Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang


mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina melalui
saluran serviks, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan,
yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Mioma uteri adalah suatu
tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan
pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan
fibromioma, fibroid ataupun leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal
dari otot uterus dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma bisa menyebabkan gejala
yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak, penekanan pada daerah
pelvis, dan disfungsi reproduksi. Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang
terbanyak pada organ reproduksi wanita. Sering ditemukan pada wanita usia
reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%
dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, yang membuktikan bahwa banyak
wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik.1,2
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu
mendekati angka 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun,
menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri belum
pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, sedangkan setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, angka kejadian
mioma uteri ditemukan 2,39-11,87% dari semua penderita ginekologi yang
dirawat.2
Perihal penyebab pasti terjadinya tumor mioma belum diketahui. Bentuk
tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim
yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan
keluhan, bila mioma tumbuh ke dalam mukosa rahim, keluhan yang biasa
dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan di luar siklus haid. Sedangkan pada
tipe tumor yang tumbuh di kulit luar rahim yang dikenal dengan tipe subserosa
tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila

1
tumor membesar yang dengan perabaan di daerah perut dijumpai benjolan keras,
benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar. Selain
itu, mioma juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius sehingga
terjadi gangguan berkemih.2,3
Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obat-
obatan (medisinalis) maupun secara operatif. Pemberian GnRH analog merupakan
terapi medisinalis yang bertujuan untuk mengurangi gejala perdarahan yang
terjadi dan mengurangi ukuran mioma. Penatalaksanaan operatif terhadap gejala-
gejala yang timbul atau adanya pembesaran massa mioma adalah miomektomi
atau histerektomi.1

2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ngolodono, Kr.dowo
Masuk RS : 10 juni 2017

B. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir terus menerus.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir terus
menerus sejak 14 hari SMRS. Darah yang keluar berwarna merah kehitaman.
Pasien mengatakan dapat mengganti pembalut 4 sampai 5 kali dalam sehari,
Badan pasien terasa lemas, dan mudah lelah.
Pasien mengalami siklus haid yang tidak teratur kurang lebih 2 tahun terahir.
Setiap haid pasien merasakan nyeri perut yang dirasa ringan dan tidak
mengganggu aktivitas pasien. Darah haid berwarna merah kehitaman dan
encer.
Penurunan berat badan yang cepat disangkal. Nafsu makan dan
minum pasien baik. Pasien mengeluh mual tetapi tidak sampai muntah, tidak
ada gangguan pada BAK ataupun BAB.

Riwayat Menstruasi sebelum keluhan:


Menarche : 13 tahun
Dismenorrhea : kadang-kadang
Menorhagia : (-)

3
Leukorrhea : (-)
Menopause : (-)
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari

Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali selama 20 tahun.
Riwayat KB : Pernah menggunakan suntik KB , selama 7 tahun,
disuntik tiap 1 bulan

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Berat
ke Kehamilan Persalinan lahir
(gram)
1 1990 BPM Aterm Spontan Bidan - 3200
2 1992 Abortus
3 1995 BPM Aterm Spontan Bidan - 3200
4 1997 BPM Aterm Spontan Bidan - 3000

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat operasi sebelumnya : disangkal
Riwayat penyakit kronis :
Hipertensi : disangkal
kencing manis (DM) : disangkal
Asma : disangkal
Penyakit Jantung dan atau paru : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah
tinggi, kencing manis, asma dan alergi.

4
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-)
Kepala
Normocephali, Rambut hitam
Mata
Pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (+/+), sklera
ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Telinga
sekret (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal, sianosis (-)
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, penggunaan otot bantu nafas (-)

5
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi : normochest, retraksi (-), pergerakan simetris pada saat
statis dan dinamis
Palpasi : sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea
midclavicularissinistra
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan
gallop pada ke 4 katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi : datar, tidak ada luka bekas operasi.
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-).
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing
finger -/-
Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran

6
D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Payudara : Simetris, retraksi putting susu -/-, massa -/-,
kelainan kulit -/-
Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak datar
Palpasi : Nyeri (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+)
Pemeriksaan dalam:
1. Fluxus (+), fluor (-)
2. Vagina : dinding vagina licin, merah muda, terdapat massa
bertangkai yang keluar dari OUE. massa jumlah 1, mobile, ukuran 5 cm.
3. Portio : tidak dapat di nilai tertutup oleh massa
4. Ostium Uteri Eksterna : tidak dapat di nilai

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (10-6-2017)
HEMATOLOGI Hasil Unit Nilai Rujukan
Darah Rutin
Leukosit 2,9 Ribu/uL 4-12
Eritrosit 2,28 Juta/uL 4-5
Hemoglobin 3,8 g/dL 12-16
Hematokrit 14,5 % 37-43
Index Eritrosit
MCV 63,8 fL 78-102
MCH 16.7 Pg 25,2-34,7
MCHC 26,2 % 31,3-35,4
Trombosit 353 Ribu/uL 150-400

7
Fungsi Hati
AST (SGOT) 18 U/L 0-40
ALT (SGPT) 10 U/L 0-40
Fungsi Ginjal
Ureum 19 mg/dL 10-50
Kreatinin 0.64 mg/dL 0.5-0,9
Gula darah sewaktu 99 mg/dL 60-110

2. Laboratorium (13-6-2017)
HEMATOLOGI Hasil Unit Nilai Rujukan
Darah Rutin
Leukosit 6,3 Ribu/uL 4-12
Eritrosit 3,08 Juta/uL 4-5
Hemoglobin 6,6 g/dL 12-16
Hematokrit 21,4 % 37-43
Index Eritrosit
MCV 69,5 fL 78-102
MCH 21,4 Pg 25,2-34,7
MCHC 30,8 % 31,3-35,4
Trombosit 208 Ribu/uL 150-400

3. Laboratorium (14-6-2017)
HEMATOLOGI Hasil Unit Nilai Rujukan
Darah Rutin
Leukosit 4,7 Ribu/uL 4-12
Eritrosit 3,96 Juta/uL 4-5
Hemoglobin 9,1 g/dL 12-16
Hematokrit 28,9 % 37-43
Index Eritrosit
MCV 73,0 fL 78-102
MCH 23,0 Pg 25,2-34,7
MCHC 31,5 % 31,3-35,4
Trombosit 195 Ribu/uL 150-400

F. RESUME
Wanita P3A1 50 tahun, mengeluh keluar darah dari jalan lahir 14 hari
SMRS. Darah merah kehitaman, menganti pembalut 4-5x dalam sehari, Badan
terasa lemas.
Siklus haid tidak teratur, 1 bulan ini haid nya memanjang. nyeri perut saat
haid biasanya ringan dan tidak mengganggu aktivitas. Darah haid berwarna
merah kehitaman dan encer.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, TTV dalam batas normal, dengan kesan mata konjungtiva
anemis. Pada pemeriksaan dalam didapatkan massa keluar dari OUE di liang
vagina, mobile, ukuran 5 cm ,fluxus (+)
Hasil laboratorium darah rutin didapatkan Hb 3.80 , MCV 63.80 , MCH
16.70 , MCHC 26.20.

G. DIAGNOSIS
P3A1 usia 50 tahun, mioma geburt dengan anemia berat
H. INITIAL PLAN
Initial Plan Terapi
1. Medikamentosa
a. Infus RL 20tpm
b. Transfusi PRC 5 kolf (1000cc)
c. Injeksi IV Ketorolac 3 x 30 mg
d. Injeksi IV Ceftriaxone 1 x 1 gr
e. Injeksi IV Asam Tranexamat 3 x 1
2. Nonmedikamentosa
Initial Plan Monitor
1. Pengawasan tanda-tanda vital
2. Pengawasan tanda perdarahan
3. Hb serial tiap 24 jam
Initial Plan Edukasi
1. Memberitahukan kepada pasien dan keluarga mengenai penjelasan
penyakit pasien
2. Menjelaskan pasien dan keluarga tentang pemeriksaan pemeriksaan
yang akan dilakuakan guna menunjang diagnosis dan terapi yang akan
diberikan.

I. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia ad malam

PENGAMATAN LEBIH LANJUT


Dilakukan pemuntiran pada mioma
1. Dilakukan pembiusan
2. Bersihkan daerah vulva dan sekitarnya
3. Vagina dibuka dengan menggunakan speculum sims
4. Portio tidak tampak
5. Dilakukan Pemuntiran pada massa
6. Meletakkan hasil di pot untuk pemeriksaan
7. Vagina dibersihkan dengan betadine
8. Tindakan selesai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina melalui
saluran serviks, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan,
yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Uterus miomatosus adalah
proliferasi otot-otot halus pada miometrium yang diketahui sebagai tumor pelvis
terbanyak yang terlihat pada wanita berusia lebih dari 35 tahun. Sebagian besar
miom bersifat asimtomatik dan berukuran kecil. Bila bergejala, maka gejala yang
paling sering timbul adalah perdarahan uteri yang abnormal. Perdarahan terjadi
sebagai akibat dari peningkatan area permukaan endometrial dan perubahan aliran
darah miometrium terkait stasis yang meningkat dari kompresi atau reduksi
kontraksi uterus akibat adanya massa hingga kontraksi inadekuat otot uterus
selama menstruasi.1
Uterus miomatosus atau mioma uteri disebut juga leiomioma atau fibrioma.
Neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus yang
paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar.2,3
B. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
a. Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi.
b. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
c. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
Gambar 1. Jenis Mioma Uteri Berdasarkan Lokasinya
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 4
jenis 2-5
a. Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat
menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks
dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang
tidak regular dan dapat disalah artikan dengan kanker serviks. Dari
sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa
ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali
memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis
submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
b. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam
rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
c. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila
masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah
perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa.Di dalam otot
rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot
rahim dominan).Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol
dengan permukaan halus.Pada potongan, tampak tumor berwarna putih
dengan struktur mirip potongan daging ikan.Tumor berbatas tegas dan
berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah
dilepaskan.Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka
konsistensi menjadi lunak.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras.Secara
histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang
membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos
miometrium.Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang
mati.Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi,
ada kalanya diganti oleh jaringan ikat.Pada mioma uteri dapat terjadi
perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi.Hal ini
oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma.Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi
postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi
maligna.
d. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya
ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus.Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran
serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.Apabila
mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like
pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar
yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara
histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang
membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos
miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang
mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami
atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat
terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal
ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal,
infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.
Gambar 2. Jenis Mioma Uteri Berdasarkan Lapisan Uterus
C. Epidemiologi
Seleksi uteri dilakukan dari 100 wanita yang menjalankan histerektomi
ditemukan 77% mempunyai mioma uteri termasuk yang berukuran sekecil 2mm.
Mioma uteri juga sering ditemukan pada wanita yang menjalankan histerektomi
untuk indikasi yang lain walaupun ditemukan kecil dan tidak banyak. Ini karena
kebanyakan tehnik pemeriksaan imaging tidak mempunyai resolusi di bawah 1 cm
maka insidensi kejadian sebenar mioma uteri tidak dapat dipastikan meskipun
mioma uteri yang kecil tidak memberikan gejala klinis. Spesimen histerektomi
daripada wanita premenopause dengan mioma uteri adalah rata rata 7,6. Wanita
postmenopause pula adalah 4,2. Random sampling daripada wanita berusia 35
49 tahun yang menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan
sonografi didapatkan pada usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri adalah
sebanyak 60% untuk wanita Afrika-Amerika; insidensi ini meningkat sehingga
80% pada usia 50 tahun. Wanita caucasia pula mempunyai insidensi setinggi 40%
pada usia 35 tahun dan meningkat sehingga 70% pada usia 50 tahun.6,7
Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan
pervaginam zabnormal (44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah yang
terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi anatomi (51,3%). Kadar
haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92gr% dan 37,6%
diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai
tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%).6,7
D. Etiologi
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun
dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang
selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. Namun
demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat
karsinogenik, sedangkan yang menjadi faktor pencetus dari terjadinya mioma
uteri adalah adanya sel yang imatur.2,3,8
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada
kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di
samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human
growth hormone.
a. Estrogen.
Mioma Uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri
akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya
hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti
endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%),
adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang
pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen
yang lebih banyak daripada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17Bhidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu Human Placental
Lactogen (HPL), terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan
yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari
aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.2,3,8

E. Faktor Risiko
1. Usia penderita
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an;
tetapimasih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi disebabkan
oleh peningkatan formasi atau peningkatan pembesaran secara
sekunderterhadap perubahan hormon pada waktu usia ini. Berdasarkan otopsi,
Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahunmempunyai sarang
mioma.Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke dan setelah
menopause hanya 10% mioma yang masih bertumbuh.2,3,8,9
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri jarang ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil
histerektomi wanita yang telah menopause. Hormon esterogen endogen pada
wanita-wanita menopause berada pada kadar yang rendah atau sedikit. Awal
menarke (usia di bawah 10 tahun) dijumpai peningkatan resiko (RR 1,24) dan
setelah menarke (usia setelah 16 tahun) menurunkan resiko (RR 0,68) untuk
menderita mioma uteri.
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama penderita mioma uteri
mempunyai peningkatan risiko 2,5 kali untuk menderita mioma uteri
dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri
mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF- (Vascular
EndothelialGrowth Factor alfa) dibandingkan dengan penderita mioma yang
tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.
4. Etnik
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai
mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan
etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri
setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak
mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita
golongan Afrika-Amerika menderita mioma uteri dalam usia yang lebih muda
dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan gejala
klinis. Namun masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini disebabkan
masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme
estrogen, diet, atau peran faktor lingkungan. Walau bagaimanapun, pada
penelitian terbaru menunjukkan Val/Val genotype untuk enzim essensial
kepada metabolisme estrogen, catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemui
sebanyak 47% pada wanita Afrika - Amerika berbanding hanya 19% pada
wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita
mioma uteri.Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita
mioma uteri dikalangan wanita Afrika - Amerika lebih tinggi.
5. Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita
mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan
dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga dilaporkan
untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas
menyebabkan peningkatan konversi androgen adrenal kepada estrone dan
menurunkan hormon sex-binding globulin.Hasilnya menyebabkan
peningkatan estrogen secara biologikal yang menyebabkan peningkatan
prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya.Beberapa penelitian menemukan
hubungan antara obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di
Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita
yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan
30,23% lebih sering menderita mioma uteri.
6. Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri
dengan konsumsi makanan tertentu seperti daging sapi atau daging merah atau
ham dapat meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa
menurunkannya.Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana studi ini
tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar informasi
saja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau
phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri.
7. Kehamilan dan paritas
Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Mioma
uteri menunjukkan karakteristik yang sama dengan miometrium yang normal
ketika kehamilan termasuk peningkatan produksi extracellular matrix dan
peningkatan ekspresi reseptor untuk peptida dan hormon steroid. Miometrium
postpartum kembali kepada berat asal, aliran darah dan ukuran asal melalui
proses apoptosis dan diferensiasi. Proses remodeling ini kemungkinan
bertanggungjawab dalam penurunan ukuran mioma uteri. Teori lain
mengatakan pembuluh darah diuterus kembali kepada keadaan atau ukuran
asal pada postpartum dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai
darah dan nutrisi untuk terus membesar.
8. Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri.Banyak faktor yang bisa
menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti penurunan
konversi androgen kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase
oleh nikotin.2,3,8,9

F. Patofisiologi
Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti, berbagai penelitian
telah dilakukan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik,
growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini.Faktor yang diduga
berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah
abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara
kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon pada cedera
iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik
ini akan dipengaruhi oleh promotor (hormon) dan efektor (growth factors).2-4,8,9
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain
dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan - kawan pula menyatakan bahwa
reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium
normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot
yang matur.
Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium, berdasarkan teori
onkogenik, patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan
promotor.Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum
diketahui pasti.Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase
dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan
uniseluler.Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan
mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon
steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal
dalam proses pertumbuhan tumor.
Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab
mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan
mioma.Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibanding dari miometrium sekitarnyanamun konsentrasinya lebih rendah
dibanding endometrium.Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari
mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang
terlibat tidak diketahui secara pasti.2-4,8,9
G. Patologi Anatomi
Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas,
bersimpai, pada penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-
lingkaran konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi
kebiasaanya terjadi secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan ukuran
yang berbeda-beda.Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri
adalah sebagai berikut.2-4
1. Atrofi: Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri mengalami
pengecilan.
2. Degenerasi Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau tua di mana
bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan
pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak, atau
melebur, menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.
3. Degenerasi Kistik: setelah mengalami hialinisasi, proses degenerasi akan
berlanjut dengan cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi
kistik. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat
menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau
retroperitoneum.
4. Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai
mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat yang
dapat menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.
5. Septik: defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekosis di
bagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan
nyeri, kak, dinding perut, dan demam akut.
6. Degenerasi merah (Kaneus): diakibatkan oleh trombosis yang diikuti dengan
terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan
warna mioma. Degenerasi jenis ini seringkali terjadi bersamaan dengan
kehamilan karena kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih
diprioritaskan sehingga mioma mengalami defisit pasokan dan terjadi
degenerasi aseptik dan infark. Degenerasi merah tampak khas apabila pada
kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada
uterus membesar. Degenerasi ini disertai rasa nyeri tetapi akan menghilang
sendiri. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
bewarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Dampak
pada kehamilannya sendiri adalah dapat terjadi partus prematurus atau
koagulasi diseminata intravaskuler.
7. Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses
degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya
asimtomatik.
8. Miosarkoma: merupakan transformasi ke arah keganasan, terjadi pada 0,1% -
0,5% penderita mioma uteri.

H. Manifestasi Klinik
Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar
bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.Adanya mioma tidak
selalu memberikan gejala karena itu mioma sering ditemukan tanpa disengaja,
yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang ditemukanpun sangat
tergantung pada tempat sarang mioma itu berada, besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala
klinik meliputi: 2-6
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % - 50% dari pasien yang terkena.
Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
a. Perdarahan abnormal uterus
Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan
yang ditemukan berupa menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Bila
terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila
berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit dikoreksi
dengan suplementeasi zat besi.Penyebab perdarahan ini adalah:
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa. Permukaan
endometrium yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan mioma
sehingga lebih banyak dinding endometrium yang terkikis ketika
menstruasi dan ini menyebabkan perdarahan abnormal.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosa akibat hambatan
pasokan darah pada endometrium.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal kerana adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Tekanan dan bendungan pembuluh darah di daerah tumor atau
ulserasi endometrium di atas tumor.
Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri
dengan atau tanpa perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita
dengan perdarahan abnormal secara bermakna menderita mioma
intramural (58% banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding
1%) dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang asimtomatik.
b. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan.Nyeri panggul yang disebabkan mioma uteri bisa juga
disebabkan degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma
yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan
mioma subserosum.Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan
menekan bagian tulang pelvik yang menekan saraf sehingga menyebabkan
rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas posterior.
c. Penekanan rahim yang membesar
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi, pada
pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul
Terasa berat di abdomen bagian bawah.
Gejala traktus urinarius: poliuri/anuria, retensi urine, obstruksi
ureter, hidroureter dan hidronefrosis.
Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
d. Infertilitas
Akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di
kornu.Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat
menghalangi implantasi.Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa.
Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri adalah:
Gangguan transportasi gamet dan embrio.
Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus.
Perubahan aliran darah vaskuler.
Perubahan histologi endometrium
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
f. Abortus spontan. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata
setelah kelahiran.
Kebanyakan mioma uteri tumbuh tanpa menimbulkan keluhan atau gejala.
Pada perempuan lain mungkin mengeluh perdarahan menstruasi lebih banyak dari
biasa, atau nyeri sewaktu menstruasi, perasaan penuh dan ada tekanan-tekanan
pada rongga perut, atau keluhan anemia karena kurang darah atau nyeri pada
waktu berhubungan seksual, atau nyeri pada waktu bekerja. Perempuan lain yang
mengidap mioma mengeluh susah hamil atau mudah keguguran.
Pada mioma yang klasik, uterus membesar merata, dan sekitar 80% perempuan
yang menderita mioma uterus bertambah beratnya sampai 80 gram (berat normal
uterus hanya sekitar 50 gram). Pernah dilaporkan sampai ada uterus yang
menderita mioma dengan berat lebih 200 gram. Mioma sering bersama-sama
dengan kelainan uterus lain endometriosis pada 11% penderita dan 7% penderita
mioma juga menderita polip endometrium, hingga kondisi ini mengacaukan
diagnosa mioma.2-6
J. Diagnosis mioma geburt
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.2,3
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen kemungkinan tidak
didapatkan kelainan. namun dapat juga ditemukan pada palpasi bimanual
uterus yang bentuknya tidak regular, tidak lunak atau penonjolan yang
berbenjol-benjol yang keras pada palpasi. Pada pemeriksaan Ginekologik
(PDV) teraba massa yang keluar dari OUE (kanalis servikalis), lunak, mudah
digerakkan, bertangkai serta mudah berdarah. Melalui pemeriksaan inspekulo
terlihat massa keluar OUE (kanalis servikalis) berwarna pucat.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap: Hb turun, Albumin turun, Leukosit
turun/meningkat, Eritrosit turun.
USG: untuk menentukan jenis tumor dalam rongga pelvic
Vaginal Toucher: didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
Sitologi: menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
Rontgen: untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
ECG: Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.2,3

K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status
fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang
ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang
diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi
atas penanganan konservatif dan operatif. Penanganan konservatif bila mioma
berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara penanganan
konservatif sebagai berikut:
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan Bila
anemi (Hb < 8gr/dl) transfusi PRC Pemberian zat besi Pemberian agonis
hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid asetat 3,75 mg
intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali
b. Manajemen simtomatik mioma uteri biasanya diberikan demi kenyamanan
pasien dan menunda pengobatan bisa dimengerti pada pasien yang tidak
bergejala atau dengan gejala ringan yang dapat ditoleransi. Meskipun
pengobatan non-operatif biasanya tidak memberikan kesembuhan permanen,
namun terapi dengan obatobatan seperti NSAID, pil kontrasepsi oral, progestin,
androgen dan analog GnRH biasanya diberikan. Analog GnRH menyebabkan
keadaan hipogonadotropik-hipogonadal; jadi obatobatan ini menghasilkan
menopause kimiawi yang temporer dan reversibel yang dapat mengecilkan
volume mioma hingga 50% dengan cara menurunkan konsentrasi estrogen
yang beredar dalam darah dengan hasil maksimal setelah tiga bulan terapi.
Analog GnRH juga memiliki beberapa kegunaan sebelum tindakan operatif
dilakukan: Mengurangi jumlah darah yang terbuang pada saat operasi dan
perlunya transfusi darah Meningkatkan kemungkinan operasi dengan cara
insisi suprapubik transversal dibandingkan insisi midline Mengurangi resiko
histerektomi ketika miomektomi direncanakan
Penanganan operatif bila: Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada
kehamilan 12-14 minggu Pertumbuhan tumor cepat Mioma subserosa bertangkai
dan torsi Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya Hipermenorea
pada mioma submukosa Penekanan pada organ sekitarnya Jenis operasi yang
dilakukan berupa:
a. Miomektomi, dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan
anak. Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding uterus dimana mioma
dibuka dengan diseksi tajam dan tumpul, pseudokapsul dapat mengakibatkan
diseksi sulit untuk dilakukan. Mioma
diangkat dengan bantuan obeng mioma, rongga yang terbentuk akibat mioma
kemudian dijahit dan dinding uterus dilipat untuk membawa garis jahitan
serendah mungkin sehingga mengurangi resiko perlekatan dengan vesika
urinaria.
b. Histerektomi, dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi,
terbagi atas 2 macam, yaitu: a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor
besar terutama mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi.
b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel
atau enterokel Embolisasi arteri uterus kini emakin banyak digunakan untuk
menangani mioma dengan pendekatan yang kurang invasif. Tujuannya adalah
untuk mengurangi suplai darah ke mioma sehingga menyebabkan degenerasi
dan nekrosis.
L. Komplikasi
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 - 0,6%
dari seluruh mioma, serta merupakan 50 - 75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.2,4,5
b. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut.Jika torsi terjadi perlahan - lahan, gangguan akut
tidak terjadi.Hal ini hendaklah dibedakan dengan suatu keadaan di mana
terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.2,4,5
c. Nekrosis dan infeksi
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
kerana gangguan sirkulasi darah padanya.Misalnya terjadi pada mioma
yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia
disertai leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus
sendiri.2,4,5
M. Prognosis
Prognosis baik jika ditemukan mioma berukuran kecil, tidak cenderung
membesar dan tidak memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan
rutin setiap 3-6 bulan sekali termasuk pemeriksaan USG.55% dari semua mioma
uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun.Menopause
dapat menghentikan pertumbuhan mioma uteri. Pengecilan tumor sementara
menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan, akan tetapi pada wanita
dengan hormon yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat membesar
kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala
penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus menerus,
tindakan operasi sebaiknya dilakukan. Rekurensi setelah miomektomi sebesar 15 -
40 %, 2/3-nya memerlukan pembedahan lagi.8
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien adalah seorang wanita usia 50 tahun. Dilihat dari
usia pasien kemungkinan pasien sudah memasuki masa klimakterium. Dari
kepustakaan kapan awal dan akhir klimakterium sulit ditentukan dengan pasti
tapi dapat dikatakan bahwa klimakterium bermula dari akhir masa reproduksi
sampai awal masa senium yaitu 40-65 tahun. Kejadian mioma uteri paling
sering pada wanita berusia 35-45 tahun.
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir dan badan terasa lemas, haid yang tidak teratur sejak 2 tahun yang lalu,
dari kepustakaan dikatakan bahwa salah satu gejala yang sering dikeluhkan
pada penderita mioma uteri adalah perdarahan abnormal. Pada mioma geburt
gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam di antara siklus haid
yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga perdarahan masif. Darah
yang keluar berupa darah segar dan kadang disertai nyeri sehingga dapat
diduga sebagai haid yang memanjang. Mioma uteri yang tidak menimbulkan
keluhan sering ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologi.
Dari anamnesis pada pasien dapat diperinci hal berikut keluhan keluar
darah dari jalan lahir dengan siklus haid yang tidak teratur sejak 2 tahun yang
lalu. keluhan tersebut merupakan keluhan yang sering dikeluhkan pada pasien
mioma uteri.
Berdasarkan pemeriksaan ginekologi, inspekskulo terdapat fluxus (+)
darah, dan tampak ada massa yang keluar dari OUE. Massa jumlah 1, mobile,
ukuran 5 cm, permukaan rata. Diagnosis mioma geburt dapat ditegakkan
dengan adanya massa bertangkai yang keluar dari OUE (kanalis servikals).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien menyokong
kearah mioma geburt. Mioma Geburt dapat didiagnosis banding dengan polip
serviks. Polip serviks merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang
berasal dari mukosa endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari
OUE. Epitel yang melapis biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga
mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat
mengalami nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang
membedakannya dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah
bukan merupakan ujung mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami
hyperplasia akibat pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi
endometrium di atas mioma submukosa.
Dari pemeriksaan penunjang, laboratorium darah didapatkan Hb pasien
3.80 gr/dl saat masuk rumah sakit. Hal ini mengindikasikan pasien mengalami
anemia karena perdarahan terus menerus, dan siklus haid yang memanjang
yang dialami selama kurang lebih 1 bulan ini.
Pada kasus dilakukan pemuntiran pada mioma, dengan indikasi
perdarahan abnormal uterus, dan tampak massa yang keluar dari OUE dengan
ukuran 5 cm.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yumru AE, Dincgez B, Dogru F, Ondes B, Bozkurt M, Yumru C. Ist it


essentialto perform preoperative diagnostic curettage in patients scheduled for
uterine myoma surgery? Obstetrics and Gynecology 2013; 3(2): 11.

2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Obstetri Williams. Edisi ke-21, Volume 2. Jakarta: ECG; 2004.
h.934,1035-7.
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2008.
4. Howkins & Bourne. Shaws Textbook of Gynaecology. Edisi ke-12. New
Delhi: B. I. Churchill Livingstone; 22: 275 - 284
5. Mioma Uteri. Diunduh dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-srirahayug-5147-2-
bab2.pdf 7 Juli 2017
6. Hadibroto BR. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. Volume 38. No.
3. 2005. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-
%20%289%29.pdf 7 Juli 2017
7. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH.
Dalam : Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI, 2003; 151 156. Diunduh dari http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-
sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/ 7 Juli 2017
8. Chelmow, David. Gynecologic myomectomy. 2005. Diunduh dari
http://www.emedicine.com/med/topic3319.htm 7 Juli 2017
9. DeCherney AH, Nathan L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis and
Therapy. McGraw-Hill, 2003; P: 693 699

Anda mungkin juga menyukai