Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. S DI RSUD H. ABDUL MANAP


KOTA JAMBI TAHUN 2022

DOSEN PENGAMPU :
Yuli Suryannti, M.Keb

Oleh :
Novalina
PO. 71242210078

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Masa Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah” guna memenuhi tugas Stase Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Pra Sekolah program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2022.

Jambi, November 2022

Mahasiswa

Novalina
PO. 71242220078

Mengetahui :

Perseptop Akademik Perceptor Klinik

(Yuli Suryannti, M.Keb) (Reza Trian Sari,SST,Bdn)

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan pada bayi Ny.
S di RSUD H Abdul Manap Kota Jambi.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik
kebidanan stase kehamilan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang
harus dilalui dalam proses pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini
penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jambi
2. Ibu Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Ibu Yuli Suryannti, M.Keb selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi sekaligus Dosen Pembimbing Institusi
4. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak
masukan dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada
penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari
dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .................................................................................................. i


Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................ 4
D. Manfaat ..................................................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Masa Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah................................. 6
B. Manajemen Kebidanan ............................................................................. 27
B. Evidence Based Midwivery....................................................................... 48

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Tinjauan Kasus ........................................................................................ 51

BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM ........................................... 68

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 71
B. Saran ......................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentase belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu

sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7

dan tanpa cacat bawaan (Ai yeyeh, 2016)

Dalam rangka mendukung Millennium Development Goals (MDGs) yakni

menekan angka kematian bayi mencapai 24 per 1000 angka kelahiran hidup, yang

salah satunya adalah dengan menekan angka infeksi. Khususnya pada kejadian

infeksi tali pusat yaitu sekitar 23% sampai 91% tali pusat yang tidak dirawat

dengan baik akan terinfeksi oleh kuman staphylococcus Aureus pada 72 jam

pertama setelah kelahiran (Anderson, 2015).

Perawatan tali pusat yang benar diharapkan tidak terjadi komplikasi pada bayi.

Akibat komplikasi tersebut yang dapat terjadi yaitu infeksi yang kemudian menjadi

tetanus neonatorum dan sepsis. Dengan berbagai macam perawatan tali pusat,

diantaranya menggunakan alkohol 70%, ada yang masih menggunakan pavidon

iodine, menggunakan kasa kering steril bahkan rekomendasi dari WHO cukup

dibersihkan dengan air dan sabun kemudian dianginkan tanpa pembungkus.

Perawatan tali pusat dengan tehnik kasa kering steril saat ini sangat dianjurkan

untuk menjaga agar tali pusat tetap bersih dan kering selain alat dan tehnik yang

praktis dan efisien.

Peran Bidan selama bulan pertama kehidupan BBL, jelas sangat beragam

dibeberapa tempat bersalin bidan memiliki sedikit peran formal begitu BBI

meninggalkan ruang kelahiran ditempat bersalin lain, biasanya pada praktek multi

1
disiplin bidan akan terus melanjutkan perawatan ibu dan BBL, selama 6 minggu

pertama setelah kelahiran, peran bidan itu bekerjasama dengan tenaga kesehatan

perawatan pediatric dan perawatan kesejahtreaan neonatus secara bertahap atau

berpindah ketenaga kesehatan perawatan keluarga bidan atau perawat secara

mandiri mengatur perawatan BBL selama 28 hari pertama kehidupan. Tanpa

memperhatikan harapan formal tentang peran bidan kenyataannya banyak orang tua

akan menelpon bidan dengan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan ibu dan anak,

meningkatkan kesejahteraankeluarga dengan keterlibatannya dalam perawatan dan

memberi nasehat baik bagi ibu maupun bagi anak yang baru Surveilans anak sehat

4 minggu pertama (Jagow, 2015).

Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif

yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke-5 dan hari ke-7 tanpa ada komplikasi,

sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi

akan mengalami penyakit tetanus neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian.

Maka penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Neonatus Pada Bayi

Ny. S Dengan Perawatan Tali Pusat di RSUD H.Abdul Manap Kota Jambi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada studi

kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi Ny. S Tentang

Perawatan tali pusat di RSUD H.Abdul Manap Kota Jambi”?

2
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatu, bayi, balita

dan anak pra sekolah terhadap klien bayi Ny. S dengan standar yang berlaku dan

dengan pendekatan manajemen kebidanan Varney tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data pada Neonatus fisiologis.

b. Mampu melakukan Interpretasi data pada Neonatus fisiologis.

c. Mampu melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa potensial pada

Neonatus fisiologis.

d. Mampu melakukan tindakan segera kepada Neonatus fisiologis.

e. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada Neonatus

fisiologis.

f. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada

Neonatus fisiologis.

g. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang akan dilakukan pada

Neonatus fisiologis.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan iptek khususnya

mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada neonatus fisiologis, serta

dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan Poltekkes

Kemenkes Jambi sehingga menjadikan sumber ilmu bagi pembaca.

3
2. Bagi lahan praktik

Dapat di jadikan sebagai bahan masukan dan gambaran informasi bagi tempat

penulisan, sehingga dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan terhadap

neonatus fisiologis.

3. Bagi penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan apa yang telah di

dapat selama perkuliahan, dalam penanganan kasus pada neonatus fisiologis.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentase belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai

apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Ai yeyeh, 2012).

Bayi baru lahir norma adalah bayi yang lahir pada usia kandungan 37-42

minggu dengan berat badan lahir antara 2500-4000 gram (Jenny, 2013).

Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir

antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada

kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi, dkk, 2015)

2. Kriteria Bayi Normal

Menurut Jenny, (2013) bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk

dalam kriteria sebagai berikut :

a. Berat badan lahir antara 2500-4000 gram.

b. Panjang badan bayi 48-50 cm.

c. Lingkar dada bayi 32-34 cm.

d. Lingkar kepala bayi 33-55 cm.

e. Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebih 180 kali/menit, kemnudian

turun sampai 120-140 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

f. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai

pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan

hanya berlangsung 10-15 menit.

5
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk

dan dilapisi verniks kaseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut tumbuh baik.

i. Kuku agak panjang dan lemas.

j. Genitalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan pada labis mayora

telah menutupi labis minora (pada bayi perempuan).

k. Reflek isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar 24 jam pertama.

Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengkap.

3. Kunjungan Neonatal

Setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan kunjungan neonatal minimal 3

kali, yaitu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari sesuai

standar di satu wilayah kerja pada satu tahun (Kemenkes, 2014).

Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan

sesuai standar Manajemen Terpadu Bayu Muda (MTBM) dan konseling

perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat

kunjungan Neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan bai

baru lahir (umur 6-48 jam). Pada kunjungan Neonatal pertama (KN1), bayi baru

lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B (HBO) bila

belum diberikan pada saat lahir (Setiyani. dkk, 2016).

4. Pengertian Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat

yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Kemudian tali pusat

dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali

pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat

6
akan puput pada hari ke-5 sampai ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak

negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami

penyakit tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian (Ronald,

2015).

Perawatan tali pusat merupakan salah satu perawatan neonatus terutama

pada dua minggu pertama kehidupan ibu harus menjaga tali pusat tetap bersih

dan kering sampai akhirnya terlepas (Prawirohardjo, 2018). Salah satu cara yang

disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat adalah dengan menggunakan

pembalut kasa bersih yang sering diganti.

Tujuan Perawatan Tali Pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit

tetanus pada bayi baru lahir. Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora

kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril,

pemakaian obat obatan. maupun bubuk yang ditaburkan ke tali pusat sehingga

dapat mengakibatkan infeksi (Ronald, 2015)

a. Fungsi Tali Pusat

Tali pusat pada janin berfungsi sebagai alat pernafasan pertukaran gas

sepenuhnya dilakukan oleh plasenta darah mengalir dari plasenta janin

melalui vena umbilikalis yang terdapat didalam tali pusat. Jumlah darah

yang mengalir melalui tali pusat adalah sekitar 125 ml/kg/BB permenit atau

sekitar 500 ml permenit (Sodikin, 2017).

b. Pemotongan Tali Pusat

Pada manajemen aktif persalinan kala tiga tali pusat segera dijepit dan

dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan intervensi

manajemen aktif yang lain.

7
Adapun caranya adalah :

1) Pada manajemen menunggu, penjepitan tali pusat biasanya dilakukan

setelah tali pusat berhenti berdenyut.

2) Tali pusat dipotong diantara dua klem, yang pertama ditempatkan pada

jarak 4 atau 5 cm dari perut bayi, dan yang kedua atau 3 cm dari perut

bayi (Sodikin, 2017)

c. Pengikatan Tali Pusat

Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi baru lahir.

Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosi, sebelum tali pusat dipotong.

Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut

(pangkal pusat).

d. Waktu Puputnya Tali Pusat

1) Pada umumnya tali pusat akan terlepas atau puput pada 5-7 hari setelah

persalinan (Ronald, 2017).

2) Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi ini akan terlepas

dalam waktu 7-10 hari kadang sampai 3 minggu baru terlepas.

3) Peningkatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan banyak

dilakukan secara luas di seluruh dunia, tetapi penelitian menunjukkan hal

ini tidak bermanfaat bagi ibu atau pun bayi, bahkan berbahaya pada bayi.

Pemotongan tali psuat.

4) Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat sangat

berpengaruh dalam timbulnya infeksi pada tali pusat. Adapun caranya

adalah :

a. Keringkan bayi anda dengan membungkus kepala dan badannya

kecuali tali pusat.

8
b. Jepitlah tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

umbilikus.

c. Lakukan urutan tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2

cm dari klem pertama.

d. Peganglah tali pusat diantara dua klem menggunakan tangan kiri

dengan jari-jari tangan kiri, lalu tali pusat dipotong diantara kedua

klem.

e. Sisa potongan tali pusat pada bagian inilah yang harus dirawat,

karena jika tidak dirawat dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

e. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat

merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bisa terjadi

infeksi lokal, perlu perawatan tali pusat sehak manajemen aktif kala III pada

saat menolong kelahiran bayi, sisa tali pusta harus dipertahankan dalam

keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar (Muslihatun, 2016).

1) Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu

pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada Neonatus

yang penting perawatan tali pusat dengan cara yaitu :

a) Menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih.

b) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.

c) Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas

bersih.

d) Bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih atau

steril popok atau celana bayi harus diikat dibawah tali pusat, tidak

menutupi tali pusat untuk menghindari dengan feses dan urin.

9
e) Hindari penggunaan kancing, koun atau uang logam untuk membuat

tekanan tali pusat (Prawiroharjo, 2018).

f. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen

perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem

imunitasnya yang masih belum sempurna.

Sebaiknya Ibu atau siapaun yang kontak dengan bayi harus memiliki

kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat

dibangun melalui hal-hal berikut :

a) Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan

infeksi.

b) Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol

sebelum dan sesudah merawat bayi.

c) Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan.

d) Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila

diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya.

B. Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan segera bayi lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tesebut

selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting asuhan segera bayi baru

lahir :

1. Memantau pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali (Marni, Kukuh,

2015).

2. Evaluasi nilai APGAR, yaitu apperance (warna kulit) pulse (denyut nadi),

grimace (respon refleks), activity (tonus otot) dan respiratory (pernafasan)

10
dilakukan mulai dari menit pertama sampai 5 menit. Hasil pengamatan masing-

masing aspek dituliskan dalam skala 0-2.

3. Jaga agar bayi tetap hangat dan kering dengan cara ganti handuk atau kain yang

basah dan bungkus bayi dengan selimut serta pastikan kepala bayi terlindung

baik.

4. Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit :

a. Jika telapak bayi dingin periksa suhu aksila bayi.

b. Jika suhu kurang dari 36,50 C segrea hangatkan bayi.

5. Kontak dini dengan bayi

a. Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk :

b. Kehangatan yaitu untuk memperhatankan panas.

c. Untuk ikatan batin dan pemberian ASI.

d. Jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi bersama ibunya paling

sedikit 1 jam setelah persalinan (Marni, Kukuh, 2015).

6. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat di ikat, kenakan topi pada bayi dan bayi

diletakkan secara tengkurap di dada ibu, bayi akan merangkak mencari putting

susu ibu dan menyusui (Gavi, 2015).

7. Perawatan mata

Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk

pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat

mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan, yang lazim di

guanakn adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung di tetaskan

pada mata bayi segera setelah bayi lahir (Saifuddin, 2014).

11
1. Asuhan 24 jam Bayi Baru Lahir

Menurut Marni, Kukuh (2015) dalam waktu 24 jam bila bayi idak mengalami

masalah apapun, berikan asuhan berikut :

a. Lakukan pengamatan pernafasan, warna dan katifitas bayi.

b. Pertahankan suhu tubuh bayi

1) Hindarkan memandikan bayi minimal 6 jam dan hanya setelah itu jika tidak

terdapat masalah medis serta suhunya 36,50C atau lebih.

2) Bungkus bayi dengan kain yang kering atau hangat.

3) Kepala bayi harus tertutup.

c. Pemeriksaan fisik bayi

Butir-butir penting saat pemeriksaan fisik bayi :

1) Gunakan tempat yang hangat dan bersih.

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa gunakans arung tangan dan

bertindak lebih lembut pada saat menangani bayi.

3) Lihat, dengar dan rasakan setiap daerah mulai dari kepala sampai jari-jari

kaki.

4) Jika ada fakto resiko dan masalah minta bantuan lebih lanjut jika diperlukan.

5) Rekam hasil pengamatan.

d. Berikan Vit K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena difesiensi vitamin

K pada bayi baru lahir.

e. Identifikasi Bayi.

f. Penyuluhan Bayi Sebelum Pulang.

2. Asuhan 2-6 Minggu Bayi Baru Lahir

Pada hari ke 2-6 setelah persalinan ada hal-hal yang perlu diperhatikan pada

bayi yaitu :

12
a. Minum

Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh)

dan tentu saja lebih berarti menyusui kehendak bayi atau kebtuhan bayi setiap 2-

3 jam (paling sedikits etiap 4 jam), bergantian pada payudari kiri dan kanan.

Pemberian ASI saja cukup pada periode usia 0-6 bulan. Kebutuhan gizi baik

kualitas dan kuantitas terpenuhi dari ASI saja tanpa makanan atau minuman

lainnya, pemberian makanan lain akan menganggu produksi ASI dan

mengurangi kemampuan bayi mengisap.

b. Buang air besar

Proses bayi dua hari pertama setelah persalinan biasanya terbentuk seperti

teratau aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan.

Menurut dr. Waldi Nurhamzah, SPA umumnya warna feses bayi dapat

dibedakan menjadi kuning, coklat, hijau, merah dan putih atau keabuan normal

atau tidaknya sistem pencernaan bayi saat dideteksi dari warna-warna feses

tersebut.

1) Feses kuning : normal (ASI penuh yaitu foremik/ASI depan dan milik

ASI/belakang).

2) Feses hijau : normal (tidak boleh terus menerus karena bayi banyak

mendapat foremik saja).

3) Feses merah : disebabkan oleh tetesan darah yang menyertai.

4) Feses yang berwarna abu-abu waspada (dapat mengangu ke hati)

c. Buang air kecil

Bayi baru lahir cenderung sering BAK 7-10 x sehari jika urine pucat, kondisi ini

menunjukkan masukan cairan yang cukup.

13
d. Tidur

Dalam 2 minggu setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi baru lahir

sampai 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari.

e. Kebersihan kulit

Muka, pantan dan tali pusat bayi perlu di bersihkan secara teratur, selalu

mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

f. Keamanan

Jangan sekali-sekali meniggalkan bayi tanpa ada yang menunggu, hindari

pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI.

C. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam 47

pemberian pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan

masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir

melalui tindakan logika dalam memberi pelayanan (Varney, 2007).

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut helenvarney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan

14
informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan

kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah aktual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah.

Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai

pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa

yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan

sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh

bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial

yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien

dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru

segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan

15
klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang

relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus

dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh

bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini

dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus

mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada klien. (Varney, 2007).

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup

nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan

yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan 50

16
sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.

(Salmah, 2016: 171).

D. Evidence Based Midwifery Pada Kasus

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray,

1997).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,

2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

17
a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan

obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu

beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti

memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula

yang public domain.

a. Sari, L. L., & Gusnidarsih, V. (2019). Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat

Bayi Baru Lahir Antara Kassa Kering Dan Kompres Alkohol. Jurnal

Kebidanan Besurek, 4(1), 22-29.

Perawatan tali pusat merupakan salah satu tindakan asuhan kebidanan

yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan

mencegah terjadinya infeksi. Ada beberapa cara perawatan tali pusat yaitu

membiarkan tali pusat kering sendiri, menggunakan kasa kering,

18
menggunakan kompres Alkohol dan menggunakan topical Air Susu Ibu

(ASI).

Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan menyebutkan terdapat 20

kematian bayi ditahun 2018, 1 kasus disebabkan infeksi dimana 1 kasus

infeksi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Tapi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan lama pelepasan tali pusat bayi baru

lahir dengan perawatan kassa kering dan kompres alkohol di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Tapi Kabupaten Bengkulu Selatan. penelitian ini

menggunakan Rancangan penelitian analitik dengan pendekatan prospektif.

Populasinya adalah semua bayi baru lahir dengan jumlah sampel 30

orang. Analisa dilakukan dengan uji independent t-test. Hasil penelitian

didapatkan Bayi yang mendapatkan perawatan tali pusat dengan kassa kering

dengan lama pelepasan tali pusat yang relatif cepat yaitu 10 orang (66,7%).

Bayi yang mendapatkan perawatan tali pusat dengan kompres alkohol

dengan lama pelepasan tali pusat yang relatif lambat yaitu 8 orang (53,3%).

Nilai t-test (6,327)>Ttabel(1,70113)dan Sig.

b. Efektifitas Perawatan Tali Pusat Dengan Kassa Alkohol Dan Kassa Steril

Terhadap Waktu PutusnyaTali Pusat Di Klinik Rona Sihotang Tembung Dan

Klinik Keliat Klumpang Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2018 (Fitriyani

Pulungan dan Khairiza)

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan

dan angka kematian adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang

efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat pada bayi. Segala

macam bentuk infeksi merupakan hal yang menakutkan bagi ibu yang

memiliki bayi baru lahir. Penelitian ini Pulungan ini bertujuan untuk

19
mengetahui efektifitas perawatan tali pusat dengan memakai kassa alkohol

dan kassa steril terhadap waktu putusnya tali pusat, dapat mengetahui lama

perawatan tali pusat dengan memakai kassa alkohol dan kassa steril.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian yang berjudul

“Efektifitas Perawatan Tali Pusat dengan Kassa Alkohol dan Kassa Steril

terhadap Waktu Putusnya Tali Pusat di Klinik Rona Sihotang dan Klinik

Keliat Klumpang Hamparan Perak Tahun 2018” dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1) Lama putusnya tali pusat menggunakan kassa alkohol di Klinik Rona

Sihotang, secara mayoritas lama putusnya tali pusat responden termasuk

pada waktu >7 hari.

2) Lama putusnya tali pusat menggunakan kassa steril di Klinik Keliat

secara mayoritas lama putusnya tali pusat responden termasuk pada

waktu < 7 hari

3) Perbandingan efektifitas perawatan tali pusat dengan memakai kassa

alkohol dan kassa steril terhadap waktu putusnya tali pusat bayi, bahwa

perawatan tali pusat lebih efektif memakai kassa steril dari pada

memakai kassa alkohol terhadap waktu putusnya tali pusat bayi.

c. Dry Care Versus Antiseptics for Umbilical Cord Care: A Cluster

Randomized Trial (Guen, et all, 2019)

Di antara 8698 peserta, omphalitis terjadi pada 3 dari 4293 (0,07%) bayi

baru lahir dalam kelompok perawatan kering dan tidak satupun dari 4404

bayi baru lahir dalam kelompok perawatan antiseptik (perbedaan kasar: 0,07;

95% interval kepercayaan: -0,03 hingga 0,21).

20
Infeksi neonatal lanjut, apresiasi orang tua terhadap kesulitan dalam

perawatan, dan waktu pemisahan tali pusat tidak berbeda secara signifikan

antara kedua kelompok.

Hasil penelitian ini tali pusat kering tidak kalah dengan penggunaan

antiseptik dalam mencegah omphalitis pada bayi baru lahir cukup bulan di

negara maju. Oleh karena itu, penggunaan antiseptik dalam perawatan tali

pusat tidak diperlukan, membatasi, dan mahal di negara berpenghasilan

tinggi dan dapat diganti dengan perawatan kering.

d. Umbilical cord separation time, predictors and healing complications in

newborns with dry care (Madina, 2020)

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu pemisahan tali

pusat, prediktor, dan komplikasi penyembuhan sejak lahir sampai bayi baru

lahir berumur satu bulan.

Desain: Sebuah studi analitik observasional longitudinal kuantitatif

dengan sampel acak bertingkat diadopsi.

Tempat: Rumah sakit sistem kesehatan masyarakat di Spanyol selatan

dan di rumah bayi yang baru lahir.

Peserta: Antara April 2016 dan Desember 2017, penelitian ini

melibatkan 106 neonatus yang lahir setelah usia kehamilan 35-42 minggu

yang tali pusarnya disembuhkan dengan air dan sabun dan kemudian

dikeringkan serta bayi baru lahir tanpa kanalisasi pusar yang ibunya

menikmati kehamilan berisiko rendah.

Metode: Prosedur pengumpulan data terdiri dari dua blok: dari lahir

hingga saat pelepasan tali pusat dan dari pemisahan tali pusat hingga bulan

pertama kehidupan bayi baru lahir. Waktu pemisahan tali pusat diukur dalam

21
menit; karakteristik sosio-demografis dan klinis diukur dengan kuesioner,

dan diameter luar tali pusat diukur menggunakan kaliper stainless-steel

elektronik dan trailing roller.

Hasil: Rerata waktu pemisahan umbilikus: 6,61 hari (±2,33, IC

95%:6,16-7,05). Insiden omphalitis adalah 3,7%; granuloma adalah

8,6%. Prediktor waktu pemisahan adalah kekambuhan mengompol, berat

lahir, antibiotik intrapartum, musim kelahiran, dan Apgar <9 (R2 = 0,439 F:

15,361, p <0,01).

Kesimpulan: Temuan ini mendukung rekomendasi Organisasi

Kesehatan Dunia: perawatan tali pusat kering adalah praktik aman yang

segera melepaskan tali pusat, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang

dipelajari yang akan bervariasi lama waktu sampai tali pusat terlepas.

e. The Use of Alcohol versus Dry Care for the Umbilical Cord in Newborns: A

Systematic Review and Meta-analysis of Randomized and Non-randomized

Studies (Hassan Al-Shehri, 2019)

Perawatan tali pusat yang tidak memadai pada neonatus merupakan

faktor risiko penting yang dapat dimodifikasi dari infeksi tali pusat, sepsis,

dan kematian neonatal, terutama di negara-negara dengan sumber daya

terbatas. Perawatan tali pusat kering dan alkohol 70% umumnya digunakan

di beberapa negara berkembang. Ada kebutuhan untuk menyelidiki

kemanjuran dan keamanan dari kedua perawatan tali pusat untuk mencapai

hasil terbaik pada neonatus selama periode kritis kehidupan ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan antara

perawatan tali pusat kering dan aplikasi topikal alkohol 70% untuk

perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dalam hal waktu pemisahan tali

22
pusat (CST) serta kejadian omphalitis, sepsis, dan kematian

neonatal. Analisis dilakukan hingga April 2019 di MEDLINE, Cochrane

Library, Embase, Scopus, dan Google Cendekia untuk memasukkan uji

klinis acak (RCT) dan eksperimen semu yang menyelidiki setidaknya dua

kelompok bayi yang menerima perawatan tali pusat kering atau alkohol

70%. Perbedaan rata-rata (MD) dan interval kepercayaan 95% (CI)

digunakan untuk menganalisis data berkelanjutan, sedangkan rasio risiko

(RR) dan 95% CI digunakan untuk menganalisis variabel

dikotomis. Sebanyak 13 artikel dimasukkan (4967 bayi, 50,35% perempuan,

enam RCT). Penggunaan alkohol secara signifikan terkait dengan CST yang

lebih lama (MD = 1,93 hari, 95% CI: 0,80, 3,06) dengan heterogenitas yang

signifikan di antara penelitian (I Sebanyak 13 artikel dimasukkan (4967 bayi,

50,35% perempuan, enam RCT). Penggunaan alkohol secara signifikan

terkait dengan CST yang lebih lama (MD = 1,93 hari, 95% CI: 0,80, 3,06)

dengan heterogenitas yang signifikan di antara penelitian (I Sebanyak 13

artikel dimasukkan (4967 bayi, 50,35% perempuan, enam RCT).

Penggunaan alkohol secara signifikan terkait dengan CST yang lebih

lama (MD = 1,93 hari, 95% CI: 0,80, 3,06) dengan heterogenitas yang

signifikan di antara penelitian (I2 = 97%) sementara tidak ada perbedaan

signifikan yang ditemukan pada risiko omphalitis. Di sisi lain, perawatan tali

pusat dikaitkan dengan risiko bau busuk pada tali pusat/jaringan sekitarnya

(RR = 0,49, 95% CI: 0,28, 0,85) dan peningkatan risiko kolonisasi E-coli

(RR = 0,75, 95% CI: 0,57, 0,98). Perawatan tali pusat kering adalah cara

sederhana dan efektif untuk memperpendek CST, terutama di negara-negara

dengan sumber daya terbatas. Namun, mengingat keterbatasan studi yang

23
disertakan, RCT masa depan dengan kualitas metodologis yang lebih tinggi

diperlukan. Heterogenitas yang signifikan antara studi adalah keterbatasan

studi disertakan.

f. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan Lama

Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir (Reni, 2018)

Perawatan tali pusat adalah kegiatan merawat tali pusat bayi setelah tali

pusat dipotong sampai sebelum lepas. Teknik perawatan yang salah dapat

mempengaruhi lama pelepasan tali pusat hingga infeksi tetanus neonatorum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perawatan tali pusat

terbuka dan kasa kering dengan lama pelepasan tali pusat pada bayi baru

lahir.

Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cohort. Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Besar sampel 80

bayi yaitu 40 bayi kelompok kasus dilaksanakan di Puskesmas Gajahan dan

40 responden kelompok kontrol dilaksanakan di Rumah Sakit Amanah Ibu

dan Anak yang memenuhi kriteria retriksi. Perawatan tali pusat sebagai

variabel bebas dan lama pelepasan tali pusat sebagai variabel terikat. Teknik

pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan rekam medik

responden. Teknik analisis data menggunakan Chi-Square.

Hasil: Responden kelompok kasus berjumlah 40 bayi dengan lama

pelepasan tali pusat 1-7 hari sebanyak 31 bayi dan 9 bayi yang >7 hari.

Responden kelompok kontrol berjumlah 40 bayi dengan lama pelepasan tali

pusatnya 1-7 hari sebanyak 38 bayi dan 2 bayi yang >7 hari. ρvalue (0.023)

< α (0.05) maka Ha diterima. Simpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan

24
antara perawatan tali pusat terbuka dan kasa kering dengan lama pelepasan

tali pusat pada bayi baru lahir.

25
BAB III
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI

RS/PUKESMAS/BPS : RSUD H.Abdul Manap PJ. Ruangan :


NOMOR RM : 28.83.13.2022

Tanggal pukul masuk : 17-11 2022


PENGKAJIAN BAYI Tanggal/Pukul Pengangkajian : 19-11 2022
09.25 WIB
Mahasiswa : Novalina Pembimbing : Yuli Suryannti, M.keb
NIM : PO. 71242220076
A ANAMNESIA ( DATA SUBJEKTIV)
1. BIODATA
Nama bayi : By. Ny. S Umur/tgl lahir : 1 jam /17-11- 2022 Jenis kelamin : L

Nama ibu : Ny. S Nama suami : Tn. S


Umur : 30 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : RT.04 suka karya Alamat : RT.04 suka karya

Status Pernikahan : Nikah


Penaggung Jawab
Nama klie/ibu : Tn. S
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : RT.04 suka karya
No. Telp/HP : -
Hubungan dengan klien : Ayah

26
2. Riwayat kelahiran :
P2A0H2 Usia kehamilan : aterm
Anak ke : 2 , dari 2 saudara, (hidup 2, meninggal 0 )
Jenis persalinan :  Spontan √ Vakum ekstrasi √ Fosep ekstrasi √ Bedah sesar
Indikasi : tidak ada

Pemeriksaan antenatal di : RS PKM RB BPM Rumah


Teratur / Tidak
Tanpa pemeriksaan

Tgl. Lahir :9/01/2022 Pukul : 08.25 WIB


Nilai Apgar : 9/10 BB : 3000 gram TB : 50 cm
Jenis Kelamin : L P
Kelahiran : Tunggal Kembar
Usia dalam kandungan : aterm preterm : minggu post-term : mg

Penyakit ibu selama kehamilan :


Tensi tinggi DM Anemia HIV / AID Lain-lain tidak ada

Komplikasi kehamilan
Pre eklampsia Perdarahan Ante Partum Lain-lain : tidak ada
Riwayat psikososial
Anak diharapkan : ya tidak, alasan
Bonding : ya tidak, alasan
Pemberian ASI : Segera setelah kelahiran

Nutrisi
ASI PASI Jumlah cc Lain-lain

Cara pemberian : Langsung dari payudara botol pipet sendok

Eliminasi

BAK : 3x/24 jam (ganti popok) segera setelah lahir belum tidak ada
Lain-lain
BAB : 1 x/24 jam mekonium cair-cair lembek padat
Kuning keju Kuning kehijauan lain-lain
Istirahat/tidur/aktivitas
Nyenyak menangis keras merintih sering menangis melengking

√   √

27
4. DATA OBYEKTIF (PEMERIKSAAN FISIK )

Keadaan Umum : baik


Tingkat kesadaran : lemah lethargie
3
Tanda-tanda vital : P P : 26 x/mnt N : 120x/.mnt S:36,6 0C

 sekarang : 3000 Kg
BB Turgor : baik kurang jelek
Kulit : normal sianosis pucat jaundice, hari ke
Keriput mengelupas lain-lain
 Tanda lahir : tidak ada

oLanugo : tidak ada sedikit banyak

oFerniks kaseosa : tidak ada sedikit banyak
oRambut kepala : bersih kotor kaptut suksedaneum sefalhema

oFontanela anterior : lunak datar menonjol cekung
 Lingkar kepala : 38 cm lain-lain
Mata : normal kelainan bentuk
Secret berlebihan perdarahan/sekhimosis, lokasi
 Seklera ikterik
Muka : tdk. Tanpak kelainan paralysis,lokasi
 Sembab kebiruan ikterik
Hidung : tdk. Tanpak kelainan asimetris lain-lain

Mulut : Mukosa : lembab kering lain-lain
Refleks :
 Mencari : kuat lemah tidak ada
Mengisap :  kuat lemah tidak ada
Menelan :  kuat lemah tidak ada

5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : tidak dilakukan
Lain-lain : tidak dilakukan

SUMBER DATA
 Ibu lain-lain : -

CATATAN (hal-hal lain yang perlu dicatat, tetapi belum tercantum di format)

C. Diagnosa atau masalah

Bayi baru lahir normal umur 1 jam


Masalah : tidak ada

28
PERENCANAAN
Nama : Bayi Ny. S N0. RM : 28.83.13 Ruang : Rawat Gabung
Umur : 1 jam Tanggal : 17-11-2022 Kelas : 2
PERENCANAAN RASIONALISASI PARAF
1. Informed consent 1. Dengan melakukan informed
consent ibu dapat mengerti dan
mengetahui tindakan apa saja
yang akan diberikan
2. Segera lakukan IMD pada bayi 2. Dengan dilakukan nya IMD dapat
selama 1 jam merangsang produksi ASI dan
mempercepat proses involusi
3. Anjurkan ibu tetap menyusui bayin uteri
ya 3. Anjurkan ibu tetap menyusui
bayinya agar merangsang
pengeluaran hormon oksitosin
4. Observasi keadaan bayi dan TTV b
sehingga ASI dapat keluar lancar
ayi
4. Dengan observasi TTV maka
5. Jaga kehangatan bayi
terpantau keadaan bayi
5. Agar bayi tidak mengalami
6. Berikan bounding attachment hipotermi
antara ibu dan bayinya 6. Dengan bounding attachment
dapat menumbuhkan hubungan
kasih saying dan keterikatan batin
antara ibu dan bayinya sehingga
timbul rasa saling mencintai satu
7. Meminta support dari suami dan
sama lain
keluarga
7. Dengan adanya support dari
suami dan keluarga dapat
memotivasi ibu memberikan Asi
8. Beri vit K di paha kiri bayi ekslusif untu bayinya

9. Beri imunisasi HB0 di paha kanan 8. Mencegah perdarahan pada otak


bayi 1 jam kemudian bayi

29
10. Enam jam berikutnya ajarkan ibu
dan keluarga cara memandikan 9. Mencegah penyakit hepatitis
bayi yang benar
10. Agar ibu dan keluarga
11. Beritahu ibu cara perawatan tali mengetahui cara memandikan
pusat bayi yang benar

12. Beritahu ibu cara teknik menyusui


yang benar 11. Agar ibu mengetahui cara
perawatan tali pusat yang benar

13. Beritahu ibu tanda bahaya BBL


12. Agar ibu mengetahui cara

14. Lakukan pendokumentasian menyusui yang benar

13. Agar ibu mengetahui tanda


bahaya pada BBL
14. Dengam melakukan
pendokumentasian bidan akan
memiliki arsip dan data pasien
secara lengkap dan akurat

30
CATATAN PELAKSANAAN
NAMA : By.NY. S NO. RM : 28.83.13 RUANG : Rawat Gabung

UMUR : 1 jam TANGGAL : 17-11-2022 KELAS : 2


Diagnosis/masalah
Bayi umur 1 jam/ bayi rewel

TANGGA CATATAN PELAKSANAAN NAMA &


L / Pkl. PARAF
17-11- 2022 1. Informed konsen
9.30 WIB 2. Melakukan IMD pada bayi selama 1 jam
3. Melakukan observasi bayi dan ttv bayi
N : 120/menit, S:36,4 c, P : 44x/menit
4. Menjaga kehangatan bayi
5. Memberikan bounding attachment antara ibu dan bayi
6. Meminta support keluarga agar Asi ekslusif tercapai
7. Memberikan injeksi vit k pada paha sebelah kiri bayi ini be
rguna untuk mencegah perdarahan otak pada bayi
8. Memberikan vaksin HB O di paha kanan bayi 1 jam setelah
vit K untuk mencegah penyakit hepatitis
9. Mengajarkan ibu dan keluarga cara memandikan bayi
setelah 6 jam
10. Mengajarkan ibu perawatan tali pusat dengan
menggunakan kassa steril tanpa diberi ramuan apapun
11. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar
12. Mengajarkan ibu tanda bahaya BBL
13. Melakukan pendokumentasian

31
EVALUASI
NAMA : By.NY. S NO. RM : 28.83.13 RUANG : Rawat Gabung

UMUR : 1 Jam TANGGAL : 17-11 2022 KELAS : 2


Diagnosis/masalah
Bayi umur 1 jam/ tidak ada

TANGGA CATATAN EVALUASI NAMA &


L / Pkl. PARAF
17-11 2022 1. IMD telah dilakukan selama 1 jam
10.20 WIB
2. Ibu mengetahui keadaan umum bayi dalam keadaan hangat
3. Bayi sudah diberi IMD
4. Bayi dalam keadaan hangat
5. Terjalin bounding attachment antara ibu dengan bayinya
6. Suami dan keluarga memberikan support pada ibu untuk
memberikan Asi ekslusif untu bayinya
7. Bayi telah diberi vit k
8. Bayi telat imunisasi HB 0
9. Ibu mengetahui cara menyusui yang benar dengan
menggunakan kasa steril tanpa diberi apapun
10. Ibu mengetahui tanda bahaya BBL
11. Ibu mengetahui cara perawatan tali pusat
12. Dokumentasi telah dilakukan

32
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA : By. Ny. S NO RM : 28.83.13 PAV : Rawat Gabung
UMUR : 3 hari TANGGAL : 20-11-2022 KELAS : 2
Diagnosa : Bayi baru lahir 3 hari
Masalah : tidak ada
SOAP Nama
S O A P dan paraf
Ibu mengatakan k/u : baik Bayi baru lahir 1. Informed consent
bayinya nadi : 120x/i 3 hari 2. Jelaskan keadaan umum bayi
menyusui dengan RR : 42x/i 3. Anjurkan ibu tetap menjaga
0
kuat Suhu : 36,6 C kehangatan bayi
4. Jelaskan tentang perawatan
Anus (+) bayi baru lahir
BAB (+) 5. Anjurkan ibu untuk
BAK (+) memberikan ASI ekslusif
6. Anajarkan teknik menyusui
yang benar
7. Ajarkan ibu teknik menyusui
yang benar
8. Jelaskan pada ibu tentnag tanda
bahaya pada bayi baru lahir
9. Ajarkan ibu tentang cara
merawat tali pusat dengan
menggunakan kasa kering
tanpa diberi apapun
10. Pendokumentasian
Evaluasi :
1. Ibu memberikan persetujuan
atas tindakan yang dilakukan
2. Ibu mengetahui keadaan umum
bayi dalam keadaan hangat
3. Ibu mengerti tentang perawatan
bayi baru lahir
4. Bayi dalam keadaan hangat
5. Terjalin bounding attachment
antara ibu dengan bayinya
6. Suami dan keluarga tetap
memberikan support agar ibu
memberikan Asi ekslusif
7. Ibu mengetahui cara menyusui
yang benar
8. Ibu mengetahui tanda bahaya
BBL
9. Ibu mengetahui cara perawatan
tali pusat
10. Dokumentasi telah dilakukan

33
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA : By. Ny. S NO RM : PAV :
UMUR : 8 hari TANGGAL : 25-11-2022 KELAS :
Diagnosa : Bayi baru lahir 8 hari
Masalah : tidak ada
SOAP Nama
S O A P dan paraf
Ibu mengatakan k/u : baik Bayi baru lahir 1. Informed consent
bayinya nadi : 120x/i 8 hari 2. Jelaskan keadaan umum bayi
menyusui dengan RR : 42x/i 3. Anjurkan ibu tetap menjaga
0
kuat Suhu : 36,6 C kehangatan bayi
4. Jelaskan tentang perawatan bayi
Anus (+) baru lahir
BAB (+) 5. Anjurkan ibu untuk
BAK (+) mmemberikan ASI ekslusif
6. Anajarkan teknik menyusui
yang benar
7. Ajarkan ibu teknik menyusui
yang benar
8. Jelaskan pada ibu tentnag tanda
bahaya pada bayi baru lahir
9. Melihat keadaan tali pusat bayi
10.Beritahu ibu tentang jadwal
imunisasi
11.Pendokumentasian

Evaluasi :
1. Ibu memberikan persetujuan
atas tindakan yang dilakukan
2. Ibu mengetahui keadaan umum
bayi dalam keadaan hangat
3. Ibu mengerti tentang perawatan
bayi baru lahir
4. Bayi dalam keadaan hangat
5. Terjalin bounding attachment
antara ibu dengan bayinya
6. Suami dan keluarga tetap
memberikan support agar ibu
memberikan Asi ekslusif
7. Ibu mengetahui cara menyusui
yang benar
8. Ibu mengetahui tanda bahaya
BBL
9. Tali pusat lepas pada hari ke 6
dengan keadaan baik
10. Ibu telah mengatahui jadwal
imunisasi
11. Dokumentasi telah dilakukan

34
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang perawatan bayi baru lahir dengan kajian teori

jurnal /Evidence Based Kebidanan (EBM).

Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada empat

program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita

pendek (stunting), pengendalian penyakit menular dan pengendalian penyakit tidak menular.

Untuk memudahkan pembahasan maka penulis akan membahas berdasarkan Asuhan

Kebidanan 7 langkah Varney yaitu sebagai berikut:

A. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pengumpulan data dasar atau yang sering disebut dengan pengakjian merupakan

tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

keadaan kesehatan klien (Nursalam, 2008). Data dasar ini termasuk Riwayat kesehatan,

hasil pemeriksaan fisik, tinjauan catatan saat ini, riwayat catatan kesehatan lampau,

tinjauan singkat data penunjang dari laboratorium dan pemeriksaan tambahan lainnya

serta semua informasi dari berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien

(Varney, 2007). Dalam pengkajian diawali dengan memperkenalkan diri,

menyampaikan tujuan asuhan kebidanan pada ibu melalui anamnesis sesuai dengan

kebutuhan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien.

Pada tinjauan kasus disebutkan bahwa ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu

mengatakan bayinya menyusu dengan kuat. Hasil pemeriksaan objektif bayi dalam

keadaan normaal.

35
B. Langkah II : Interpretasi Data

Interpretasi data dikembangkan dari data dasar ke masalah atau disgnosa khusus

yang terindetifikasi. Masalah dan diagnose sama-sama dipakai karena beberapa masalah

tidak dapat didefinisikan sebagai diagnose tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk

membuat suatu perencanaan yang menyeluruh dalam penaganan pasien/klien (Varney,

2006)

Intepretasi data diambil dari hasil pengkajian yang sudah terkumpul dan

akhirnya akan muncul diagnose kebidanan dan masalah. Diagnosa kebidanan adalah

analisis data yang telah dikumpulkan tentang kondisi klien saat itu (Sofyan, dkk, 2003).

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari

hasil pengkajian atau menyertai diagnosa dan tetap membutuhkan penanganan (Varney,

2007). Berdasarkan pengumpulan data dasar pada kasus Bayi. K, ditegakkan diagnose

yaitu Bayi Baru Lahir normal. Masalah yang timbul dari hasil pengkajian tidak ada.

C. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Diagnosa/masalah Potensia adalah mengidentifikasi dengan hati-hati dan kritis

pada pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk

membantu klien mengatasi dan mencegah masalah yang spesifik (Varney, 2007).

Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lainnya berdasarkan masalah

yang sudah ada adalah suatu bentuk antisipasi/pencegahan yang dirasa perlu, serta suatu

bentuk kewaspadaan dan persiapan dalam menghadapi masalah/penyulit sehingga dapat

memberikan asuhan yang aman dan sesuai standar (Varney, 2007).

Pada kasus Bayi K, tidak ditemukannya diagnose/masalah potensial, hal ini

dikarenakan Bayi K merupakan bayi baru lahir dengan keadaan normal.

36
D. Langkah IV : Identifikasi dan Menetapkan kebutuhan yang memerlukan

Penanganan Segera

Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnose atau masalah potensial

dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin muncul sehubungan

dengan keadaan yang dialami ibu (Varney 2006).

Pada kasus Bayi K penerapan teori dan kasus di lahan praktik secara garis besar

terdapat persamaan dan tidak terjadi kesenjangan.

E. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/Menyeluruh

Dibuat berdasarkan diagnose yang muncul serta membantu klien mengatasi

masalah dan kebutuhannya. Membuat rencana asuhan yang komprehensif ditentukan

oleh langkah sebelumnya yaitu dari masalah dan diagnose yang sedang terjadi serta

mencakup bimbingan atau konseling yang berkaitan dengan masalah/kondisi pasien saat

itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan dan perubahan perilaku klien

sesuai harapan (Varney, 2007). Pada kasus Bayi K, rencana Asuhan Kebidanan yang

diberikan berdasarkan Diagnosa, masalah dan kebutuhan Ibu dalam perawatan bayi baru

lahir normal, namun penulis menekankan pada Perawatan tali pusat. Perawatan tali

pusat sangatlah penting karena ini dapat menjadi pintu masuk kuman yang

menimbulakan infeksi, bayi menjadi demam, jika tali pusat basah dan terbuka, bahkan

ada yang mengeluarkan bau busuk.

Asuhan kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Prasekolah pada

perawatan tali pusan adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru

lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi

infeksi pada tali pusat bayi.

37
F. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan/Implementasi

Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis, membuat suatu

keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini, pelaksanaan adalah melaksanakan

perencanaan asuhan yang menyeluruh. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan atau

oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh

bidan itu sendiri namun bidan tetap berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaannya

dan memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana (Varney, 2006).

Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk peningkatan sumber

daya manusia antara lain dengan jalan merawat tali pusat dengan kassa steril dan kering

tanpa diberi apapun yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya infeksi neonatorum

yang akhirnya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).

Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan

plasenta ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di perut

bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan

menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak menimbulkan

infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar. Cara merawatnya adalah sebagai

berikut:

1. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat. Membersihkan tali pusat

saat bayi tidak berada di dalam bak air. Hindari waktu yang lama bayi di air karena

bisa menyebabkan hipotermi.

2. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih dahulu.

Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering tanpa diolesi

dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang terkandung di dalamnya

dapat masuk ke dalam peredaran darah bayi dan menyebabkan gangguan

pertumbuhan kelenjar gondok.

38
3. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak karena dapat

menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.

4. Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa steril hingga tali

pusat lepas secara sempurna.

Hal ini sejalan dengan penelitian Pulungan (2018) dimana hasil yang diperoleh

pada penelitian yang berjudul “Efektifitas Perawatan Tali Pusat dengan Kassa Alkohol

dan Kassa Steril terhadap Waktu Putusnya Tali Pusat di Klinik Rona Sihotang dan

Klinik Keliat Klumpang Hamparan Perak Tahun 2018” didapatkan bahwa perawatan

tali pusat lebih efektif memakai kassa steril dari pada memakai kassa alkohol terhadap

waktu putusnya tali pusat bayi.

Pada kasus yang penulis temui di lahan praktik perawatan tali pusat juga

menggunakan kasa steril dan kering tanpa diberikan apapun. Hasilnya tali pusat bayi

lepas pada hari ke 6 setelah bayi lahir dan dalam keadaan baik.

Hal ini diperkuat oleh penelitian Guen, et all (2019) dimana berdasarkan hasil

peneitian di unit bersalin 6 universitas rumah sakit di Prancis Barat (Hopitaux

Universitaires du Grand Ouest). menyatakan bahwa tali pusat kering tidak kalah dengan

penggunaan antiseptik dalam mencegah omphalitis (Infeksi dari tali pusat ditandai

dengan adanya nanah, eritema perut, atau bengkak ) pada bayi baru lahir cukup bulan di

negara maju. Penggunaan antiseptik dalam perawatan tali pusat adalah oleh karena itu

tidak perlu, membatasi, dan mahal di negara-negara berpenghasilan tinggi dan mungkin

saja diganti dengan perawatan kering

Pada kasus Bayi A, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik kasus di

lahan karena secara garis besar pada langkah ini penerapannya sesuai dengan teori.

39
G. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dengan melakukan pengecekan apakah

rencana asuhan benar-benar terlaksana sesuai dengan identifikasi diagnose, masalah dan

kebutuhan (Varney, 2006). Dalam evaluasi diharapkan keadaan umum ibu baik dan ibu

merasa nyaman.

Pada evaluasi kasus Bayi K, kondisi Bayi baik dan pada akhir evaluasi di catatan

perkembangan ibu diketahui bahwa ibu dalam keadaan sehat dan baik. Pada langkah ini,

tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik kasus di lahan karena secara garis besar

terdapat persamaan.

40
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. S di RSUD

H.Abdul Manap, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. S, penulis telah mampu

melakukan pengkajian dengan baik. pengkajian tersebut didapat dari pengumpulan

data yaitu dari data subjektif dan objektif pasien di mana dari data pasien yaitu pasien

bayi baru lahir normal Ny. S dengan perawatan tali pusat. Data objektif dilihat dari

keadaan umum baik kesadaran composmentis dan TTV dalam batas normal.

2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa

kebidanan pada bayi Ny. S yang didapat dari data subjektif dan objektif dari hasil

pengkajian.

3. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak adanya diagnosa atau masalah potensial

yang mungkin akan terjadi pada bayi Ny. S dikarenakan pada kasus ini bayi Ny. S

merupakan bayi baru lahir normal.

4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak adanya tindakan segera terhadap bayi Ny.

S dikarenakan pada kasus ini bayi Ny. S merupakan bayi baru lahir normal.

5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan bayi Ny. S sesuai dengan

asuhan yang diberikan yaitu dengan memberikan informasi tentang perawatan tali

pusat dengan menggunakan kasa kering dan steril tanpa diberi apapun.

6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai dengan

rencana asuhan kebidanan yang diberikan.

7. Penulis telah mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

sesuai dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan

41
B. Saran

1. Bagi Penulis/ Mahasiswa

Penulis yang bertugas sebagai Bidan merupakan ujung tombak dalam menurunkan

AKI dan AKB sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan keterempilan dalam

memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dan berkualitas kepada masyarakat.

2. Bagi Lahan Praktik

Dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya perawatan tali pusat bayi baru

lahir dilakukan dengan menggunakan kasa kering dan steril tanpa diberi apapun.

3. Bagi Instutusi

Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan praktik

sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa dapat lebih

mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai dengan teori yang telah dipelajari.

42
DAFTAR PUSTAKA

Al-Shehri H. (2019). The Use of Alcohol versus Dry Care for the Umbilical Cord in
Newborns: A Systematic Review and Meta-analysis of Randomized and Non-
randomized Studies. Cureus, 11(7), e5103. https://doi.org/10.7759/cureus.5103Guen, G.,
& Launay, E. (2021). Dry Care Versus Antiseptics for Umbilical Cord Care : A Cluster
Randomized Trial. 139(1).

Jenny.2018. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir.Yogyakarta. Erlangga.

López-Medina, M. D., López-Araque, A. B., Linares-Abad, M., & López-Medina, I. M.


(2020). Umbilical cord separation time, predictors and healing complications in
newborns with dry care. PloS one, 15(1), e0227209.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0227209Mayerti, 2009.buku Ajar Neonatus bayi
dan balita. Yogyakarta Nuha Medika.

Nur.Muslihatun.2010.Asuhan neonatus bayi dan balita. Yogyakarta. Fitra


mayaPrawiharjdo.2012. Ilmu kebidanan. Jakarta

Reni, D. P., Nur, F. T., Cahyanto, E. B., & Nugraheni, A. (2018). Perbedaan perawatan tali
pusat terbuka dan kasa kering dengan lama pelepasan tali pusat pada bayi baru
lahir. PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya, 6(2), 7-13.Ronald
H.S.2016. Pedoman Perwatan Balita. Bandung:CV Nuansa Aulia.

Rukiyah, Ai yeyeh.2016. Asuhan Neonatus bayi dan anak balita.jakarta Trans info media

Sari, L. L., & Gusnidarsih, V. (2019). Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir
Antara Kassa Kering Dan Kompres Alkohol. Jurnal Kebidanan Besurek, 4(1), 22-
29.Sulistiawati.2015. Asuhan kebidanan Persalinan. Salemba Mesika. Jakarta.

Vidia.Atikah2016 Asuhan kebidanan pada neonatus dan balita dan anak Prasekolah.
Yogyakarta. Fitra Maya

Yusari,Asih.2016.Buku Ajar Dokumentasi kebidanan. Jakarta Trans Media

Stewart, D., Benitz, W., & Fetus, C. O. N. (2021). Umbilical Cord Care in the Newborn
Infant. 138(3). https://doi.org/10.1542/peds.2016-2149

43

Anda mungkin juga menyukai