Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


PRIMIGRAVIDA DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RS TK II dr. A.K.GANI PALEMBANG
TAHUN 2021

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


1. SITI FATIMAH 20201078P
2. TITIK SUGIARTI 20201081P
3. VERA ANGGRAINI 20201083P
4. WINIK MERIYANTI 20201084P
5. YENI HARTATI 20201085P
6. YUHANA 20201086P
7. NURJANI RASYID 20201095P

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021
LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan ini Telah Disahkan Oleh Pembimbing Praktek Kliik Kebidanan


Diploma IV Kebidanan Universitas Kader Bangsa Palembang

Palembang, Tanggal Februari 2021

Preseptor

(Ns. SUHAIRI.S.Kep)
NIP :197607031997031002

Pembimbing Institusi

(EKA AFRIKA, S.ST, M.Kes)


NIDN : 02300580901

Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma IV Kebidanan
Universitas Kader Bangsa Palembang

(SATRA YUNOLA, S.ST.M.Keb)


NIDN. 0220069002

ii
KATA PENGANTAR

Pertama –tama puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan pertolongan-Nya yang telah memberikan kemudahan pada kami
sehingga penyusunan tugas laporan praktik ini dapat selesai sesuai yang
diharapkan. Penyusun juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada segala
pihak yang telah berperan dalam penyusunan tugas laporan praktik ini, terutama
kepada teman-teman mahasiswa Universitas Kader Bangsa angkatan tahun 2020
yang secara bersama-sama saling memberikan motivasi untuk tetap berjuang.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga tak lupa pula kami
sampaikan kepada Ka. Prodi D4 Kebidanan Universitas Kader Bangsa,
Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Institusi yang telah memberi petunjuk
dalam penyusunan laporan praktik ini.

Laporan praktik ini kami susun dengan maksud untuk menambah


informasi dan pengetahuan kita semua mengenai “Asuhan Kebidanan pada Ibu
hamil Primigravida dengan Ketuban Pecah Dini di RS dr. AK. Gani Palembang
tahun 2021”.

Akhir kata kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya


kepada segala pihak jika dalam pembuatan Laporan Praktik ini terdapat
kekeliruan atau ada kata yang tidak berkenan di hati pembaca. Sebagai manuasia
biasa penyusun tentu tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun penyusun sangat harapkan untuk
kesempurnaan penyusunan selanjutnya.

Hormat kami

Kelompok 3

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ii


KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
D. Manfaat Kegiatan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Defnisi.................................................................................................4
B. Etiologi...............................................................................................5
C. Tanda dan Gejala................................................................................6
D. Manifestasi Klinis...............................................................................6
E. Patofisiologi........................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang......................................................................7
G. Penatalaksanaan..................................................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan dengan Manajemen Varney ................................12


B. Asuhan Kebidanan dengan SOAP......................................................23
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................25
B. Saran...................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan
korion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel,
sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen. Selaput ketuban
berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi. Dalam
keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini merupakan masalah
penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta menyebabkan infeksi pada ibu
yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah
dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali
pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu
maupun janin dengan ketat.
Insidensi ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan, dan pada
umur kehamilan kurang dari 34 minggu, angka kejadiannya sekitar 4%. Sebagian dari
ketuban pecah dini mempunyai periode lama melebihi satu minggu. Dalam keadaan
normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian
ketuban pecah dini berkisar5-10% dari semua kelahiran, dan ketuban pecah dini preterm
terjadi 1% dari semua kehamilan. 70%kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan
cukup bulan. ketuban pecah dini merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan
angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada batas angka terendah yang
dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat serta waktu. Berdasarkan
SurveiDemografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI)
diIndonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam
terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab.
Normalnya volume cairan ketuban pada usia kehamilan usia 10 – 20
minggu,sekitar 50 – 250ml. Ketika memasuki minggu 30 – 40, jumlahnya mencapai
500-1500ml. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup

1
tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian
akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus
lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus ketuban pecah dini
terutama pada pengelolaan konservatif . Dilema sering terjadi pada pengelolaan ketuban
pecah dini dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup
bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu
akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat disusun rumusan
permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Primigravida dengan Ketuban Pecah Dini di Rs Tk Ii Dr. A.K.Gani Palembang Tahun
2021”

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari ketuban pecah dini.
2. Untuk mengetahui etiologi dari ketuban pecah dini.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ketuban pecah dini..
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari ketuban pecah dini.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari ketuban pecah dini.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan Penunjang dari ketuban pecah dini
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ketuban pecah dini.

D. Manfaat Kegiatan
Manfaat yang diharapkan dari terlaksanakannya program ini adalah :
 Bagi Petugas Rumah Sakit
Hasil dari pembuatan laporan praktik ini diharapkan mampu menjadi landasan
pelaksanan kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya penanganan
pada ibu hamil primigravida dengan ketuban pecah dini di RS dr. Ak Gani
palembang.
 Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya untuk ibu hamil dapat mengetahui tentang :
1. Definisi dari ketuban pecah dini
2. Etiologi dari ketuban pecah dini.

2
3. Tanda dan gejala dari ketuban pecah dini.
4. Manifestasi klinik dari ketuban pecah dini.
5. Patofisiologi dari ketuban pecah dini.
6. Pemeriksaan Penunjang dari ketuban pecah dini
7. Penatalaksanaan dari ketuban pecah dini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu(Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002). Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan di tunggu satu jam belum di mulainya
tanda persalinan (Manuaba,2009). Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air
dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung
dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm.(Saifuddin, 2002).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina servik (Sarwono, 2002)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan setelah di tunggu satu jam, belum ada tanda persalinan (Yulaikhah,
2008). Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian
ketuban pecah dini” (periode latern). Kondisi ini merupakan penyebab terbesar
persalinan prematur dengan segala akibatnya. Early rupture of membrane adalah ketuban
pecah pada fase laten persalinan.

4
B. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya
adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang di ikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2002).
2. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya:
a). Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.
b). Gemeli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemeli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin.2002).
c). Makrosomia : adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau overdistensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput
ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan
membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.

5
d). Hidramnion : adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung
cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronisa dalah peningkatan
jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume
tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja.
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
5. Korio amnionitis: adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organise vagina ke atas. Dua faktor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput
ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi: adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya proses
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan
ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik).
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
C. Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.

D. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (1999) antara lain:
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.

6
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat danvaskularisasi
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikulerkorion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrololeh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.
Jikaada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada
selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan.
3. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:
1). Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung
antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
2). Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang
intraamnion.
3). Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterine
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenic
traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering,
dan sebagainya, predisposisi infeksi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan
pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine
atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.

7
a. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi
birumenunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah
daninfeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
b. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dandibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.Walaupun
pendekatan diagnosis ketuban pecah dini cukup banyak macam dan caranya, namun
pada umumnya ketuban pecah dini sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sedehana.
G. Penatalaksanaan.
1. Penatalaksanan Medis
Kasus ketuban pecah dini yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri
kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus ketuban pecah dini yang
kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan
terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi
waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan
memperjelek prognosis janin.
Ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan
tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG)
untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada
ketuban pecah dini dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan
sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk
menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu
atau lebih biasanya paru- paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan
sepsi pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas
janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama
pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten.

8
2. Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm (> 37 Minggu).
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi ketuban
pecah dini keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan
kejadian infeksi dan komplikasi lain dari ketuban pecah dini. Jarak antara pecahnya
ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period.
Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada hakekatnya kulit
ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar70-80 %
kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban
pecah.bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan
maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.Walaupun
antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap
chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga pemberian antibiotik
profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera
setelah diagnosis ketuban pecah dini ditegakan dengan pertimbangan : tujuan
profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan
umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan bersikap aktif
(induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan
penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode
laten durasi ketuban pecah dini dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma
obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap
keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang
fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin
kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan memperhatikan bishop
score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik,
jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
b). Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu).
Pada kasus-kasus ketuban pecah dini dengan umur kehamilan yang kurang
bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi Penderita perlu dirawat dirumah
sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam
untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37
9
minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocoliticagent diberikan juga tujuan menunda
proses persalinan.
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada
penderita ketuban pecah dini kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya
pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif
tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa
memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai
berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan
komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-komplikasi
yangdapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air
ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi. Kegagalan dari induksi persalinan
biasanya diselesaikan dengan tindakan bedan sesar. Seperti halnya pada pengelolaan
ketuban pecah dini yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan
bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik
yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus takmaju, dan lain-lain.
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata
pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka
perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan pengolahan konservatif
adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi
intrauterin.
konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan
tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jantung janin,
pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegak kandan selanjutnya stiap 6 jam.
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti
dapat menurunkan kejadian RDS.(8) The National Institutes of Health (NIH) telah
merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm ketuban pecah dini pada
kehamilan 30-32 minggu yang tidakada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas
betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis
masing-masing 6 mg tiap 12 jam.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen terapi pada Ketuban Pecah Dini:
a). Konservatif
 Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
 Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
10
 Umur kehamilan kurang 37 minggu.
 Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
 Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikankortikosteroid
untuk mematangkan fungsi paru janin.
 Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
 Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi ataugawat janin.
 Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus
maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus,
lakukan terminasi kehamilan.
b). Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi
kehamilan.
 Induksi atau akselerasi persalinan.
 Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
 Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
Yang harus segera dilakukan:
 Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
 Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan
tenangkan diri.
Yang tidak boleh dilakukan:
 Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi
kuman.
 Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air
ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan

11
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan dengan Manajemen Varney


I. Langkah I (Identifikasi Data Dasar)
No register : 461070
Tanggal pengkajian : 16 Februari 2021
Tempat pengkajian : Ruangan Instalasi Gawat Darurat
1. Identitas istri/suami
Nama : Ny “S” Suami : Tn. “R”
Umur : 22 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Komering/indonesia Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Alamat : Jl. Lettu karim kadir RT.6 Gandus
2. Anamnesa (Data Subjektif)
a. Alasan utama ibu masuk
Ibu mengatakan keluar air-air dari kemaluan
b. Riwayat keluhan utama
Air yang keluar sedikit demi sedikit dan bertambah banyak hingga kain sarung
basah, berwarna jernih dan tidak berbau. Keluar cairan berwarna jernih pada
tanggal 16 februari 2021 (± 5jam sebelum sampai RS/ jam 20.30) satu sarung
basah akibat cairan yang keluar, ibu merasakan mules atau nyeri perut tembus
ke belakang.
c. Riwayat menstruasi
Menarche umur : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 5 hari
Keluhan selama haid : tidak ada
Dismenorhoe : tidak ada
Fluor albus : tidak ada
Teratur dan tidak teratur : teratur
sifat darah : encer

12
d. Riwayat perkawinan
Pernikahan ke- : 1
Umur nikah : 21 tahun
Lama nikah : 1 tahun
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Dan Anak Yang Lalu
Hamil ke- 1 dari perkawinan ke- 1 umur kehamilan 37 minggu (hamil sekarang)
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 1 Juni 2020
HPL : 8 Maret 2021
Umur kehamilan : 37 Minggu
Menurut ibu kahamilannya : 9 bulan
Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat dirasakan di perut sebelah kanan dan
dirasakan sampai sekarang.
Tanda-tanda bahaya/penyulit : keluar air-air sejak jam 20.30 (16 Februari
2010)
Keluhan umum : perut terasa mules, sakit perut bagian bawah
menjalar sampai ke pinggang
g. Riwayat Kesehatan Sekarang dan Lalu
1). Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, asma dan hipertensi.
2). Tidak ada riwayat penyakit menular : tuberkulosis, malaria, dan penyakit
menular seksual
3). Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
4). Tidak Ada riwayat operasi sebelumnya, tidak pernah opname di rumah sakit
maupun puskesmas.
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit, hipertensi, jantung, dibetes
melitus, asma dan penyakit lainnya.
i. Riwayat sosial ekonomi psikososial dan spiritual
1). Respon ibu terhadap kehamilan sangat diharapkan
2). Yang bertanggunga jawab dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam
keluarga adalah suami
3). Pengambilan keuptusan dalam keluarga adalah suami
4). Hubungan ibu, suami, keluarga maupun tetangga baik.
5). Ibu rajin beribadah dan berdoa untuk kelancaran persalinannya.
13
6). Tempat dan petugas yang diinginkan untuk bersalin : Rumah sakit dan
dr.SPOG
j. Riwayat KB
ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
k. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1). Riwayat nutrisi
Kebiasaan :
a). Pola makan : nasi, sayur, lauk
b). Frekuensi : 3 kali sehari
c). kebutuhan minum : 6-8 gelas per hari
selama inpartu :
a). Ibu makan, tetap hanya sedikit dan lebih banyak minum.
2). Riwayat eliminisasi
Kebiasaan :
a) BAK : 5-6 kali sehari, warna kuning muda, bau amoniak
b) BAB : 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning
Selama inpartu :
a). BAK : ibu BAK di tempat tidur karena telah terpasang popok
b). BAB : ibu belum BAB (ibu terakhir BAB) jam 06.00 wib
3). Personal hygiene
Kebiasaan :
a). Mandi : 2 kali sehari (pagi dan sore) menggunakan sabun mandi
b). Sikat gigi : 2 kali sehari ( setelah makan dan sebelum tidur) dengan
menggunakan pasta gigi
c). Keramas : 3 kali seminggu mengunakan sampo
d). Ganti pakaian : 2 kali sehari
selama inpartu :
a). ibu belum pernah mandi dan menggosok gigi
4). Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebiasaan :
a). Tidur siang tidak teratur, tidur malam 6-8 jam
selama inpartu :
a). ibu belum pernah tidur

14
3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a. Pemeriksaan Umum
1). Keadaan Umum : baik
2). Kesadaran : baik
3). Hari tafsiran perkiraan tanggal 8 Maret 2021
4). Usia gestasi 37 minggu 2 hari
5). Tanda-tanda vital :
Suhu : 36, 5ºC
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 86x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmhg
6). Tinggi Badan : 145 cm
7). Berat Badan sebelum hamil : 55 kg
8). Berat badan sekarang : 65 kg
9). Lingkar Lengan atas : 25 cm
b. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
1). Kepala
Inspeksi : kepala bersih, tidak ada ketombe, rambut hitam dan lurus
Palpasi : tidak masa, tidak mudah rontok, dan tidak ada nyeri tekan
2). Wajah
Inspeksi : tidak pucat, tidak ada oedema pada wajah, ekspresi wajah tampak
meringis setiap kali bergerak.
3). Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak bengkak, konjungtiva
merah muda, sklera putih ( tidak ikterik)
4). Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran
sekret
Palpasi : tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada polip
5). Mulut dan gigi
Inspeksi : bersih, bibir merah muda dan tidak pecah-pecah, tidak ada caries,
tidak ada gigi yang tanggal, tidak ada stomatitis dan gusi tidak
berdarah.

15
6). Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen dan peradang
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
7). Leher
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfa dan tidak ada pembesaran vena jugularis
8). Payudara
Inspeksi : payudara simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, tampak
hyperpigmentasi areola mamae
Palpasi : tidak teraba masa, kolostrum ada saat dipencet, tidak ada nyeri
tekan
9). Abdomen
Inspeksi : nampak pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, nampak
striae alba dan linea nigra, tidak ada bekas operasi.
Palpasi :
Leopold I : 2 jari bawah px, TFU 28 cm,bagian fundus teraba bulat,
lunak, (bokong)
Leopold II : bagian punggung kanan ibu teraba datar, keras (puka)
Leoplod III : bagian terbawah teraba keras, bulat, tidak dapat
digoyangkan (kepala)
Leopold IV : kepala sudah masuk panggul 4/5
Auskultasi : terdengar jelas, teratur dan kuat pada kuadran kanan bawah
perut ibu dengan frekuensi 136x/menit
Kontraksi : 2 x 10 menit lamanya 10 detik
10). Genitalia
Inspeksi : tidak ada kelainan, tidak ada varises, nampak pelepasan lendir
lendir bercampur dengan air ketuban.
Palpasi : Tidak ada nyeri benjolan, tidak ada oedema, dan tidak ada nyeri
tekan.
11). Anus
Inspeksi : tidak ada haemoroid
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan

16
12). Ekstermitas atas dan bawah
Inspeksi : pergerakan aktif, tiadak ada varises
Palpasi : tidak ada oedema
c. Pemeriksaan dalam
Vaginal Toucher (VT) tanggal 16 Februari 2021 jam : 00.30 wib oleh bidan
1). Vulva dan vagina : normal tidak ada varises, tidak ada fluor albus
2). Portio : teraba tebal
3). Pembukaan : 1 cm
4). Air Ketuban : positif, merembes warna jernih
5). Presentase : kepala, penunjuknya uuk lintang
6). Penurunan : hodge 1
7). Penumbungan : tidak ada
d. Pemeriksaan Tes Lakmus
Tanggal 16 Februari 2021 jam 00. 35 wib
Hasil pemeriksaan kertas lamkus berubah warna menjadi biru.
e. Data Penunjang
Laboratorium : HB 11,6 gram
Skrening tes covid-19 : negatif

II. Langkah II (Interprestasi Diagnosa/ Masalah Aktual)


G1P0A0, hamil 37 minggu dengan KPD, JTH
1. G1P0A0
Dasar
Data subjektif : ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama, ibu merasakan
adanya pergerakan janin
Data objektif : nampak linea nigra, striae alba dan otot perut sudah kendor,
terdapat denyut jantung janin, dan pada saat palpasi teraba
bagian-bagian kecil janin
Analisa dan interpretasi data :
Pada pemeriksaan kulit, tampak adanya linie nigra dan striae alba yang
menandakan kehamilan ibu, terdapat denyut jantung janin dan teraba bagian-
bagian janin saat di palpasi merupakan tanda pasti kehamilan.

17
2. Hamil 37 minggu
Dasar
Data subjektif : hari pertama haid terakhir tanggal 1 Juni 2020
Data objektif : pemeriksaan leopold I: 2 jari bawah px, dan hari tafsiran
persalinan tanggal 8 Maret 2021
Analisa dan Interpretasi data :
Dari hasil pemeriksaan dilihat dengan menggunakan rumus neaegle, mulai dari
hari pertama haid terakhir tanggal 1 Juni 2020 sampai tanggal pengkajian maka
umur kehamilan 37 minggu.
3. dengan KPD
Dasar
Data subjektif : ibu mengatakan adanya pengeluaran air hingga satu sarung basah
Data Objektif : pengeluaran air pervaginam yang berwarna jernih, ada vernik
caseosa dan berbau amis , belum ada kontaraksi. Selain itu,
adapun hasil pemeriksaan lainnya, antara lain :
a. Pemeriksaan dalam tanggal 16 Februari 2021 jam : 00.30 wib oleh bidan
1). Vulva dan vagina : normal tidak ada varises, tidak ada fluor albus
2). Portio : teraba tebal
3). Pembukaan : 1 cm
4). Air Ketuban : positif, merembes warna jernih
5). Presentase : kepala, penunjuknya uuk lintang
6). Penurunan : hodge 1
7). Penumbungan : tidak ada
b. Hasil pemeriksaan tes Valsava yaitu terdapat pengeluaran air ketuban
dengan merembes
Interpretasi Data :
1. Adanya pengeluaran air pervaginam, jernih, dan terdapat vernik caseosa
dengan bau amis yang menandakan adanya pelepasan air ketuban
2. Pemeriksaan tes Valsava membuktikan bahwa terdapat pengeluaran air
ketuban
3. KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya, dimana pada primipara
pembukaan serviks kurang dari 3 cm dan pada multipara pembukaan kurang
dari 5 cm.

18
4. Tunggal
Dasar
Data subjektif : ibu mengatakan pergerakan janin lebih sering di sebelah kiri perut
ibu
Data Objektif :
Palpasi abdomen :
Leopold I : 2 jari bawah px, TFU 28 cm,bagian fundus teraba bulat,
lunak, (bokong)
Leopold II : bagian punggung kanan ibu teraba datar, keras (puka)
Leoplod III : bagian terbawah teraba keras, bulat, tidak dapat digoyangkan
(kepala)
Leopold IV : kepala sudah masuk panggul 4/5
Auskultasi : terdengar jelas, teratur dan kuat pada kuadran kanan bawah
perut ibu dengan frekuensi 136x/menit
Kontraksi : 2 x 10 menit lamanya 10 detik
Interpretasi Data :
Pembesaran perut sesuai usia kehamilan dan pergerakan janin hanya pada satu
tempat dan auskultasi DJJ terdengar kuadran kanan bawah perut ibu. Ini
menandakan kehamilan tunggal.
5. Hidup
Dasar
Data subjektif : ibu merasakan pergerakan janinnya 12 kali dalam sehari
Data Objektif : DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada kuadran kanan bawah
perut ibu dengan frekuensi 136 x/menit
Interpretasi Data :
Adanya gerakan janindan DJJ, merupakan tanda bahwa janin hidup, janin dalam
keadaan sehat, bunyi jantungnya teratur, dan frekuensinya antara 120-160 kali
permenit, selain itu tanda hidup juga dapat dilihat dari pergerakan janin yang
dirasakan kuat 2 kali permenit dan pembesaran uterus menandakan janin hidup
dan tumbuh

III. Langkah III (Interprestasi Diagnosa/ Masalah Potensial)


1. Pada ibu yaitu kompllikasi yang bisa disebabkan KPD pada ibu yaitu intranatal/
dalam persalinan, infeksi purparialis/masa nifas, partus lama, pendarahan post
19
partum, meningkat tindakan operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan
mortalitas maternal.
2. Pada janin yaitu prematuritas (sindrom distress pernafasan, hipotermia, masalah
pemberian makanan pada neonatal, perdarahan intraventikuler, gangguan otak
dan resiko cerbral palsy, anemia, skor APGAR rendah, ensefelopati, perdarahan
intracranial, gagal ginjal, distress pernafasan) dan oligohidramnion ( sindrom
derfonits janin, hipolapsia paru, deformitas ekstermitas dan pertumbuhan janin
terhambat), morbiditas dan motrtalitas perinatal
Data subjektif : ibu mengatakan terdapat pengeluaran air pervaginam hingga satu
sarung basah.
Data objektif : tampak pengeluaran air dari pervaginam, warna jernih, ada vernik
caseosa dan berbau amis.
Interpretasi data :
a. KPD menyebabkan hubungan langsung antara luar dan ruang rahim , sehingga
memudahkan terjadinya infeksi pada jalan lahir.
b. KPD memberi pengaruh/ komplikasi kepada ibu dan janin yaitu
1). pada ibu potensial terjadinya infeksi intranatal/dalam persalinan, infeksi
puerpalis/masa nifas, dry labor/partus lama, perdarahan post partum,
meningkatkan tindakan operatif obstetric, morbiditas dan mortalitas.
(sindrom distress pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makanan pada
neonatal, perdarahan intraventikuler, gangguan otak dan resiko cerbral palsy,
anemia, skor APGAR rendah, ensefelopati, perdarahan intracranial, gagal
ginjal, distress pernafasan) dan oligohidramnion (sindrom derfonits janin,
hipolapsia paru, deformitas ekstermitas dan pertumbuhan janin terhambat),
morbiditas dan motrtalitas perinatal
2). Masalah potensial yang akan terjadi pada janin yaitu prematuritas (sindrom
distress pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makanan pada neonatal,
perdarahan intraventikuler, gangguan otak dan resiko cerbral palsy, anemia,
skor APGAR rendah, ensefelopati, perdarahan intracranial, gagal ginjal,
distress pernafasan) dan oligohidramnion (sindrom derfonits janin, hipolapsia
paru, deformitas ekstermitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas
dan mortalitas perinatal

20
IV. Langkah IV (Identifitkasi Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi)
Kolaborasi dengan dokter :
1. Pemasangan infus RL 28 tetes per menit
Rasional : membantu menggantikan cairan ibu yang hilang selama proses
persalinan.
2. Pemberian Misoprostol 1/8 tab pervaginam
Rasional : untuk pematangan serviks dan membantu kontraksi uterus

V. Langkah V ( Rencanakan Tindakan)


Rencana tindakan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga mengenai keadaan umum,
tanda-tanda vital, DJJ, Vaginal Toucher (VT)
Rasional : agar ibu dan keluarga memahami tentang keadaan ibu, memberi
dukungan yang dapat mengurangi kecemasan dan siap menghadapi
persalianan
2. Ajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas pada saat kontraksi, menganjurkan
ibu menarik napas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut seperti
sedang meniup-meniup selama timbul kontraksi
Rasional : untuk mengurangi rasa sakit akiat kontraksi
3. Anjurkan pengosongan kandung kemih sesering mungkin
Rasional :
1). Kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi kontraksi, mencegah
penekanan pada vena cava inferior oleh uterus yang membesar
2). Menghalangi penurunan kepala bayi dan memberi perasaan tidak nyaman pada
ibu
4. Berkolaborasi dengan doketr obgyn untuk penatalaksanaan pemberian infus RL 28
tetes per menit, misorostol1/8 tab pervaginam dan antibiotika cefotaximne 1 gram /
IV sesuai instruksi dokter
Rasional : Pemberian infus membantu untuk mengganti cairan ibu yang hilang
selama proses persalinan, pemberian misoprostol dapat membantu
pematangan serviks/dilatasi serviks serta pemberian antibiotic dapat
mencegah terjadinya infeksi.
5. Memberikan intake minum dan makan pada ibu
Rasional : Agar ibu memiliki tenaga pada saat meneran.
21
6. Menganjurkan ibu untuk selalu berdoa untuk kelancaran persalinan dan juga untuk
kesehatan dan keselamatan ibu dan janin
Rasional : agar ibu senantiasa berserah diri dan bertawakal kepada sang pencipta.
7. Melakukan transfer ke ruangan melati
Rasional : Untuk mendapatkan tidakan dan perawatan selanjutnya
8. Dokumentasikan hasil pemantauan kala I
Rasional : Merupakan standarisasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan dan
memudahkan pengambilan keputusan klinik.

VI. Langkah VI ( Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan)


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum, tanda vital, DJJ dan vaginal
toucher (VT)
2. Mengajarkan teknik relaksasi yaitu menarik napas melalui hidung dan
menghembuskan melalui mulut seperti sedang meniup-meniup
3. Menganjurkan pengosongan kandung kemih sesering mungkin
4. Berkolaborasi dengan doketr obgyn untuk penatalaksanaan pemberian infus RL 28
tetes per menit, misorostol1/8 tab pervaginam dan antibiotika cefotaximne 1 gram
/IV sesuai instruksi dokter
5. Memberikan makan dan minum jika tidak ada his
6. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk berdoa untuk kelancaran persalinan
dan kesehatan untuk ibu dan janin
7. Melakukan transfer ibu ke ruangan melati
8. Mencatat ke buku catatan ibu (buku register)

VII. Langkah VII (Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan)


1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan mengenai keadaan umum, tanda vital, DJJ, dan
vaginal Toucher (VT)
2. Ibu mengerti mengenai tehnik relaksasi
3. Ibu sudah mengosongkan kandung kemih sesering mungkin
4. Ibu telah di berikan infus RL 28 tetes per menit, misoprostol 1/8 tab pervaginan dan
antibiotika cefotaximne 1 gram /IV.
5. Ibu sudah makan dan minum jika tidak ada his
6. Ibu dan keluarga sudah berdoa untuk kelancaran persalinan dan kesehatan untuk ibu
dan janin
22
7. Ibu sudah di transfer ke ruangan melati
8. Data hasil pemeriksaan dan tindakan sudah di catat di buku register.

B. ASUHAN KEBIDANAN MENURUT SOAP

S : Ibu mengatakan keluar air-air dari kemaluan. Air yang keluar sedikit demi
sedikit dan bertambah banyak hingga kain sarung basah, berwarna jernih dan
tidak berbau. Keluar cairan berwarna jernih pada tanggal 16 februari 2021 (±
5jam sebelum sampai RS/ jam 20.30) satu sarung basah akibat cairan yang
keluar, ibu merasakan mules atau nyeri perut tembus ke belakang.

O : KU : baik
Suhu : 36, 5ºC
pernafasan : 20x/menit

Nadi : 86x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmhg
HPHT : 24 Juni 2020
HPL : 31 Maret 2021
Leopold I : 2 jari bawah px, TFU 28 cm,bagian fundus teraba bulat, lunak,
(bokong)
Leopold II : bagian punggung kanan ibu teraba datar, keras (puka)
Leoplod III : bagian terbawah teraba keras, bulat, tidak dapat digoyangkan
(kepala)
Leopold IV : kepala sudah masuk panggul 4/5
Auskultasi : terdengar jelas, teratur dan kuat pada kuadran kanan bawah
perut ibu dengan frekuensi 136x/menit
Kontraksi : 2 x 10 menit lamanya 10 detik

A : G1P0A0, hamil 37 minggu dengan KPD, JTH


P :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga mengenai keadaan
umum, tanda-tanda vital, DJJ, Vaginal toucher (VT)

23
2. Ajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas pada saat kontraksi,
menganjurkan ibu menarik napas melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut seperti sedang meniup-meniup selama timbul kontraksi
3. Anjurkan pengosongan kandung kemih sesering mungkin
4. Berkolaborasi dengan dokter obgyn untuk penatalaksanaan pemberian infus
RL 28 tetes per menit, misorostol1/8 tab pervaginam dan antibiotika
cefotaximne 1 gram /IV sesuai instruksi dokter
5. Memberikan intake minum dan makan pada ibu
6. Menganjurkan ibu untuk selalu berdoa untuk kelancaran persalinan dan
juga untuk kesehatan dan keselamatan ibu dan janin
7. Ibu melakukan transfer ke ruangan melati
8. Mencatat ke buku catatan ibu (buku register)

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah dilakukan pengambilan kasus asuhan ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini di RS TK. II dr. A.K Gani palembang dapat disimpulkan bahwa :

1. Telah dilakukan pengkajian data pada Ny “S” dengan ketuban pecah dini. Pengkajian
data meliputi data subjektif yaitu dengan menanyakan identitas, alasan datang,
keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan,
persalinan, nifas dan anak yang lalu, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan,
riwayat sosialekonomi psikososial dan spiritual, riwayat KB dan riwayat pemenuhan
kebutuhan dasar. Data objektif yang dikumpulkan meliputi pemeriksaan umum,
pemerisaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pengkajian data diketahui tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Telah dilakukan interpretasi data meliputi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada
Ny “S” dengan ketuban pecah dini . pada langkah ini ada kesenjangan antara teori
dengan praktik di lahan pada bagian langkah penentu diagnosa. Di lahan tidak
dilakukan pemeriksaan USG karena diagnosa sudah dapat ditentukan dengan
pemeriksaan kertas lakmus, adanya cairan ketuban di vagina serta pemeriksaan
dalam dengan selaput ketuban negatif.
3. Mampu merencanakan tindakan sesuai dengan asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, pada langkah ini
tidak ada kesenjangnan antara teori dengan praktik dilahan.
4. Mampu melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah di buat
mengenai diagnosa kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, Pada
langkah ini tidak ada kesenjangnan antara teori dengan praktik dilahan.
5. Mampu mengevaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini. Efektivitas dari asuhan yang telah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah yang benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan apa yang telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa.
Secara keseluruhan evaluasi asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan ketuban pecah
dini telah sesuai dengan teori dengan lahan praktik.

25
Terdapat beberapa pengertian tentang ketuban pecah dini, jika di lihat dari
pembukaan serviks, maka KPD diartikan sebagai pecahnya ketuban sebelum inpartu
yaitu bila pembukaan serviks pada primipara kurang dari 3cm dan pada multipara
5cm, sedangkan jika dilihat dari kapan pecahnya ketuban, maka ketuban pecah dini
dapat di artikan sebagai pecah ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan dan di
tunggu satu jam belum dimulainya tanda-tanda persalinan.
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Februari 2021 maka ditemukan
tidak ada penyulit bagi ibu maupun janin dan keadaan ibu dan janin baik dengan
melihat tanda-tanda vital dalam batas normal: Takanan darah 110/70mmhg,
Pernapasan 20x/menit, nadi 86x/menit, suhu 36, 5ºC, denyut jantung janin
136x/menit. Kemudian Ibu di transfer ke Ruangan melati untuk mendapatkan
tindakan dan perawatan selanjutnya.
Pada pelaksanaan asuahan kebidanan pada Ny “S” mulai dari pengkajian
sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan karena adanya kerjasama
antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan
baik. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses
manajemen kebidanan.

B. Saran
Setiap ibu hamil harus segera datang ke petugas kesehatan bila didapati
adanya pengeluaran air yang banyak dari jalan lahir dengan bau amis/bau khas. Perlu
dukungan dan keterlibatan suami atau anggota keluarga dalam masa hamil yang
merupakan interaksi terus-menerus yang bersifat saling mencintai, pemenuhan
kebutuhan emosional dan saling membutuhkan.

Bidan dalam memberikan asuhan harus sesuai dengan kewenangannya, untuk


itu manajemen asuhan kebudanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang
membantu bidan dalam memecahkan masalah klien dalam berbagai situasi. Dalam
melakukan asuhan kebidanan, bidan harus selalu menerapkan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi, guna mencegah terjadinya infeksi pada ibu dan sebagai perlindungan bagi diri
sendiri. Dan sebaiknya pihak RS TK.II A.K Gani Palembang lebih meningkatkan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan kepada ibu bersalin dengan KPD secara optimal
melalui penanganan yang cepat dan tepat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Saifuddin, Abdul. Bari (ed). 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal.
Jakarta: YBPSP.

Saifuddin, Abdul. Bari (ed). 2010. Ilmu Kebidanan. Edis ketiga. Jakarta: YBPSP.

Salmah. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, Hanifa (editor). 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

27

Anda mungkin juga menyukai