Anda di halaman 1dari 44

PERDARAHAN HAMIL MUDA

Dr Rina Gustuti, SpOG

SMF/BAGIAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ANDALAS
2017
PERDARAHAN HAMIL MUDA
• perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan
<20 minggu.
• Penyabab:
▫ keguguran (abortus),
▫ kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik
terganggu)
▫ mola hidatidosa.
ABORTUS
• ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada
usia kehamilan <20 minggu atau dengan janin
lahir dengan berat <500 g.
ETIOLOGI
• Faktor fetus
• Faktor maternal:
▫ Defek anatomi
▫ Infeksi
▫ Riwayat penyakit yang di derita
▫ Medikasi
▫ Nutrisi
▫ Faktor sosial dan perilaku
Patofisiologi
• Perdarahan dalam desidua basalis -> nekrosis
jaringan sekitarnya -> hasil konsepsi terlepas
sebagian / seluruhnya -> menjadi benda asing
dalam uterus -> uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan.
KLASIFIKASI
• Abortus imminens
• Abortus insipiens
• Abortus inkomplit
• Abortus komplit
• Missed abortion
• Abortus infeksiosa/ sepsis
• Abortus habitualis
Abortus imminens
Abortus insipiens Abortus inkompletus

Abortus kompletus Missed Abortion


DIAGNOSIS
• Tanda-tanda kehamilan
• Pada pemeriksaan fisik (KU, TTV)
• Perdarahan pervaginam
• Nyeri perut di daerah atas simfisis disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
• Laboratorium
▫ Darah Lengkap
▫ Tes Kehamilan
▫ Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah
dari β-hCG secara prediktif.
• USG
Tatalaksana
Penatalaksanaan Umum
Tidak ada indindikasi evakuasi uterin bedrest.

Pada keadaan abortus, kondisi ibu dapat


memburuk dan menyebabkan komplikasi. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah penilaian
cepat terhadap tanda-tanda vital.
Abortus Imminens
Tirah baring
+antispasmolitik/
progesteron
Abortus Insipiens
Usia kehamilan >16
minggu:
-Tunggu hasil konsepsi
secara spontan dan
evakuasi hasil konsepsi
Usia kehamilan <16 -Berikan infuse
minggu: oksitosin 40 IU dalam
•Lakukan evakuasi isi 1L NaCl 0,9% atau RL
dengan kecepatan 40
uterus
tetes per menit.
• ergometrin 0,2 mg IM
Pasca tindakanObservasi tiap 30 menit
selama 2 jam StabilPindah rawat inap
Evaluasi  Tanda vital,
Lakukan perdarahan pervaginam,
pemeriksaan jaringan tanda akut abdomen dan
secara makroskopik produksi urin tiap 6 jam
dan kirimkan untuk selama 24 jam. Periksa
kadar Hb setelah 24 jam.
pemeriksaan patologi Bila kadar Hb>8gr/dl
ke laboratorium. dan keadaan umum baik
MRS
Abortus Inkomplit
Lakukan konseling

Observasi tanda vital


Evaluasi tanda-tanda syok
hipovolemik syok pasang iv line +
berikan infuse NaCl fisiologis atau
cairan RL disusul dengan darah
Usia kehamilan <16 minggu,evakuasi isi
uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan
metode yang dianjurkan. Jika evakuasi tidak dapat
dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu)
Jika usia kehamilan >16 minggu berikan infuse oksitosin 40 IU dalam
1L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit.

Lakukan pemantauan pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.


Bila kondisi baik/stabil dapat dipindahkan ke ruang rawat inap.

Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan


untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.

Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut


abdomen dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb >8gr/dl dan keadaan umum baik,
ibu diperbolehkan pulang.
Abortus Komplit
Tidak memerlukan pengobatan khusus,
hanya apabila menderita anemia perlu
diberikan sulfas ferosus (zat besi) dan
dianjurkan supaya makanannya
mengadung banyak protein, vitamin, dan
mineral.
Missed Abortus
• Konseling
• Bila berlangsung lebih dari 4 minggu (blood
clotting) hipofibrinogenemia
Abortus Septik
• Pemberian antibiotik
▫ Ampisilin 4x1 g,
▫ Gentamisin 2x80 mg
▫ Metronidazol 2x1 g
Kultur Pemberian AB sesuai hasil kultur
Tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik
minimal 6 jam setelah antibiotik adekuat diberikan. Antibiotik
dilanjutkan hingga 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari
pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotic
yang lebih sesuai.
Pencegahan
• Pemeriksaan rutin antenatal
• Diet
• Menjaga kebersihan diri
• Hindari rokok
• Sulfas Ferosus 600 mg/hari
Rencana Tindak Lanjut
• konseling
• Rencanakan pengguanaan kontrasepsi
KEHAMILAN EKTOPIK
• Kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri
KLASIFIKASI
ETIOLOGI
• Faktor tuba
• Faktor abnormalitas dari zigot
• Faktor ovarium
• Faktor hormonal
• Faktor lain
Patofisiologi
Gejala Klinis
• Kehamilan ektopik belum terganggu
▫ Gejala hamil muda
▫ Tanda-tanda tidak umum dari pemeriksaan bimanual:
 Adanya massa lunak di adneksa
 Nyeri goyang porsio
• Kehamilan ektopik terganggu
▫ Gejala hamil muda
 Anemis
 Penurunan kesadaran
 Syok
 Perut kembung (cairan bebas intraabdomen) dan nyeri tekan
 Nyeri perut bawah yang semakin hebat bila tubuh digerakkan
 Nyeri goyang porsio
Pemeriksaan Penunjang
• Lab : Hb, leukosit, urin β-hCG (+)
• Kuldosintesis
• USG
DIAGNOSIS
• AnamnesisHPHT, tanda kehamilan,
perdarahan, nyeri
• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan ginekologi
• Laboratorium  DL dan β-hCG
• Kuldosintesis
• USG
• laparoskopi
TATALAKSANA
Bedah  Laparotomi Non-BedahMethotrexate
• kondisi penderita saat itu, • kehamilan di pars ampularis
• keinginan penderita akan tuba tidak rupture,
fungsi reproduksinya, • diameter kantong gestasi ≤4
• lokasi kehamilan ektopik, cm,
• kondisi anatomik organ • perdarahan rongga perut ≤
pelvis, 100 ml,
• kemampuan teknik bedah • TTV baik dan stabil
mikro dokter operator,
• serta kemampuan teknologi
fertilisasi invitro setempat
Bedah
Salpingostomi Salpingektomi

Teknik eksisi
Reanastomosis kehamilan kornu
tuba dan salpingo-
ooforektomi
Non bedah
• Pasien yang diberikan methotrexate:
▫ Dalam keadaan hemodinamika yang stabil,
▫ Tidak boleh:
 sensitive terhadap methotrexate,
 sedang menyusui oleh karena diekskresi lewat air susu ibu
yang dapat mempengaruhi metabolism neonatus
 imunodefisiensi
 penyakit hati atau ginjal
 penyakit paru aktif
 serta ulkus peptic
 rupture tuba

Methotrexate diberikan dalam dosis tunggal (50 mg/m² IM) atau dengan
menggunakan dosis variasi 1 mg/KgBB IM pada hari ke 1,3,5,7 ditambah
Leukoverin 0,1 mg/KgBB IM pada hari ke 2,4,6,8.
MOLA HIDATIDOSA
suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh
vili korialis mengalami perubahan degenerasi
hidropik
FAKTOR RESIKO
• usia
• riwayat sebelumnya mola hidatidosa
▫ usia 36 - 40 tahun 2x lipat
▫ >40 tahun  hampir 10x lipat
Patogenesis
• Teori :
▫ Teori missed abortion
 Mudigah mati minggu 3-5 -> gangguan
peredarah darah -> penimbunan cairan
mesenkim vili -> terbentuk gelembung-
gelembung.
▫ Teori Neoplasma dari Park
 Sel-sel trofoblast adalah abnormal, terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam
villi ->Timbul gelembung.
Mola
Hidantidosa
Partial

Mola Hidantidosa Komplet


Penilaian Klinik
• pembesaran uterus dan peningkatan kadar
HCG.
• Gejala mual muntah hebat, sering disertai gejala
seperti preeklampsia.
• Uji sonde Hanifah
Pemeriksaan Penunjang
• Lab :
▫ Kadar  hCG
• USG
▫ Gambaran klasik : Honey comb pattern >
indikasi vili korionik hidrofik
• Rontgen dada :
▫ Paru-paru merupakan tempat metastasis
primer untuk tumor trofoblas ganas
DIAGNOSIS
• Anamnesis
▫ Terlambat haid (amenorea).
▫ Adanya perdarahan pervaginam
▫ Perut terasa lebih besar
▫ Mual muntah yang hebat (Hiperemesis Gravidarum)
▫ Tidak terasa adanya pergerakan anak
▫ Hipertensi dalam kehamilan
▫ Tanda-tanda tirotoksikosis
▫ Tanda-tanda emboli paru
▫ Tampak keluar jaringan seperti buah anggur atau
mata ikan (tidak selalu ada). Hal ini merupakan
diagnosis pasti.
Pemeriksaan fisik:
• Inspeksi
▫ Muka dan kadang–kadang badan kelihatan pucat kekuning-
kuningan yang disebut sebagai mola face
▫ Gelembung mola yang keluar
• Palpasi
▫ Uterus lembek dan membesar tidak sesuai kehamilan
▫ Adanya fenomena harmonika: jika darah dan gelembung mola
keluar maka tinggi fundus uteri akan turun lalu naik lagi karena
terkumpulnya darah baru.
▫ Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen gerak janin.
• Auskultasi
▫ Tidak terdengar bunyi detak jantung janin (pada mola hidatidosa
parsial mungkin dapat didengar DJJ).
• Pemeriksaan dalam
▫ Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-
bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis
servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks.
Penunjang:
• Laboratorium
▫ hormon -hCG, Bila kadar -hCG kuantitatif >100.000
mIU/L mengindikasikan pertumbuhan ukuran yang
berlebihan dari trofoblastik dan meningkatkan kecurigaan
adanya kehamilan mola, kadang-kadang kehamilan mola
dapat memiliki nilai hCG normal.
• USG
▫ Gambaran “badai salju“ tanpa disertai kantong gestasi atau
janin.
• Uji sonde Hanifa
▫ Pada mola hidatidosa sonde mudah masuk ke dalam kavum
uteri, sedangkan pada kehamilan biasa ada tahanan oleh
janin.
• Foto thorax
▫ Pada kehamilan 3-4 bulan, tidak ditemukan adanya
gambaran tulang-tulang janin.
• T3 dan T4
▫ Untuk membuktikan gejala tirotoksikosis
Mola Hidatidosa
• Evaluasi preeklamsi, hipertiroid, anemia, deplesis elektrolit akibat
hiperemesis, metastasis
Preoperatif

• Vakum kuret
• Histerektomi (≥ 40 tahun, Jumlah anak 3)karena umur tua dan paritas tinggi
Intraoperatif merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan.

• Tes β-hCG harus mencapai nilai normal 7 minggu untuk mola parsial dan 9
minggu untuk mola komplit setelah evakuasi.
Post • Tidak boleh hamil terlebih dahulu. β-hCG tidak terdeteksi hingga pemeriksaan
Evakuasi bulanan selama 6 bulan maka pasien diperbolehkan untuk hamil kembali

Anda mungkin juga menyukai