Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “A” USIA 5 TAHUN DENGAN


DEHIDRASI AKIBAT DIARE DENGAN TINDAKAN PEMASANGAN
INFUS DI KLINIK VARIAN MEDIKA

Disusun Oleh:

SISCA ARINA

23159010055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2023/2024

1
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan Laporan Pendahuluan sebagai Salah Satu Persyaratan dalam


penyelenggaraan Praktik Stase Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang Tahun 2023

Tangerang, September, 2023

Mengetahui :

Pembimbing Stase Pembimbing Lahan/CI

( Eka Mardiana Afrilia, SST., Bd., MKM ) ( Esteria Nissan Polycarpus, SST)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan pada Stase
Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Penulisanan
laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Bayi, Balita dan Anak Prasekolah yang merupakan salah satu mata kuliah
yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi bidan. Dalam penyusunan
laporan pendahuluan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Imas Yoyoh, S.Kp., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Tangerang
2. Catur Erty Suksesty, Bd., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang
3. Eka Mardiana Afrilia, SST., Bd., MKM selaku Dosen Pembimbing
Institusi
4. Esteria nissan polycarpus, SST selaku Pembimbing Lahan

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh


dari kesempurnaan dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk
dan saran serta kritik dari berbagai pihak. Akhir kata semoga hasil laporan ini
memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Tangerang, Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR RPENGESAHAN................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

3. Tujuan ....................................................................................................... 2

4. Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II LAPORAN KASUS ......................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 7

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 12

1. Kesimpulan ................................................................................................ 14

2. Saran .......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama
pada anak-anak. Kurang lebih 80% kematian yang berhubungan dengan diare
terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.Penyebab utama kematian pada diare
adalah karena dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit (Sodikin,
2011).Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan
(10,4%), laki-laki (7,0%), tinggal di daerah perkotaan (6,7%), dan kelompok
kuintil indeks kepemilikan terbawah (7,8%) (Santoso dkk, 2013).
Insiden diare balita di Provinsi Jawa Tengah adalah 5,0 persen (Santoso,
2013). Penyakit diare masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa
Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit diare.
Pada tahun 2011, jumlah kasus diare di 35 kabupaten/kota di Jawa
Tengah sebanyak 839.555 penderita. Dengan cakupan penemuan penyakit diare
sebesar 48,5%, Data selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa cakupan
penemuan diare masih di bawah target yang diharapkan yaitu sebesar 80%,
Incidence Rate (IR) sebesar 1,95% dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar
0.021%. Pada tahun 2012 cakupan penemuan dan penanganan diare sebesar
42,66 lebih rendah dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 57,9% (Mafazah, 2013).
Menurut Riskesdas Provinsi Jawa Tengah, insiden diare balita di
Boyolali berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 6,5 % (kisaran Provinsi 3,2 %
- 13 %), yang dimana angka tersebut pada tinggi dibandingkan dengan Provinsi
Jawa Tengah 5 % (Santoso dkk, 2013).
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya terlihat sehat (Yusuf, 2011), dengan pengeluaran feses yang tidak
normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus
dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar (Dewi, 2010).
Komplikasi yang dapat terjadi jika pasien dehidrasi karena diare adalah
renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipotoni otot, kelemahan, bradikardia, dan
perubahan pada pemeriksaan EKG, hipoglikemia, kejang, malnutrisi energi
protein (Dewi, 2010). Penyakit diare dapt menyebabkan kematian jika dehidrasi
2

tidak diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien diare karena usus
bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut
didalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau
dehidrasi (Mardayani, 2014).
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam study kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan
kebidanan pada anak “a” dengan dehidrasi akibat diare dengan tindakan
pemasangan infus “

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu menangani pasien dengan dehidrasi
akibat diare dengan melakukan melaksanakan tindakan pemasangan infus
pada anak “A” di klinik Varian medika dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan pendokumentasian SOAP.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat mengkaji data pasien,
2) Mahasiswa dapat melakukan tindakan sesuai dengan langkah –
Langkah.
3) Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang akan dilakukan.
D. Manfaat Penulisan
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan yang
berharga bagi instansi kesehatan khususnya Di klinik varian medika dan bagi
institusi Universitas Muhammadiyah Tangerang Jurusan Kebidanan
merupakan bahan informasi mengenai teknik pemasangan infus dengan
dehidrasi
2) Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman berharga bagi
peneliti dalam memperluas wawasan keilmuan dalam melaksanakan
penelitian sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan tugas
keterampilan dasar kebidanan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang Tahun
2022.
3
BAB II
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “A” USIA 5


TAHUN DENGAN DEHIDRASI AKIBAT DIARE DENGAN
TINDAKAN PEMASANGAN INFUS DI KLINIK VARIAN
MEDIKA

No. Register : 2045


Hari/Tanggal : Kamis , 21 september 2023
Jam : 17.00 WIB
Tempat : klinik varian medika

Data Subjective
Nama : an. a
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 5 thn
Alamat : cikande permai blok T4 No.22
Keluhan : ibu mengatakan anak mengalami diare 5x dalam sehari, badan
terlihat lemas, tidak mau makan dan minum.
Riwayat penyakit : Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit anak dan
keluarga

Data Objective
Pemeriksaan TTV dan Antopometri
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
N : 98x/m
S : 36,60C
R : 22 x/m.
Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi : Rambut hitam,tidak rontok,tidak ada ketombe
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
5

b. Muka
Inspeksi : Tidak simestris,tidak pucat
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi : Simetris,tidak katarak,tidak juling,refleks pupil baik
Palpasi : Sedikit cengkung
d. Hidung
Inspeksi : Simetris,dan tidak ada kotoran
Palpasi : Tulang hidung normal tidak ada sekret
e. Telinga
Inspeksi : Tidak ada cairan yang keluar
Palpasi : Simestris,tidak ada benjolan
f. Mulut
Inspeksi : Tidak ada perdarahan di gusi,bibir tidak pucat
Palpasi : Tidak kering,dan tidak pecah - pecah
g. Leher
Inspeksi : Tidak ada kelenjar limfe
Palpasi : Tidak ada pembekakan tyroid
h. Dada
Inspeksi : Tampak simestris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
i. Abdomen
Inspeksi : Tampak simestris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
j. Kulit
Inspeksi : Sedikit kotor dan tidak ada tergores
Palpasi : Tidak oedem, tidak ada nyeri tekan
k. Ekstremitas
Ekstemitas atas : Jari lengkap, tidak oedem, tonus otot baik.
Ekstremitas bawah : Jari lengkap, tidak oedem, tonus otot baik.
l. Genetalia
Tidak di kaji
6

Analisis Data
Diagnosis: an”a” usia 5 tahun dengan dehidrasi akibat diare
Perencanaan Asuhan
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan anaknya
Hasil pemeriksaan an “ a ” antara lain :
K/U ; TTV : baik
S : 36,6 C
N : 98x/menit
RR : 22 x/menit.

2. Informed consent, persetujuan Pasien mengatakan setuju dan bersedia


untuk dilakukan tindakan pemasangan infus pada anaknya
3. Melakukan pemasangan infus
a. Persiapan alat dan obat atau cairan infus
1) Set infus yang steril
2) Cairan infus sesuai kebutuhan
3) IV Cather / Wings Needle / Abocath sesuain yang di butuhkan
4) Perlak
5) Plester
6) Tourniquet
7) Gunting
8) Bengkok
9) Handscoon yang steril
10) Kassa steril
11) Kapas alkohol / alkohol
12) Betadin
13) Tiang infus
b. Prosedur pemasangan infus sesuai SOP :
1. Sebelum menyentuh tubuh pasien, perawat atau dokter mencuci
tangan terlebih dahulu agar steril dari kuman dan bakteri
2. Pasien mendapatkan penjelasan tentang kandungan infus yang
akan diberikan serta efek samping dan sensasi yang akan
dirasakan.
7

3. Pemasangan infus sesuai SOP adalah pasien dalam keadaan


berbaring
4. Menyambungkan botol cairan infus dengan selang kemudian
digantungkan pada standar infus.
5. Menentukan area vena yang akan ditusuk kemudian memasang
alas dibawahnya
6. Area vena yang akan ditusuk dipasangkan tourniquet kurang
lebih 15 cm diatas area.
7. Memakai sarung tangan
8. Area yang akan ditusuk dibersihkan dengan kapas alkohol atau
alcohol swab.
9. Tusukan jarum ke dalam vena menghadap ke jantung.
10. Pastikan jarum IV masuk ke vena kemudian dan lepaskan
tourniquet.
11. Sambungkan jarum dengan selang infus.
12. Tutup area yang ditusuk dengan kassa dan berikan plester untuk
mempertahankan letak jarum.
13. Aturan kecepatan tetesan infus sesuai kebutuhan
14. Memasang label tindakan yang berisi nama, tanggal serta jam
pelaksanaan.
15. Bereskan alat dan memberitahukan kepada pasien bahwa
prosedur sudah selesai.
16. Cuci tangan serta terus melakukan observasi dan evaluasi akan
respon pasien.
Evaluasi Asuhan
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya
2. Ibu bersedia untuk dilakukan tindakan pemasangan infus pada
anaknya
3. Anak “a” telah di lakukan tindakan pemasangan infus
BAB Ill

PEMBAHASAN

Ny. “ b” datang ke klinik varian medika bersama anaknya


dengan keluhan anak diare kurang lebih 5x dalam sehari, badan
terlihat lemas, dan tidak anak tidak mau makan.

Berdasarkan hasil anamnesis yang di lakukan tidak ada riwayat


penyakit anak dan keluarga .
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada
pada anak “a” didapatkan hasil pemeriksaan Nadi : 98 x/menit,
Suhu : 36,6 C, Respirasi : 22 x/menit.
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada an “a”
didapatkan hasil Kepala : Simetris tidak ada pembengkakan,
Muka : Simestris, tidak ada luka dan kelainan, Abdomen : Tidak
ada pembengkakan, aukultasi normal dan tidak ada nyeri tekan,
Ekstermitas : Jari lengkap dan tidak ada kelainan, Genitalia :
tidak dikaji. Kemudian untuk pemeriksaan penunjang tidak ada.
Analisis data yang dapat disimpulkan berdasarkan pengkajian
dari data subjektif dan data objektif adalah an “a” usia 5 tahun
dengan dehidrasi akibat diare.
Melakukan perencanaan asuhan seperti, memberitahu
ibu hasil pemeriksaan anaknya. Melakukan Informed consent,
persetujuan Pasien untuk dilakukan tindakan pemasangan infus
pada anaknya. Melakukan pemasangan infus. Setelah pasien
setuju untuk dilakukan pemasangan infus Persiapan alat dan obat
atau cairan infus seperti : Set infus yang steril,Cairan infus sesuai
kebutuhan,IV Cather / Wings Needle / Abocath sesuain yang di
butuhkan, Perlak, Plester, Tourniquet, Gunting, Bengkok,
Handscoon yang steril, Kassa steril, Kapas alkohol / alkohol
swab, Betadine, dan Tiang infus.
Pencegahan terhadap terjadinya dehidrasi saat diare di
harapkan ibu banyak mengkonsumsi air putih, makan makanan
bergizi seperti sayur dan buah.
9

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair, dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila BAB sudah lebih
dari 3 kali sedangkan neonatus 4 kali buang air besar (Dewi, 2010).

Pengeluaran feses dinilai berlebih bila sudah mencapai lebih dari 200
ml/m luas permukaan badan (Suratmaja, 2007).

Diare terjadi saat isi saluran cerna didorong melalui usus dengan cepat,
dengan sedikit waktu untuk absorbsi makanan yang dicerna, air dan elektrolit.
Feses yang dihasilkan menjadi encer biasanya hijau, dan berisi lemak yang tidak
dicerna, karbohidrat yang tidak dicerna, dan sejumlah protein yang tidak dicerna
kehilangan air dapat terjadi hingga sepuluh kali dari kecepatan normal kehilangan
air, ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi bersama kehilangan natrium,
klorida, bikarbonat dan kalium. Diare yang menyebabkan dehidrasi dapat
menyebabkan syok hipovolemik dan dapat mengancam jiwa pada bayi dan anak
yang masih kecil (Axton,2013).

Dehidrasi adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan


defisiensi cairan dan elektrolit. Dehidrasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya kekurangan cairan dan kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein
dan klorida atau natrium). Kelebihan asupan zat terlarut dapat menyebabkan
ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebih serta pengeluaran keringat yang
banyak dan dalam waktu yang lama (Saputra, 2013).

Menurut pedoman MTBS (2008) cit Rekawati (2013) gejala yang sering
muncul pada anak dehidrasi ialah mata cekung, malas minum, cubit kulit perut
kembali lambat. Menurut Sodikin (2011) gejala ubun-ubun cekung, tonus otot
dan turgor kulit berkurang, mukosa bibir kering.

Konsistensi feses cair, berlendir, warna feses berubah menjadi kehijau-


hijauan bercampur empedu. Pada studi kasus pasien mengalami masalah muntah
pada saat diare yang dimana ada pada teori Sodikin (2011).Muntah dianggap
sebagai suatu cara perlindungan alamiah dari tubuh terhadap zat-zat yang
merangsang (Lolopayung, 2014). Menurut Wong (2009), berat badan yang turun
dan kulit yang pucat merupakan gejala yang muncul saat anak diare disertai
dehidrasi.
10

Menurut Axton (2014) kekurangan volume cairan dan elektrolit adalah


penurunan jumlah

volume cairan yang bersirkulasi. Diagnosa ini menunjukkan adanya


dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan natrium dan
elektrolit(Wilkinson, 2011). Pasien mengalami dehidrasi terlihat dari tanda-tanda
dan catatan input dan outputnya. Pasien mengalami dehidrasi dikarenakan usus
bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di
dalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan
(Mardayani,2014).

Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam


memelihara fungsi tubuh dan homeostatis (Tarwoto, 2015). Elektrolit ada di
seluruh cairan tubuh (Saputra, 2013),elektrolit merupakan komponen yang berada
baik dalam cairan intrasel maupun ekstrasel.Ketidakseimbangan satu atau lebih
komponen elektrolit akan terjadi mekanisme pertahanan homeostatis (Tarwoto,
2015).

Derajat keparahannya dehidrasi dibagi menjadi tiga, yaitu: dehidrasi


ringan tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari berat badan, dehidrasi sedang
tubuh kehilangan cairan sebesar 5-10% dari berat badan. Serum natrium dalam
tubuh mencapai 152-158 mEq/L. Dehidrasi berat tubuh kehilangan cairan sebesar
lebih dari 10 % dari berat badan (Saputra, 2013).

Pada pasien ini terjadi dehidrasi dengan kategori ringan karena


penurunan berat badan awal 5,5 kg menjadi 5,3 kg (3,64% penurunan berat
badan). Pengeluaran urine jika pasien mengalami dehidrasi ringan urine keluar
normal, dehidrasi sedang pasien mengalami oliguria, dan dehidrasi berat pasien
mengalami anuri (Sodikin, 2011).

Natrium digunakan untuk keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan


kontraksi otot. Gangguan elektrolit natrium jika <135 mmol/L dinamakan
Hiponatremia. Kalium berfungsi untuk kontraksi otot. Gangguan elektrolit
kalium jika <3,5 mmol/L dinamakan Hipokalemia. Dua gangguan elektrolit
tersebut disebabkan karena diare (Tarwoto, 2015).
11

Pada pasien ini yang terjadi adalah Natrium 131 mmol/L rendah (135-
148), Kalium 3,2 mmol/L rendah (3,5-5,3). Pemberian infus D ¼ NS 16 tpm (Per
5 mL mengandung : Natrium 38.5 meg/Liter, Klorida 38.5 meg/Liter, Dextrose
50 gram/Liter (NaCl 2.25 gram, water for injeksion 1.000 mL).Osmolaritis : 355
mOsm/Liter.) digunakan untuk mengatur konsentrasi cairan tubuh. Infus tersebut
adalah larutan yang mempunyai osmolaritas lebih besar dari plasma darah
(Tarwoto,2015).

Pada pasien dengan kasus ini sesuai dengan teori. Natrium awal pasien
adalah 131 mmol/L menjadi 135 mmol/L. Pemberian oralit pada pasien diare
MTBS (2008), oralit adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida
(NaCl), Kalium Klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat
(Mardayani, 2014), digunakan untuk meningkatkan keseimbangan elektrolit dan
pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang tidak normal (Wilkinson,
2011).Oralit sendiri diberikan untuk menganti cairan dan elektrolit dalam tubuh
yang hilang karena diare (Mardayani, 2014). Walaupun air penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum biasa yang dikonsumsi tidak mengandung garam
dan elektrolit yang diperlukan saat diare dengan dehidrasi, untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh maka diberikan oralit
(Wulandari, 2013).

Dari tanda-tanda dehidrasi saat hari terakhir, dehidrasi berkurang.untuk


mempertahankan Pemberian Zinc yang berfungsi untuk proses pertumbuhan dan
diferensiasi sel, sintesis DNA serta menjaga stabilitas dinding sel. Beberapa
penelitian di Bangladesh, India, Brazil dan Indonesia melaporkan pemberian
suplementasi zinc menurunkan prevalensi diare serta menurunkan morbiditas dan
mortalitas penderita diare (Mardayani, 2014).Pada pasien ini sesuai dengan teori
karena, feses yang keluar dapat berubah dari konsistensi cair menjadi berampas
dan yang awalnya BAB 10 x menjadi 2 x. Mekanismenya adalah, memperbaiki
atau meningkatkan absorbsi air dan elektrolit dengan cara mengurangi kadar air
dalam lumen usus yang menghasilkan perbaikan pada konsistensi feses.
Perbaikan konsistensi feses akan dapat mengurangi frekuensi BAB yang timbul
sehingga hal tersebut dapat mempersingkat lama diare(Lolopayung, 2014).
12

Memurut MTBS, pemberian tablet Zinc selama 10 hari. Cara pemberian


tablet zinc adalah, larutkan tabletdengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
(tablet akan larut – 30 detik), segera berikan kepada pasien. Apabila pasien
muntah sekitar setengah jam setelah pemberian tablet zinc, ulangi pemberian
dengan cara memberikan potongan obat lebih kecil dilarutkan beberapa kali
hingga satu dosis penuh. Ingatkan ibu untuk memberikan tablet zinc setiap hari
selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti. Bila anak dehidrasi berat
dan memerlukan cairan infus, tetapi berikan tablet zinc segera setelah pasien bisa
minum atau makan.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan berbentuk
cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare
bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus
dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar (Dewi, 2010).
Menurut pedoman MTBS (2008) cit Rekawati (2013) gejala yang
sering muncul pada anak dehidrasi ialah mata cekung, malas minum,
cubit kulit perut kembali lambat. Menurut Sodikin (2011) gejala
muntah dapat terjadi pada saat diare. Ada juga dengan gejala ubun-
ubun cekung, tonus otot dan turgor kulit berkurang, mukosa bibir
kering. Konsistensi feses cair, berlendir, warna feses berubah menjadi
kehijau-hijauan bercampur empedu.
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan
dalam memelihara fungsi tubuh dan homeostatis. Elektrolit ada di
seluruh cairan tubuh, elektrolit merupakan komponen yang berada
baik dalam cairan intrasel maupun ekstrasel. Ketidakseimbangan satu
atau lebih komponen elektrolit akan terjadi mekanisme pertahanan
homeostatis. Pemberian Zink yang berfungsi untuk proses
pertumbuhan dan diferensiasi sel, sintesis DNA serta menjaga
stabilitas dinding sel. Beberapa penelitian di Bangladesh, India, Brazil
dan Indonesia melaporkan pemberian suplementasi zink menurunkan
prevalensi diare serta menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita
diare.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan seperti pemberian oralit
Zinc, infus ringer laktat, memonitor tanda-tanda vital, mencatat input
dan outputyang dilakukan dalam waktu 1x12 jam ada perubahan
tanda-tanda dehidrasi yang berkurang dan diare dari 5x menjadi 2x
dan yang awalnya berlendir menjadi berampas.
14

2. Saran
a. Lahan Praktek
Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan
mutu pelayanan dan bisa menerapkan tindakan sesuai teori.
b. Institusi
Institusi pendidikan sebagai tempat untuk mencari ilmu,
diharapkan dapat menjadi tempat pengembangan ilmu khususnya
tentang asuhan kebidanan pada anak usia 5 tahun dengan dehidrasi
yang sering dijumpai dalam lahan praktek.
c. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih memahami asuhan kebidanan pada
anak usia 5 tahun dengan dehidrasi akibat diare yang sering
dijumpai dilahan praktek.
15

DOKUMTEASI KEGIATAN
16

DAFTAR PUSTAKA

Axton , Sharon, dan Terry. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan


Pediatrik. Jakarta: EGC.
Cas Lo, Christine.2021. Intravenous Madication Administration : what to
know.
DepKes RI. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta.
Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun ( 2018 ). Prosedur Perawatan
Infus Intravena
Ellis,Mary Ellen, 2017. Intravenous Fluid Regulation.
Eprints.umbjm.ac.id pertama kali diindeks oleh google pada July 2018
https://eprints.umbjm.ac.id/1084/4/BAB%202.pdf
Hidayati,et al. ( 2018 ). Definisi pemasangan infus
https://aido.id/amp/healt-articles/perlu-diketahui-begini-cara-
memasang-infus-yang-baikdan-benar/detail#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16705768023714&referrer= https
%3A%2F%2Fwww.google.com.
KemenKes, RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta.
Mubarak,et al. ( 2018 ). Tujuan pemasangan infus / Terapi intravena.
Maryiunani,( 2018 ). Pemasangan infus intravena.
Mafazah, Lailatul. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal
Hygiene Ibu Dan Kejadian Diare. KEMAS 8 (2) (2013) 176-
182.
Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika.
Nur, Arif, A. H., dan Hardika. 2013. Nanda NIC NOC: Jilid I. Yogyakarta:
Media Action.
Nuryanto et al. ( 2018 ). Pemasangang infus untuk pemberian hidrasi
inravena.
17

Purnamasari, Hani dkk. 2011.Pengaruh Suplementasi Seng dan Prebiotik


Terhadap Kejadian Diare Berulang. Sari Pediatri, Vol. 13,
No. 2, Agustus 2011.
Santoso, Budi, dkk. 2013. Kementrian Kesehatan RI, Pokok-pokok Hasil
Riskesdas Provinsi Jawa Tengah 2013. Jakarta: Lembaga
penerbitan Badan Litbangkes.
Saputra, Lyndo. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia.
Tangerang: Binarupa Aksara.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak; Gangguan Sistem
Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak: untuk Perawat dan bidan: Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Suratmaja, Sudaryat. 2007.Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Denpasar: CV. Sagung Seto
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, M. Judith, Nancy R. Ahern,. 2011. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan: Edisi 9: Edisi
Revisi. Jakarta: EGC Wong, Donna L.2009. Buku Ajar Keperawatan
pediatrik. Edisi 6.Jakarta:EGC
Wulandari Ade. 2013. Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan
Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare Pada Anak Balita.
Journal of Chemical Information and Modeling. vol. 53
Yusuf Sulaiman. 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari
Pediatri, Vol. 13, No. 4,

Anda mungkin juga menyukai