Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU BERSALIN NORMAL


TERHADAP NY. N G3P2A0 USIA KEHAMILA 39-40 MINGGU
DI PMB NELI BAMBANG KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2022

Dosen Pembimbing :
Evrina Solvia Soleh,SST,M.Keb

Oleh :
Melania
PO71242220096

POLTEKKES KEMENKES JAMBI JURUSAN KEBIDANAN


PRODI PROFESI BIDAN
2022/2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal”


guna memenuhi tugas Stase Persalinan program studi profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi tahun 2022

Jambi, November 2022

Mahasiswa

Melania
PO71242220096

Mengetahui :

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(Evrina Solvia Soleh, SST,M.Keb) (Neli Hartati, S.Tr, Keb)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Persalinan
Normal Pada Ny. N di PMB Neli Bambang

Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik


kebidanan stase Persalinan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum
yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan
laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi sekaligus Dosen pembimbing Institusi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Evrina solvia Soleh, SST,M.Keb selaku Pembimbing Institusi Poltekkes
Kemenkes Jambi
4. Neli Hartati,S.Tr.Keb,Bdn selaku pembimbing lahan praktik (CI) di PMB Neli
Bambang
5. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak
masukan dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan
kepada penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaandengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran.

Jambi, November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan....................................................................................................ii
Kata Pengantar...........................................................................................................iii
Daftar Isi....................................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................3
D. Manfaat......................................................................................................4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Persalinan.............................................................................5
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.............................................................40
C. Konsep Dasar Teori Evidence Based Midwifery ( EBM).........................48

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Data Subjektif...........................................................................................56
B. Data Objektif.............................................................................................65
C. Analisis......................................................................................................67
D. Pelaksanaan...............................................................................................68

BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM............................................70

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................82
B. Saran..........................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan dan kesejahteraan merupakan salah satu dari tujuan SDGs 2030.

Di Indonesia, Suistainable Development Goals (SDGs) pada sektor kesehatan

yang mulai dikerjakan pada tahun 2016 meliputi masalah yang masih perlu

diupayakan sebagai kelanjutan dari MDGs (Milenium Development Goals) pada

tahun 2014 lalu yang terdiri dari 17 point. Salah satu poin penting dari sector

tersebut yaitu Penurunan Angka Kematian Ibu (http://www.depkes.go.id)

Berdasarkan SDKI tahun 2018, AKI di Indonesia tercatat sebanyak 305

dari 100.000 kelahiran hidup. Tingginya AKI ini dapat disebabkan oleh

perencanaan kehamilan yang kurang matang sehingga perempuan melahirkan

dengan kondisi terlalu sering, terlalu dekat, terlalu muda atau terlalu tua. Angka

Kematian Ibu (AKI) di Privinsi Jambi tahun 2016 adalah 59 per 100.000

kelahiran hidup dan menurun pada tahun 2018 sampai Trimester II tercatat 20

kasus kematian ibu. Hal ini tidak terlepas dari peran bidan dalam proses Pra dan

Pasca Persalinan (Kemenkes RI, 2019). Di kabupaten Muaro Jambi jumlah

kematian ibu dalam kurun waktu 2012-2016 tercatat 24 kasus dan Muaro Jambi

menempati urutan keempat tertinggi di Provinsi Jambi dalam kurun waktu

tersebut (Dinas Kesehatan provinsi Jambi, 2017).

Persalinan adalah proses alami yang berlangsung dengan sendirinya,

persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu

maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan

dengan fasilitas yang memadai (Manuaba. 2019). Pengertian primigravida adalah

1
seorang wanita yang pertama kali hamil (Prawirohardjo, 2018). Grande multipara

adalah kehamilan lebih dari 4 kali. Grande multipara termasuk dalam kehamilan

dengan resiko tinggi. Ibu hamil dengan resiko tinggi memiliki bahaya yang lebih

besar pada waktu kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan dengan ibu

hamil normal. Komplikasi Grande Multipara dalam kehamilan meliputi,

Perdarahan ante partum, Solusio Plasenta, Plasenta Previa, Abortus. Sedangkan

komlpikasi Grande Multipara dalam persalinan, meliputi Atonia Uteri , Ruptur

Uteri, dan Prolaps Uteri. Kehamilan dan persalinan dengan resiko tinggi dapat

dicegah bila ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan

perbaiakan (http://academia.edu).

Dengan pendekatan yang dianjurkan menganggap bahwa semua kehamilan

beresiko sehingga setiap ibu hamil mempunyai akses ketenaga kesehatan, yang

salah satunya adalah bidan. Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat

memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan

kewenangannya. Salah satunya adalah PMB Neli Bambang yang memberikan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak,

seperti pemeriksaan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi.

Sehingga untuk itu pada kesempatan ini penulis menyusun laporan asuhan

kebidanan komprehensif pada ibu bersalin yang di lakukan di PKM Lubuk

Resam.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan

Kebidanan Persalinan Normal pada Ny. N G1P0A0H0 usia kehamilan 38-39

minggu di PMB Neli Bambang Tahun 2022?”

2
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan kebidanan persalinan fisiologis pada Ny. N

G3P2A0H2 39-40 minggu di PMB Neli Bambang secara holistik dengan

pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu menerapkan manajemen asuhan persalinan fisiologis dalam

pengkajian data subjektif dan objektif dengan pendekatan manajemen

kebidanan.

b) Mampu menerapkan manajemen asuhan persalinan fisiologis dalam

menentukan diagnosa/ masalah potensial dengan pendekatan

manajemen kebidanan.

c) Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam merumuskan

kebutuhan/tindakan segara berdasarkan data yang ada.

d) Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam perencanaan tindakan

persalinan fisiologis sesuai kebutuhan

e) Mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam penatalaksanaan

persalinan fisiologis sesuai kebutuhan dengan pendekatan holistik

berdasarkan Evidence Based Midwivery (EBM)/Evidence Based

practice (EBM)

f) Mampu menerapkan asuhan kebidanan mengenai evaluasi tindakan

persalinan fisiologis sesuai kebutuhan

3
D. Manfaat Penulisan

3. Bagi Penulis/Mahasiswa

Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam

memberikan Asuhan Kebidanan Persalinan Normal.

4. Bagi Lahan Praktik

Dapat menjadi sumber pengetahuan, studi banding dan strategi bagi bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan persalinan fisiologis.

5. Bagi Institusi

Menambah literature atau sumber bacaan tentang asuhan kebidanan

persalinan fisiologis.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses alami yang berlansung dengan sendirinya,

persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan

ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan

pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba. 2019).

Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal, dimana proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu).

Peran ibu itu sendiri sangat penting dalam proses persalinan dan peran

petugas kesehatan membantu persalinan untuk mendeteksi dini adanya

komplikasi sedangkan peran keluarga memberikan dukungan pada ibu

bersalin (Saifudin, 2016).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran

hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati

yang ditandai dengan perubahan progresif pada servik, dan diakhiri dengan

kelahiran plasenta (Varney, 2007)

2. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses

persalinan yang meliputi langkah sbb :

a. Engagment

Pada minggu-minggu akhir atau pada saat persalinan dimulai kepala

masuk lewat PAP ummnya dengan dengan presentasi biparietal (diameter

5
lebar paling panjang berkisar 8,5-9,5 cm ) atau 70% pada pangul ginekoid

(Cunningham dkk, 2018).

Masuknya kepala :

1) Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan

2) Pada multi terjadi pada permulaan persalinan kepala masuk pintu atas

panggul dan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas

panggul ( sinklitismus ) atau miring/membentuk sudut dengan pintu

aras panggul ( asinklitismus aterior/ posterior)

Masuknya kepala kedalam PAP → dengan fleksi ringan, sutura

sagitalis / SS melintang .

Bila SS ditengah-tengah jalan lahir : synklitismus

Bila SS tidak ditengah-tengah jalan lahir : asynklitismus

Asynklitismus posterior : SS mendekati simfisis

Asynklitismus anterior : SS mendekati promontorium

b. Desent

Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis

dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan

kepala berlangsung lambat.

Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari

cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan

kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan,

dengan sumbu jalan lahir:

1) Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan

lahir

6
2) Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium

sehingga os parietalis lebih rendah.\

3) Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan

tertahan oleh simfisis pubis (Cunningham dkk, 2018).

Gambar 2.1.

Proses Descent (Sinklitismus, Asinklitismus anterior, dan Asinklitismus

posterior)

Sumber: Cunningham et. al. (2018)

c. Flexion

Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun

tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam

keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin.

Fleksi ini disebabkan oleh:

1) Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke

dada.

2) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang

sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.

7
3) Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga

dagu lebih menempel pada tulang dada janin .

4) Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan

sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi

fleksi untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir

(Cunningham dkk, 2018).

Gambar. 2.2

Tingkat masuknya kepala pada pintu atas panggul

Sumber: King, et all, 2019

d. Internal rotation (putaran paksi dalam)

Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya

kepala, putaran ubun-ubun kearah depan (kebawah simfisis pubis),

8
membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter

biparietalis

Perputaran kepala (penunjuk) dari samping kedepan atau kearah

posterior (jarang) disebabkan :

1) Ada his selaku tenaga/gaya pemutar

2) Ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul selaku tahanan

Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepaa tidak turun lagi

dan persalinan diakhiri dengan tindakan vakum ekstraksi.

Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah memutar

kedepam kebawah simfisis .

3) Mutlak terjadi karena perlu menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir

4) Terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan majunya kepala

5) Tidak terjadi sebelum sampai hidge III

6) Sebab-sebab putaran paksi dalam:

Pada letak fleksi → bagian belakang kepala merupakanbagian

terendah

Bagian terendah mencari tahanan paling sedikit, yaitu didepan atas (

terdapat hiatus genitalis )

Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul →diameter

antereposterior

e. Extension

Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makinturun

dan menyebabakan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala berada

di simfisis dan dalam keadaan begini kontraksi perut ibu yang kuat

mendorong kepala ekplusi dan melewati introitus vaginae.

9
1) Defleksi dari kepala

2) Pada kepala bekerja 2 kekuatan yaitu mendesak kepala kebawah dan

tahanan dasar panggul yang menolak keatas

→resultantenya kekuatan kedepan atas

3) Pusat pemutaran : hipomoklion

4) Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah

oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir

berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, ulut, dagu.

f. Externa rotation ( restution)

Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala keposisi

pada saat engegment. Dengan demikian bahu depan dan belakang

dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong, dan seluruh

tungkai

1) Setelah kepala lahir →memutar kembali kearah punggunguntuk

menghilangkan torsi pada leher (putaran restitusi)

2) Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala berhadapan

dengan tuber isochiadikum sefihak → putaran paksi luar sebenarnya

3) Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu menempatkan diri dalam

diameter antereposterior dari PAP

4) Setelah putaran paksi luar → bahu depan dibawah simfisis menjadi

hipomoklion kelahiran bahu belakang

5) Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak.

10
g. Fleksi

Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya

mendapat tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar

panggul.

h. Ekspulsi

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung

dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼

bahu ke arah anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga

susur.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Winjaksosastro (2020), Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Persalinan adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan mendorong ibu

b. Faktor Janin (Passanger)

c. Jalan Lahir

(Passage) Gambar 2.3

Proses penurunan kepala janin

11
Sumber: Cuningham, et all (2018)

3. Tanda dan Gejala Persalinan

Menurut Kemenkes. RI (2016) tanda dan gejala persalinan adalah

sebagai berikut:

a. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat

1) Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa

keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi

sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering

diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah

12
2) Pollikasuria

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium

kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala

janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini

menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu

untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.

3) False labor

Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu

diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan

peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini

bersifat:

a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah

b) Tidak teratur

c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu

dan bila dibawa jalan malah sering berkurang

d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix

4) Perubahan cervix

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan

bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak,

kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah

terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk

masingmasing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan

2 cm namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan

tertutup.

13
5) Energy Sport

Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28

jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya

merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati

satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan

energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti

membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan

pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga

menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi panjang dan

sulit.

6) Gastrointestinal Upsets

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,

obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap

sistem pencernaan.

b. Tanda-tanda persalinan

1) Timbulnya kontraksi uterus

Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang

mempunyai sifat sebagai berikut :

a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.

b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan

c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan

kekuatannya makin besar

d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan

cervix.

14
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.

Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix

(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi

dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan

serviks.

2) Penipisan dan pembukaan servix

Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya

pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.

3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis

keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini

disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen

bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.

4) Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari

jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin

robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir

lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang

lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan

kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.

Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam

setelah air ketuban keluar.

4. Perubahan Fisiologi dalam Persalinan

Menurut King, et all (2019) Selama rentan waktu dari adanya his

sampai pembukaan lengkap 10 cm terjadi beberapa perubahan yang

15
fisiologis. Perubahan fisiologis kala I meluputi:

a. Perubahan pada serviks

1) Pendataran pada serviks/effacement

Pendataran pada serviks adalah pendekatan dari kanalis

servikalis yang semula berupa sebuah saluran panjang 1-2 cm,

menjadi sebuah lubang saja dengan pinggir yang tipis.

2) Pembukaan serviks

Pembukaan serviks disebabkan kerena pembesaran Ostium Uteri

Eksternum (OUE) karena otot yang melingkar di sekitar ostium

meregang untuk dilewati kepala. Pada pembukaan 10 cm atau

pembukaan lengkap, bibir portio tidak terba lagi.

b. Perubahan sistem kardiovaskuler

1) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan

kenaikan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-

rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi tekanana darah akan turun

seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi jika terjadi

kontraksi. Posisi tidur terlentang selama persalinan akan

mengakibatkan adanya penekanan uterus terhadap pembuluh darah

besar (aorta), yang menyebabkan sirkulasi darah baik ibu maupun

janin akan terganggu, ibu biasanya mengalami hipotensi dan janin

mengalami asfiksia.

2) Denyut jantung

Denyut jantung meningkat selama kontraksi. Dalam posisi

terlentang denyut jantung akan menurun. Denyut jantung antara

16
kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan selam periode segera

sebelum persalinan.

c. Perubahan metabolisme

Selama persalinan baik metebolisme karbohidrat aerobik maupun

anaerobik akan naik secara perlahan, kenaikan ini sebagian besar

disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot keranka tubuh.

d. Perubahan sistem respirasi

Pada respirasi atau pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan

sebelum persalinan, hal ini disebabkan adanya rasa nyeri, kehawatiran

serta penggunaan tekhnik pernapasan yang tidak benar.

e. Kontraksi uterus

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos

uerus dan penurunan hormon progesterone yang menyebabkan keluarnya

hormon oksitosin.

f. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

Segmen Atas Rahim (SAR) dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya

aktif yaitu berkontraksi, dan dinding tambah tebal dengan majunya

persalinan serta mendorong anak keluar.

g. Perubahan hematologist

Haemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml selama persalinan

dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan

apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan. Jumlah sel darah

putih meningkat secara progresp selama kala I persalinan sebesar 5000

s/d 15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap.

17
h. Perubahan renal

Polyuri sering terjadi selama persalinan, di karenakan oleh kardiak

out-put yang meningkat serta disebabkan oleh glomerolus serta aliran

plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang

yang mengurangi aliran urine selama kehamilan.

i. Perubahan gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat

berkurang, menyebabkan pencernanan hampir berhenti disela persalinan

dan menyebabkan konstipasi. Makanan yang masuk ke lambung selama

fase pendahuluan atau fase kemungkinan besar akan tetap berada dalam

perut selama persalinan. Rasa mual- muntah bukanlah hal yang jarang,

hal ini menunjukan berakhirnya kala I persalinan.

j. Perubahan suhu badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu

mencapai tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran.

Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5 – 10 C. Suhu badan

yang naik sedikit merupakan yang wajar namun jika keadaan ini

berlangsung lama, kenaikan suhu mengindikasikan dehidrasi.

k. Perubahan pada vagina dasar panggul

Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak

kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi,

setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul

ditimbulkan oleh bagian depan anak, bagian depan yang maju tersebut

kedasar panggul di regang menjadi saluran dengan dinding yang tipis,

waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan

18
dari luar peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang

menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus semakin terbuka, regangan

yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah pada

bagian vagina dan dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut robek,

akan menimbulkan perdarahan yang banyak (King, et all, 2019).

5. Perubahan Psikologis kala I

Menurut Widia ( 2015:57) perubahan psikologi pada ibu bersalin selama

kala I antara lain sebagai berikut :

a) Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang menyebabkan wanita

mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian persalinan secara

pesimistik atau negatif.

b) Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada terhadap

sekelilingnya.

c) Memperlihatkan tingkah laku saat membutuhkan.

d) Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan atau terhadap

pemerikasaan.

e) Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol tindakan pemberi

perawatan.

f) Tampak “lepas kontrol” dalam persalinan (saat nyeri hebat, menggeliat

kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon saran atau pertanyaan yang

membantu).

g) Respon “melawan atau menghindari”, yang dipicu oleh adanya bahaya

fisik, ketakutan, kecemasan dan bentuk stress lainnya.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

19
faktor ibu (power, passage, psikologis), faktor janin, plasenta dan air

ketuban (passenger), dan faktor penolong persalinan. Hal ini sangat penting,

mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh tidak

terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari factor-faktor tersebut.

a. Power (Tenaga/Kekuatan)

1) His (Kontraksi Uterus)

Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos

rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik

adalah kontraksi simetris, fundus dominial, terkordinasi dan

relaksasi. Kontraksi ini bersifat involunter karena berada dibawah

saraf intrinsic.

2) Tenaga mengedan

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau

dipecahkan, serta sebagaian presentasi sudah berada di dasar

panggul, sifat kontraksinya berubah, yakni bersifat mendorong

keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan atau usaha

volunteer. Keinginan mengedan ini di sebabkan karena, kontraksi

otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan

intra abdominial dan tekanan ini menekan uterus pada semua sisi

dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar, tenaga ini

serupa dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar (BAB)

tapi jauh lebih kuat, saat kepala sampai kedasar panggul timbul

reflex yang mengakibatkan ibu menutup glotisnya,

mengkontraksikan otot-otot perut dan menekan diafragmanya

kebawah, tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan

20
sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his dan tanpa tenaga

mengedan bayi tidak akan lahir (Varney, 2007).

3) Passage (Jalan Lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri

dari rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat

agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada

rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal (Widia, 2015: 16).

b. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)

1) Janin

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberaapa faktor, yakni kepala janin, presentasi,

letak, sikap dan posisi janin (Varney, 2007).

2) Plasenta

Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab

sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta

jarang menghambat proses persalinan normal (Widia, 2015: 29).

3) Air ketuban

Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang

kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan

hampir semua kekuatan regangan membran janin, dengan demikian

pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptur atau

robekan. Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya

adalah tekanan dari cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi

serviks atau pelebaran muara dan saluran serviks yang terjadi di awal

persalinan, dapat juga karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan

21
amnion selama ketuban masih utuh (Widia, 2015: 29).

c. Factor Psikis (Psikologi)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah

benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa

bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak.

1) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan

persiapan intelektual, pengalaman melahirkan bayi sebelumnya,

kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat pada kehidupan

ibu.

2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh : Persalinan

semacam ancaman terhadap keamanan, persalinan semacam ancaman

pada self-image, medikasi persalinan, dan nyeri persalinan dan

kelahiran (Widia, 2015: 29-30).

d. Pysician (Penolong)

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu

dan janin (Widia, 2015: 30). Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan,

tetapi aspek konseling dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan

oleh ibu bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga

(Varney, 2007).

7. Tahapan Persalinan

a. Kala I Persalinan

1) Pengertian Persalinan Kala I yaitu dimulai sejak terjadinya kontraksi

uterus yang teratur dan miningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga

serviks membuka lengkap /10 cm (Departemen Kesehatan RI, 2014)

22
2) Tanda-tanda Persalinan Kala I menurut Departemen Kesehatan RI

tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a) Penipisan dan pembukaan serviks

b) Kontraksi uterus yang meningkat perubahan serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit)

c) Cairan lendir bercampur darah (Show) melalui vagina

3) Fase laten pada kala satu Persalinan menurut Departemen Kesehatan

RI tahun 2016 adalah sebagai berikut:

a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap

b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm

c) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam

4) Fase aktif pada kala satu Persalinan menurut Departemen Kesehatan

RI tahun 2016 adalah sebagai berikut:

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga

kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40

detik atau lebih)

b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau

10 cm, akan terjadi dengan kecapatan rata-rata 1 cm perjam

(Nulipara atau Primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm

(Multipara)

c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Fase aktif berlangsung selama 6 jam, dan dibagi menjadi 3 Subfase

yaitu:

23
a) Fase Akselerasi: berlansung 2 Jam, Pembukaan menjadi 4 cm

b) Fase Dilatasi Maksimal: selama 2 jam dan pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm

c) Fase Deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam,

pembukaan menjadi 10 cm.

5) Pada Kala I ini, Asuhan sayang ibu selama persalinan dapat diberikan

untuk membantu kemajuan persalinan dan membantu ibu senyaman

mungkin dalam menghadapai persalinan. Adapun Asuhan Sayang Ibu

yang dapat diberikan antara lain:

a) Memberikan dukungan emosional

b) Membantu pengaturan posisi ibu

c) Memberikan cairan dan nutrisi

d) Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur

e) Dukungan Emosional baik dari penolong maupun Keluarga

f) Mencegah infeksi

(Departemen Kesehatan RI,

2016)

6) Pada kala I fase aktif , Pemantauan kemajuan persalinan mulai

dilakukan dengan menggunakan partograf. Hal-hal yang perlu dipantau

dari kemajuan persalinan yaitu :

a) Pembukaan serviks

b) Penurunan bagian terbawah janin

c) Garis waspada dan garis bertindak

d) Jam dan Waktu

e) Kontraksi Uterus

f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan (JNPK-KR, 2016)


24
7) Pencatatan Kemajuan Persalianan dengan Partograf

a) Pengertian Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan (JNPKR-KR,

2016)

b) Tujuan Penulisan Partograf

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2016 tujuan

penggunaan partograf adalah:

(1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

(2) Mendeteksi apakah prosses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini

kemungkinan terjadinya partus lama.

(3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa sayang diberikan, pemeriksaan laboraturium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status

atau rekam mediik ibu bersalin dan BBI

c) Penggunaan Partograf

Partograf harus digunakan menurut Departemen Kesehatan RI

tahun 2016 yaitu:

(1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan

merupakan elemen penting dalam asuhan persalinan.

25
(2) Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik

normal maupun patologis. Partograf sangat membantu

penolong persalinan dalam mementau, mengevaluasi, dan

membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit

maupun yang tidak disertai dengan penyulit.

(3) Selama persalinan dan kelahiran bayi di suatu tempat ( rumah,

puskesmas, klinik, bidan swasta, rumah sakit, dll).

(4) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang

memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses

kelahiran bayinya.

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu

dan bayinya mendapat asuhan yang aman, adekuat, dan tepat

waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat

mengancam keselamatan jiwa mereka.

d) Data yang dicatat dalam partograf

Data-data yang perlu dicatat dalam partograf menurut Departemen

Kesehatan RI (2016 ) adalah sebagai berikut:

(1) Informasi tentang ibu

(a) Nama dan umur

(b) Gravida, para, abortus

(c) Namor catatan medik/nomor puskesmas

(d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah,

tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat

ibu)

(e) Waktu pecahnya selaput ketuban

26
(2) Kondisi janin

(a) DJJ

Penilaian DJJ dilakukan selama 30 menit. Catat DJJ

dengan memberikan tanda titik pada garis yang sesuai

dengan angka yang menunjukkan DJJ kemudian

hubungkan antara titik-titik tersebut.

(b) Warna dan adanya air ketuban

Catat temuan dalam kotak, sesuai dengan temuan.

Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan

dalam

U : Selaput ketuban masih utuh

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur dengan mekonium

D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah

K : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban keruh

(c) Penyusutan

Penyusutan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian

keras panggul ibu. Semakin besar derjat penyusutan atau

tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan

resiko disproporsi kepala panggul (CPD). Jika ini terjadi

maka penting untuk memantau bayi. Lakukan tindakan

pertolongan awal dan rujuk ibu.

27
b. Kala II Persalinan

1) Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, biasanya

berlansung 2 jam pada Primipara dan dan 1 jam pada Multipara.

2) Persalinan Kala II yaitu membukanya serviks secara lengkap yang

menandakan awitan kala dua/persalinan kala dua, wanita yang

bersangkutan biasanya mulai mengejan, dan dengan turunnya bagian

presentasi, ia mengalami keinginan kuat untuk buang air besar. His

dan gaya ekspulsi yang menyertainya dpat berlangsung 1,5 menit dan

kembali setelah fase istirahat miometrium dalam waktu tidak lebih

dari satu menit (Leveno, dkk. 2009)

3) Tanda-tanda persalinan kala II menurut Departemen Kesehatan RI

tahun 2016 adalah sebagai berikut:

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau

vagina

c) Perineum menonjol

d) Vulva vagina dan sfingber ani membuka

e) Meningkatakan pengeluaran lendir bercampur darah

4) Asuhan sayang ibu selama persalinan Kala II menurut Departemen

Kesehatan RI tahun 2016 adalah sebagai berikut:

a) Memberikan dukungan emosional

b) Membantu pengaturan posisi ibu

c) Memberikan cairan dan nutrisi

d) Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur

28
c. Kala III Persalinan

1) Pengertian Manajemen Aktif Kala III Dimulai segera setelah bayi

lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit ( Rukiyah, dkk, 2017)

2) Tanda-tanda pelepasan plasenta mencakup beberapa atau semua hal-

hal, yaitu: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, dimana setelah bayi

lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk

bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus

berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk

segitiga atau seputih buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas

pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan) tali pusat memanjang,

dimana tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva, semburan

darah tiba-tiba, dimana darah terkumpul di belakang plasenta akan

membantu mendorong plaseta keluar dibantu oleh gaya gravitasi

(Rukiyah, dkk, 2017).

3) Tujuan Manajemen Aktif Kala III untuk menghasilkan kontraksi

uterus yang telah efektif sehingga dapat mempersingkat waktu,

mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga

persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis

(Departemen Kesehatan RI, 2016).

d. Kala IV Persalinan

Kala IV adalah kala pengawasan selang 2 jam setelah bayi lahir dan

uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

perdarahan Post Partum.

29
Persalinan kala IV dimulai kelahiran plasenta dan berakhir dua jam

kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk mencegah

kematian ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan (Rukiyah, dkk,

2017).

1) Pemantauan Kala IV Persalinan yaitu, meliputi:

a) Pantau tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit

pada jam kedua (TD, N, RR, S)

b) Menilai kontraksi uterus dan jumlah perdarahan

Menemukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan

perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum, lihat

laserasi untuk informasi dan nstruksi mengenai penjahitan laserasi

atau episiotomi. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya

robekan

c) Ajarkan ibu dan keluarganya untuk melakukan rangsangan taktil

d) Menilai kontraksi uterus dan estimasi perdarahan

e) Rawat gabung ibu bayi dan pemberian ASI

f) Berikan asuhan esensial bayi baru lahir

g) Melakukan pencegahan infeksi

Setelah persalinan, dekontamisnasi alas plastik, tempat tidur dan

matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen

dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih keringkan dengan

kain bersih supaya ibu berbaring diatas matras yang basah.

Dekontaminasi linen yang digunakan selama persalinan dalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian cuci segera dengn air dan

detergen (Departemen Kesehatan RI. 2016)

30
h) Melakukan Pencatatan Hasil Pemeriksaan dan Tindakan

(Pendokumentasian)

2) Tujuan pemantauan Kala IV

Untuk mengetahui tanda-tanda vital, Kontrkasi Uterus, Kandung

Kemih, Keadaan Lochea, serta Kondisi Perineum ibu agar semuaya

berjalan stabil dan dalam batas normal.

8. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan

a. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II

1) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II

a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (doran)

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan

vagina (teknus)

c) Perineum tampak menonjol (perjol)

d) Vulva dan singter ani membuka (vulka)

b. Menyiapakan pertolongan persalinan

1) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk

menolon persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL.

2) Pakai celemek palastik

3) Mencuci tangan (sekitar 15 detik) dan keringkan dengan

tissue/handuk.

4) Pakai sarung tangan DDT pada tangan yang digunakan untuk PD.

5) Masukkan oksitosin kedalam spuit (gunakan tangan yang memakai

sarung tangan DTT/steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada

spuit).

c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

31
1) Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya dengan hati-hati

dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas DTT.

2) Lakukan pemeriksaan dalam (PD) untuk memastikan pembukaan

lengkap (bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah

lengkap, lakukan amniotomi).

3) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

4) Periksa DJJ setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus bahwa DJJ dalam

batas normal (120-160x/menit).

d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan

Meneran

1) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik

dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan seusuai

dengan keinginannya.

2) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa

ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi

setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu

merasa nyaman).

3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan

kuat untuk meneran

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan ektif.

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai;

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya,

32
kecuali posisi terlentang dalam dalam waktu yang lama; Anjurkan

ibu untuk istirahat diantara kontraksi;

d) Anjurkan keluarga memberi dukungandan semangat untuk ibu;

Berikan asupan peroral yang cukup;

e) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai; Segera rujuk jika bayi

belum atau tidak akan segera lahir stelah 120 menit meneran

(primigravida) atau 60 menit meneran (multigravida).

4) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

1) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

2) Letakkan kain bersihyang di lipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

3) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

4) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

f. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya Kepala Bayi

1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,

maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain

bersih dan kering.

2) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

3) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

33
g. Lahirnya Bahu

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.

Lahirnya Badan dan Tungkai

1) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu

untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah

atas.

2) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

kepunggung, bokong, tungkai dan kaki serta pegang masing-masing

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.

h. Penanganan Bayi Baru Lahir

1) Lakukan penilaian selintas

a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?

b) Apakah bayi bergerak aktif ?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap-mengap lakukan

langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia BBL).

2) Keringkan tubuh bayi

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks caseosa. Ganti

handuk yang basah dengan handuk kering. Biarkan bayi di atas perut

ibu.

3) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus (hamil tunggal)

4) Beritahu ibu bahwa ia akan di suntikkan oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

34
5) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM

di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menuntikkan oksitosin).

6) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira

3 cm dari pusat bayi. Mendorong tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit

kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

7) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi) dan lakukan pengguntikan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan

simpul kunci dengan sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah di sediakan.

8) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi, letakkan bayi

tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di

dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

9) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala

bayi.

i. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

1) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

2) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simpisis,

untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

3) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kearah bawah sambil

35
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso

cranial) secara hati- hati (untuk mencegah inversion uteri).

a) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi

prosedur diatas.

b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota

keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

j. Mengeluarkan Plasenta

1) Lakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorso carnial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali

pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti

proses jalan lahir (tetap melakukan tekanan dorso cranial)

2) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

3) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :

a) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM

b) Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih parah.

c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila

terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual.

4) Saat plasenta muncul di intoitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar palsenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

telah di sediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan

36
DTT/steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan

jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarakan bagian

selaput yang tertinggal.

k. Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

1) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di undus dan lakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus

teraba keras).

l. Menilai perdarahan.

1) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan

selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam

kantung plastik dan tempat khusus.

2) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila laserasi menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan

penjahitan.

m.Melakukan prosedur pasca persalinan.

1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

2) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu paling

sedikit 1 jam.

3) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotic profilaksis dan vitamin K 1 mg IM di paha kiri antero

lateral.

4) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B dipaha kanan antero lateral.

37
n. Evaluasi

1) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan

pervaginam

2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

3) Evaluasi dan estimulasi jumlah kehilangan darah.

4) Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan.

5) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan

baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,50 C)

o. Kebersihan dan Keamanan

1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 %

untukdekontaminasi.

2) Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai.

3) Bersikan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihakan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.

4) Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk meberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkan.

5) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %

6) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balik

bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit.

38
7) Cuci kedua tangan dengan sabut dan air mengalir.

p. Dokumentasi

Lengkapi partograf (halaman delapan dan belakang), periksa tanda-

tanda vital dan asuhan kala IV (Widia, 2015: 152-161).

39
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Penegertian Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode

pengaturan pemikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang logis dalam

penganan klien oleh petugas kesehatan dalam hal ini bidan (Sudarti, 2015).

2. Asuhan Kebidanan

Menurut Manajemen Varney, Proses Asuhan Kebidanan terdiri dari 7 langkah,

yaitu:

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pengumpulan data dasar secara Komprehensif untuk evaluasi pasien.

Data dasar ini termasuk Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik,

tinjauan catatan saat ini, riwayat catatan kesehatan lampau, tinjauan

singkat data penunjang dari laboratorium dan pemeriksaan tambahan

lainnya serta semua informasi dari berbagai sumber yang berhubungan

dengan kondisi pasien.

b. Langkah II: Interpretasi Data

Interpretasi data dikembangkan dari data dasar ke masalah atau

disgnosa khusus yang terindetifikasi. Masalah dan diagnose sama-sama

dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai

diagnose tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu

perencanaan yang menyeluruh dalam penaganan pasien/klien.

c. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Diagnosa/masalah Potensia adalah mengidentifikasi dengan hati-hati

dan kritis pada pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan

40
tindakan kebidanan untuk membantu klien mengatasi dan mencegah

masalah yang spesifik.

Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lainnya

berdasarkan masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk

antisipasi/pencegahan yang dirasa perlu, serta suatu bentuk kewaspadaan

dan persiapan dalam menghadapi masalah/penyulit sehingga dapat

memberikan asuhan yang aman dan sesuai standar.

d. Langkah IV: Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnose atau

masalah potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang

mungkin muncul sehubungan dengan keadaan yang dialami ibu.

Merefleksikan proses manajemen yang sifatnya terus-menerus tidak

hanya pada asuhan primer yang periodic selama kunjungan ANC tetapi

juga selama bidan terus bersama wanita itu sampai siklus berikutnya

(bersalin, nifas, KB, Menopouse dan sterusnya) selama siklus kehidupan

wanita.

e. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/Menyeluruh

Dibuat berdasarkan diagnose yang muncul serta membantu klien

mengatasi masalah dan kebutuhannya. Membuat rencana asuhan yang

komprehensif ditentukan oleh langkah sebelumnya yaitu dari masalah dan

diagnose yang sedang terjadi serta mencakup bimbingan atau konseling

yang berkaitan dengan masalah/kondisi pasien saat itu untuk

mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan dan perubahan perilaku

klien sesuai harapan.

41
f. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan/Impementasi

Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis,

membuat suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini,

kegiatannya adalah melaksanakan perencanaan asuhan yang menyeluruh.

Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan, bidan berkolaborasi dengan

tim kesehatan lainnya, atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa

pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan

tetap berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaannya dan memastikan

langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dengan melakukan pengecekan

apakah rencana asuhan benar-benar terlaksana sesuai dengan identifikasi

diagnose, masalah dan kebutuhan.

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan SOAP

Menurut Hellen Varney (2007), Alur berpikir bidan saat menghadapi

klien meliputi 7 langkah melaui proses berfikir sistematis yang dilakukan

dengan pendokumentasian dalam bentuk SOAP. Adapau 7 Langkah SOAP

yaitu:

a. Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan

keluarga melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.

b. Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk

mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

42
c. Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

Subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi. Assesment ini sebagai

langkah II, III, dan IV Varney memuat hal-hal yaitu:

1) Diagnosa

2) Masalah/Diagnosa Potensial

3) Tindakan Segera

4) Konsultasi/kolaborasi

5) Rujukan

d. Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, Tindakan

Implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan Assesment sebagai langkah

V, VI, dan VII langkah Varney.

7 Langkah Varney 5 Langkah SOAP Notes

Kompetensi Bidan

Data Data Subjektif

Objektif

Diagnosa / Masalah Assesment Diagnosa Assesment

Antisipasi

MasalahPotensial/Diagnosa

Potensial

Menetapkan Kebutuhan

Segera untuk Konsultasi,

Kolaborasi

43
Perencanaan Perencanaan Plan:

Implementasi Implementasi Konsultasi

Evaluasi Evaluasi Tes Laboratorium

Rujukan

Edukasi/Konseling

Follow Up

Sumber: Salma, 2016:173

4. Teori Fish Bone dan USG

a. USG

Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk

menyusun urutan prioritas suatu isu yang harus diselesaikan dengan

menentukan skala nilai 1-5 atau 1-10. Isu yang memiliki total sekor

tertinggi merupakan isu prioritas.

1) Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan

waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk

memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.

2) Seriousness

Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan

penundaan pemecahan malasah yang menimbulakan isu tersebut atau

akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah

penyebab isu tidak dipecahkan. Perli dimengerti dalam keadaan yang

sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih

serius dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

44
3) Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersenut berkembang

dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin memburuk

jika dibiarkan.

Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG

O Masalah Total

A 1

B 2

C 3

Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar,

3=sedang, 2= kecil, 1=sangat kecil).

b. Fishbone

Fishbone Diagrams (Diagran Tulang Ikan) merupakan konsep analisis

sebab akibat yang dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa untuk

mendekripsikan suatu permasalahan dan penyebabnya dalam sebuah

kerangka tulang ikan. Fishbone diagrams juga dikenal dengan istilah

diagram Ishikawa, yang diadopsi dari nama seorang ahli pengendali

statistik dari Jepang yang menemukan dan mengembangkan diagram ini

pada tahun 1960-an. Diagram ini pertama kali digunakan untuk manajemen

kualitas di perusahaan Kawasaki, yang selanjurnya diakui sebagai salah

satu pioner pembangunan dari proses manajemen modern.

Watson (2004) dalam Illie G dan Ciocoiu CN (2010) mendefinisikan

fishbone sebagai alat (tool) yang menggambarkan sebuah cara yang

sistematis dalam memandang berbagai dampak atau akibat dan penyebab

45
yang membuat atau berkontribusi dalam berbagai dampak tersebut. Oleh

karena fungsi tersebut, diagram ini biasa disebut diagram sebab-akibat.

Langkah-langkah pembuatan diagram fishbone yaitu:

a. Menyepakati permasalah utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa

masalah tersebut merupakan suatu pernyataan masalah (problem

statement).

Masalah merupakan perbedaan kondisi yang ada dengan kondisi

yang diinginkan ( W. Pounds 1969 dalam Robbins dan Coulter, 2012).

Pada langkah pertama ini, harus dilakukan kesepakatan terhadap sebuah

pernyataan masalah yang kemudian diinterpretasikan sebagai effect atau

secara visual dalam fishbone seperti kepala ikan. Selanjutnya

menuliskan problem statement di sebelah kanan diagram dan

menggambar sebuah kotak yang mengelilingi tulisan pernyataan

masalah tersebut dan membuat panah horizonatal panjang menuju ke

arah kotak.

CAUSE EFFECT

PROBLEM
STATEMENT

Gambar Kesepakatan permasalahan utama

b. Mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin

Identifikasi dilakukan dengan metode brainstorming. Gasperz dan

Fontana (2011) mengelompokkan penyebab masalah menjadi tujuh

yaitu manpower (SDM), machines (mesin dan peralatan), methods

46
(metode), materials (bahan baku), media, motivation (motivasi), dan

money (keuangan). Kelompok penyebab masalah ini ditempatkan dalam

diagram fishbone pada sirip ikan. Pada tahap kedua ini, dilanjutkan

dengan pengisian penyebab masalah yang disepakati seperti gambar

sebagai berikut.

Kelompok
Penyebab

Masalah

Penyeba
b

Gambar Identifikasi penyebab masalah

c. Identifikasi kategori penyebab

Dimulai dari garis horizontal utama, membuat garis diagonal yang

menjadi cabang, setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah yang

ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai cause secara viasual dalam

fishbone seperti tulang ikan. Kayegori sebab utama mengorganisasikan

sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi.

d. Menemukan sebab potensial

Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan

melalui sesi brainstorming. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan

47
bersama-sama dimana sebab tersebut ditempatkan dalam fishbone

diagram, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut

harus ditempatkan. Sebab0sebab ditulis dengan garis horizontal

sehingga banya tulang kecil dari garis diagonal.

e. Mengkaji kembali

Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang

mungkin kemuadian dikaji kembali urutan penyebab masalah tersebut

pada cabang yang sesuai dengan kategori utama sehingga membentuk

sepeti tulang-tulang kecil dari ikan. Selanjutnya adalah

menginterpretasikan dan mengkaji kembali diagram sebab akibat

tersebut mulai dari masalah awal hingga ditemukannya akar penyebab

tersebut.

f. Mencapai kesepakatan

Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang mucul

berulang didapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab

itu, sehingga sudah dapat dilakukan pemilihan penyebab yang paling

penting dan dapat diatasi. Selanjutnya adalah memfokus perhatian pada

penyebab yang terpilih untuk hasil yang lebih optimal.

C. Konsep Dasar Teori EBM (Evidence Based Midwifery)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi

berdasarkan pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray,

1997).

48
Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru

dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi

(Jayanti, 2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan

evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka

kematian ibu hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu

dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan

masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya

dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di

populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian

penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

49
d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari

internet maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau

CD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun

banyak pula yang public domain.

5. Evidence Based Persalinan

a. Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primi

Gravidarum saat Menghadapi Persalinan (Khusnul Nikmah: 2018)

Kecemasan suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang

merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal

maupun wujudnya. Beberapa ahli sosial berpendapat bahwa wanita

memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita gangguan kecemasan

karena posisi mereka dalam masyarakat dan sifat – sifat dasar mereka

dalam menjalani hubungan dengan orang lain.

Kehadiran pendampingan persalinan dapat memberikan dorongan

bagi ibu untuk mengurangi kecemasan khususnya pendampingan dari

seorang suami, namun keadaan di lapangan kecemasan tersebut sulit

dihilangkan bagi ibu yang sifatnya selalu memikirkan keadaan

lingkungan baik berdasarkan resiko kelahiran itu sendiri misalkan

kematian, memikirkan administrasi, apalagi di saat dia mendengarkan

persalinan tersebut harus dilanjutkan dengan jalan operasi, maka

kecemasan ibu tersebut akan semakin memuncak, dan faktor predisposisi

50
juga mempengaruhi kecemasan seperti psikoanalitik, interpesonal,

perilaku, dan biologis. Maka meskipun pendampingan oleh suami kurang

bisa mengurangi kecemasan tersebut, suami juga harus mengerti keadaan

ibu tersebut untuk menunjang terlaksananya proses persalinan dengan

cepat walaupun masih ada rasa kecemasan. Dan Faktor-faktor yang

mempengaruhi peran pendamping persalinan antara lain sosial, ekonomi,

budaya, lingkungan, pengetahuan, umur dan pendidikan.

Didampingi keluarga, apalagi suami, saat melahirkan, tentu

membuat Ibu lebih tenang. Karena, selain dukungan mental, pendamping

juga membantu memastikan rencana persalinan yang sudah disusun

bersama berjalan sesuai yang Ibu inginkan. Ibu tinggal konsentrasi pada

persalinan saja. Urusan lain , biar suami yang ambil alih. Jadi, Ibu tidak

stress memikirkan ini dan itu. Ibu hamil dengan tingkat stress rendah,

lebih memungkinkan melakukan persalinan alami. Dalam penelitian ini

ditemukan bahwa kehadiran suami akan membawa ketenangan dan

menjauhkan sang ibu dari kecemasan yang dapat mempersulit proses

kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan membawa pengaruh

positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu

secara fisik pada saat bersalin.

Berdasarkan uji statistic dengan hasi uji Koofisiensi Kontingensi

dapat disimpulkan bahwa pendampingan suami saat menghadapi proses

persalinan mendapatkan tingkat kemaknaan ρ ≤ α (0,027 ≤ 0,05) maka H0

di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendampingan suami ada

hubungan dengan tingkat kecemasan ibu primi gravidarum pada saat

menghadapi persalinan.

51
b. Menurut hasil penelitian Yeni Aryani, dkk yang berjudul Pengaruh

Masase pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten

Persalinan Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin (2015).

Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani,

dimana sebagian besar persalinan disertai rasa nyeri. Nyeri pada

persalinan merupakan proses yang fisiologis. Nyeri menyebabkan

frustasi dan putus asa, sehingga beberapa ibu merasa khawatir tidak

akan mampu melewati proses persalinan. Nyeri saat persalinan

merupakan proses yang fisiologis. Sebanyak 12% - 67% wanita

merasa khawatir dengan nyeri yang akan dialami saat persalinan. Salah

satu upaya untuk mengurangi nyeri persalinan adalah dengan masase.

Masase pada punggung saat persalinan dapat berfungsi sebagai

analgesik epidural yang dapat mengurangi nyeri dan stres, serta dapat

memberikan kenyaman pada ibu bersalin. Oleh karena itu diperlukan

asuhan essensial pada ibu saat persalinan untuk mengurangi nyeri dan

stres akibat persalinan yang dapat meningkatkan asuhan kebidanan pada

ibu bersalin.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten

persalinan normal melalui peningkatan kadar endorfin. Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan post test

only control group design untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada

kelompok intervensi dengan cara membandingkan dengan kelompok

kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin

primipara kala I fase laten persalinan normal yang berada di RS

Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang.

52
Masase pada punggung adalah memberikan stimulasi pada

punggung dengan cara melakukan gosokan lembut dengan kedua

telapak tangan dan jari pada punggung ibu bersalin setinggi servikal 7

kearah luar menuju sisi tulang rusuk selama 30 menit dengan frekuensi

40 x gosokan/menit, dan dengan tekanan diperkirakan 100 mmH 2 0

pada ibu bersalin kala I fase laten persalinan normal. Instrumen yang

digunakan adalah kuisioner untuk menilai intensitas nyeri dan human

beta endorfin Elisa kit untuk menilai kadar endorfin dalam darah ibu

bersalin serta sphygmomanometer untuk mengukur tekanan pijatan

ringan.

Kala I fase laten pada kelompok yang dimasase lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok yang tidak dimasase, perbedaan

tersebut sebesar 29.62 point. Secara statistik ada perbedaan yang

signifikan dengan nilai p=0.001, maka dapat dinyatakan ada

pengaruh masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase

laten persalinan normal. Pada penelitian ini diperoleh hasil ada

pengaruh masase terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan

normal melalui peningkatan kadar endorfin.

c. Menurut hasil penelitian Eni Kusyati tentang efektivitas teknik relaksasi

nafas dalam terhadap tingkat nyeri persalinan kala i di wilayah kerja

puskesmas tlogosari wetan semarang (2012).

Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009

berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 117, 02/100.000

kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami peningkatan bila

dibandingkan dengan AKI pada tahun 2008 sebesar 114, 42/100.000

53
kelahiran hidup. AKI tertinggi adalah di Kabupaten Pemalang

sebesar 201,50/1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat nyeri

persalinan sebelum dilakukan tehnik relaksasi nafas dalam nyeri

sebelum teknik relaksasi rata-rata 6,80 dengan nyeri paling rendah 4

dan nyeri tertinggi 9. Nyeri persalinan yang terjadi pada responden

merupakan suatu perasaan tidak menyenangkan yang merupakan

respon individu dalam proses persalinan. Nyeri yang dialami

responden dikarenakan adanya perubahan fisiologis dari jalan lahir dan

rahim. Hasil ini didukung oleh teori Bandiyah, (2009), bahwa nyeri

persalinan disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus

saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen bawah

rahim dan kompresi saraf di servik. data penelitian menunjukkan bahwa

teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan tingkat nyeri

persalinan kala I di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan

Semarang (p < 0,05).

Tingkat nyeri persalinan pada responden sesudah diberikan

tehinik relaksasi nafas dalam mengalami penurunan jika dibandingkan

sebelum diberi tehnik relaksasi nafas dalam. Hasil penelitian ini juga

didukung oleh penelitan Insaffitan (2006), menunjukkan hasil bahwa

diperoleh rata-rata skala nyeri pada responden sebelum dilakukan

massage dan sesudah dilakukan massase adalah berbeda secara

signifikan. Rata-rata skala nyeri pada responden sebelum dilakukan

massage 12,31 dan sesudah dilakukan massage skala nyeri rata-rata

4,69. Persamaan hasil dari kedua penelitian tersebut terjadi karena

54
teknik relaksasi napas dalam yang merupakan salah satu terapi non

farmakologi untuk menurunkan nyeri persalinan. Berdasarkan hal

itulah teknik relaksasi napas dalam yang diberikan pada ibu bersalin

dapat memperlancar aliran darah dengan merelaksasikan otot-otot

yang mengalami spasme yang pada akhirnya akan menurunkan

sensasi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).

Nyeri sebelum teknik relaksasi rata-rata 6,80 dengan nyeri paling

rendah 4 tertinggi 9. Nyeri sesudah teknik relaksasi rata-rata 5,10

dengan nyeri paling rendah 2 tertinggi 8. Teknik relaksasi nafas dalam

efektif dalam menurunkan tingkat nyeri persalinan kala I di Wilayah

Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Semarang p value = 0,000 (pvalue <

0,05).

55
BAB III
TINJAUAN KASUS

Bab ini akan diuraiakan Asuhan Kebidanan pada Ny. N dengan Persalinan
Normal di PMB Neli Bambang mulai dari Pengkajian data, Analisa dan Perumusan
Diagnosa/Masalah, Perencanaan Tindakan, Implementasi, dan Evaluasi Asuhan
Kebidanan.

Tempat Praktek :PMB Neli Bambang


No. Reg :
Tanggal/Jam : 17 Oktober 2022/15.00 wib

A. Kala 1 persalinan tanggal 17 Oktober 2022 pukul 15.00 wib


1. Pengkajian Data (Oleh: Melania)
a. Data Subjektif
1) Identitas
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. R
Umur : 33 Tahun Umur :35 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Rt 02 Kedemangan
2) Data Kebidanan
a) Keluhan Utama : ibu mengatakan merasa nyeri bagian pinggang
menjalar ke ari-ari sejak tadi malam, semakin sering terasa sejak
tadi subuh, sudah mengeluarkan lendir darah sejak pukul 11.50
Wib.

56
b) Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
No Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan ank
Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Jk/BB skrg
1 2011 Rumah Aterm Spontan Dukun - LK/3000 gr Hidup
2 2017 Rumah Aterm Spontan Bidan - Pr/3000 gr Hidup
3. Ini

c) Riwayat Kehamilan saat ini : G3P2A0H2 Hamil 39-40 minggu


(1) HPHT : 10 Januari 2022
(2) TP : 25 Oktober 2022
(3) UK : 39-40 Minggu
(4) Masalah yang pernah dialami:
Hamil Muda : Mual dan Muntah
Hamil Tua: Mudah Lelah
(5) Riwayat Penyakit Keluarga dan atau operasi yang lalu : Tidak ada
(6) Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
(7) Makan/ Minum /Eliminasi
Makan 3x sehari, Terakhir makan: Tadi pagi
Minum > 2 liter sehari, terakhir minum : Tadi
Pagi BAB : 1x sehari, terakhir BAB : Tadi pagi
BAK : Sering, terakhir BAK : Tadi pagi
(8) Data Psikologis
Penerimaan Klien terhadap kehamilan ini : baik
Sosial Support dari : Suami dan keluarga
Pengambilan keputusan : Suami
(9) Obat-obatan yang diberikan selama kehamilan : SF, Asam Folat,
Kalk, dan anjuran pada ibu untuk mengkonsumsi Sari Kurma
secara rutin 1 sendok sehari selama kehamilan TM III.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Baik
b) Vital Sign
Suhu Badan : 37,5 ◦C
Tekanan Drah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit

57
Pernafasan : 25 x/menit
c) Turgor : Baik
d) Muka
Konjungtiva : Tidak Pucat
Sklera : Tidak Ikterik
Kelopak Mata : Normal
e) Payudara
Putting Susu : Menonjol
Areola Mamae : Bersih
f) Abdomen : Tidak ada bekas Luka Operasi
2) Ekstremitas : Tidak ada Varises, Tidak ada Oedema
Pemeriksaan Khusus/Kebidanan
a) Palpasi
L I , TFU : 35 cm,
Bagian yang teraba dalam Fundus : Bokong
L II : Pu-K1 (Teraba keras memanjang pada sisi
kanan)
L III : Pre-Kep
L IV : 3/5
Gerakan bayi : Aktif
Kontraksi Uterus : 4x dalam 10 menit lamanya >35 detik
TBJ : (35-11) x 155 = 3750 Gram
b) Auskultasi
DJJ : 130 x permenit, frekuensi : Teratur, Kuat
c) Perkusi : Tidak Dilakukan
d) Ano-Genitalia
Vulva : Tidak ada Varises, pengeluaran : Blood
Slym Hemoroid : Tidak ada
e) Pemeriksaan Dalam
Tanggal/ Jam : 17 Oktober 2021/ 15.05 Wib
Portio : Tipis, Lunak, Tidak Kaku
Pendataran : 75%
Pembukaan : 6 cm

58
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Penurunan : HIII
Denominator : UUK
3) Pemeriksaan penunjang
Hb : 11,8 gr/dl - Protein Urine: (-)
Gol. Darah : O+ (Diperiksa pada Kunjungan pertama TM I)
2. Intepretasi Data Dasar
a. Diagnosa
Inpartu Kala I fase Aktif
b. Masalah
Ibu merasa kesakitan.
1) Data Subjektif (DS) :
a) Ibu mengatakan merasa nyeri bagian pinggang menjalar ke ari-ari
sejak tadi malam semakin sering terasa sejak tadi subuh, sudah
mengeluarkan lendir darah sejak pukul 11.50 Wib.
b) Ibu mengatakan merasa tidak sanggup melewati proses persalinan

Tabel 3.1
Identifikasi Masalah

No Keluhan Data
1. Kurang adaptasi terhadap rasa Ibu mengatakan nyeri perut
nyeri menjalar kepinggang terlihat
meringis kesakitan sambil sedikit
berteriak kesakitan
1. Cemas Ibu mengeluh tidak sanggup
melewati proses persalinan
Prioritas masalah dengan metode USG
Tabel 3.2
Prioritas Masalah
U S G
Masalah Total
(Urgency) (Seriusness) (Growth)
Kurang adaptasi terhadap rasa
5 5 4 14
nyeri
Cemas 5 4 4 13
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masalah-masalah
tersebut dapat dilihat menggunakan diagram fishbone sebagai berikut:

59
Gambar 4.1
Diagram Fishbone Kurang adaptasi
terhadap rasa nyeri

Metode
Manusia
Kemampuan beradaptasi
Kurangnya
dengan rasa nyeri
Kurang nya pengetahaun
informasi tentang tentang cara
cara adatatasi adatatasi terhadap
rasa nyeri Kurang adaptasi
terhadap rasa nyeri
terhadap
rasa nyeri
Cara penyampaian Kurangnya
informasi dukugnan suami

Material Lingkungan

Gambar 4.2
Diagram Fishbone cemas

Manusia
Metode Kemampuan mengatasi
Kurangnya cemas
Kurang nya informasi pengetahaun
tentang proses tentang proses
persalinan persalinan
cemas

Cara penyampaian
informasi
Kurangnya
dukugnan suami

Material Lingkungan

60
2) Data Objektif:
a) Kontraksi Uterus : 4x dalam 10 menit lamanya >35 detik
b) Portio : Tipis, Lunak, Tidak Kaku
c) Pendataran : 75%
d) Pembukaan : 6 cm
e) Ketuban : Utuh
f) Presentasi : Kepala
g) Penurunan : HIII
h) Denominator : UUK
Analisis data dan Intepretasi
Data:
a. Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan
(Wikjosastro, 2016). Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 sampai 10
cm. Salah satu karakteristik persalinan sebenarnya adalah nyeri
kontraksi pada bagian belakang, melingkar ke bagian bawah
perut/abdomen, bertambah lama, mengeluarkan lendir dan darah
(Bloody Show).
b. Keadaan Ibu dan Janin Baik
1) Data Subjektif:
Janin bergerak aktif pada bagian sebelah kiri perut ibu.
Data Objektif:
Suhu Badan : 37,5 ◦C
Tekanan Drah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 25 x/menit
c. KU Ibu baik, kesadaran Compos Mentis, Konjungtiva Tidak Pucat,
tidak ada Oedema, dan Skelra Tidak Ikterus.
Pemeriksaan penunjang:
Hb : 11,8 gr/dl
Protein Urine : (-)
d. Analisis Data dan Intepretasi Data:
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak adak tanda-tanda
oedema, dan ibu tidak pucat, dan kadar Hb dalam batas normal
menandakan keadaan ibu baik (Wikjosastro, 2002).

61
2) DJJ dalam keadaan normal, bunyi jantungnya teratur, dan
frekuensinya antara 120-160x/menit menandakan Janin dalam
keadaan baik.
3. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Tidak ada masalah potensial pada Ny. N karena masalah yang muncul
seperti nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang, dan keluar lendir
bercampur darah merupakan tanda-tanda fisiologi persalinan.
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Tidak ada penangan tindakan segera pada Ny. A karena tidak ada kasus
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera selama proses
persalinan.
5. Rencana Tindakan
a. Tujuan
1) Kala I fase aktif berlangsung normal (pembukaan 6 cm sampai 10 cm),
kemajuan persalinan normal dan tidak melewati garis waspada pada
pencatatan partograf.
2) Keadaan ibu dan janin tetap baik
3) Ibu mendapat support/dukungan fisik maupun psikis dari keluarga
b. Kriteria
1) Penurunan kepala pada HIV dan pembukaan 10 cm, His/kontraksi uterus
yang semakin kuat
2) Kondisi ibu dan janin baik (TTV Ibu dan DJJ dalam batas normal)
3) Keluarga mendampingi ibu selama proses persalinan dan selalu
memberi dukungan baik fisik maupun psikis
4) Ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri selama proses persalinan.
c. Rencana Tindakan
1) Lakukan informed consent pada ibu dan keluarga/suami
Rasional: Sebelum melakukan pemeriksaan atau tindakan lakukan
informed consent pada ibu/keluarga dan meminta persetujuan atas
tindakan yang akan dilakukan dengan menandatangani form persetujuan
yang tersedia.

62
2) Jelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan persalinan
Rasional: Ibu harus mengetahui keadaan diri dan janinnya sehingga ibu
dapat lebih kooperatif terhadap tindakan dan anjuran dari petugas
kesehatan/bidan.
3) Jelaskan kepada ibu dan keluarga pentingnya persiapan calon pendonor
darah, jika sewaktu-waktu ibu mengalami komplikasi dan perlu untuk
dirujuk serta perlu transfusi darah.
Rasional: Ibu harus mempersiapakan pendonor darah yang bergolongan
darah sama dengan ibu agar mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk transfusi darah.
4) Berikan Asuhan Sayang Ibu Kala I
a) Berikan dukungan dan semangat serta menghadirkan suami untuk
mendampingi ibu dalam proses persalinan
Rasional: Dukungan dan semangat dari petugas kesehatan/bidan dan
menghadirkan suami akan membatu menambah motivasi ibu dalam
menghadapi persalinan.
b) Ajarkan tekhnik relaksasi dan pengaturan napas terutama saat ada
kontraksi
Rasional: Tekhnik Relaksasi merupakan salah satu cara untuk
mengurangi rasa nyeri dengan memberikan jaringan suplai O2 yang
cukup.
c) Memasase punggung ibu
Rasional: Dengan memasase punggung ibu merangsang titik tertentu
di sepanjang meridian medulla spinalis yang ditransmisikan melalui
serabut saraf besar ke formatio retikularis, thalamus dan sistem
limbic tubuh akan melepaskan endorfin. Endorfin merupakan
neurotransmitter atau neuromodulator yang menghambat pengiriman
rangsang nyeri dengan menempel kebagian reseptor opiat pada saraf
dan sumsum tulang belakang sehingga dapat memblok pesan nyeri
ke pusat yang lebih tinggi dan dapat menurunkan sensasi nyeri.

63
d) Beri intake nutrisi dan cairan yang adekuat
Rasional: Dengan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat akan
memberi energy bagi tubuh sehingga dapat memudahkan proses
persalinan terutama tenaga saat meneran.
e) Anjurkan pengosongan kandung kemih jika ibu ingin BAK
Rasional: Kandung kemih yang penuh menyebabkan hasil
pemeriksaan yang tidak akurat, memperlambat turunnya kepala janin
ke jalan lahir, dan memberi persaan yang tidak nyaman pada ibu.
f) Atur posisi ibu senyaman mungkin
Rasional: Mengatur posisi ibu senyaman mungkin untuk mengurangi
efek rasa nyeri pada ibu dan tetap memperhatikan posisi yang baik
dalam penurunan kepala bayi.
5) Pantau kemajuan persalinan dengan partograf
Rasional: Dengan partograf memudahkan dalam pengambilan
keputusan klinis dan rencana tindakan selanjutnya terjadap klien.
6) Siapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan ibu dan bayi
Rasional: Ibu sudah berada pada fase aktif kala I yaitu pembukaan 8 cm
dan kemajuan persalinan juga baik sehingga perlu dilakukan persiapan
untuk pertolongan persalinan ibu.
6. Pelaksanaan
a. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga/suami
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan persalinan
c. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga pentingnya persiapan calon
pendonor darah, jika sewaktu-waktu ibu mengalami komplikasi dan perlu
untuk dirujuk serta perlu transfusi darah
d. Memberikan Asuhan Sayang Ibu Kala I
1) Memberikan Dukungan dan semangat pada ibu serta menghadirkan
suami untuk mendampingi ibu
2) Mengjarkan tekhnik relaksasi dan pengaturan napas terutama saat ada
kontraksi
3) Memasase punggung ibu
4) Memberikan Intake nutrisi dan cairan yang adekuat

64
5) Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih jika terasa
ingin BAK
6) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
7) Melakukan Konsultasi dengan Dokter Spesialis Obgin via telepone
tentang kondisi ibu dan janin serta meminta saran atas tindakan yang
harus dilakukan jika terjadi hal yang gawat
8) Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
9) Menyiapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan ibu dan bayi
7. Evaluasi
a. Kala I berlangsung normal
b. Ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri
c. Ibu merasa bersemangat dan bergairah dalam menghadapi proses
persalinan dan menyambut kelahiran buah hati.
d. Ibu dalam keadaan baik (TD:120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR:
25x/menit, S: 37,50C)
e. DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur, frekuensi 135x/menit
f. Kontraksi uterus makin kuat 4x10 menit lamanya >40 detik
g. Ibu merasakan adanya dorongan yang kuat untuk meneran
h. Ibu merasa ada tekanan pada anus
i. Tampak perineum menonjol
j. Vulva dan anus membuka
k. Pemeriksaan dalam:
1) Portio : Tidak teraba - Penyusupan : 0
2) Pembukaan : 10 cm - Penurunan : HIV
3) Ketuban : (-), warna jernih
4) Presentase : Kepala, UUK Ka-dep

B. Kala II persalinan tanggal 17 Oktober 2022 pukul 16.30 wib


S : Ibu menyatakan nyeri semakin sering, semakin lama, ingin BAB dan
ingin meneran
O : Keadaan Umum : Baik, terlihat tanda-tanda KALA II yaitu : Dorongan
ingin meneran, tekanan pada anus, perineum, menonjol, vulva dan anus
membuka, His : 5x10x50", DJJ 140x/menit. Pukul : 15.35 wib periksa

65
dalam : partio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban utuh, persentasi
kepala, penurunan hodge IV posisi ubun-ubun kecil kiri depan dengan
kepala croning 5-6 cm.
A : Inpartu Kala II
P : Perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga ibu sudah
saatnya melahirkan dan pembukaan sudah lengkap, ketuban sudah
pecah, kepala bayi sudah tampak dan ibu sudah boleh mengeran.
2. Mendekatkan alat-alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi,
hasilnya alat-alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi telah
didekatkan
3. Memakai pelindung diri, celemek, masker, kaca mata, sepatu boat,
handscoon, hasilnya alat pelindung diri telah digunakan.
4. Mengajarkan ibu teknik mengeran yang baik seperti yang dibimbing
sebelumnya yaitu meneran seperti BAB keras pada saat ada his
dengan merangkul kedua paha dengan tangan dimasukkan kedalam
lipatan siku kaki, kepala diangkat dengan mata melihat ke perut dan
mata jangan dipejamkan dan berhenti saat tidak ada his, hasilnya ibu
meneran dengan baik.
5. Memberikan dukungan dan pujian kepada ibu, memuji ibu pada saat
meneran dan ibu terlihat semangat untuk meneran karena didampingi
oleh suami.
6. Melakukan pemecahan ketuban, memimpin ibu meneran, menolong
persalinan kala II melahirkan bayi setelah tampak kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm membuka vulva tangan kanan menahan perineum
dengan kaki bersih dan kering. Tangan kiri menahan puncak kepala
bayi untuk menahan posisi refleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan
dangkal. Setelah kepala bayi lahir dengan lembut, menyeka muka,
mulut dan hidung bayi, dengan kain atau kasa yang bersih. Periksa
kemungkinan ada lilitan tali pusat, menunggu hingga kepala bayi
melakukan putaran paksi luar secara spontan. Setelah kepala
melakukan putaran paksi luar, periksa lilitan tali pusat, pegang kepala

66
bayi secara biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi
berikutnya dengan lembut menarik kepala bayi ke arah perineum
untuk melahirkan bahu anterior dan mengarah ke simpysis untuk
melahirkan bahu posterior. Setelah kedua bahu di lahirkan, melakukan
sanggah susur hingga seluruh tubuh bayi lahir. Menyelipkan jari
telunjuk diantara kedua tungkai kaki bayi lalu meletakkan diatas perut
ibu. Penanganan bayi baru lahir, melakukan penilaian, apakah bayi
menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak
kesulitan. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti kain basah
dengan kain yang kering.
7. Pukul 15.55 wib bayi lahir spontan, segera menangis, jenis kelamin
laki-laki, berat badan 3100 gram, panjang badan 50 cm, anus (+),
Cacat (-).

C. Kala III persalinan tanggal 17 Oktober 2022 pukul 16.40 wib :


S : Ibu mengatakan perut masih terasa sakit
O : Keadaan Umum ibu baik, Td 120/80 mmHg, R: 22x/menit, N: 80x/menit,
S: 37°C Palpasi: TFU: sepusat. Kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong, pendarahan normal Kurang lebih 100 cc.
A : Parturient kala III
P : Perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah di lakukan :
1. Memberitahu ibu bahwa bayi sudah lahir, keadaan ibu dalam keadaan
baik, dan plasenta akan dilahirkan.
2. Memeriksakan fundus untuk memastikan apakah ada janin kedua atau
tidak.
3. Mengosongkan kandung kemih.
4. Melakukan manajemen aktif kala II.
5. Memberikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian
luar.
6. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat.
7. Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan memindahkan
klem 5-10 cm didepan vulva, pastikan tanda-tanda plasenta lepas,

67
perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat memanjang, adanya
semburan darah tiba-tiba, uterus berkontraksi dengan baik, tangan kiri
menahan corpus uteri ke arah dorso cranial dan tangan kanan
melakukan peregangan tali pusat terkendali, saat plasenta tampak di
introitus vagina kedua tangan menyambut dan memutar plasenta
searah jarum jam sehingga selaput terpilin.
8. Melahirkan plasenta, plasenta lahir lengkap dengan selaputnya.
9. Melakukan massase fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri
sehingga uterus berkontraksi (Fundus teraba keras) kemudian
mengajarkan kepada ibu dan keluarga untuk melakukan sendiri,
massage fundus uteri sudah dilakukan dan fundus teraba keras.
10. Memeriksa kelengkapan plasenta.
11. Memeriksa jalan lahir dan robekan pada perineum derajat II yaitu dari
mukosa vagina sampai kulit dan otot perineum.

D. Kala IV Persalinan tanggal 17 Oktober 2022 pukul 16.50 wib :


S : Ibu mengatakan lelah.
O : Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital: TD 120/80 mmHg,
N:80x/menit, S: 37°C, TFU sepusat, kontraksi uterus baik, pendarahan:
kurang lebih 50 cc, Kandung Kemih: kosong, Perineum ada robek derajat
I
A : Parturient kala IV dengan robekan jalan lahir derajat I
P : Perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan:
1. Memberitahu ibu seluruh hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik,
tanda-tanda vital normal, dan akan dilakukan penjahitan pada robekan
jalan lahir, hasilnya ibu mengetahui kondisinya.
2. Melakukan penjahitan pada luka robek jalan lahir, hasilnya penjahitan
telah dilakukan.
3. Melakukan pengecekan ulang dengan menggunakan kassa untuk
melihat adanya pendarahan atau tidak, hasilnya tidak ada pendarahan.
4. Membersihkan ibu dari darah dengan menggunakan air DTT dan
melakukan dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin, hasilnya
ibu telah dibersihkan dan tempat tidur sudah dibersihakan.

68
5. Merendam alat-alat persalinan dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit.
6. Mengobservasi tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
kandung kemih dan pendarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama
postpartum dan sertiap 30 menit pada jam ke dua postpartum.
7. Memberikan nutrisi dan hidrasi yang cukup pada ibu.
8. Mengajarkan ibu cara massase fundus uteri agar tidak terjadi uteri
yaitu dengan cara meletakkan telapak tangan difundus dan lakukan
massase dengan gerakan melingkar dengan lembut sehingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras) dan beritahu ibu jika fundus teraba
lembek menandakan kontraksi kurang baik dan segera beritahu,
hasilnya ibu dapat melakukan masase fundus uteri.
9. Memberikann ibu suplemen tambahan, hasilnya ibu berjanji segera
meminum suplemen tambah darah yang telah diberikan.
10. Menjelaskan tanda bahaya bersalin yaitu pendarahan, keluar cairan
berbau, demam, hasilnya ibu dapat menyebutkan tanda dan bahaya
setelah bersalin.
11. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,
minimal setiap 2 jam sekali di kedua payudara, hasilnya ibu berjanji
untuk menyusuinya.
12. Melakukan pemantauan kala IV telah dilakukan selama 1-2 jam
postpartum dan hsil pemantauan tidak ditemukan tanda-tanda kegawat
daruratan.

69
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM

A. Pengkajian

Data Subjektif

Ny. N berusia 33 tahun, kebangsaan Indonesia, beragama Islam,

Pendidikan terakhir SMA, pekerjaan IRT, Bersuami Tn. R, usia 35 tahun,

kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan Wiraswasta.

Pasangan ini bertempat tinggal di RT 02 Kedemangan.

Riwayat menstruasi Ny. N hari pertama tanggal 10 Januari 2022, lamanya 7

hari, sebanyak 2-3 kali ganti pembalut perhari, siklus 28 hari, konsistensi cair.

Taksiran persalina Ny. N tanggal 25 Oktober 2022, gerakan janin dirasakan

pertama kali pada usia pada usia 20 minggu, gerakan janin dalam 24 jam terakhir

aktif atau sering (>10 kali), keluhan yang dirasakan ibu mengeluh nyeri

punggung.

Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu ada karena ini

merupakan kehamilan yang ketiga. Pola makan klien 3 kali sehari terdiri dari

nasi, sayur, lauk pauk, telur, ikan dan air putih, susu dan teh. Pola eliminasi BAB

1 kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, berbau khas, BAK 6

kali sehari, warna kuning jernih. Pola istirahat tidur malam 8 jam perhari, tidur

siang 1-2 jam per hari, selama kehamilan klien melakukan hubungan seksual 2

kali seminggu, hanya frekuensi sedikit dikurangi, dan tidak ada masalah.

Pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, menyapu, tidak menganggu

kehamilan ini. Ny. N belum Pernah menggunakan alat Kontrasepsi.

70
Ny. N mengatakan kehamilan ini merupakan kehamilan ketiga dan tidak

pernah Mengalami Keguguran. Dan Ny. N mengatakan bahwa ia tidak pernah

memiliki riwayat penyakit seperti jantung, hipertensi, hepatitis, campak, malaria,

anemia berat, DM PMS HIV/AIDS, TB, dan gangguan mental. Klien tidak

pernah minum-minuman yg mengandung alkohol, tidak merokok, tidak minum

jamu, dan ganti pakaian 2 kali sehari. Riwayat sosial kehamilan klien

direncanakan/diinginkan, dengan jenis kelamin perempuan. Status perkawinan

Ny. N menikah (syah) menurut hukum dan agama. Klien mempercayai mitos-

mitos yang merugikan terhadap kehamilannya.

Riwayat kesehatan keluarga baik, dan tidak ada penyakit keturunan yang

diderita oleh keluarga. Pada pemeriksaan diperoleh data bahwa keadaan umum

ibu baik, kesadaran komposmentis, keadaan emosional stabil, yaitu ibu dapat

berinteraksi dengan baik dan dapat menanggapi pertanyaan yang diajukan.

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya

plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2016:37).

Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan

sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan

pembukaan lengkap (10 sentimeter) (Varney, 2007:672).

Pada tanggal 17 Oktober 2021 pukul 15.00 WIB Ny. N usia kehamilan 39-

40 minggu datang dengan keluhan nyeri perut menjalar ke pinggang dan ibu

mengatakan cemas dengan keadaan nya, takut tidak bisa melewati proses

persalinan.

71
Hal ini sesuai dengan teori dalam JNPK-KR (2016) yang menyatakan

bahwa Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan

cukup bulan (setelah 37 minggu). Keluhan yang dirasakan Ny. N juga sesuai

dengan tanda-tanda persalinan menurut teori dalam King, et all (2019) tanda dan

gejala inpartu yaitu penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang

mengakibatkan perubahan serviks dan akibat terjadi mules serta cairan lendir

bercampur darah.

Rasa cemas yang ibu hadapi juga merupakan perubahan psikologi yang

terjadi pada ibu inpartu diantaranya memperlihatkan ketakutan atau kecemasan,

yang menyebabkan wanita mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian

persalinan secara pesimistik atau negatif, tampak “lepas kontrol” dalam

persalinan (saat nyeri hebat, menggeliat kesakitan, panik, menjerit, tidak

merespon saran atau pertanyaan yang membantu) dan respon “melawan atau

menghindari”, yang dipicu oleh adanya bahaya fisik, ketakutan, kecemasan dan

bentuk stress lainnya (Widia, 2015).

Dari uraian data subjektif diatas, bahwa perubahan fisiologi dan psikologi

yang dialami oleh Ny. N sesuai dengan teori yang ada, sehingga dapat diartikan

antara kasus yang penulis dapatkan dilahan tidak ada kesenjangan dengan teori.

Objektif

Pada pengkajian data objektif, pemeriksaan abdomen Ny. N dilakukan

pengawasan setiap 30 menit sekali yang didapatkan hasil kontraksi his adekuat,

dan pemeriksaan detak jantung janin (DJJ) dalam batas normal, pemeriksaan ini

dilakukan bertujuan untuk kesejahteraan ibu dan janin. Pengawasan terus

menerus terhadap kesejahteraan baik ibu maupun janinnya selama persalinan.

72
Frekuensi, intensitas, dan durasi kontraksi uterus (his), serta respon denyut

jantung janin terhadap kontraksi, merupakan hal yang perlu diperhatikan.

Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan seberapa jauh kemajuan

dari persalinan yang ditentukan dari hasil pemeriksaan pembukaan, ketuban dan

penurunan. Sesuai dengan teori Manuaba (2019:114) pemeriksaan dalam

dilakukan untuk mengetahui pembukaan, perlunakan serviks, ketuban sudah

pecah atau belum dan seberapa jauh penurunan bagian terendah.

Kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses

ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1jam pada multi (Sarwono, 2018).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada pukul 12.00 WIB Ny.

N mulai merasakan keinginan untuk meneran, adanya tekanan pada rektum dan

vagina, perineum sudah mulai menonjol dan meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah. Keadaan yang dialami Ny. N sesuai dengan tanda-tanda kala

dua yaitu Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi,

adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya, perineum menonjol

vulva vagina dan spingter ani membuka serta meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah (JNPK-KR, 2016:75).

Kala tiga berlangsung dari lahirnya bayi sampai plasenta dan membran

dikeluarkan (Fraser, 2009:431). Pada kala III Ny. N masih merasakan mules, bayi

sudah lahir dan plasenta belum lahir. Hal ini sesuai dengan teori Rukiyah

(2014:183) yang menyatakan setelah berakhirnya kala II memasuki kala III ibu

mengatakan perutnya terasa mules, bayi sudah lahir dan plasenta belum lahir.

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama

postpartum (Prawirahardjo, 2018). Ibu merasa letih/lelah setelah proses

persalinan, hal ini sesuai dengan teori, dimana setelah melawati proses persalinan

73
akan merasa lelah karena habisnya tenaga pada saat meneran, fundus yang

berkontraksi kuat menyebabkan ibu merasa mules, perubahan bentuk uterus dari

hamil hingga setelah hamil, dan daarah berwarna gelap keluar tiba-tiba dari

introitus vagina Prawirahardjo (2018).

Data objektif yang didapatkan penulis pada kala I, II, III, dan IV

(pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu, pernapasan dan nadi)

pada Ny. N dalam keadaan normal. Sesuai teori Varney (2007:686) batas normal

perubahan tanda-tanda vital adalah peningkatan tekanan darah sistolik rata-rata

15 (10-20) mmHg dan diastolic rata-rata 5-10 mmHg, frekuensi nadi tidak lebih

dari 100 kali permenit dan sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih

normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang

terjadi.

Sehingga dari pengkajian yang telah dilakukan penulis terhadap Ny. N

didapatkan bahwa persalinan pada Ny. N termasuk fisiologis berdasarkan dari

proses persalinan kala I, kala II, kala III, dan kala IV dan tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus yang didapat.

B. Interpretasi Data Dasar

Diagnose : G3 P2 A0 H2 inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup,

presentasi kepala dengan nyeri perut bagian bawah. Berdasarkan hasil pengkajian

atau pengumpulan data dasar ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah menjalar

kepinggang dan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah dari jalan lahir.

Pembukaan 6cm. palpasi abdomen teraba dua bagian besar kepala dan bokong.

Auskultasi denyut jantung terdengar kuat dan teratur. Ibu merasakan janin

bergerak aktif.

74
Menurut teori Varney (2007) dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

dikembangkan sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik.

Berdasarka kasus Ny. N tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus. Sehingga, jika diagnose atau masalah sudah

teridentifikasi dengan benar, tidak akan terjadi sesuatu yang berdampak negatif

pada ibu.

C. Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Dari hasil data subjektif dan objektif yang penulis dapatkan tidak ada

masalah potensial pada Ny. N karena masalah yang muncul seperti nyeri perut

bagian bawah menjalar ke pinggang, dan keluar lendir bercampur darah

merupakan tanda-tanda fisiologi persalinan.

Rasa cemas yang ibu alami juga merupakan perubahan psikologi yang

normal terjadi pada ibu inpartu.

Sehingga dapat diartikan bahwa kasus pada Ny. N tidak ditemukan

diagnosa atau masalah potensial.

D. Tindakan Segera

Tidak dilakukan tindakan segera/kolaborasi. Proses manajemen kebidanan

dilakukan secara terus menerus yang dapat menghasilkan data baru, dimana

harus segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

yang memerlukan tindakan segera, beberapa data yang memerlukan indikasi

adanya situasi yang membutuh tindakan segera sambil menunggu intervensi dari

dokter ( Varney, 2007).

75
Berdasarkan kasus Ny.N tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus karena tidak dilakukan tindakan segera.

E. Perencanaan

Rencana asuhan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kebutuhan

pasien. Sesuai dengan teori menurut Varney (2007:27) rencana asuhan

dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnose

masalah serta meliputi data tambahan setelah data dasar.

Berikan Dukungan dan semangat pada ibu serta menghadirkan suami

untuk mendampingi ibu, ajarkan tekhnik relaksasi dan pengaturan napas

terutama saat ada kontraksi, masase punggung ibu, berikan Intake nutrisi dan

cairan yang adekuat, anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih jika

terasa ingin BAK, atur posisi ibu senyaman mungkin, lakukan Konsultasi

dengan Dokter Spesialis Obgin via telepone tentang kondisi ibu dan janin serta

minta saran atas tindakan yang harus dilakukan jika terjadi hal yang gawat,

pantau kemajuan persalinan dengan partograf, siapkan alat-alat, obat-obatan

serta keperluan ibu dan bayi. Berdasarkan kasus Ny. N tidak terdapat

kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena perencanaan

dilakukan berdasarkan teori.

F. Pelaksanaan

Pada langkah ini penulis melaksanaan semua rencana asuhan yang telah

dibuat sebelumnya dan mengikuti urutan perencanaan yang telah di susun secara

efisien pada langkah sebelumnya (Varney,2007:28).

Semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya

dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerja sama dan penerimaan yang

baik dari pasien serta adanya dukungan keluarga. Berdasarkan kasus Ny. N tidak

76
terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena

perencanaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun.

G. Evaluasi

Evaluasi berdasarkan hasil pengamatan pada kasus Ny. N bahwa seluruh

asuhan yang diberikan dapat dilaksanakan dan dimengerti. Ibu sudah merasa

lebih nyaman dan tidak merasakan lagi dengan nyeri yang dirasakan.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Varney (2007:27) bahwa evaluasi

dilakukan berdasarkan tujuan dan hasil pemeriksaan selama melakukan

tindakan. Hasil yang diperoleh adalah hasil pengamatan dan pemeriksaan.

Mengidentifikasi keefektivan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali

manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. Berdasarkan

studi kasus Ny.S tidak ada kesenjangan tinjauan pustaka dan studi kasus.

H. Penatalaksanaan Persalinan Fisiologis dengan Pendekatan Holistik

berdasarkan Evidence Based Midwivery (EBM)/Evidence Based practice

(EBM).

Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa masalah pada Ny. N adalah

kurangnya adaptasi terhadap rasa nyeri pada waktu kontraksi dan cemas dalam

menghadapi proses persalinan. Pada persalinan Ny. N usia 33 tahun tergolong

persalinan normal. Dapat dilihat pada askeb persalinan Ny. N tidak terlihat tanda-

tanda persalinan yang patologi.

Setelah dilakukan scoring diketahui prioritas masalah pada Ny. N adalah

kurangnya adaptasi terhadap rasa nyeri. Untuk mengatasi masalah tersebut

penulis melakukan

Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani, dimana

sebagian besar persalinan disertai rasa nyeri. Nyeri pada persalinan

77
merupakan proses yang fisiologis. Kurangnya beradaptasi terhadap rasa nyeri

menyebabkan frustasi dan putus asa, sehingga beberapa ibu merasa khawatir

tidak akan mampu melewati proses persalinan.

Nyeri persalinan dapat dikendalikan dengan 2 metode yaitu farmakologis

dan non farmakologis. Metode penghilang rasa nyeri secara farmakologis adalah

dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, sedangkan metode non farmakologis

dilakukan secara alami tanpa menggunakan obat-obatan kimiawi yaitu dengan

melakukan teknik relaksasi yang mencakup relaksasi napas dalam, relaksasi otot,

masase, musik dan aromaterapi (Tetti, 2015).

Pada kasus Ny.N penulis telah melaksanakan manajemen kebidanan 7

langkah varney dan dilanjutkan dengan SOAP. Sebagai pemecahan masalah

kurangnya adaptasi Ny. N terhadap rasa nyeri, penulis mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam yaitu dengan menarik nafas dalam-dalam pada saat ada

kontraksi dengan menggunakan pernapasan dada melalui hidung dan

mengeluarkan perlaham melalui mulut.

Teknik tersebut sejalan dengan penelitian Novita (2017) yang menyatakan

bahwa ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap respon nyeri pada ibu

inpartu kala I fase aktif di Puskesmas Bahu Kota Manado. Artinya teknik

relaksasi nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin secara non

farmakologis.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Titi Astuti, 2019. Tentang

Aplikasi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyeri Dan Lamanya Persalinan Kala I

Ibu Bersalin Di Rumah Bersalin Kota Bandar Lampung. Ibu yang menghadapi

proses persalinan akan merasakan nyeri sehubungan dengan kontraksi uterusnya,

berbagai cara dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri, yaitu dengan teknik non

78
farmakologi antara lain relaksasi nafas dalam, massage, perubahan posisi ibu

agar persalinan bisa berjalan dengan aman dan nyaman. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi terhadap rasa nyeri dan lamanya

persalinan kala I pada ibu bersalin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

pengaruh teknik relaksasi dengan rasa nyeri persalinan kala I dengan p value

0,000 (p value< 0,05). Ada pengaruh teknik relaksasi terhadap lamanya

persalinan kala I dengan p value 0,000 (p value< 0,05). Peneliti menyarankan

agar perawat dan bidan dapat memberikan penyuluhan kesahatan tetang teknik

relaksasi dan teknik lainnya seperti massage, perubahan posisi ibu dll untuk

membantu ibu mengurangi rasa nyeri persalinan menjadi aman, nyaman, dan ibu,

bayi sehat dan sejahtera.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzia Laili, 2017.

Tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Kecemasan Dalam

Menghadapi Persalinan Pada Ibu Hamil. Kecemasan pada ibu hamil trimester III

terkesan lebih kompleks dan meningkat kembali dibandingkan trimester

sebelumnya, salah satu penyebabnya karena akan menghadapi persalinan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil sebagian besar mengalami

kecemasan dalam menghadapi persalinan. Selain itu, survei yang dilakukan oleh

spesialis kejiwaan menunjukkan lebih dari 60% wanita hamil mengalami distress.

Teknik Relaksasi Nafas Dalam dapat meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara

pertukaran gas sehingga dapat mengurangi stress dan menurunkan kecemasan.

Pemberian terapi tersebut dapat mengurangi kecemasan pada ibu hamil dalam

menghadapi persalinan. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh

pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap kecemasan menghadapi

persalinan pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame Kota Kediri.

79
Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0.03 (p<0.05) yang berarti bahwa H0

ditolak dan H1 diterima yaitu ada pengaruh pemberian Teknik Relaksasi Nafas

Dalam terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil.

Selain itu penulis juga melakukan asuhan sayang ibu dengan cara

memasase punggung ibu, memberikan stimulasi pada punggung dengan cara

melakukan gosokan lembut dengan kedua telapak tangan dan jari pada punggung

ibu bersalin, hasil nya ibu merasa nyaman dan mulai beradaptasi dengan rasa

nyeri yang dihadapi.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aryani (2015) yang berjudul

pengaruh masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten

persalinan normal melalui peningkatan kadar endorfin dimana secara statistik

didapat bahwa masase pada punggung berpengaruh terhadap intensitas nyeri dan

kadar endorfin ibu bersalin kala I fase laten persalinan normal serta kadar

endorfin berkorelasi dengan intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal.

Kemudian penulis menghadirkan suami sebagai pendamping Ny. N pada

proses persalinan, meminta suami memberikan semangat dan dukungan terhadap

ibu seta mengajarkan suami untuk melakukan masase punggung ibu. Dengan

hadirnya suami membuat Ny. N merasa lebih bergairah dan bersemangat

menghadapi proses persalinan.

Hasil tersebut diperkuat oleh penelitian Nikmah (2018) dimana hasil uji

statistik dengan menggunakan Uji Koefisien Kontingensi di dapatkan nilai X2

hitung ≥ X2 tabel (9,189 ≥ 7,82). Maka H0 ditolak yang artinya nilai p sebesar

0,027 maka p < α (0,05) berarti ada hubungan pendampingan suami dengan

tingkat kecemasan ibu primi gravidarum saat menghadapi persalinan di BPM

“M” Jl. Menur II Surabaya.

80
Dari uraian diatas, bahwa nyeri persalinan dapat dikendalikan secara

nonfarmakologi dengan cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan

melakukan asuhan sayang ibu dengan memasase punggung ibu, serta

menhadirkan suami sebagai pendamping ibu saat proses persalinan. Dari ketiga

metode tersebut berdampak positif terhadap masalah yang ibu rasakan dimana

rasa nyeri dapat berkurang dan membuat ibu bisa beradaptasi dengan rasa nyeri

pada saat kontraksi serta membuat ibu merasa nyaman, bergairah, dan

bersemangat dalam mengadapi proses persalinan dan menyambut kelahiran buah

hatinya.

81
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. N dengan

persalinan fisiologis di PMB Neli Bambang menggunakan manajemen menurut

Varney, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin terhadap Ny. N ,

penulis telah mampu menerapkan asuhan kebidanan persalinan fisiologis

secara holistik dengan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin terhadap Ny. N ,

penulis telah mampu menerapkan manajemen asuhan persalinan fisiologis

dalam pengkajian data subjektif dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin terhadap Ny. N ,

penulis telah mampu menerapkan manajemen asuhan persalinan fisiologis

dalam pengkajian data onjektif dengan pendekatan manajemen kebidanan.

4. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin terhadap Ny. N ,

penulis telah mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam merumuskan

diagnosa/masalah potensial berdasarkan data yang ada.

5. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin terhadap Ny. S,

penulis telah mampu menerapkan asuhan kebidanan dalam penatalaksanaan

persalinan fisiologis sesuai kebutuhan dengan pendekatan holistik

berdasarkan Evidence Based Midwivery (EBM)/Evidence Based practice

(EBM).

82
B. Saran

1. Bagi Penulis/ Mahasiswa

Penulis yang bertugas sebagai Bidan merupakan ujung tombak dalam

menurunkan AKI dan AKB sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan

keterempilan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dan

berkualitas kepada masyarakat.

2. Bagi Lahan Praktik

Dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya pertolongan

persalinan bidan yang bertugas di PMB Neli Bambang hendaknya selalu

memberikan KIE kepada klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut

dapat berupa Edukasi dan Motivasi kepada klien agar peduli terhadap

kesehatannya.

3. Bagi Instutusi

Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan

praktik sesuai dengan tujuan komptensi yang ingin dicapai sehingga

mahasiswa dapat lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai

dengan teori yang telah dipelajari.

83
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Y., Masrul, M., & Evareny, L. (2015). Pengaruh Masase pada Punggung
Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan Normal Melalui
Peningkatan Kadar Endorfin. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 70–77.
https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.193

Bobak, Lowdermik, dkk. 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta:
EGC

Badan Pusat Statistik, 2018. Profil Kesehatan Ibu dan Anak.

Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2016 Profil Kesehatan Provinsi Jambi. 2016

Dewi, Vivian Nanny Lia dan Sunarsih Tri, 2012. Asuhan Kehamilan Untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Frase M. D. Myles Buku Ajaran Bidan, 2019. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Ilmu, J., Teknologi, D., Surakarta, P. K., Indonesia, U., Kemenkes, P., & Iii, J.
(2019). Artikel history. Nursing Arts, 7(1), 1–15. https://poltekkes-sorong.e-
journal.id/nursingarts/article/view/86

Jannah, Nurul. (2017), Konsep Dokumentasi Kebidanan.Yogyakarta: Ar’ruz Media

JNPK-KR, 2013. Asuhan Persalinan Normal Dengan Inisisi menyusui Dini. Jakarta
Jhpiego 2013. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Profil Kesehatan Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018, Riset Kesehatan Dasar.

King, et all. 2019. Varney’s Midwifery Sixth Edition. United States of America
Ascend Learning Company

Kuswanti, Ina, 2019. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk, 2019. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta EGC

Mansur, Herawati, 2016. Psikologi Ibu dan Anak untuk kebidanan. Jakarta:Salemba
Medika

Nikmah, K. (2018). Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu


Primi Gravidarum saat Menghadapi Persalinan. Journal for Quality in Women’s
Health, 1(2), 15–21. https://doi.org/10.30994/jqwh.v1i2.12
Novita, K., Rompas, S., & Bataha, Y. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Trhadap Respon Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Di Puskesmas
Bahu Kota Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 113347.

Nur, D., Sari, A., Adi, G., & Fiana, M. (2019). NURSING. 3(1), 22–27.

Prawirohardjo Sarwono. (2018), Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Sulistyawati, Ari, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:Salemba


Medika

Saleha S. 2019. “Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas”. Salemba Medika. Jakarta.

Sembiring, L. P. (2015). Konstipasi pada Kehamilan, (1), 12–15.

Varney, H., Kriebs, J. M., dan Gegor, C. L. 2007. Buku Saku

Asuhan Kebidanan Varney Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai