E-LEARNING
Oleh
NIM : 184110413
TINGKAT 3 B
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nyalah saya telah menyelesaikan makalah ini dengan baik guna memenuhi tugas
mata kuliah Komputer, Manajemen Data dan E-Learning.
Dalam proses penyusunan makalah ini, saya berupaya mengumpulkan
informasi dari berbagai referensi agar dapat merumuskan pokok-pokok bahasan
tentang ”Konsep E-Learning dan Penerapannya”. Saya sebagai mahasiswi
berterima kasih kepada Bapak Alsri Windra Doni, M.CIO selaku dosen mata
kuliah Komputer, Manajemen Data dan E-Learning yang telah memberikan tugas
ini kepada saya.
Semoga makalah ini dapat membantu memperluas wawasan saya sebagai
mahasiswi atau pun para pembaca tentang Konsep E-Learning dan
Penerapannya. Tentu saja makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
saya selaku penyusun makalah ini mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.
Saya selalu menanti saran dan kritik dari dosen pembimbing saya yaitu Bapak
Alsri Windra Doni, M.CIO maupun pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik
lagi ke depannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. LatarBelakang 1
1.2. RumusanMasalah 1
1.3. TujuanMasalah 2
1.4. Manfaat ........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 3
8
BAB III PENUTUP 31
3.1 Kesimpulan 31
3.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mata kuliah Komputer.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Tahun 1994
Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994
CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi
secara masal.
c. Tahun 1997
LMS (Learning Management System). Seiring dengan
perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi
dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan
cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi
bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS
yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah
interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar.
Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh
AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE,
dan sebagainya.
d. Tahun 1999
Sebagai tahun aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan
LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total,
baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya.
LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat
kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video
streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data
yang lebih standar dan berukuran kecil.
Melihat perkembangan e-Learning dari dari masa ke masa yang
terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, maka dapat
disimpulkan bahwa e-Learning akan menjadi sistem pembelajaran masa
depan. Alasan efektifitas dan fleksibilitas akan menjadi alasan utama.
[ CITATION Agu16 \l 1057 ]
Di Indonesia, penerapan e-Learning berkembang sejalan dengan
perkembangan infrastruktur ICT. Beberapa program pengembangan ICT
khususnya infrasruktur di Indonesia adalah sebagai berikut (Purnomo, 2009):
1999-2000 : Jaringan Internet (Jarnet)
2000-2001 : Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
2002-2003 : Wide Area Network Kota (WAN Kota)
2004-2005 : Information and Communication Technology Center (ICT
Center)
2006-2007 : Indonesia Higher Education Network (Inherent)
2007-sekarang: Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)
2008-sekarang: Southeast Asian Education Network (SEA EduNet)
Dengan berkembanganya penggunaan internet, munculah situs e-
Learning yang awalnya menjadi media sharring berbagai materi
pembelajaran, diantaranya http://www.ilmukomputer.org dan http://www.e-
dukasi.net. Namun seiring dengan perkembangan infrastruktur ICT tersebut
maka banyak institusi pendidikan mulai melakukan pengembangan e-
learning. Di level Perguruan Tinggi (PT), beberapa PT mengembangkan
platform e-Learning sendiri, diantaranya UGM (http://elisa.ugm.ac.id/),
Unissula Semarang (http://www.unissula.ac.id/sinau/), AMIKOM jogja
(http://e-Learning.amikom.ac.id/), dan lainnya. [ CITATION Agu16 \l 1057 ]
c. Konten e-learning
Konten e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada
e-learning sistem (Learning Management System). Konten dan bahan ajar
ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content (konten
berbentuk multimedia interaktif sepertimultimedia pembelajaran yang
memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk
mengoperasikannya) atau Text-based Content (konten berbentuk teks
seperti pada buku pelajaran yang ada di wikipedia.org, ilmukomputer.com,
dan sebagainya). Biasa disimpan dalam Learning Management System
(LMS) sehingga dapat dijalankan oleh peserta didik kapan pun dan dimana
pun.
Sedangkan ’aktor’ yang ada dalam pelaksanakan e-learning boleh
dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu
adanya pengajar (dosen) yang membimbing siswa (mahasiswa) yang
menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan
proses belajar mengajar.[ CITATION Rom07 \l 1057 ]
2. Rancangan Pembelajaran
Dalam menentukan rancangan pembelajaran perlu
dipertimbangkan beberapa hal, antara lain:
Course content and learning unit analysis (Analisis isi
pembelajaran), seperti ruang lingkup (scope) dan urutan (sequence)
materi pembelajaran, atau topik yang relevan.
Learner analysis (analisis pemberajar), seperti latar belakang
pendidikan, usia, status pekerjaan, dan sebagainya.
Learning context analysis (analisis berkaitan dengan pembelajaran),
seperti kompetensi pembelajaran yang akan dan ingin dibahas secara
mendalam pada rancangan ini.
Intructional analysis (analisis pembelajaran), seperti materi
pembelajaran yang akan dikelompokkan menurut kepentingannya,
menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dan
seterusnya.
State instructional objectives (tujuan pembelajaran) yang disusun
berdasarkan hasil dari analisis pembelajaran.
Contruct criterion test items, (penyusun tes) yang didasarkan dari
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Select instructional strategt (strategi pemilihan pembelajaran) yang
dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang ada.[ CITATION Rid11 \l
1057 ]
3. Tahap Pengembangan
Pengembangan e-learning dilakukan mengikuti perkembangan
fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia. Selain itu,
pengembangan prototype materi pembelajaran dan rancangan
pembelajaran yang akan digunakan pun perlu di pertimbangkan dan di
evaluasi secara terus menerus.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
4. Pelaksanaan
Prototype yang sudah lengkap dapat dipindahkan ke jaringan
computer (LAN). Untuk itu pengujian terhadap prototype hendaknya
terus menerus dilakukan. Dengan pengujian ini akan diketahui
berbagai hambatan yang dihadapi, seperti berkaitan dengan
management course tool, apakah materi pembelajarannya memenuhi
standar materi pembelajaran mandiri (self learning materials).
[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
5. Evaluasi
Sebelum dilakukan evaluasi, program terlebih dahulu diuji coba
dengan mengambil beberapa sample orang. Dari uji coba ini baru
dilakukan evaluasi. Prototype perlu dievaluasi dalam jangka waktu
relatif lama dan secara terus menerus untuk diketahui kelebihan dan
kekurangannya. Proses dari kelima tahapan tadi di perlukan waktu
yang relatif lama dan dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi
secara terus menerus. Masukan dari pembelajar atau pihak lain sangat
di perlukan untuk perbaikan program tersebut.[ CITATION Rid11 \l
1057 ]
Menurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam Siahaan) syarat-
syarat kegiatan pembelajaran elektronik (e-learning) adalah :
a. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam
hal ini internet.
b. Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh
peserta belajar, misalnya CD-ROM atau bahan cetak.
c. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta
belajar apabila mengalami kesulitan.
d. Adanya lembaga yang menyelenggarakan atau mengelola kegiatan e-
learning.
e. Adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap
teknologi komputer dan internet.
f. Adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat di pelajari dan di
ketahui oleh setiap peserta belajar.
g. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar
peserta didik.
h. Adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga
penyelenggara.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Berbeda dengan yang telah diungkapkan di atas, dalam Sembel,
2004, lebih menyoroti dari tenaga-tenaga ahli yang perlu ada untuk
“menghidupkan” sebuah e-learning adalah :
Subject Matter Expert (SME), merupakan narasumber dari
pembelajaran yang disampaikan.
Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis
mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan
memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif,
lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.
Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi
bentuk grafis dengan gambar, wama, dan layout yang enak dipandang,
efektil dan menarik untuk dipelajari.
Learning Management system (LMS), bertugas mengelola sistem di
website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan
siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya, serta hal lain yang
berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan peringkat
ketercapaian belajar siswa.[ CITATION Rus12 \l 1057 ]
b. Sequential Model
Model ini di gunakan jika jumlah computer di sekolah / kelas
terbatas (misalnya hanya dua atau tiga unit computer). Para siswa
dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan computer untuk
mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan. Siswa menggunakan bahan
e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari informasi baru.
d. Laboratory Model
Model ini di gunakan jika tersedia sejumlah computer di
sekolah atau laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet,
dimana siswa dapat mengguunakannya secara lebih leluasa (satu siswa
satu computer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan
sebagai bahan pembelajaran mandiri.
Setiap model e-learning yang dapat digunakan dalam
pembelajaran diatas masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan.
Pemilihannya tergantung infrastruktur telekomunikasi dan peralatan yang
tersedia disekolah.
Bagaimanapun upaya pernbelajaran dengan pendekatan e-
learning ini perlu terus dicoba dalam rangka mengatasi permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dimasa yang akan datang.[ CITATION Rid11 \l
1057 ]
b. Grand Design
Hasil analisa menjadi pijakan dalam langkah ini, jika dari hasil
analisa diputuskan untuk diselenggarakan e-learning oleh suatu
institusi, maka hasil analisa tersebutbisa ditindaklanjuti menjadi suatu
bentuk yang lebih konkret, yaitu berupa grand design sistem yang akan
dijalankan. Grand designmerupakan gambaran umum sistem e-learning
yang akan dijalankan, yang berisi skenario, sasaran e-learning, desain
sistem, SDM, mekanisme pengelolaan termasuk pembiayaanya. Dalam
langkah ini juga dibuat sebuah strategi untuk implementasi e-learning
dan strategi pengelolaannnya supaya e-learning yang akan dilakukan
bisa mencapai tujuan.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]
b. Skill
Seperti disebutkan di atas, bahwa untuk menjalankan e-learning
tidak semudah membalikkan tangan, sehingga skill para pengampu dan
pengelola e-learning perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Keahlian atau skillyang harus disiapkan meliputi:
Skill mengelola konten
Skill mengelola pembelajaran
Skill mengelola pelaksanaan e-learning
Skill mengelola infrastruktur e-learning[ CITATION Fer13 \l 1057 ]
b. Implementasi
Pada langkah ini menerapkan apa saja yang direncanakan pada
semua langkah sebelumnya menjadi sebuah sistem e-learning, yaitu
mewujudkan sebuah sistem e-learning beserta konten yang digunakan
untuk pembelajaran. Pada langkah ini juga dilakukan sosialisasi
penggunaan sistem kepada calon pengguna, baik dari sisi akademis
maupun infrastrukturnya.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]
4. Pengelolaan
Setelah sistem berjalan langkah selanjutnya adalah adalah
pengelolaan. Pengelolaan meliputi pengelolaan sistem e-learning beserta
perangkat atau infrastruktur yang terkait. Pengelolaan ini untuk menjamin
sistem bisa berjalan dan digunakan dengan baik. Pengelolaan juga meliputi
pembuatan back up sistem untuk mengantisipasi adanya kerusakan atau
gangguan terhadap sistem.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]
5. Peluncuran Sistem
Pada tahap ini sistem sudah siap digunakan, dan saat sistem
berjalan pengelolaan tetap dilakukan. Selain itu untuk mempermudah para
pemula menggunakan sistem, disediakan pula bantuan atau semacam call
center untuk memberi bantuan jika ada pengguna yang mengalami
kesulitan.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]
b. Video Conferencing
Teknologi multimedia video broadcasting dapat
memungkinkan seluruh pembelajar melihat, mendengar, dan
bekerja sama secara langsung.
Sesuai namanya, video conferencing memberikan visualisasi
secara langsung dan lengkap kepada seluruh pembelajar dengan
multimedia (video, audio dan data). Video conferencing distance
learning memungkinkan interaksi antara dua orang atau lebih,
dua kelas atau lebih pada tempat yang berbeda dan waktu yang
bersamaan dengan menggunakan sistem multipoint. Interaksi
terjadi antara pembelajar dengan pengajar, pembelajar dengan
pembelajar lain, pembelajar dengan materi pembelajaran dan
pembelajar dengan sumber-sumber informasi (information
resources) pada lokasi yang berbeda dan dilakukan
secaralangsung (real time) dengan komunikatif seperti pada kelas
konvensional yang menerapkan tatap muka langsung. Materi
pembelajaran pada video conferencing distance learning disajikan
dalam bentuk suara (audio), gambar (visual), maupun teks, secara
terpisah atau bersamaan (simultan).[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Adapun aplikasi video conferencing dalam dunia pendidikan
dan proses pembelajaran antara lain:
Pertemuan (Meeting)
Pengajar dengan pembelajar video conferencing
memberikan kemampuan untuk menjelaskan pembelajaran
dengan sangat hidup dan interaktif tanpa harus menghabiskan
biaya dan waktu yang banyak untuk melakukan sesuatu pada
tempat yang sama.
Silabus Online
Voice mail
Sistem voice mail menyimpan pesan suara yang diubah
dalam bentuk digital. Pesan suara dikirim dalam bentuk diktat
kepada penerima telephon mailbox. Pesan suara secara digit
disimpan pada keduanya dengan alat penyimpan, seperti disk
magnetic. Ketika penerima mendapatkan kembali pesan dari
mailbox, pesan diubah kembali pada bentuk suara asli. Pesan
suara diatur dengan menekan serangkaian tombol telephon.
Penerima pesan dapat mengulangi atau meneruskan pesan atau
mengirimkan melalui mailbox lain.
c. Video Broadcasting
Video broadcasting merupakan salah satu teknologi e-
learning interaktif yang bersifat satu arah (komunikasi linear).
Penggunaan program e-learning dengan program video
broadcasting lebih banyak digunakan dibandingkan dengan audio
conferencing. Hal ini trejadi karena sifat video broadcasting yang
audio visual. Dalam prinsip belajar diungkapkan bahwa belajar
akan lebih berhasil jika melibatkan banyak indera. Sasaran
pesertanya dalam jumlah yang besar (massal) dan menyebar
(dispersed). sebagai media transaksinya umumnya menggunakan
media satelit. Pembelajar mengikuti program pembelajaran
melalui video broadcasting dengan cara melihat dan mendengar
pesawat televise yang terhubung kestasiun (broadcaster) tertentu
melalui antenna penerima biasa atau antenna parabola yang
dilengkapi decoder khusus.
3.1. Kesimpulan
E-learning merupakan cara pengajaran dan pembelajaran yang
menggunakan media elektronik (internet, intranet, satelite, tape audio/video, TV
interaktif, CD ROM interaktif) untuk menyampaikan bahan ajar maupun interaksi
antara mahasiswa dan pengajar tanpa dibatasi jarak dan waktu.
E-learning mutlak diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan
zaman dengan dukungan teknologi informasi dimana semua menuju ke era digital,
baik mekanisme maupun konten. Pengembangan sistem e-learning harus
didahului dengan melakukan analisa terhadap kebutuhan dari pengguna (user
needs). Sesuai dengan paradigma rekayasa sistem dan perangkat lunak, kebutuhan
dari pengguna ini memiliki kedudukan tertinggi, dan merupakan dasar kreasi dan
kerja pengembangan pendidikan. Dalam implementasinya e-learning bukan
semata-mata hanya memindahkan sebuah pembelajaran pada media elektronika
atau intenet, tetapi e-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan
melalui teknologi internet. Agar pembelajaran menyenangkan, dalam
perancangannya baik dari segi materi, media, dan komunikasi harus lah di desain
dan di atur semenarik mungkin.
3.2. Saran
Hendaknya bagi pengelola dan orang-orang yang terjun dalam dunia
pendidikan menggunakan pemanfaatan teknologi informasi, komunikasi dalam
bentuk pembelajaran elektronik (E-Learning) sebagai salah satu cara yang efektif
dalam menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat
konvensional. Sehingga diharapkan ada peningkatan mutu, keterampilan berpikir,
berinteraksi serta ketrampilan-ketrampilan ideal lainnya dari para peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R., Santosa, P., & Ferdiana, R. (2016). Sejarah, Tantangan, dan Faktor
Keberhasilan Dalam Pengembangan E-Learning. Jurnal UGM , 210-
218.
Budisantoso, H. (2007). Pengembangan E-Learning. Yogyakarta: Deepublish.
Effendi, E. (2005). E-Learning Konsep dan Aplikasinya. Yogyakarta: Andi.
Ferriman, J. (2013). 7 Key Steps Successfull E-Learning Implementation. Dipetik
July 2013, dari Learn Dash: http://www.learndash.com/7-key-steps-to-
successful-elearning-implementations/
Ridwan, M. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis E-Learning Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas XII Mata Pelajaran Fiqih di SMK YPM 3
Sidoarjo. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan
Ampel, Surabaya.
Romisatriawahono. (2007). Sistem E-Learning Berbasis Model Motivasi
Komunitas. Teknodik , Vol 11(3):228-248.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:
Alfabeta.
Uno, H. (2011). Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.