur. Penting
untuk di perhatikan : pil KB laktasi harus diminum setiap hari satu butir diwaktu yang
sama untuk meningkatkan tingkat efektifitas, tidak memberikan perlindungan terhadap

29
IMS HIV/AIDS, dapat segera diminum setelah masa nifas selesai setelah masa
melahirkan, apabila tanpa KB hormonal sebelumnya maka mulai diminum pada hari
pertama haid, apabila beralih dari pil KB kombinasi maka mulai di mulai setelah tablet
aktif terakhir pada blister pil KB kombinasi dan apabila beralih dari metode injeksi
maka mulai meminum laktasi pada jadwal injeksi selanjutnya. Jika ibu lupa minum alat
kontrasepsi : bila ibu lupa minum pada hari yang sama hanya beda beberapa jam
langsung minum pil saat ibu ingat, bila ibu lupa minum pada keesokan harinya maka
tunggulah sampai jadwal minum pil tiba, dan minum pil harini dan hari kemarin, bila
terlupa minum 2 hari minumlah 2 pil pada hari ini dan 2 pil pada esok harinya, bila ibu
lupa lebih dari 2 hari sebaiknya konsultasikan kepada tenaga kesehatan, saat ibu terlupa
minum pil beberapa hari pun dianjurkan untuk menggunakan tambahan kontrasepsi
lainya misalnya kondom, agar pencegahan kehamilan lebih terjamin. Memastikan
kembali pilihan ibu dengan cara menanyakan apakah ibu sudah yakin dengan pilihannya
dan menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika paket pil habis dan
kembali ketenaga kesehatan apabila ada keluhan

G. Langkah VII (Evaluasi)


Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan dimana pada
tahap ini ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses manejemen asuhan
kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan permasalahan atau kesenjangan
pada evaluasi menunjukan masalah teratasi tanpa adanya komplikasi.
Evaluasi hasil tindakan yaitu Ibu mengerti isi kandungan kb pil laktasi, Ibu
mengerti cara kerja kb pil laktasi, Ibu mengerti keuntungan dan kerugian dari KB pil
laktasi, Ibu mengerti dengan apa yang telah di jelaskan tentang KB pil laktasi, Ibu
mengerti dengan apa yang di jelasakan apabila ibu lupa minum alat kontrasepsi, Ibu
bersedia untuk melakukan kunjungan ulang jika paket pil habis atau jika ada keluhan.

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan komprehensif keluarga berencana pada Ny E
di PMB Supiyani, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada kelurga berencana KB pil laktasi
penulis telah mampu melakukan pengkajian dengan baik. Dilakukan dengan
teknik pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian
dan analisa data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan
pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan ibu secara
lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan keterangan tambahan yang menyangkut atau yang berhubungan
dengan kondisi ibu.
2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa
Keluarga berencana kb pil laktasi yang didapat dari data subjektif dan objektif
dari hasil pengkajian.
3. Diagnosa atau masalah potensial yaitu akseptor kb pil laktasi
4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap kasus
akseptor kb pil laktasi yaitu dengan memberikan adekusi pendidikan kesehatan
tentang penggunaan KB.
5. Rencana tindakan yang telah disusun pada kasus akseptor kb pil laktasi adalah
dengan memberikan rencana asuhan menyeluruh meliputi asuhan komprehensif
pada ibu keluarga berencana dengan penggunaan kb pil laktasi.
6. Pelaksanaan asuhan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai
dengan adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat lebih
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan kepada pasien.
7. Tindakan evaluasi pada kasus keluarga berencana kb pil laktasi telah diberikan
semaksimal mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana asuhan kebidanan
serta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat teratasi.

B. Saran
1. Bagi Klien

31
a. Anjurkan ibu menggunakan KB pil secara teratur dan konsisten
b. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika paket pil habis dan
kembali ketenaga kesehatan apabila ada keluhan
2. Saran Bagi Lahan Praktek
a. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu manajemen
kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari bagi
bidan untuk memecahkan masalah klien dan berbagai kasus.
b. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua klien keluarga
berencana harus deberikan asuhan secara komprehensif.
3. Saran untuk Institusi Pendidikan
a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik perlu
menyediakan tenaga bidan yang profesional untuk menunjang pelaksanaan
tugas.
b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan teknologi.

32
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Bidan dan Dosen Kebidanan. Kebidanan: Teori dan Asuhan, Vol 2. Jakarta:
EGC, 2018.

Indonesia, Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Pedoman


Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana (KB). Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2020.

Jayanti, Ira. Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan. Yoyakarta: CV. Budi Utama,
2019.

Kurniyati, Wenny Indah Purnama Eka Sari &. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jawa
Tengah: PT. Nasya Expanding Management, 2022.

Sulfianti., dkk. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021.

Varney, H. Buku Ajar Auhan Kebidanan Edisi 4 Vol. 2. Jakarta: EGC, 2007.

Ayu, Suci Musvita, dan Tri Kurniawati. 2021. “Kependudukan Dalam Masyarakat
Global.” Unnes Journal of Public Health 6(2):97. doi: 10.15294/ujph.v6i2.13736.

Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2021. “Profil Kesehatan Provinsi Jambi.” Dk


53(9):1689–99.

Handayani, Pitri, Agustina Agustina, dan Maidar Maidar. 2022. “Hubungan Dukungan
Suami Dan Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada
Pasangan Usia Subur (PUS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang
Tahun 2022.” 1(4):109–17.

Kemenkes RI. 2021. Profil Kesehatan Indo-nesia.

Mathematics, Applied. 2021. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.

Rosdiana, Eva, Larasma Devi, Chairanisa Anwar, Pendidikan Kesehatan, Terhadap


Peningkatan, Penggunaan Program, dan Keluarga Berencana. 2021. “Penggunaan
Program Keluarga Berencana Pada Wanita Usia Subur ( Wus ) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cot Ba ’ U Kota Sabang the Influence of Health Education on Increasing
the Use of Family Planning Programs in Women of Reliable Age ( Wus ) in the Work
Area of.” Journal of Healthcare Technology and Medicine 7(2):726–35.

33
Sabatina, Eline Carla. 2022. Asuhan Kebidnan Keluarga Berencana Dan Kesehatan
Reproduksi. diedit oleh Rasyid Hidayat. Malang.

Tyaz, afrilia rizqi nuerdhianing. 2021. “Hubungan persepsi pelayanan keluarga berencana
terhadap kepatuhan kunjungan ulang KB depo medroksiprogesteron asetat dimasa
pandemic covid19 dipuskesmaskalasan.” 14–47.

watik, Diana, Anita Trisiana, dan Farida Novitasari. 2022. “Analisis Peran Pemerintahan
Dalam Pengendalian Pertumbuhan Penduduk.” Research Fair Unisri 6(1):45–56. doi:
10.33061/rsfu.v6i1.6853.

34

Anda mungkin juga menyukai