Anda di halaman 1dari 36

Bagian Obstetri dan Ginekologi LAPORAN KASUS

“KISTA OVARIUM SUSPEK MALIGNANCY”

Disusun Oleh:
ANDI NUR ARDIAH RAHMAN
N 111 15 006

Pembimbing Klinik:
dr. DJEMI., Sp.OG., MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
FEBRUARI 2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan
menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang
paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan
kanker ovarium.1
Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh
dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.1
Penemuan kista ovarium pada seorang wanita akan sangat ditakuti oleh
karena adanya kecenderungan menjadi ganas, tetapi kebanyakan kista
ovarium jinak (80-84%). Kista ovarium terdapat sekitar 18% pada wanita
yang post-menopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista
jinak, dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan.1
Terdapat variasi dengan luas insidensi keganasan ovarium, rata-rata
tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di
Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per
100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991. Sebagian besar kista adalah
kista fungsional dan jinak. Di Amerika, karsinoma ovarium di diagnosis pada
kira-kira 22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.1,2
Pada wanita usia muda (biasanya kurang dari 40 tahun) resiko
pertumbuhan menjadi ganas berkurang. Oleh karena itu, kista dapat dikontrol
dengan USG pelvic. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko
terjadinya karsinoma terutama pada wanita-wanita yang mulai menopause.2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KISTA OVARIUM
A. Definisi
Tumor ovarium adalah sebuah proses penumbuhan jaringan baru yang
berasal dari ovarium baik yang bersifat jinak maupun ganas. Beberapa
literatur menggolongkan kista sebagai tumor, namun beberapa literatur lain
memisahkan antara tumor dengan kista. Perlu diketahui bahwa definisi kista
adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan. Karena
secara definisi tumor adalah jaringan, oleh karena itu beberapa literatur
membedakan antara kista dengan tumor ovarium.3

Gambar 2.1 Ilustrasi kista ovarium3

B. Anatomi Ovarium
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, dengan
ligamentum mesovarium dibagian belakang ligamentum latum, kiri dan
kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.1
Hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya
pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir
bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir ke atas dan belakang,
sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang dekat
dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus, dan
tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.1,4

3
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi
satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua
ligamentum berasal dari gubernakulum1,2,3
Secara histologik, ovarium dilapisi oleh epitelium germinalis dan tunika
albugenia. Sisi dalam ovarium terdiri dari sel-sel folikel dan jaringan ikat
yang sangat sensitif terhadap hormon seks. Ovarium diperdarahi oleh arteri
ovarica kanan dan kiri yang merupakan cabang dari aorta desendens. Vena
sebagai drainase mengikuti perjalanan arteri ovarica sebagai vena ovarica
kanan dan kiri.4

Gambar 2.2 Anatomi ovarium dan tuba4

4
Gambar 2.3 Anatomi dan fisiologi ovarium4

C. Epidemiologi
Berdasarkan data penelitian di Amerika Serikat, umumnya kista ovarium
ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun
transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah
post-menopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak,
dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan.5
Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif
jarang pada wanita post-menopause. Secara umum, tidak ada persebaran
umur yang spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.5

D. Sifat Kista
1. Kista Fisiologis
Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya
berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut
berukuran dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan
pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang
bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak
menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut
mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat fisiologis ini

5
dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami
menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat
haid. Beberapa jenis kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus
luteal, kista folikular, dan kista teka-lutein.4

2. Kista Patologis
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua
kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada
awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila
sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium
lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian
penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.1
Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang
kadang tidak disadari penderita. Karena, kista tersebut sering muncul
tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit
dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian
bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat
ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu
dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi.1,2
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang
bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan
yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas.
Tetapi sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab
perubahan sifat tersebut.Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya
bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista
fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan
campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.1,2,3

6
E. Klasifikasi Kista
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non-
neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor
jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid.
Kista Ovarium Non-Neoplastik
a. Tumor Akibat Radang
Tumor ini biasanya disebabkan oleh proses infeksi yang terjadi pada
adneksa. Tumor ini cukup jarang. Proses pembentukan tumor ini
didahului oleh masuknya bakteri kedalam uterus yang berlanjut ke bagian
salfing dan menuju ke adneksa. Kemudian terjadilah infeksi dan terjadi
proses imunologis sehingga terbentuk abses.1
b. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel
primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi
kista.bisa di dapati satu kista atau beberapa dan besarnya biasanya
berdiameter 1-1,5 cm. Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari
folikel yang tidak sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak
mengandung estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi FSH (folikel
stimulating hormon) dan LH (luteinizing hormone) normalnya ditemui
saat menopause berdiameter 1-10 cm (folikel normal berukuran limit 2,5
cm), berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau
gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya
asimtomatik.1
c. Kista Korpus Lutein
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan
menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan
mempertahankan diri (korpus luteum persisten), perdarahan yang terjadi
di dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah
coklat karena darah tua. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum

7
memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.
Penanganan kista luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri.
Dalam hal ini dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik
terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium.1
d. Kista Teka Lutein
Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormone chorio-gonadrotropin yang berlebihan.1,3
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung
telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan
oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi.1
Kista teka-lutein biasanya berisi cairan bening, berwarna seperti
jerami, biasanya berhubungan dengan tipe lain dari growth indung telur,
serta terapi hormon.1
e. Kista Inklusi Germinal
Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada
wanita usia lanjut dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di
bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel
kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serous.1,3
f. Kista Endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Akibat proliferasi
dari sel yang mirip dinding endometrium, umumnya berisi darah yang
merupakan hasil peluruhan dinding saat menstruasi.1

Neoplasti Jinak
1. Kistik:
a. Kistoma Ovari Simpleks

8
Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serous dan berwarna
kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Terapi terdiri
atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi
jarinngan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik
untuk mengetahui apakah ada keganasan.1,3
b. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini sering ditemukan bilateral (10-20%) daripada
kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat membesar sehingga
memenuhi ruang abdomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan
ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
tetapi dapat juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk
multikolur, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih
keabuan.3
Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke
dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5%. Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista
yang dilapisi epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma
eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor
ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelum),
maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian
besar terdiri atas epitel bulu getar seperti epitel tuba. Pada jaringan
papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya
yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma menunjukkan bahwa
kista adalah kistadenoma ovarium serosum papiliferum, tetapi bukan
ganas.3
Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa
proliferatif. Kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan rutin dari
pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa ketidaknyamanan
daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau

9
pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada
keganasan ovarium kecuali pada stadium terminal.1,2,6
Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh
karena berhubung dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu
dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang
dikeluarkan.Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang
dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan
tindakan selanjutnya pada waktu operasi.1,3
c. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini
mungkin muncul sebagai tumor unilateral kista teratoma atau
sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium. Tumor mucinous
yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderia yang
muda.Paling sering pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan
jarang sekali pada masa prapubertas. Tumor evarium ini terbanyak
ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kista
ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala
(lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang
mengandung niukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya.
Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan pada
tumor ini tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor
biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral (8-
10%).2
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama
apabila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista.
Pada permukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti
gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari
percampurannya dengan darah.2
Pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh
epital torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Jika terjadi
suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada saat

10
operasi), maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan sekresinya menyebabkan
pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudorniksoma peritonei timbul
penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan
banyak perlengketan. Akhirnya penderita meninggal karena ileus.
Pada kista kadang-kadang ditemukan daerah padat dan pertumbuhan
papiler.1,3
d. Kista Endometroid
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas
sewaktu haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah), tidak
terletak dalam rahim tetapi melekat pada dinding luar ovarium.
Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilkan
darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista.
Kista ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu
rasa sakit terutama sewaktu haid/sexual intercourse.1,3
e. Kista Dermoid
Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium
yang kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih
muda. 25% dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai
pada masa reproduksi walaupun dapat ditemukan pada anak kecil.
Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat besar, sehingga beratnya
mencapai beberapa kilogram.1

Gambar 2.4 Ovarium dengan kista Dermoid4

11
Kista ini tumbuh akibat proses yang kurang sempurna saat
pembentukan lapisan embrional. Lapisan ektoderm yang saat dewasa
akan menjadi sel sel folikel rambut, tulang, serta gigi secara tidak
sempurna tumbuh di sekitar ovarium. Kista ini tidak mempunyai ciri
yang khas. Dinding kista kelihatan putih keabuan dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Dapat
ditemukan kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi (ektodermal), tulang
rawan, serat otot jaringan ikat (mesodemal) dan mukosa traktus
gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk kelenjer
sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan
rambut.1
Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam
rongga peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat jarang,
hanya 1,5% dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita
lewat menopause.1,3

Gambar 5. Kista Dermoid3

2. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini
tidak berarti bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun
semuanya berpotensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda
pada berbagai jenis, umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarium
dan sangat tinggi pada teratoma embrional yang padat.1,6

12
a. Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium,
kurang dari 1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik
stroma ovarium atau sel mesenkim yang multipoten. Tumor ini
merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium dan paling sering
ditemukan pada penderita menopause.1
Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20
kg, dengan 90% uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras,
warnanya merah jambu keabuan. Apabila konsistensi sangat padat
disebut fibroma durum, dan apabila lunak disebut fibroma molle.
Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-sel di tengah
jaringan kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka
disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang besar biasanya
mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumor ini sering
ditemukan sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks). 1,2,6
b. Tumor Brenner
Tumor ini merupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat
jarang ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah
menopause. Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium. Besar
tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya
beberapa kilogram. Lazimnya tumor ini unilateral. Pada pembelahan
berwarna kuning muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil.
Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs. Gambar
mikroskopis tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni
sarang-sarang yang terdiri atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan
ikat yang luas dan padat. Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-
gejala klinik yang khas, dan jika masih kecil, biasanya ditemukan
secara kebetulan pada pemeriksaan histopatologik
ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini
menunjukkan keganasan pada histopatologi dan klinisnya.1,2,6

13
c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)
Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan
besarnya bervariasi antara 0,5-16 cm. Beberapa dari tumor ini
menyebabkan gejala maskulinasi, terdiri atas hirsutisme, pembesaran
klitoris, atrofi memmae, dan perubahan suara.1

F. Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri.
Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus
menstruasi.1
Faktor resiko terjadinya kista ovarium:4
a. Riwayat kista ovarium sebelumnya;
b. Siklus menstruasi yang tidak teratur;
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas;
d. Menstruasi dini;
e. Tingkat kesuburan;
f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang;
g. Terapi tamosifen pada kanker mamma.
Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga
akibat abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker
yang tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.4

G. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit matur. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.

14
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.1,6
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.1,2
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia
tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan
kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan
LH) atau terkadang clomiphene citrate yang dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.1,2
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional, yaitu ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.1,2

15
H. Tanda dan Gejala
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik.4,6
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:4
a. Gangguan haid.
b. Jika sudah menekan rektum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut:4
a. Asites.
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut.
c. Perut membuncit, kembung, mual, dan gangguan nafsu makan.
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

I. Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan
fisik. Maka dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista
ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah:5,6
1. Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.5,6
Dari gambaran USG dapat terlihat:5,6
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang
oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang

16
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo
yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di
dalam kista.

Gambar 2.6 Gambaran Kista pada USG5

2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat berguna sebagai skrining maupun
diagnosis apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut
pemeriksaan yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium:5,6
a. Pemeriksaan Beta-HCG
Pemeriksaan ini digunakan untuk skrining awal apakah wanita
tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap
Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan melalui
LED. Parameter lain, seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu
pemeriksa menilai keadaan pasien.
c. Urinalisis
Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain,
baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan
diagnosis banding.

17
d. Pemeriksaan Tumor Marker
Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium adalah CA125.
CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik karena
marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan ovarium.

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses
operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.6

J. Penatalaksanaan
1. Observasi dan Manajemen Gejala
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil
jika tidak curiga ganas. Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan
obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID.1,2,4
2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau
laparotomi. Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien
mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi,
kepastian suatu kista itu bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan
pemeriksaan Patologi Anatomi setelah dilakukan pengangkatan kista itu
sendiri melalui operasi. Biasanya untuk laparoskopi diperbolehkan
pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi
diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-9.1,2,4
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalu screening USG
umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5 cm baik dengan
gejala maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan

18
patologi anatomi untuk memastikan keganasan sel dari tumor
tersebut.1,2,4,6

K. Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh
di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah
dilakukan operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%.1
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan
ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.1
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel
granuloma memiliki angka bertahan hidup 82%, sedangkan karsinoma sel
skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang
buruk.1,6

19
BAB III
LAPORAN KASUS

Waktu Masuk RS : Rabu, 20 Desember 2017


Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 20 Desember 2017
Jam : 15:26 WITA
Tempat : RSUD UNDATA

I. IDENTITAS
Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. N
Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun
Alamat : Palolo Alamat : Palolo
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri pada perut

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien P1A2 usia 32 tahun masuk ke IGD Kebidanan RSUD Undata Palu
dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan sejak ±1 tahun terakhir semakin
memberat sejak ± 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri yang dirasakan
menjalar hingga punggung belakang. Keluhan disertai adanya benjolan pada
perut yang mulai dirasakan sejak ±2 tahun yang lalu dan lambat laun semakin
membesar. Disertai pula badan terasa lemas, sesak sejak ± 1 tahun yang lalu
bersifat hilang timbul, nyeri pada dada sisi kanan pasien, batuk kering yang
dialami sejak ± 1 bulan terakhir, demam sejak ±1 minggu yang lalu, mual,
muntah >5×, nafsu makan menurun, dan terasa pusing serta sakit kepala.
Pasien juga mengaku terjadi penurunan berat badan drastis. Keluhan ini

20
dirasakan semakin memberat beriringan dengan perut pasien yang semakin
membesar. Pasien mengaku ± 1 bulan yang lalu, pasien pengalami perdarahan
dari jalan lahir selama 1 hari, volume yang cukup banyak dan berhenti
sendiri. Konstipasi ±7 hari, dan buang air kecil sedikit-sedikit. Tidak ada
keluhan adanya pelepasan darah dari jalan lahir saat ini.

Riwayat Pengobatan:
Pasien rujukan dari Puskesmas Palolo dengan tumor kista. Pasien sempat
dirawat ± 3 bulan yang lalu dengan kista ovarium di RSUD Undata palu,
pasien dianjurkan untuk berobat lanjut, tapi pasien mengaku belum siap.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Tidak ada riwayat keluhan serupa sebelumnya. Tidak ada riwayat
penyakit ginekologi lainnya, riwayat hipertensi, jantung, diabetes mellitus,
asma, alergi dan penyakit lain disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat Ca Ovarium pada nenek pasien.

Riwayat Menstruasi:
Pasien mengaku sudah tidak mengalami menstruasi sejak awal bulan
April tahun 2017. Menarche pada usia ± 12 tahun, lama haid: 7-9 hari, 5-6
pembalut/hari, siklus haid tidak teratur sejak usia 25 tahun.

Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku suntik 3 bulan sejak tahun 2007 sampai 2015.

Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 (satu) kali dengan suami sekarang dengan lama
pernikahan ±8 tahun

21
Riwayat Obstetri
NO Tahun Tempat Penolong Persalinan BBL Jenis Ket.
Persalinan Kelamin
1 2006 Abortus
2 2007 Rumah Bidan Gravid 4500 Perempuan Hidup,
aterm, gr sehat
SPT-LBK
3 2010 Abortus

III. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS GENERALISATA
Keadaan Umum : Sakit Berat, Indeks Karnofsky: 20% (sakit berat, perlu
perawatan rumah sakit. Status Penampilan WHO: 4 (jelek
sekali, tidak dapat bangun dan merawat diri sendiri, hanya
tiduran saja).
Kesadaran : GCS E4V5M6, Compos mentis
Status gizi : Underweight
BB : 45 kg  61 kg
TB : 158 cm
IMT : 18,02 kg/m2
Vital Sign : TD : 100/70 mmHg
Nadi : 104 ×/menit
Respirasi : 34 ×/menit
Suhu : 39,7oC
Skala Nyeri :8

Pemeriksaan Kepala
Wajah : Tampak pucat (+), edema (-), efloresensi (-)
Bentuk : Normocephalus, simetris
Rambut : Warna hitam kecokelatan, distribusi normal, tidak mudah
dicabut, tidak mudah rontok, alopecia (-)
Deformitas : (-), nyeri tekan (-)
Mata : Konjungtiva : Anemis -/-

22
Sklera : Ikterus +/+
Palpebra : Edema -/-
Pupil : Bentuk bulat, isokor, RCL +/+
Secret : -/-
Telinga : Deformitas (-), massa (-), otorrhea (-), nyeri tekan (-)
Hidung : Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-),
rinorrhea (-)
Mulut : Bibir : Kesan normal, sianosis (-), stomatitis (-)
Lidah : Bentuk kesan normal, warna merah muda,
tremor (-), lidah kotor (+)
Gigi : Karies (+) 17, 28, 37, 47
Tonsil : Ukuran T1/T1
Faring : Hiperemis (-)

Pemeriksaan Leher
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
JVP : Peningkatan (-)
Massa : (-)

Thorax
Pemeriksaan Paru
Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral kanan = kiri, retraksi
interkosta (+), jejas (-), bentuk normochest, jenis
pernapasan thoraco-abdominal, pola pernapasan kesan
normal
Palpasi : Ekspansi dada simetris, vocal fremitus menurun pada
kedua lapang paru, nyeri tekan (-)
Perkusi : Bunyi pekak mulai pada ICS 5 dextra dan ICS 4 sinistra,
batas paru-hepar sulit dievaluasi.

23
Auskultasi : Suara napas vesikuler di kedua lapang paru (melemah)
kecuali di SIC I dan II
Suara napas bronchovesicular di SIC I dan II
Suara napas bronchial di manubrium sterni
Suara napas tracheal di trachea
Suara napas tambahan: Ronkhi basah (+/+) mulai pada
ICS 5 dextra dan ICS 4 sinistra. Whezzing (-).
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas: SIC II linea sternalis sinistra
Batas kiri: SIC IV linea axillaris anterior
Batas kanan: sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung S1 & S2 murni reguler, bunyi tambahan (-)
Pemeriksaan Mammae
Bentuk : Simetris Pengeluaran : Tidak ada
Papilla mammae : Menonjol Kebersihan : Cukup
Kelainan : Tidak ditemukan

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung, kesan distensi disertai benjolan yang
meliputi seluruh regio abdomen dan penonjolan umbilicus,
warna sama dengan kulit sekitar, tampak pembuluh kapiler
pada kulit dinding abdomen, luka bekas operasi (-).
Auskultasi : Bunyi peristaltik usus terdengar, frekuensi kesan menurun.
Aorta abdominalis sulit dievaluasi.
Perkusi : Bunyi pekak (+). Pembesaran lien & hepar (sulit
dievaluasi)
Palpasi : Teraba massa meliputi seluruh regio abdomen, 1 jari di
atas processus Xyphoideus hingga symphisis, dengan
lingkar perut 111 cm, konsistensi padat, berbatas tegas,

24
immobile, teraba hangat dari suhu sekitar, nyeri tekan (+).
Palpasi hepar, ginjal, dan lien (sulit dievaluasi). Tes
undurasi (+)

Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas superior
Kulit : Warna cokelat kesan normal, edema (-/-), akral hangat
(+/+), fungsi sensorik normal, efloresensi (-/-).
Otot : Bentuk eutrofi, tonus normal, kekuatan otot 5/5
Sendi : ROM dalam batas normal
Ekstremitas inferior
Kulit : Warna cokelat kesan normal, pitting edema (+/+), akral
hangat (+/+), fungsi sensorik normal, efloresensi (-/-).
Otot : Bentuk eutrofi, tonus normal, kekuatan otot 5/5
Sendi : ROM dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI


Inspeksi : Tidak tampak discharge dari vagina
Inspekulo & VT : Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaaan Hasil Range
02/12/2017
CEA 1,5 ≤5 ng/mL
CA 125 370,6 ≤35 U/mL
20/12/2017
HGB 12,3 gr/dL 11,5-16,0
HCT 40,3 % 37,0-47,0
Eritrosit 5,25×106/ uL 3,80-5,80
MCV 77 fL 80-100
MCH 23,5 pg 27,0-32,0
MCHC 30,6 g/dl 32,0-36,0
Trombosit 490.000/uL 150.000-500.000
Leukosit 11,4 ribu/uL 4,0-10,0
CT 7’ 4 – 10’

25
BT 3’ 1 – 5’
HBsAg (+) (-)
Anti HIV (-) (-)
24/12/2017
Creatinine 4,09 mg/dL 0,60-1,10
Urea 147,1 mg/dL 15,0-43,0
27/12/2017
Albumin 1,7 g/dL 3,8-5,4

Radiologi
USG Ginekologi: 22/12/2017
Kista Padat: ± 30×25×25 cm
Kesan: Kista ovarium suspek keganasan

Foto Thorax AP: 24/12/2017

Konsul Interna:
Advice: Cek Lab Albumin, Aminefron 3×II tab
Konsul Bedah
Advice: Usul berobat lanjut

26
VI. RESUME
Pasien P1A2 usia 32 tahun masuk dengan nyeri abdomen sejak ±1 tahun
& memberat sejak ±1 bulan sebelum masuk RS. Disertai benjolan di regio
abdomen sejak ±2 tahun yang lalu dan progresif membesar. Disertai pula
adanya malaise, dyspneu intermitten, nyeri regio thorax dextra, batuk tidak
produktif, febris, nausea, vomiting >5×, anorexia, dan terasa pusing serta
cephalgia. Penurunan berat badan drastis. Keluhan progresif memberat.
Konstipasi ±7 hari, dan intermitensi urin.
Pasien rujukan dari PKM dengan tumor kista. Riwayat dirawat ± 3 bulan
yang lalu dengan kista ovarium. Riwayat Ca Ovarium pada nenek pasien.
Amenorrhea sejak ± 9 bulan. Riwayat menometrorrhagia. Riwayat
penggunaan KB suntik 3 bulan sejak tahun 2007-2015.
Pemeriksaan fisik KU: Sakit Berat, indeks Karnofsky: 20%, status
penampilan WHO: 4, GCS E4V5M6, status gizi: underweight (IMT: 18,02
kg/m2). TD: 100/70 mmHg, N: 104 ×/m, R: 34 ×/m, S: 39,7oC, skala nyeri: 8.
Status generalis: tampak pucat (+), ikterus +/+, pemeriksaan paru: retraksi
interkosta (+), bunyi pekak mulai pada ICS 5 dextra dan ICS 4 sinistra, suara
napas vesikuler di kedua lapang paru (melemah) kecuali di SIC I dan II,
ronkhi basah (+/+) mulai pada ICS 5 dextra dan ICS 4 sinistra.
Status Lokalis: Regio Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung, kesan distensi disertai benjolan yang
meliputi seluruh regio abdomen dan penonjolan umbilicus,
warna sama dengan kulit sekitar, tampak pembuluh kapiler
pada kulit dinding abdomen, luka bekas operasi (-).
Auskultasi : Bunyi peristaltik usus terdengar, frekuensi kesan menurun.
Aorta abdominalis sulit dievaluasi.
Perkusi : Bunyi pekak (+). Pembesaran lien & hepar (sulit
dievaluasi)
Palpasi : Teraba massa meliputi seluruh regio abdomen, 1 jari di
atas processus Xyphoideus hingga symphisis, dengan

27
lingkar perut 111 cm, konsistensi padat, berbatas tegas,
immobile, teraba hangat dari suhu sekitar, nyeri tekan (+).
Palpasi hepar, ginjal, dan lien (sulit dievaluasi). Tes
undurasi (+)
Pemeriksaan penunjang: CEA=1,5; CA 125=370,6; HGB=12,3 gr/dL;
PLT=490.000/uL; WBC=11,4 ribu/uL. HBsAg (+); Creatinine=4,09 mg/dL;
Urea=147,1 mg/dL=Albumin 1,7 g/dL. USG Ginekologi: Kista Padat: ±
30×25×25 cm, kesan: Kista ovarium suspek keganasan. Foto thorax: efusi
pleura.

VII. DIAGNOSIS
P1A2 usia 32 tahun, Kista Ovarium Suspek Malignancy + Hepatitis B
Suspek Meigs Syndrome (Tumor Ovarium + Efusi Pleura + Ascites)
CKD

VIII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Observasi balance cairan
- Observasi TTV
- Pasang O2 3-4 lpm
- IVFD RL 20 gtt/menit
Medikamentosa
- Injeksi Ranitidine 50mg/12 jam/IV
- Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
- Ambroxol 3×30 mg
- Cefadroxil 2×500 mg
- Paracetamol 3×500 mg
- Antasida Syrup 3×1 C

28
IX. FOLLOW UP
N HARI/
S O A P
O TGL
KU: Lemah/CM
TD: 100/60 mmHg
IVFD RL:Dextrose 5%: NaCl
N: 76×/m
Setiap makan 0,9% (1:1:1) 28 gtt/m
R: 24×/m
muntah, vomiting ± 5 Drips Ondancentrone 4 mg/8 j/iv
S: 36,2°C P1A2 usia 32
Kamis kali, nyeri abdomen (jika tidak muntah, stop)
Konjungtiva: tahun, kista
21-12- (+), nauseia (+), Inj. Ranitidine 50 mg/12 j/iv
anemis -/- ovarium suspek
1 2017 pusing (+), cephalgia Antasida Syrup 3×1C
Abdomen: tampak malignancy +
08:00 (-), febris (-), PPV (- Ambroxol 3×30 mg
distensi, nyeri tekan Hepatitis B
). BAB encer ± 3 Cefadroxil 2×500 mg
(-), umbilicus
kali. BAK sedikit- Meloxicam 2×7,5mg
menonjol
sedikit. New Diatabs 3×1 tab
Ekstremitas
Rencana USG besok jika KU baik
Inferior: Pitting
edema: +/+
KU: Lemah/CM
IVFD RL:Dextrose 5%: NaCl
TD: 90/60 mmHg
0,9% (1:1:1) 28 gtt/m
N: 88×/m
Drips Ketorolac 30 mg/8 j/IV
R: 22×/m
Nyeri perut (+) Inj. Ondancentrone 4 mg/12 j/iv
S: 36,7°C
berkurang, nausea (+), P1A2 usia 32 Inj. Ranitidine 50 mg/12 j/iv
Konjungtiva:
Jumat vomiting (+) 5×, tahun, kista Antasida Syrup 3×1C
anemis -/-
22-12- cephalgia (+), pusing ovarium suspek Ambroxol 3×30 mg
2 Abdomen: tampak
2017 (+), nyeri epigastrium malignancy + Cefadroxil 2×500 mg
distensi, nyeri tekan
09:00 (+), febris (-), PPV (-), Hepatitis B Paracetamol 3×500 mg
(-), umbilicus
BAB cair ± 5×, BAK
menonjol
sedikit-sedikit. USG Ginekologi:
Ekstremitas
Kista Padat: ± 30×25×25 cm
Inferior: Pitting
Kesan: Kista ovarium suspek
edema: +/+
keganasan
KU: Lemah/CM
TD: 110/70 mmHg
N: 80×/m IVFD RL 28 gtt/m
R: 20×/m Inj. Ranitidine 50 mg/12 j/iv
Nyeri perut (-), nausea
S: 36,7°C P1A2 usia 32 Antasida Syrup 3×1C
(-), vomiting (-),
Sabtu Konjungtiva: tahun, kista Ambroxol 3×30 mg
cephalgia (-), pusing
23-12- anemis -/- ovarium suspek Cefadroxil 2×500 mg
3 (+), nyeri epigastrium
2017 Abdomen: tampak malignancy + Paracetamol 3×500 mg
(-), febris (-), PPV (-),
08:00 distensi, nyeri tekan Hepatitis B Pasang kateter 6 jam setelah BAK
BAB (-), BAK (+)
(-), umbilicus terakhir
sedikit-sedikit.
menonjol Observasi volume urine 2-3 jam
Ekstremitas
Inferior: Pitting
edema: +/+

29
KU: Lemah/CM
TD: 100/70 mmHg
N: 80×/m
R: 20×/m IVFD RL 28 gtt/m
Nyeri perut (+), nausea
S: 37,0°C P1A2 usia 32 Inj. Ranitidine 50 mg/12 j/iv
(-), vomiting (-),
Minggu Konjungtiva: tahun, kista Antasida Syrup 3×1C
cephalgia (-), pusing (-
24-12- anemis -/- ovarium suspek Ambroxol 3×30 mg
4 ), nyeri epigastrium (-),
2017 Abdomen: tampak malignancy + Cefadroxil 2×500 mg
febris (-), PPV (-),
07:00 distensi, nyeri tekan Hepatitis B Paracetamol 3×500 mg
BAB (+), BAK (+) via
(-), umbilicus Observasi volume urine 2-3 jam
catheter
menonjol
Ekstremitas
Inferior: Pitting
edema: +/+
O2 3-4 lpm
Drips Ketorolac 30 mg dalam RL
500 cc 28 gtt/menit
Inj. Dexamethasone 5 mg/iv
Paru: bunyi paru
Os mengeluh kesakitan (ekstra)
13:15 dextra et sinistra
dan sesak EKG
kesan menurun
Foto thorax PA cito
Cek laboratorium: ureum &
creatinine
Terapi lain lanjut
KU: Lemah/CM
TD: 100/70 mmHg
N: 81×/m
O2 3-4 lpm
Nyeri perut (+) R: 23×/m
IVFD RL 28 gtt/m
berkurang, dyspneu S: 37,2°C P1A2 usia 32
Drips ketorolac 30 mg/8 j/iv
Senin (+), nausea (-), Konjungtiva: tahun, kista
Inj. Ranitidine 50 mg/12 j/iv
25-12- vomiting (-), cephalgia anemis -/- ovarium suspek
5 Inj. Ondancentrone 4 mg/8 j/iv
2017 (-), pusing (-), nyeri Abdomen: tampak malignancy +
Antasida Syrup 3×1C
08:00 epigastrium (-), febris distensi, nyeri tekan Hepatitis B
Konsul Bedah
(-), PPV (-), BAB (-), (-), umbilicus
Konsul Interna
BAK (+) via catheter menonjol
Ekstremitas
Inferior: Pitting
edema: +/+
Konsul interna:
Advice:
Cek laboratorium Albumin
10:30 Aminefron 3×II tab

Konsul bedah:
Advice: usul berobat lanjut
Susah tidur (+), nyeri KU: Lemah/CM P1A2 usia 32 O2 3-4 lpm
26-12- perut (-), dyspneu (-), TD: 120/90 mmHg tahun, kista IVFD RL 28 gtt/m
6 2017 nausea (+), vomiting (- N: 76×/m ovarium suspek Drips ketorolac 30 mg/8 j/iv
08:00 ), cephalgia (-), pusing R: 25×/m malignancy + Inj. Ranitidine 50 mg/12 j/iv
(-), nyeri epigastrium (- S: 37,5°C Hepatitis B Inj. Ondancentrone 4 mg/8 j/iv

30
), febris (-), PPV (-), Konjungtiva: Antasida Syrup 3×1C
BAB (-), BAK (+) via anemis -/-
catheter Abdomen: tampak
distensi, nyeri tekan
(-), umbilicus
menonjol
Ekstremitas
Inferior: Pitting
edema: +/+
KU: Lemah/CM
TD: 90/60 mmHg
N: 62×/m
Susah tidur (+), nyeri R: 26×/m
IVFD RL 28 gtt/m
perut (+), dyspneu (-), S: 36,8°C P1A2 usia 32
Inj. Ketorolac 30 mg/8 j/iv (kp)
nausea (-), vomiting (- Konjungtiva: tahun, kista
27-12- Inj. Ranitidine 50 mg/12 j/iv
), cephalgia (-), pusing anemis -/- ovarium suspek
6 2017 Inj. Ondancentrone 4 mg/12 j/iv
(+), nyeri epigastrium Abdomen: tampak malignancy +
08:00 (kp)
(-), febris (-), PPV (-), distensi, nyeri tekan Hepatitis B
Antasida Syrup 3×1C
BAB (-) 2 hari, BAK (+), umbilicus
(+) via catheter menonjol
Ekstremitas
Inferior: Pitting
edema: +/+
KU: Lemah/CM
TD: 120/70 mmHg
N: 84×/m Aff infus dan kateter
Susah tidur (+), nyeri R: 18×/m Antasida Syrup 3×1C
perut (+), dyspneu (-), S: 36,7°C P1A2 usia 32 Ibuprofen 3×400 mg
nausea (-), vomiting (- Konjungtiva: tahun, kista Aminefron 3×II tab
28-12-
), cephalgia (-), pusing anemis -/- ovarium suspek Pro Berobat Lanjut dengan
7 2017
(+), nyeri epigastrium Abdomen: tampak malignancy + diagnosis kista ovarium suspek
08:00
(-), febris (-), PPV (-), distensi, nyeri tekan Hepatitis B malignancy + effuse pelura +
BAB (-) 3 hari, BAK (+), umbilicus CKD
(+) via catheter menonjol
Ekstremitas
Inferior: Pitting
edema: +/+
Keluar pus, mengalir Alirkan pus dan ganti verban
15:00
dari umbilicus setiap basah (pagi, siang, sore)

31
X. DOKUMENTASI

Follow up 28-12-2017 (perawatan hari ke-7)

32
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


fisik. Dari anamnesis pada padasarnya belum dapat menyimpulkan secara pasti
adanya kista ovarium karena biasanya penyakit ini bersifat asimtomatik dan sulit
ditegakkan hanya berdasarkan anamnesis. Walaupun pada pasien didapatkan nyeri
perut dengan ada pembesaran perut namun hal tersebut tidak spesifik pada kista
ovarium. Walaupun demikian, pada pasien ini didapatkan riwayat dirawat dengan
penyakit kista ovarium sebelumnya dan adanya riwayat penyakit gangguan
hormonal yaitu gangguan menstruasi, sehingga dapat memberi petunjuk untuk
menegakkan diagnosis kista ovarium. Adanya riwayat penggunaan kontrasepsi
hormonal pasien juga dapat menjadi salah satu faktor risiko dari penyakit ini.
Pada kasus ini didapatkan adanya keluhan nyeri perut. Menurut teori keluhan
nyeri perut dapat disebabkan oleh perdarahan kedalam kista yang berangsur-
angsur dapat menimbulkan gejala klinik, seperti nyeri perut terutama jika jumlah
perdarahan banyak. Selain itu, nyeri perut juga dapat disebabkan oleh putaran atau
torsio tangkai karena dapat menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvicum terhadap peritonium parietal. Dari hasil USG juga
teridentifikasi adanya kista padat ± 30×25×25 cm, dengan kesan kista ovarium
suspek keganasan. Namun, pada pasien ini belum dapat diketahui pasti penyebab
nyeri yang dirasakan oleh pasien
Pada pasien ini tidak dilakukan tindakan operatif hanya berupa terapi
simptomatik mengingat temuan baik itu dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
maupun pemeriksaan penunjang adanya tanda-tanda mengarah ke keganasan.
Pada kasus ini dimana ditemukan kista ovarium padat, ascites, dan efusi pleura
pada dasarnya dapat dikaitkan dengan Meigs syndrome. Sindrom Meigs
merupakan gejala yang terdiri dari tumor ovarium benigna dengan ascites dan
efusi pleura yang menghilang setelah reaksi tumor. Tumor ovarium pada Sindrom
Meigs adalah jenis fibroma. Adapun, sindrom Pseudo-Meigs terdiri dari efusi
pleura, ascites dan tumor jinak ovarium selain jenis fibroma.Tumor jinak ini

33
termasuk tumor tuba fallopi atau uterus dan matur teratoma, struma ovari dan
ovarium leiomyomas. Juga untuk metastase dari keganasan gastrointestinal.7
Patofisiologi ascites pada Meigs Sindrom masih merupakan spekulasi. Meigs
menduga bahwa iritasi dari peritoneum dari tumor ovarium yang keras dan solid
menstimulasi produksi cairan peritoneum. Samanth dan Black menemukan bahwa
ascites hanya terdapat pada tumor dengan diameter lebih dari 10 cm dengan
komponen myxoid sampai struma. Mekanisme lain yang diajukan adalah tekanan
langsung pada aliran limfe atau vena, stimulasi hormonal, dan torsi tumor.
Terjadinya ascites dapat juga disebabklan oleh pelepasan mediator-mediator
(seperti activated complements histamine fibrin degradation products) dari tumor,
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler.7
Etiologi dari efusi pleura tidak jelas. Teori dari Efskind dan Terade dkk
mengatakan bahwa cairan ascites berpindah melalui transdiaphragmatic lympathic
channels. Besarnya efusi pleura sebanding dengan jumlahnya ascites. Cairan
ascites dan efusi pleura pada Meigs Sindrom dapat berupa transudat atau eksudat.
Meigs melakukan elektroforesis pada beberapa kasus dan menemukan bahwa
pada dasarnya cairan pleura dan cairan ascites mempunyai sifat yang sama.7
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma tetapi tidak semua ganas
meskipun semuanya mempunyai potensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat
berbeda pada berbagai jenis, umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarium
dan sangat tinggi pada teratoma embrional yang padat. Ketika suatu massa pada
ovarium berhubungan dengan sindrom Meigs dan peningkatan kadar serum CA-
125, dapat diduga adanya proses keganasan. Hasil negatif pada pemeriksaan
sitologi dari efusi asites, tidak adanya implantasi peritoneal, dan hasil histologi
jinak akan dapat membatasi prosedur bedah. Keputusan ini harus dibuat oleh
seorang ahli bedah ginekologi yang berpengalaman atau ahli onkologi
ginekologi.7
Terdapat laporan kasus sindrom pseudo-Meigs yang berhubungan dengan
struma ovarii ganas dan peningkatan kadar CA-125. Pilihan untuk tidak
melakukan terapi tambahan layak diterapkan setelah pelaksanaan operasi yang
optimal dan diberikan prosedur staging yang memadai untuk keadaan yang

34
biasanya jinak secara klinis dan insiden metastasis pada ovarii struma ganas yang
masih rendah. Diperlukan konseling pasien secara hati-hati.7
Pasien dengan sindrom Meigs biasanya mempunyai riwayat keluarga
penderita kanker ovarium. Keluhan utama tidak terjalu jelas dan terjadi
sepanjang waktu yaitu berupa kelelahan, napas yang pendek, peningkatan
lingkar perut, penurunan berat badan, batuk yang tidak produktif, bengkak
(edema), amenorea pada wanita premenopause, serta menstruasi yang tidak
teratur. Pada pasien ini hampit ditemukan semua kriteria tersebut.
Secara teori, perawatan medis pada pasien dengan sindrom Meigs
dimaksudkan untuk menangani gejala asites dan efusi pleura dengan cara terapi
parasentesis dan thorakosentesis. Namun, sayangnya pada pasien hanya dilakukan
drainase dari umbilicus mengingat keadaan umum pasien yang tidak stabil.
Sehingga dianjurkan untuk berobat lanjut.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Medscape Reference, Ovarium Anatomy, Available at


http://emedicine.medscape.com. Last Update October 3, 2013. Accessed on
November 13, 2017.
2. Medscape Reference, Ovarian Cysthttp://emedicine.medscape.com/article/,
Last Update August 19, 2013. Accessed on November 13, 2017.
3. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic
Oncology Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008
4. Norman F. Gant MD, Kenneth J., Md Leveno, Larry C., Iii, Md Gilstrap,
John C., Md Hauth, Katharine D., Md Wenstrom, John C. Hauth, J.
Whitridge Obstetrics Williams (Editor), Steven L. Clark, Katharine D.
Wenstrom. Williams Obstetrics 23rd Ed: Mc Graw-Hill Professional
5. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009
6. Evans, Arthur T. Manual of Obstetric 7th ed. Lippincot Williams and
Willkins. 2007
7. Rahman AA & Kurniawati. Meigs Syndrome. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah; 2014.

36

Anda mungkin juga menyukai