Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI BALITA

PADA AN “D” DI RUANG POLI ANAK RSU DEWI SARTIKA


KOTA KENDARI

OLEH :

JIHAN
PFB23033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

2024
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : JIHAN

NIM : PFB23033

JUDUL : LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS

BALITA PADA AN “D” DI RUANG POLI ANAK RSU DEWI

SARTIKA KOTA KENDARI

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Bd. Via Zakiah S.ST, M.Keb


NIDN. 0923029401

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

hidayah dan izin-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik

Asuhan Kebidanan dengan tema “Laporan Praktik Asuhan Kebidanan

Fisiologi Balita Pada Ny ”A” Di Ruang Poli Anak RSU Dewi Sartika Kota

Kendari” tepat pada waktunya.

Laporan praktik Kebidanan ini merupakan salah satu rangkaian praktik

kebidanan holistic dalam rangka memenuhi persyaratan pendidikan profesi bidan.

Ucapan terima kasih Penulis haturkan kepada ibu Bd. Via Zakiah, S.ST., M.keb

selaku Pembimbing praktik Kebidanan dan dukungan yang telah diberikan selama

proses penyusunan laporan praktik kebidanan balita ini.

Penulis menyadari bahwa dalam praktik, pengkajian, konseling hingga

penyusunan laporan praktik ini penulis mengalami beberapa kendala atau

hambatan namun berkat bantuan berbagi pihak maka penyusunan laporan praktik

kebidanan balita ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Hj.Rosmawati Ibrahim, SST., MS., M.Kes selaku Ketua STIKes Pelita Ibu

dan penguji I

2. Kepala RSU Dewi Sartika Kota Kendari yang telah bersedia memberikan izin

melakukan praktik kebidanan balita di lingkup wilayah kerja hingga

selesai.

3. Sukmawati., SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

iii
iii
4. Kedua Orang tua atas curahan kasih sayang, kesabaran mendidik, dukungan

dan doanya kepada penulis

5. Kepala Ruangan dan Bidan di ruang Poli Anak RSU Dewi Sartika Kota

Kendari

6. Ibu Juli Purnama Hamudi, S.ST., M.Keb Selaku Penguji II

7. Responden yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membantu dalam

proses praktik kebidanan holistik

8. Teman seperjuangan mahasiswi Pendidikan profesi bidan angkatan V yang

telah membantu dan memberikan support dalam proses praktik dan

penyusunan laporan kebidanan balita ini

Laporan praktik Asuhan kebidanan fisiologis balita yang disusun ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar laporan praktik kebidanan holistik ini dapat bermanfaat.

Kendari, Maret

Penulis

iv
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2

C. Tujuan......................................................................................................... 3

D. Manfaat....................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Balita................................................................................. 5

B. Tinjauan Teori Demam.............................................................................. 8

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengkajian Asuhan Kebidanan ................................................................. 17

B. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan..................................................... 22

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 24

B. Saran.......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demam merupakan suatu gangguan yang sering terjadi pada bayi atau

anak. Anak dikatakan demam apabila suhu tubuh anak lebih dari 37 ℃. Suhu

tubuh normal pada manusia berkisar antara 36-37 ℃. Suhu tubuh anak yang

terus meningkat sering kali menjadi pengalaman yang menakutkan bagi orang

tua (Ismoedijanto, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020 mengemukakan

bahwa jumlah kasus demam di seluruh dunia mencapai 11-20 juta orang dan

diperkirakan antara 128.000-161.000 orang meninggal setiap tahunnya. Di

Indonesia diperkirakan antara 80.000-100.000 orang yang terkena demam

sepanjang tahun. Kasus demam diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 2-

19 tahun.

Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang

berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila

tindakan dalam mengatasi suhu tubuh tidak tepat dan lambat maka akan

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam

dapat membahayakan keselamatan anak, jika tidak ditangani dengan cepat dan

tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti hipertermi, kejang dan

penurunan kesadaran. Demam yang mencapai suhu 41°C angka kematiannya

mencapai 17%, pada suhu 43°C akan koma dengan kematian 70% dan pada

suhu 45°C akan meninggal dalam beberapa jam (Ismoedijanto, 2016).

1
2

Apabila demam tidak segera diatasi bisa terjadi kejang pada anak dan

membahayakan keselamatan anak, kejang yang berlangsung lebih dari 15

menit dapat mengakibatkan apneu,hipoksia,hipoksemia, asidosis, hipotensi

sehingga menyebabkan kelainan anatomis di otak dan terjadi epilepsi dan

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu (Wardiyah,

2016)

Dalam penanganan demam peran orang tua sangatlah penting dan

berpengaruh terhadap kesembuhan anak. Pengelolaan demam pada anak yang

terjadi di masyarakat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan yaitu berupa

selfmanagement, dan sampai yang serius dengan cara non selfmanagement

yang mengandalkan pengobatan pada tenaga medis. Untuk menurunkan

demam pada anak secara selfmanagement dapat dilakukan dengan cara

melakukan terapi fisik, terapi obat-obatan maupun kombinasi keduanya. Terapi

fisik seperti menempatkan anak dalam ruangan bersuhu normal, memberikan

minum yang banyak dan melakukan kompres (Plipat, 2018).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan pengkajian

kasus dengan judul “Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik

Balita Pada An. ’’D’’ Di RSU Dewi Sartika Kota Kendari”

B. Rumusan Masalah

Melakukan Pengkajian Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik Balita Pada

An.“D” Di RSU Dewi Sartika Kota Kendari.


3

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan asuhan kebidanan fisiologi holistic balita pada An.“D”

di RSU Dewi Sartika Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan

objektif pada An. “D” fisiologi balita di RSU Dewi Sartika Kota

Kendari.

b. Menginterpretasikan data klien meliputi diagnosis, masalah, dan

kebutuhan khusus pada An.“D” di RSU Dewi Sartika Kota Kendari.

c. Menyusun rencana tindakan pada An.”D” di RSU Dewi Sartika Kota

Kendari.

d. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada An.“D” di RSU Dewi

Sartika Kota Kendari.

D. Manfaat

1. Bagi Profesi Bidan

Kajian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan panduan bagi

tenaga kesehatan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan serta

meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan dalam melakukan

tindakan.

2. Bagi Mahasiswa

Kajian ini dapat menjadikan sumber informasi dan bahan bacaan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang asuhan kebidanan terkait balita.


4

3. Bagi Klien dan Masyarakat

Kajian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu tentang

demam pada balita dan bagaimana penanganannya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Balita

1. Definisi Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun

atau lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun. Balita

adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah

(3- 5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh pada orang tua

untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan

(Lusia, 2019).

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai

dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan

disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya

lebih banyak dengan kualitas yang tinggi Kesehatan seorang balita sangat

dipengaruhi oleh gizi yang terserat didalam tubuh kurangnya gizi yang

diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah terserang penyakit karena gizi

memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh (Widjaja, 2016).

Menurut WHO Balita adalah individu atau sekelompok individu dari

suatu penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2

tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun)

(kemenkes, 2020).

5
6

2. Karakteristik Balita

Menurut karakterisik, balita terbagi dalam dua kategori, yaitu anak usia

1- 3 tahun (batita) dan anak usia pra sekolah 3 – 5 tahun (balita). Anak usia

1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari

apa yang disediakan oleh ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar

dari masa usia pra sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang

relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil

dengan frekuensi sering karena perut balita masih kecil sehingga tidak

mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan (Proverawati &

Wati,2019).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Faktor yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi status

gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Beberapa faktor yang

melatarbelakangi kedua faktor tersebut, misalnya faktor ekonomi dan

keluarga (Proverawati & Wati,2019).

a. Ketersediaan dan Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan

merupakan cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola

konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan

sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah

satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi. Penyebab masalah

gizi yang pokok di tempat paling sedikit dua pertiga dunia adalah

kurang cukupnya pangan untuk pertumbuhan normal, kesehatan dan


7

kegiatan normal. Kurang cukupnya pangan berkaitan dengan

ketersediaan pangan dalam keluarga. Tidak tersedianya pangan dalam

keluarga yang terjadi terus menerus akan menyebabkan terjadinya

penyakit kurang gizi.

Gizi kurang merupakan keadaan yang tidak sehat karena tidak

cukup makan dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya jumlah makanan

yang dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas dapat

menurunkan status gizi. Apabila status gizi tidak cukup maka daya

tahan tubuh seseorang akan melemah dan mudah terserang infeksi

b. Infeksi

Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan dua hal yang

saling mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai

menurun dan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat

berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain

adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat gizi. Infeksi yang

menyebabkan diare pada anak dapat mengakibatkan cairan dan zat gizi

di dalam tubuh berkurang. Terkadang orang tua juga melakukan

pembatasan makan akibat infeksi yang diderita sehingga menyebabkan

asupan zat gizi sangat kurang sekali bahkan bila berlanjut lama dapat

mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

c. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan

yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah


8

bahan makanan. Status gizi yang baik penting bagi kesehatan setiap

orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Pengetahuan

gizi memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan

pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai

keadaan gizi yang seimbang.

d. Higiene Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak lebih

mudah terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi

status gizi. Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air

bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan

peralatan makan pada setiap keluarga. Semakin tersedia air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari, maka semakin kecil risiko anak terkena penyakit

kurang gizi.

B. Tinjauan Teori Demam

1. Pengertian Demam

Demam merupakan keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu

suhu tubuh di atas 38º Celsius. Demam adalah kondisi terjadinya

peningkatan pengaturan suhu di bagian hipotalamus sehingga suhu tubuh

dapat berada di atas suhu normal. Demam bukan salah satu dari penyakit,

tetapi kondisi ini merupakan gejala dari adanya suatu penyakit. Demam

adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal akibat adanya infeksi

atau peradangan yang dapat di tandai dengan anak rewel, lemas, dan pucat

(Ismoedijanto, 2016).
9

2. Penyebab Demam

Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau

oleh adanya ketidakseimbangan antara produksi panas dan

pengeluarannya. Kemampuan anak untuk beraksi terhadap infeksi dengan

timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur.

Semakin muda umur bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah set-

point dan memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat

tanpa disertai dengan gejala demam (Ismoedijanto, 2016).

Secara garis besar, ada dua kategori demam yang sering kali diderita

oleh anak balita (dan manusia pada umumnya) yaitu demam noninfeksi

dan demam infeksi (Widjaja, 2016)

a. Demam non infeksi

Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh

masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam noninfeksi jarang

terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam

non-infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa

sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-

infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan

degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres,

atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat

misalnya leukimia dan kanker darah (Widjaja, 2016).


10

b. Demam infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan

patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil

lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke

dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui

makanan, udara, atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan

penyebab demam infeksi karena saat melalukan imunisasi berarti

seseorang telah dengan sengaja memasukan bakteri, kuman atau virus

yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan tujuan membuat

balita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit

yang dapat menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan demam

pada anak antara lain yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik, 12

morbili atau measles atau rubella, demam berdarah, TBC, tifus dan

radang paru-paru (Widjaja, 2016).

3. Fatofisiologi Demam

Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan,

oleh karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi

makin lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien

mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk

mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume

darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin

(Ismoedijanto, 2016).
11

Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung

dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi

terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan

ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi.

Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 41 ℃,

terutama pada jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan

tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak, terjadinya kejang,

koma sampai kelumpuhan. Kerusakan otot yang terjadi berupa

rabdomiolisis dengan akibat terjadinya mioglobinemia (Ismoedijanto,

2016).

4. Klasifikasi Demam

Menurut (Lusia, 2019) ada beberapa klasifikasi demam antara lain :

a. Demam septic

Demam ini ditandai dengan suhu tubuh yang berangsur-angsur naik

ke tingkat yang sangat tinggi pada malam hari dan kembali di atas

normal pada pagi hari. Demam ini juga dapat ditandai dengan badan

menggigil dan berkeringat.

b. Demam Remiten atau Demam Berulang

Demam ini dapat menurun setiap hari tetapi pernah mencapai suhu

tubuh normal. Kemungkinan penyebab suhu yang diukur bisa

mencapai dua derajat, tidak sebesar perbedaan suhu yang tercatat pada

demam septik.
12

c. Demam Intermiten

Suhu tubuh turun menjadi normal selama beberapa jam sehari. Jika

demam terjadi setiap dua hari dapat disebut tersiana, dan jika demam

terjadi dua hari disebut kuatana.

d. Demam Kontinu

Pada siang hari suhu tidak berubah lebih dari satu derajat. Demam

tinggi yang terjadi secara terus-menerus dapat disebut hiperpireksia.

e. Demam Siklis

Demam ini terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang

diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian

diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

5. Klasifikasi Derajat Demam

Menurut Lusia (2019) pengukuran melalui ketiak peningkatan suhu

atau demam berdasarkan derajat peningkatan temperature dibedakan

sebagai berikut:

a. Demam rendah : 37,2 – 38,3℃

b. Demam sedang : 38,3 – 39,5℃

c. Demam tinggi : >39,5℃

Suhu oral berdasarkan derajat peningkatan temperature dibedakan

sebagai berikut:

a. Demam rendah : 37,7 – 38,8℃

b. Demam sedang : 38,8 – 40℃

c. Demam tinggi : >40℃


13

6. Komplikasi Demam

Menurut (Pangestu, 2021) komplikasi akibat demam antara lain :

a. Dehidrasi

Anak dengan demam tinggi bisa mengalami dehidrasi yang

mengakibatkan peningkatan pengeluaran cairan seperti muntah atau

asupan cairan yang kurang akibat anoreksia.

b. Hipoksia

Pada anak demam tinggi dapat terjadi peningkatan laju nadi dan

nafas, pola yang membuat asupan oksigen dan pengeluaran karbon

dioksida tidak efektif. Oleh karena itu, penderita penyakit jantung,

penyakit paru paru, dan anemia kronis harus mempertimbangkan

pemberian oksigen.

c. Hipoglikemia

Anak dengan demam tinggi dan gizi buruk dapat mengalami

penurunan kadar gula darah, yang jika tidak ditangani dapat

menyebabkan hipoglikemi berat.

d. Kejang demam

Sering terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Serangan

kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama dan berlangsung singkat

dan tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak merusak otak.

7. Penanganan Demam

Menurut (Widjaja, 2016) penanganan terhadap demam bisa dilakukan

dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis ataupun


14

kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk

menangani demam pada anak:

a. Tindakan Farmakologis

Tindakan farmakologis untuk menangani demam pada anak bisa.

Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan anntipiretik sesuai anjuran

dokter atau tenaga kesehatan . penggunaan antipiretik berupa :

1) Paracetamol merupakan obat pilihan pertama yang bisa digunakan

saat anak demam untuk menurunkan suhu subuh. Paracetamol bisa

diberikan dengan jarak 4-6 jam dari jarak pemberian sebelumnya.

Pemberian paracetamol bukan untuk menormalkan suhu tubuh

tetapi untuk menurunkan suhu tubuh.

2) Ibuprofen adalah obat penurun demam yang juga memiliki efek

anti peradangan. Ibuprofen adalah pilihan kedua pada saat demam.

Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak 6-8 jam dari jarak

pemberian sebelumnya.

b. Tindakan Non Farmakologis

Terapi non farmakologi menurut (Widjaja, 2016) dapat dilakukan

dengan bebrapa cara yaitu:

1) Berikan kompres hangat pada tubuh, tidak hanya pada dahi tetapi

diarea lipatan lipatan tubuh seperti ketiak dan leher. Tindakan

kompres hangat ini dapat mengurangi suhu tubuh yang tinggi.

2) Lebih baik anak tidak diselimuti dengan selimut yang tebal karena

dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh, tetapi jika anak


15

menggigil dapaat menyelimuti dengan selimut yang bisa menyerap

keringat.

3) Istirahat dirumah atau diruangan dengan ventilasi yang baik. Dapat

menggunakan kipas angin atau alat pendingin udara sesuai dengan

toleransi tubuh.

4) Minum air putih yang banyak. memberikaan minum air putih yang

banyak (memberikan cairan) dapat meningkatkan adanya penguapan

cairan yang berlebih melalui keringat.

5) Meningkatkan asupan cairan diantaranya pemberian sari buah, susu,

dan sup hangat yang bening.

6) Periksa keadaan suhu tubuh setiap empat jam sekali dengan alat

penguruh suhu tubuh atau termometer.

7) Usahakan makan seperti biasa meskipun nafsu makan berkurang.

Bila tiidak mau makan, maka tubuh akan terasa lemas.

8) Memakai pakaian yang tipis agar panas bisa keluar dengan mudah.

Suhu yang sangat tinggi lebih dari 38C suhu rektal pada anak –

anak bisa menyebabkan kejang demam.

BAB III
16

ASUHAN KEBIDANAN

PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK


BALITA PADA AN “D” DI RUANG POLI ANAK RSU DEWI
SARTIKA
KOTA KENDARI

No. register : 213156


Tanggal masuk : 03 Januari 2024 Jam 09:00 Wita
Tanggal pengkajian : 03 Januari 2024 Jam 09.30 Wita
Nama pengkaji : Jihan

IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. IDENTITAS

Identitas Anak Identitas Ibu/Ayah

Nama : An. D Nama : Ny. A / Tn. N

Tanggal Lahir : 02-08-2020 Umur : 27 Th /28 Th

Umur : 3 Tahun 5 Bulan Suku : Tolaki/Tolaki

Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam

Agama : Islam Pendidikan : S1 / S1

Anak Ke : 1 (satu) Pekerjaan : IRT / Swasta

Alamat : Teplan

B. DATA SUBJEKTIF

Seorang ibu dating Bersama anaknya ke RSU Dewi Sartika Kota Kendari

mengatakan anaknya sakit dengan keluhan lemas, menggigil dan tubuh

terasa panas sejak 2 hari yang lalu.

16
17

1. Riwayat keluhan

a. Pasien mengatakan susah tidur karena badan terasa berat dan panas

b. timbul sejak : 2 hari yang lalu

c. usaha mengatasi keluhan : kompres dan minum obat sanmol 3x1

d. Sifat keluhan sering

2. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak menderita penyakit menular dan

keturunan (TBC), penyakit kronis seperti jantung, dan penyakit genetic

seperti diabetes.

3. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar:

a. Pola Nutrisi

Kebiasaan :

1) Frekuensi makan : 2x sehari ( pagi dan malam )

2) Jenis makanan : Nasi, ikan, telur, tahu, tempe, sayur-sayuran,

buah–buahan, dan kadang– kadang susu.

3) Kebutuhan cairan : ± 7 – 8 gelas sehari

Perubahan selama sakit :

1) Frekuensi Makan : 1 kali sehari dengan porsi sedikit

2) Frekuensi Minum : 2-3 gelas sehari

b. Kebutuhan eliminasi BAB / BAK

Kebiasaan :

1) Frekuensi : 4 - 5 x sehari

2) Warna : Kekuningan
18

3) Bau khas : Khas Amoniak

4) Tidak ada gangguan pola BAK dan BAB

Perubahan selama sakit : BAB dan BAK hanya 2-3 kali sehari.

c. Kebutuhan Personal Hygiene

Kebiasaan :

1) Mandi 2–3 x sehari dengan menggunakan sabun

2) Menggosok gigi setiap kali mandi dan sebelum tidur

3) Genitalia dibersihan setiap kali selesai BAB, BAK dan pada saat

mandi

4) Pakaian diganti setiap kali selesai mandi dan setiap kali kotor

5) Kuku kaki dan tangan di potong setiap 2 minggu sekali

Perubahan selama sakit : selama sakit personal hygiene anak kurang

baik

d. Istirahat / Tidur

Kebiasaan :

1) Istirahat / tidur siang : ±1 jam ( pukul 14.00 -16. 00 wita)

2) Istirahat / tidur malam : ± 8 jam ( pukul 21.00 - 05.00 wita).

Perubahan selama sakit : tidur siang hanya 1 jam dan saat malam tidur

terganggu karena sering bangun dan badan terasa lemas

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : lemah

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tinggi Badan : 80 Cm
19

d. Berat Badan : 12 Kg

e. Tanda – tanda vital

1) Tekanan darah : 90/60 mmHg

2) Nadi : 80×/ menit

3) Suhu : 38,9ºC

4) Pernapasan : 20×/ menit

5. Pemeriksaan Head To Toe

a. Kepala : Rambut hitam tampak bersih, tidak rontok , tidak ada ketombe

tidak teraba benjolan / massa disekitar kepala anak

b. Wajah : Ekspresi wajah pucat, sembab, tampak berkeringat dan tidak

ada oedema.

c. Mata : Simetris kiri dan kanan, kunjungtiva merah muda, sclera tidak

icterus dan penglihatan normal.

d. Hidung : Simetris kiri dan kanan / tidak ada secret, tidak ada epistaksis,

tidak ada polip, tidak ada benjolan dan penciuman normal

e. Mulut : Bibir lembab, tidak ada sariawan, gigi tampak bersih, tidak ada

caries dan gigi tanggal, lidah tampak bersih.

f. Telinga : Simetris kiri dan kanan tidak ada pengeluaran cairan, tidak

ada benjolan dan pendengaran normal

g. Leher : Tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid

h. Dada : Pasien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan.

i. Abdomen : Pasien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan.


20

j. Ekstremitas atas dan bawah

1) Atas: Simetris kiri dan kanan tidak ada oedema, kuku tampak bersih,

tidak pucat dan tidak sianosis.

2) Bawah: reflex patella (+), simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema.
21

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI


BALITA PADA AN “D” DI RUANG POLI ANAK RSU DEWI
SARTIKA
KOTA KENDARI

No. register : 213156


Tanggal masuk : 03 Januari 2024 Jam 09:00 Wita
Tanggal pengkajian : 03 Januari 2024 Jam 09.30 Wita
Nama pengkaji : Jihan

A. IDENTITAS

Identitas Anak Identitas Ibu/Ayah

Nama : An. D Nama : Ny. A / Tn. N

Tanggal Lahir : 02-08-2020 Umur : 27 Th /28 Th

Umur : 3 Tahun Suku : Tolaki/Tolaki

Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam

Agama : Islam Pendidikan : S1 / S1

Anak Ke : 1 (satu) Pekerjaan : IRT / Swasta

Alamat : Teplan

Subjektif (S)

Seorang ibu dating bersama anaknya ke RSU Dewi Sartika Kota Kendari

mengatakan anaknya sakit dengan keluhan lemas, menggigil, dan tubuh terasa

panas sejak 2 hari yang lalu.


22

Objektif (O)
21
Keadaan Umum: Lemah, Tinggi Badan: 80 Cm, Berat Badan: 12 Kg, Tekanan

darah: 90/60 mmHg, Nadi: 80×/ menit, Suhu: 38,9ºC, Pernapasan: 20×/ menit,

tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik.

Assesment (A)

Balita dengan Febris

Planning (P)

Tanggal : 03 Januari 2024 Pukul : 09.30 Wita

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

2. Berkolaborasi dengan dokter dalam penganan Tindakan :

(Pasang Infus RL 9 tpm dan Paracetamol tablet 250 mg/ 8 jam)

3. Memberikan Health Education ( HE ) tentang :

a. Makan makanan bergizi seimbang

b. Istrahat yang cukup

c. Kompres air hangat

d. Memberikan pakaian tipis dan menyerap keringat

e. Menganjurkan konsumsi air putih yang cukup

4. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pengkajian Asuhan Kebidanan Anak yang telah dilakukan pada tanggal 03

Januari 2024 dengan mengumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien kemudian

melakukan pemeriksaan yang digunakan sebagai data objektif, melakukn

interpretasi data untuk mengetahui kebutuhan yang perlu dipersiapkan berupa

konseling lalu membuat diagnosa dan asuhan penatalaksanaan berdasarkan

kasus yang didapat yang keseluruhannya dibuatkan pendokumentasian asuhan

kebidanan anak dalam bentuk SOAP.

B. Saran

1. Untuk klien

Diharapkan untuk para orang tua agar mejaga pola hidup anak untuk

menjaga tumbuh kembang anak tetap baik.

2. Untuk lahan praktik

Asuhan yang diberikan pada klien sudah baik dan hendaknya bidan

lebih menekankan pada konseling bahaya pada anak jika tidak di tangani

lebih cepat.

3. Untuk institusi Pendidikan

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya pembelajaran

tentang penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih

ditingkatkan dan dikembangkan untuk menjadi tenaga professional.

23
23
DAFTAR PUSTAKA

Ismoedijanto, I. (2016) “Demam pada Anak,” Sari Pediatri, 2(2), hal. 103. doi:
10.14238/sp2.2.2000.103-8.
Kemenkes, (2020). Status Gizi Balita dan Interaksinya. Kalimantan.Sehat
Negriku
Lusia (2019) Mengenal Demam dan Perawatannya Pada Anak. Airlangga
University Press.
Plipat, N, H and WR, A. (2018). The Febrile child In Pediatric, In New York.
Proverawato, A dan Wati, E, K. 2019. Ilmu Gizi Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Wardiyah, A., Setiawati and Romayati, U.(2016). Perbandingan Efektifitas
Pemberian Kompres Hangat dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Anak yang Mengalami Demam di Ruang Alamanda RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2015, Jurnal Kesehatan Holistik, 10(1),pp.36 – 44.
Widjaja, M. C. (2016) Mencegah & Mengatasi Demam pada Balita. Ciganjur:
Kawan Pustaka.
WHO. (2020). World Health Statistics.

24

Anda mungkin juga menyukai