i
2021
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
ii
2.3 Karakteristik.................................................................................................35
2.3.1 Usia......................................................................................................35
2.3.2 Jumlah Paritas......................................................................................35
2.3.3 Asal Suku............................................................................................36
2.3.4 Jumlah Asupan Tablet Besi Oral (Fe) Selama Kehamilan..................37
4.1 Hasil..............................................................................................................44
4.1.1 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan umur
di Puskesmas Koya Barat....................................................................44
4.1.2 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan paritas
di Puskesmas Koya Barat....................................................................45
4.1.3 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan asal suku
di Puskesmas Koya Barat....................................................................46
4.1.4 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan jumlah
asupan tablet besi oral di Puskesmas Koya Barat..............................47
4.1.5 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan jumlah
Kunjungan selama kehamilan oral di Puskesmas Koya Barat............50
4.1.6 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan umur
di Puskesmas Hamadi.........................................................................51
4.1.7 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan paritas
di Puskesmas Hamadi.........................................................................52
iii
4.1.8 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan asal suku
di Puskesmas Hamadi.........................................................................53
4.1.9 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan jumlah
asupan tablet besi oral di Puskesmas Hamadi.....................................54
4.1.10 Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan jumlah
asupan tablet besi oral di Puskesmas Hamadi..................................56
4.2 Pembahasan..................................................................................................57
4.2.1 Berdasarkan kelompok usia.................................................................57
4.2.2 Berdasarkan paritas.............................................................................59
4.2.3 Berdasarkan asal suku.........................................................................60
4.2.4 Berdasarkan jumlah asupan tablet besi...............................................62
4.2.5 Berdasarkan jumlah kunjungan ibu selama hamil...............................63
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................65
5.2 Saran.............................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................67
1.5
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
trimester pertama (< 14 minggu) satu kali kunjungan, trimester kedua
(14 – 28 minggu) satu kali kunjungan, trimester tiga ((28-36 minggu dan
sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan, (Agustine, 2019). Mortalitas
dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar
di negara berkembang seperti Negara miskin, sekitar 25-50% kematian
wanita subur disebabkan karena hal yang berkaitan dengan kehamilan,
World Health Organization (WHO). Data Survei Demografi Indonesia
tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi se-ASEAN,
jumlahnya mencapai 288 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 AKI di
Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2012 AKI di
Indonesia 359 per 100.000 kelahiran hidup. Dari tahun ke tahun AKI
bukan semakin menurun bahkan semakin meningkat. Pemerintah masih
dituntut bekerja lebih keras lagi untuk menurunkan AKI hingga tercapai
target Millennium Development Goal (MDG) menurunkan AKI menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.6
Data riset kesehatan dasar, tahun 2013 pada Propinsi Papua angka
total wanted fertility rate sebesar 2,4 namun untuk total fertility rate
sebesar 3,5. Hal ini dapat disebabkan karena Propinsi Papua merupakan
2
Provinsi dengan proporsi tertinggi WUS kawin yang tidak pernah
menggunakan KB yaitu sebesar 68,7%.5
3
(2) Untuk mengetahui gambaran Antenatal Care menurut jumlah
paritas di Puskesmas Koya Barat dan Puskesmas Hamadi pada
bulan Juli – Desember tahun 2020.
(3) Untuk mengetahui gambaran Antenatal Care menurut asal
suku di Puskesmas Koya Barat dan Puskesmas Hamadi pada
bulan Juli – Desember tahun 2020.
(4) Untuk mengetahui gambaran Antenatal Care menurut Jumlah
asupan tablet besi oral, selama kehamilan di Puskesmas Koya
Barat dan Puskesmas Hamadi pada bulan Juli – Desember
tahun 2020
4
(2) Memberikan manfaat sebagai informasi, perbandingan, serta
referensi bagi kelompok peneliti selanjutnya.
(3) Dapat dijadikan syarat untuk menyelesaikan bagian
Kepaniteraan Klinik Madya (KKM) di stase Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM) RSUD Jayapura.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Perawatan kehamilan merupakan suatu program
berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran dan
nifas yang terdiri atas edukasi, screening, deteksi dini, pencegahan,
pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa
aman dan nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan baik.
Antenatal Care (ANC) adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetric untuk meminimalkan kematian ibu
dan anak melalui serangkaian pemantauan rutin selama kehamilan.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke
bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan
antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila
mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai.10
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental. Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi
pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang
sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan,
yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.7
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya mengacu kepada intervensi
strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga
Berencana, Antenatal Care, Persalinan Bersih dan Aman, dan
Pelayanan Obstetri Essensial.7
7
melakukan ANC pernah ditimbang badan, diukur tensi/tekanan
darah, menerima tablet Fe, menerima imunisasi TT dan diperiksa
tinggi fundus uteri.7
Frekuensi Antenatal Care (ANC) Pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan dalam memelihara
kehamilannya. Hal ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi dan
mengetahui masalah yang timbul selama masa kehamilan sehingga
kesehatan ibu dan bayi yang dikandung akan sehat sampai
persalinan. Pelayanan Antenatal Care (ANC) dapat dipantau
dengan kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya.
Standar pelayanan kunjungan ibu hamil paling sedikit 4 kali
dengan distribusi 1 kali pada triwulan pertama (K1), 1 kali pada
triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga (K4). Kegiatan yang
ada di pelayanan Antenatal Care (ANC) untuk ibu hamil yaitu
petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang informasi
kehamilan seperti informasi gizi selama hamil dan ibu diberi tablet
tambah darah secara gratis serta diberikan informasi tablet tambah
darah tersebut yang dapat memperkecil terjadinya anemia selama
hamil.7
a) Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi
tablet besi selama masa kehamilan. Zat besi yang berasal dari
karena zat besi tidak hanya dibutuhkan oleh ibu saja tetapi juga
8
cara mengkonsumsi dan keteraturan frekuensi mengonsumsi
tablet Fe.6
sementara pada yang lain volume darah hampir menjadi dua kali
lipat. Janin tidak esensial bagi hal ini karena pada wanita dengan
yaitu :
berdiri.
9
Sumber: https://www.accessmedicine.com
10
pada akhir kehamilan, perlu dianggap abnormal dan biasanya
disebabkan oleh defisiensi besi dan bukan karena hypervolemia
kehamilan oleh karena itu kebutuhan Besi pada Kehamilan sekitar
1000 mg besi yang dibutuhkan selama kehamilan normal, sekitar
300 mg secara aktif dipindahkan ke janin dan plasenta, dan 200
mg lainnya keluar melalui berbagai rute ekskresi normal,
terutama saluran cerna, pengeluaran ini bersifat obligatorik dan
berlangsung meskipun ibu mengalami defisiensi besi.
Peningkatan rerata volume total eritrosit dalam darah sekitar 450
mL memerlukan 500 mg lainnya karena 1 mL eritrosit
mengandung 1,1 mg besi. Jumlah ini biasanya tidak tersedia dari
simpanan besi sebagian wanita, dan peningkatan optimal volume
eritrosit ibu tidak akan terjadi tanpa pemberian suplemen besi.2
Pada saat yang sama, produksi sel darah merah janin tidak
terganggu karena plasenta tetap menyalurkan besi meskipun ibu
menderita anemia defisiensi besi yang parah. Pada kasus yang
berat, pernah ditemukan kadar hemoglobin 3 gr/dL dan
hematokrit hanya 10%.2
11
dan besi serum akan menurun setelah pertengahan kehamilan.
Peningkatan ferritin dan besi serum pada awal kehamilan
mungkin disebabkan oleh kebutuhan besi yang minimal pada
awal kehamilan dan keseimbangan besi positif yang ditimbulkan
oleh amenore.4
12
3. Program pendidikan gizi untuk masyarakat dan petugas
kesehatan
13
3) Mengenali secara diri adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
14
Timbang berat badan selalu dilakukan di setiap waktu ANC,
cara dalam menimbang berat badannya (dalam kg) adalah tanpa
sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Berat badan
kurang dari 45 kg pada trimester ketiga menyatakan ibu kurus
memiliki kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per
minggu mulai trimester kedua.7
Mengukur tinggi badan dapat dilakukan pada awal ANC saja,
cara mengukur tinggi badan (dalam meter) adalah dengan posisi
tegak berdiri tanpa menggunakan sepatu dan dilakukan
pengukuran. Tinggi badan kurang dari 1,5 meter dapat menjadi
alasan untuk direncanakannya proses persalinan dengan cara
operasi. Sehingga ibu hamil bersama suaminya dapat menyiapkan
biaya operasi sejak dini, serta menumbuhkan kesiapan psikis untuk
operasi.7
15
kekurangan energi kronis (KEK) atau tidak. Status gizi ibu sebelum
dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum
dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang
sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi
ibu sebelum dan selama hamil.7
16
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
17
untuk pertumbuhan janin, kurangnya asupan zat besi pada makanan
yang dikonsumsi ibu hamil, pola makan ibu terganggu akibat mual
selama kehamilan, dan adanya kecenderungan rendahnya cadangan
zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan
menstruasi.7
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, kematian janin,
abortus, cacat bawaan, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), anemia
pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, pendarahan, rentan
infeksi. Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi
apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap
sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat
suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah
satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah
anemia. Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau
Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya
diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90
hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat,
setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat.7
18
9. Tatalaksana kasus
19
5) Memberikan asuhan Antenatal (selama masa kehamilan).
3. Posyandu
20
berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan
selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kuliatas dan
luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui
pengenalan perubahan anatomic dan fisologis kehamilan seperti yang
telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji
hormonal kehamilan dengan menggunakan metode yang tersedia.
Pelaksanaan antenatal care dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali
pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III.
Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi
pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan masing- masing. Ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dikatakan teratur jika
melakukan pemeriksaan kehamilan ≥ 4 kali kunjungan, kurang teratur
jika pemeriksaan kehamilan 2 - 3 kali kunjungan dan tidak teratur jika
ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali
kunjungan.
21
Kunjungan III ( 34 pekan)
Anamnesis, pemeriksaan ulang lab. TT II
K4 (Kunjungan 4)
Anamnesis, perawatan payudara & persiapan
persalinan kecuali jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang
memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih
sering dan intensif. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang ke empat atau lebih untuk mendapatkan
pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan
dengan syarat:
1. Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2. Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
3. Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
setelah minggu ke 36).
4. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
22
~ Proteinuria
~ Glukosuria
~ Keton
a. Paritas
kehamilannya.6
b. Usia
23
cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang
2. Faktor eksternal
a. Pengetahuan 3
behaviour).
24
Ibu yang akan memeriksakan kehamilannya akan dipermudah
ibu hamil.
b. Sikap
sosial. Sikap positif yang dimiliki oleh seorang ibu hamil akan
25
janinnya sehingga meningkatkan kesehatan ibu hamil dan tidak
c. Ekonomi
26
jarang diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak
adanya biaya.
d. Sosial budaya
27
memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang
ibu hamil.
e. Letak Geografis
ditangani.
28
f. Informasi
tenaga kesehatan, dan media lain dan berapa lama ibu hamil
g. Dukungan
sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain
proses persalinan.
29
ibu untuk menerima kehamilannya, memberikan dukungan
2.2 Kehamilan
2.2.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila di
hitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dari
3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimeseter kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke-27) dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). 10,11
30
1. Tanda Dugaan Kehamilan
- Amenorea
- Payudara tegang
31
Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan
pertama.
besar
- Pigmentasi kulit
- Epulis
kehamilan.
- Varices
32
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan
setelah persalinan.
(Rahim)
pada uterus.
33
- Terlihat dan teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian
janin.
ultrasonografi.2
34
dengan FR yang kebanyakan timbul pada umur kehamilan
lebih lanjut, risiko terjadi komplikasi persalinan lebih besar,
membutuhkan KIE berulang kali agar peduli sepakat
melakukan rujukan terencana ke pusat rujukan.
Kelompok Faktor Resiko III:
Ada – Gawat – Darurat – Obstetrik atau AGDO: perdarahan
antepartum, preeklampsia berat dan eklampsia. Ibu AGDO
dalam kondisi yang langsung dapat mengancam nyawa
ibu/janin, harus segera dirujuk tepat waktu (RTW) ke RS
dalam upaya menyelamatkan ibu/bayi baru lahir.
2.3 Karakteristik
2.3.1 Usia
Usia adalah waktu hidup individu mulai lahir hingga meninggal.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di
percaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika
kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang
akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih
berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil dengan usia yang masih sangat
muda memiiliki kepribadian immature (kurang matang), introvert
(tidak mau berbagi dengan orang lain), perasaan dan emosi yang tidak
stabil dalam menghadapi kehamilan sehingga ibu hamil tidak berminat
untuk melaksanakan antenatal care.3
pertama kali, second gravida yaitu wanita hamil yang kedua kalinya,
35
multigravida yaitu wanita hamil lebih dari 2 kali, grandemultigravida
sampai saat ini masih menjadi daya tarik berbagai pihak untuk
Irian Jaya. Di sana terdapat banyak Suku Papua yang beragam. Sekitar
ratusan suku ada di sana Suku Papua yang menempati sisi sebelah
Pada tahun 1963, 100 persen penduduk wilayah ini adalah OAP.
Pusat Statistik, dengan tren yang terjadi saat ini, persentase OAP bisa
jatuh menjadi hanya 15-20 persen saja dalam dekade berikutnya. OAP
36
pendidikan secara nyata yang lebih rendah, akses yang sangat terbatas
tanah kepada migran baik untuk pertanian skala kecil dan skala besar.
Muslim.12
kompensasi. 12
tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 2-3 gram di dalam tubuh
tubuh manusia, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai
37
sejak 30 tahun terakhir di akui terhadap produktivitas kerja,
selama masa kehamilan. Zat besi yang berasal dari makanan belum bisa
dibutuhkan oleh ibu saja tetapi juga untuk janin yang ada di dalam
tablet Fe. 9
harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup
38
berlangsung. Anamnesis, USG, Penilaian resiko kehamilan,
Nasehat perawatan payudara & Senam hamil), TT I.
Kunjungan III ( 34 minggu)
Anamnesis, pemeriksaan ulang lab. TT II
K4 (Kunjungan 4)
Anamnesis, perawatan payudara & persiapan
persalinan kecuali jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang
memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih
sering dan intensif. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC)
sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat:
1. Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2. Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
3. Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
setelah minggu ke 36).
4. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
39
BAB III
METODE PENELITIAN
deskriptif. Bersifat deskriptif karena penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk
3.4.1 Populasi
40
( Antenatal Care ) selama periode bulan Juli 2020 hingga Desember
2020 dengan jumlah populasi 754 orang di puskesmas Koya Barat dan
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Total samping, yaitu semua ibu
Juli 2020 hingga Desember 2020 dengan jumlah populasi 754 orang di
1. Usia
2. Paritas
3. Asal Suku
Akseptor ibu hamil adalah ibu hamil yang melakukan ANC (Antenatal
Care) di wilayah kerja Puskesmas Koya Barat Distrik Muara Tami dan
3.6.1 Umur/Usia adalah waktu sejak pasien lahir sampai datang melakukan
41
Kategori :
3.6.2 Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
akseptor melahirkan anaknya, baik yang lahir hidup maupun lahir mati,
Kategori :
kali.
3.6.3 Asal Suku adalah Suku bangsa atau disebut juga etnis adalah suatu
ciri biologis, bahasa, budaya dan perilaku yang datang melakukan ANC
42
Puskesmas Koya Barat Distrik Muara Tami dan Puskesmas Hamadi
Kota Jayapura.
Suku yang hidup di Papua, namun bukan RAS asli kulit hitam
43
hal ini karena pada wanita dengan mola hidatidoformis telah terjadi
peningkatan volume darah.
Hipervolumemia pada kehamilan ini memiliki fungsi penting yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan metabolik uterus yang membesar dengan
sistem vascular yang mengalami hipertrofi hebat
2. Menyediakan nutrient dan elemen secara berlimpah untuk
menunjang pertumbuhan pesat plasenta dan janin.
3. Melindungi ibu dan pada gilirannya, janin terhadap efek buruk
gangguan aliran balik vena pada posisi terlentang dan berdiri.
4. Melindungi ibu terhadap efek buruk kehilangan darah selama
proses persalinan.
5. Volume darah ditiap Trimester Kehamilan.
persentase.
44
BAB IV
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Koya Barat Distrik Muara Tami dan Puskesmas Hamadi Kota
Jayapura periode Juli – Desember 2020. Penelitian di laksanakan di dua
wilayah kerja yaitu puskesmas Koya Barat dan puskesmas Hamadi.
Penelitian ini di lakukan untuk membandingkan Karakteristik Antenatal
Care (ANC) antara kedua puskesmas tersebut. Karakteristik yang diambil
dalam penilitian ini adalah Umur, Paritas, Asal suku dan jumlah asupan
tablet besi oral selama kehamilan. Dari dua puskesmas penelitian ini
didapatkan hasil sebagai berikut :
45
Diagram 1. Karakteristik Antenatal Care (ANC) berdasarkan di Puskesmas
Perawatan Koya Barat Distrik Muara Tami Kota Jayapura periode Juli -
Desember 2020 berdasarkan usia
90%
80%
80%
70%
60%
50% 15 – 19 tahun
40% 20 - 35 tahun
36 - 45 tahun
30%
20%
12%
10% 8%
0%
Berdasarkan Usia
46
No Paritas N %
3 Grandemultipara 21 3%
45%
40% 39%
35% 32%
30%
26%
25% Nulipara
Primipara
20% Multipara
15% Grandemultipara
10%
5% 3%
0%
Berdasarkan Paritas
47
orang (84%), sedangkan pada Asal Suku Asli Papua yaitu sebanyak
124 orang (16%).
90% 84%
80%
70%
60%
50%
Asli Papua
40% Non Papua
30%
20% 16%
10%
0%
Berdasarkan Asal Suku
48
Desember 2020 berdasarkan Jumlah asupan tablet Besi (Fe) Oral
selama kehamilan
Karakteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Perawatan
Koya Barat Distrik Muara Tami Kota Jayapura periode Juli –
Desember 2020 berdasarkan Jumlah asupan tablet besi oral selama
kehamilan, di temukan angka tertinggi adalah pada kelompok ibu
hamil yang hanya mendapatkan asupan tablet besi oral pada trimester
3 saja yaitu sebanyak 250 Orang (33,1%), di ikuti oleh yang mendapat
asupan Fe oral pada trimester 2 saja yaitu, 198 orang (26,3%),
trimester 1 saja 120 Orang (15,9%), dan yang mendapat asupan tablet
besi oral 2 kali selama kehamilan, yaitu pada trimester 2 dan trimester
3 yaitu sebanyak 110 Orang (14,6%) dan pada trimester 1 dan 2 yaitu
sebanyak 55 Orang (7,3%) dan yang mendapat asupen besi oral, 90
Tablet selama 3 trimester secara lengkap menempati posisi terendah
dengan jumlah hanya 21 orang (2,8%).
N
Pemberian SF N %
o
1 T1 120 15,9
2 T2 198 26,3
3 T3 250 33,1
3 T1 dan T2 55 7,3
4 T2 dan T3 110 14,6
5 T1,T2 dan T3 21 2,8
Jumlah 754 100
49
Distrik Muara Tami Kota Jayapura periode Juli - Desember 2020
berdasarkan Jumlah asupan tablet Besi (Fe) Oral selama kehamilan.
35.00% 33.10%
30.00%
26.30%
25.00%
T1
20.00% T2
15.90% T3
14.60% T1 dan T2
15.00%
T2 dan T3
10.00% T1, T2, dan T3
7.30%
5.00% 2.80%
0.00%
Berdasarkan Jumlah Asupan Besi
50
N
Jumlah Kunjungan N %
o
1 K1 120 15,9
2 K1 & K2 253 33,6
3 K1, K2 & K3 250 33,2
4 K1, K2, K3 & K4 131 17,3
Jumlah 754 100
40.00%
30.00%
25.00%
K1
20.00% K1 dan K2
17.30%
15.90% K1, K2, dan K3
15.00% K1, K2, K3, dan K4
10.00%
5.00%
0.00%
Berdasarkan jumlah kunjungan selama kehamilan
51
Karkteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Hamadi kota
Jayapura periode Juli – Desember 2021 berdasarkan umur terbanyak
ditemukan pada kelompok umur atau masa reproduksi sehat 20-35
tahun yaitu sebanyak 285 orang (77%), sedangkan pada umur atau
masa reproduksi Muda yaitu 15-19 tahun sebanyak 33 orang (9%) dan
pada kelompok umur atau masa reproduksi tua 36-45 tahun yaitu
sebanyak 51 orang (14%).
N
Usia N %
o
1. 15-19 33 9%
2. 20-35 285 77%
3. 36-45 51 14%
Jumlah 369 100%
70%
60%
50% 15 - 19 tahun
40% 20 - 35 tahun
36 - 45 tahun
30%
20% 14%
9%
10%
0%
Berdasarkan Usia
52
Karakteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Hamadi Kota
Jayapura periode Juli-Desember 2020 berdasarkan paritas, gravida
terbanyak ditemukan pada kelompok Multipara yaitu sebanyak 190
orang (52%), di susul oleh primipara yaitu sebanyak 134 orang (36%)
sedangkan grandemultipara sebanyak 45 orang (12%) dan terendah
pada kelompok nulipara dimana tidak terdapat sama sekali atau (0%).
40% 36%
Nulipara
30% Primipara
Multipara
Grandemultipara
20%
12%
10%
0%
0%
Berdasarkan Jumlah Paritas
53
Karakteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Hamadi Kota
Jayapura berdasarkan Asal Suku terbanyak ditemukan pada kelompok
Non Papua yaitu sebanyak 206 orang (56%), sedangkan pada Asal
Suku Asli Papua yaitu sebanyak 158 orang (43%).
No Asal Suku N %
1. Asli Papua 158 43%
2. Non Papua 206 56%
3. PN 5 1%
Jumlah 369 100%
60%
56%
50%
43%
40%
Asli Papua
30%
Non Papua
PN
20%
10%
1%
0%
Berdasarkan Asal Suku
54
4.1.9 Karakteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Hamadi Kota
Jayapura periode Juli - Desember 2020 berdasarkan Jumlah
asupan tablet Besi (Fe) Oral selama kehamilan
Karakteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Hamadi Kota
Jayapura periode Juli – Desember 2020 berdasarkan Jumlah asupan
tablet besi oral selama kehamilan, di temukan angka tertinggi adalah
pada kelompok ibu hamil yang hanya mendapatkan asupan tablet besi
oral pada trimester 1 saja yaitu sebanyak 243 Orang (66%), di ikuti
oleh yang mendapat asupan Fe oral pada trimester 2 saja yaitu, 93
orang (25%), trimester 3 saja 33 Orang (9%).
No Pemberian SF N %
1. T1 243 66%
2. T2 93 25%
3. T3 33 9%
Jumlah 369 100%
55
70% 66%
60%
50%
40%
T1
T2
30%
25% T3
20%
9%
10%
0%
Berdasarkan Jumlah Asupan Tablet Besi
56
4.1.10 Karakteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Hamadi
Kota Jayapura periode Juli - Desember 2020 berdasarkan Jumlah
kunjungan selama kehamilan
Karakteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Hamadi Kota
Jayapura periode Juli – Desember 2020 berdasarkan jumlah
kunjungan selama kehamilan, di temukan angka tertinggi adalah pada
kelompok ibu hamil yang hanya berkunjung pada kunjungan 1 saja
yaitu sebanyak 239 Orang (65%), di ikuti oleh yang berkunjung pada
kunjungan 1 dan 2 yaitu sebanyak 93 orang (25%), yang berkunjung
pada kunjungan 1,2,3 dan 4 (lengkap) sebanyak 37 orang (10%).
N Jadwal Kunjungan N %
o
1. K1 239 65%
2. K1 & K2 93 25%
3. K1, K2, K3 & K4 37 10%
Jumlah 369 100%
57
70%
65%
60%
50%
40%
K1
K1 dan K2
30% K1, K2, K3, dan K4
25%
20%
10%
10%
0%
Berdasarkan jumlah kunjungan ibu hamil selama kehamilan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi ibu yang mengikuti
Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Koya Barat Distrik Muara Tami dan
Puskesmas Hamadi Kota Jayapura periode Juli – Desember 2020, maka
akan dibahas variabel-variabel yang diteliti, sebagai berikut:
58
tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kunjungan
antenatal care. Namun ada perbedaan dengan hasil studi yang dilakukan
oleh Vidler, et. al (2016) terkait dengan usia merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh pada kunjungan antenatal care.8
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Sari
(2014), dimana di temukan bahwa ibu hamil yang usia tergolong 20-35
tahun lebih banyak melakukan kunjungan antenatal care bila di
bandingkan dengan ibu hamil yang usia tergolong kurang dari 20 tahun
ataupun lebih dari 35 tahun.
Hal ini karena ibu tergolong usia 20-35 tahun memiliki kesiapan
untuk hamil dimana dalam proses kehamilan di perlukan kematangan
psikologis seorang ibu, kesabaran, pemahaman kebutuhan ibu hamil
dan keterampilan yang di miliki demi untuk keselamatan dalam proses
persalinan. Dan pada penelitian ini juga tampak usia ibu hamil yang
tergolong kurang dari 20 tahun ataupun lebih dari 35 tahun harus lebih
efektif lagi untuk melakukan kunjungan antenatal care ANC karena di
usia yang tergolong kurang baik ini lebih banyak mengalami kesulitan
dalam proses kehamilan dimana dalam usia kurang dari 20 tahun,
kematangan rahim dan psikologis seorang wanita belum begitu baik dan
di usia kehamilan lebih dari 35 tahun, sudah tergolong kehamilan
beresiko karena bisa mengalami preeklamsi dan eklamsi saat menjalani
proses kehamilan di karenakan bukanlah usia yang baik untuk mejalani
kehamilan.
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah 20-35 tahun, di
bawah dan diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan
maupun persalinan. Pertambahan umur di ikuti oleh perubahan
perkembangan organ-organ reproduksi belum sempurna secara
keseluruhan dan kejiwaan yang belum siap menjadi seorang ibu, maka
kehamilan dapat berakhir dengan suatu keguguran, bayi BBLR dan
dapat di sertai persalinan macet.
59
Usia hamil pertama yang ideal bagi seorang wanita adalah 20
tahun, pada sebab usia tersebut Rahim wanita sudah siap menerima
kehamilan.8
60
antenatal care secara lengkap karena mereka merasa lebih memiliki
pengalaman yang lebih banyak dalam proses kehamilan sampai
melahirkan, sehingga mereka tidak begitu peduli dengan program
pemerintah yang di canangkan dalam hal ini pemeriksaan kehamilan
(ANC).
Terlebih lagi bila selama kehamilannnya ibu tidak mengalami
peristiwa ataupun kejadian seperti perdarahan yang banyak dan lama,
mungkin tidak merasa perlu untuk memeriksa kehamilannya. Mereka
tidak menyadari bahwa dalam melakukan antenatal care ibu hamil
dapat mengetahui apa yang terjadi dengan keadaan tubuhnya dan
kelainan pada janin yang di kandungnya. Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Chote, et.al (2009) di Kota Roterdam yang
menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah paritas dan
kunjungan antenatal.8
Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan
oleh faridah (1999), dimana hasil uji Chi-square di hasilkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara paritas dengan kelengkapan cakupan
k-4.8
61
Di temukan dalam penelitian ini, perbedaan yang sangat
singnifikan mengenai karakteristik ANC berdasarkan asal suku, Asli
Papua dan Non-Papua, dimana yang Non-Papua memiliki persentase
yang lebih banyak di bandingkan Asli Orang Papua, hal ini di
karenakan beberapa dari wanita orang asli Papua, belum memiliki
pemahaman yang baik mengenai pentingnya kunjungan Antenatal Care
yang menganjurkan ibu mengunjungi PKM terdekat saat munculnya
gejala-gejala kehamilan, sampai pada proses kehamilan dan persalinan.
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh
besar antara asal suku dan jumlah kunjungan ANC ke Puskesmas Koya
Barat maupun Puskesmas Hamadi dalam periode bulan Juli-Desember
2020.
Dengan demikian di butuhkan studi kasus selanjutnya mengenai
tingkat pengetahuan kaum ibu Asli Papua, mengenai pentingnya
kunjungan ANC ke PKM terdekat, untuk mencari seberapa besar
tingkat pengetahuan OAP khusunya wanita muda dan usia produktif
tentang program Antenatal Care kedepannya, demi tercapainya Papua
yang bebas dari masalah Kesehatan Ibu dan Anak, demi terlahirnya
generasi Orang Asli Papua yang cemerlang, smart dan sehat Fisik dan
Kejiwaan. (Elmslie, 2017), memprediksi berdasarkan data Badan Pusat
Statistik, dengan tren yang terjadi saat ini, persentase OAP secara
sistematis didiskriminasikan lewat pelayanan kesehatan dan pendidikan
secara nyata yang lebih rendah, akses yang sangat terbatas ke jalan
raya, pengairan dan listrik, serta kehilangan sebagian besar tanah
kepada migran baik untuk pertanian skala kecil dan skala besar.12
Dan juga tingkat pendidikan yang merupakan faktor sangat
mempengaruhi status kesehatan OAP khusunya KIA, melalui
pemahaman ibu / wanita asli Papua melalui penyuluhan dan kerja super
aktif Fasyankes Primer (Puskesmas) dalam memerangi masalah KIA,
hal ini di karenakan dalam penelitian ini di dapatkan jumlah kunjungan
ANC wanita asli Papua sangat rendah dengan jumlah wanita Non-
Papua, dan ini perlu menjadi perhatian bagi tim Pelayan Kesehatan,
62
Promkes, Pemerintah Daerah, dalam memerangi masalah kesehatan
masyarakat secara umum.
63
Gambaran karakteristik Antenatal Care (ANC) di Puskesmas
Koya Barat dan Puskesmas Hamadi Kota Jayapura periode Juli-
Desember 2020 berdasarkan Jumlah kunjungan selama kehamilan, di
temukan angka tertinggi adalah pada kunjungan pertama atau K1 yaitu
sebanyak 239 orang (65%) di Puskesms Hamadi, sedangkan Puskesmas
Koya barat untuk K1 merupakan angka terendah yaitu sebanyak 120
orang (15,9%), angka tertinggi pada kunjungan K1 dan K2 terdapat di
puskesmas Koya Barat yaitu sebanyak 253 orang (33,6%) dan untuk K1
dan K2 di Puskesmas Hamadi sebanyak 93 orang (25%). Pada data
K1,K2 dan K3 yaitu di puskesmas Koya Barat sebanyak 250 (33,2%),
untuk puskesmas Hamadi K1,K2,K3 dan K4 sebanyak 37 orang (10%)
dan untuk K1,K2,K3 dan K4 pada puskesmas Koya Barat 131 orang
(17,3%).
Dari data diatas dapat di ketahui bahwa jumlah kunjungan yang
terendah dari kedua puskesmas berbeda, dimana pada puskesmas
Hamadi jumlah kunjungan terendah yaitu pada K1,K2,K3 dan K4
sedangkan di Puskesmas Koya Barat pada K1. Tetapi kalau
dibandingkan antara kedua puskesmas ini, kunjungan lengkapnya (K1-
K4) masih tergolong rendah. Hal ini karena pada kunjungan akhir
biasanya kebanyakan ibu hamil langsung pergi ke rumah sakit, atau ke
dokter praktek, dan juga biasanya ke tempat praktek bidan sehingga
tidak menyelesaikan kunjungannya di puskesmas.
Berdasarkan hasil penelitian Rosnidar, terdapat hubungan faktor
pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap, dan persepsi dengan kunjungan
K4 ibu hamil. Menurut Lisa Indrian Dini (2012) terdapat hubungan
faktor tingkat pendidikan, sikap, kepercayaan, status ekonomi,
dukungan keluarga, dan akses terhadap pelayanan kesehatan dengan
Pemanfaatan Pelayanan ANC Oleh Ibu Hamil. 14
Dari penelitian yang dilakukan oleh Fitrayeni, dkk., dari 10 orang
ibu hamil, 4 di antaranya rutin melakukan pemeriksaan ANC tiap bulan
ke bidan dan Puskesmas, dan 6 orang memeriksakan kehamilan jika ada
keluhan saja, tidak teratur, tidak mengetahui standar kunjungan
64
pelayanan ANC yang benar, dan kontak pertama dengan tenaga
kesehatan pada awal trimester dua dengan alasan tidak tahu bahwa
dirinya hamil, malas ke pelayanan kesehatan sebelum yakin dirinya
hamil, karena menurut mereka takut untuk cepat mengambil
kesimpulan dirinya hamil sebelum merasa yakin benar-benar hamil
seperti kehamilannya sudah mulai terlihat dan cukup besar. Lebih dari
separuh responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, memiliki
sikap negatif, dan keluarga (suami) yang tidak mendukung. Kurang dari
separuh responden menyatakan bahwa peran bidan kurang baik saat
kunjungan ANC. 14
Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan,
sikap, peran keluarga dengan kelengkapan kunjungan ANC. Disamping
itu peran bidan yang dilakukan dalam ANC pada ibu hamil belum
efektif, dan efisien. Ada faktor lain yang juga dapat mempengaruhi
rendahnya kelengkapan kunjungan ANC, seperti sosial, budaya,
ekonomi, psikologi, dan lainnya. 14
Demikian halnya yang terjadi pada puskesmas Koya Barat dan
Puskesmas Hamadi kota Jayapura. Faktor-faktor tersebut sangat
mempengaruhi jumlah kunjungan ibu hamil di puskesmas sehingga
dukungan sosial dari orang-orang yang berarti bagi individu, seperti:
keluarga, pasangan hidup, teman dekat, saudara, dan tetangga.
Dukungan keluarga berperan penting dalam terwujudnya hal yang
positif. Untuk itu diperlukan peningkatan edukasi bagi suami, sehingga
kebutuhan ibu hamil untuk melaksanakan kunjungan ANC dengan baik
dan lengkap dapat tercapai.
.
65
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian di
wilayah kerja Puskesmas Koya Barat Distrik Muara Tami dan Puskesmas
Hamadi Kota Jayapura periode Juli – Desember 2020.
66
5.2 Saran
1. Diharapkan bagi para tenaga kesehatan khususnya pada bagian pelayan
Kesehatan Ibu dan Anak pada Puskesmas Perawatan Koya Barat Distrik
Muara Tami dan di Puskesmas Hamadi Kota Jayapura dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil
dengan anemia untuk menekan angka penderita di tahun berikutnya.
Dukungan keluarga berperan penting dalam terwujudnya hal yang
positif. Untuk itu diperlukan peningkatan edukasi bagi suami, sehingga
kebutuhan ibu hamil untuk melaksanakan kunjungan ANC dengan baik
dan lengkap dapat tercapai.
67
DAFTAR PUSTAKA
1
Agustine, U. dan Sukartiningsih, M. C. 2019. Keterkaitan Sosial Budaya
Dengan Pelaksanaan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kambaniru. Jurnal Kesehatan Primer Vol 4 (1) : 42-54
2
Cunningham, et al. 2014. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: EGC
3
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. 2016. Jakarta
4
Kementrian Kesehatan RI. Situasi Gizi Di Indonesia. INFODATIN, Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2016;(bab 1): 3
5
Kementrian Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian
Kesehatan dan JICA(Japan International Cooperation Agency), 1997,
Cetakan 2016. Jakarta.
6
Kementrian Kesehatan, POGI, WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga
Kesehatan. Kementrian Kesehatan 2015;(bab 4):111-4.
7
Kementrian Kesehatan, POGI, WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga
Kesehatan. Kementrian Kesehatan 2016. Jakarta
8
Mikrajab, M. A. dan Rachmawati, T. 2016. Analisis Kebijakan Implementasi
Antenatal Care Terpadu Puskesmas di Kota Blitar (Policy Analysis of
Integrated Antenatal Care implementation at Public Health Centers in
Blitar City). Vol 19 (1) : 41 – 53
9
Saptarini, I. dkk. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Tablet
Besi Pada Ibu Hamil Di Kelurahan Kebon Kelapa, Bogor. Pusat
Teknologi dan Intervensi Kesehatan Masyarakat. 2015. Jakarta Pusat.
10
Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
11
Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 6. Penerbit
EGC. 2011. Jakarta.
68
12
Siadari, E.E. Penduduk Asli Jadi Minoritas di 5 Wilayah di Papua. Satu
Harapan, 2019.
13
Tanto Chris, Liwang frans, et al. Kapita Selekta Kedokteran Essentials of
Medicine Edisi 4. Penerbit Media Aesculapius. 2014. Jakarta
14
Fitrayeni, dkk. Penyebab Rendahnya Kelengkapan Kunjungan Antenatal Care
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pegambiran. 2016. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas Vol. 10(1): 101- 107
69