Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KOMPUTER, MANAJEMEN DATA DAN

E-LEARNING

KONSEP E-LEARNING DAN PENERAPANNYA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Komputer,


Manajemen Data dan E-Learning yang di ampu oleh:

Alsri Windra Doni, M.CIO

Oleh

Nama : Rizky Fahreza Armelia Putri

NIM : 184110413

TINGKAT 3 B

JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nyalah saya telah menyelesaikan makalah ini dengan baik guna memenuhi tugas
mata kuliah Komputer, Manajemen Data dan E-Learning.
Dalam proses penyusunan makalah ini, saya berupaya mengumpulkan
informasi dari berbagai referensi agar dapat merumuskan pokok-pokok bahasan
tentang ”Konsep E-Learning dan Penerapannya”. Saya sebagai mahasiswi
berterima kasih kepada Bapak Alsri Windra Doni, M.CIO selaku dosen mata
kuliah Komputer, Manajemen Data dan E-Learning yang telah memberikan tugas
ini kepada saya.
Semoga makalah ini dapat membantu memperluas wawasan saya sebagai
mahasiswi atau pun para pembaca tentang Konsep E-Learning dan
Penerapannya. Tentu saja makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
saya selaku penyusun makalah ini mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.
Saya selalu menanti saran dan kritik dari dosen pembimbing saya yaitu Bapak
Alsri Windra Doni, M.CIO maupun pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik
lagi ke depannya.

Padang, Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. LatarBelakang 1
1.2. RumusanMasalah 1
1.3. TujuanMasalah 2
1.4. Manfaat ........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 3
8
BAB III PENUTUP 31
3.1 Kesimpulan 31
3.2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan teknologi informasi sangat dirasakan begitu cepat.
Berbagai kejadian yang ada di pelosok dunia dapat kita akses dalam waktu yang
sangat singkat. Perkembangan teknologi informasi tersebut akan berdampak pada
dunia pendidikan. Dunia pendidikan harus dapat mengejar perkembangan
tersebut, agar tidak ketinggalan. Berbagai cara telah ditempuh, baik dari
pengambil kebijakan, sekolah maupun guru. [ CITATION Uno11 \l 1057 ]
Saat ini teknologi informasi melalui internet lebih banyak digunakan.
Semua informasi ada dan tersedia di internet serta dapat diakses oleh siapa saja
dengan mudah, fleksibel, cepat dan akurat. Pemanfaatan teknologi internet dalam
pembelajaran perlu diciptakan sebagai salah satu inovasi dalam pengunaan media
pembelajaran dan sumber belajar. Berbagai bentuk aplikasi dan fasilitas yang
tersedia di internet bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk peningkatan kualitas
dan mutu pembelajaran. Selain itu juga dapat mempermudah kegiatan
pembelajaran jika ditinjau dari aspek penggunaan media. Sejalan dengan itu
muncul pembelajaran berbasis computer (computer based instruction ) dan
pembelajaran melalui media elektronik, yang kita kenal dengan istilah E-
Learning.[ CITATION Uno11 \l 1057 ]
E-learning atau electronic learning merupakan aplikasi teknologi
informasi yang berbasis elektronik melalui jaringan internet (interkoneksi
international), yang dirancang untuk kepentingan pembelajaran. Sudah banyak
sekolah di berbagai negara yang mencoba dan mengadopsi untuk kepentingan
pembelajaran di lingkungannya termasuk Indonesia.[ CITATION Eff05 \l 1057 ]

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang di maksud dengan konsep e-learning?
1.2.2. Bagaimana penerapan atau implementasi e-learning?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar penulis dan para
pembaca mampu mengidentifikasikan serta memahami tentang konsep e-
learning beserta penerapannya.

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan makalah ini yaitu agar penulis dan
pembaca mampu memahami tentang:
a. Persepsi dasar e-learning
b. Definisi e-learning
c. Sejarah dan perkembangan e-learning
d. Karakteristik, manfaat, dan fungsi dari e-learning
e. Komponen e-learning
f. Faktor dan syarat yang harus di pertimbangkan dalam memanfaatkan e-
learning
g. Model pembelajaran e-learning
h. Metode penyampaian dan pendekatan pedagogi dalam e-learning
i. Kelebihan dan kekurangan e-learning
j. Langkah-langkah dalam menerapkan e-learning
k. Penerapan aplikasi e-learning
l. Hambatan atau kendala dalam penerapan e-learning

1.4. Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mata kuliah Komputer.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep E-Learning


2.1.1. Persepsi Dasar E-Learning
Perkembangan sistem komputer melalui jaringan semakin
meningkat. Intemet merupakan jaringan publik. Keberadaannya sangat
diperlukan baik sebagai media informasi maupun komunikasi yang
dilakukan secara bebas. Salah satu pemanfaatan internet adalah pada
sistem pembelajaran jarak jauh melalui belajar secara elektronik atau yang
lebih dikenal dengan istilah E-Learning.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Secara umum terdapat dua persepsi dasar tentang E-Learning
yaitu:
a. Electronic based e-learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi, terutama yang berupa elektronik.
Artinya, tidak hanya internet, melainkan semua perangkat elektronik
seperti film, video, kaset, OHP, Slide, LCD, projector, dan lain-lain.
b. Internet Based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas
internet yang bersifat online sebagai instrument utamanya. Artinya,
memiliki persepsi bahwa e-learning haruslah menggunakan internet
yang bersifat online, yaitu fasilitas komputer yang terhubung dengan
internet. Artinya pembelajar dalam mengakses materi pembelajaran
tidak terbatas jarak ,ruang dan waktu, bias dimana saja dan kapan saja
(any whare and any time).[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Kedua persepsi tersebut ditunjang oleh berbagai pendapat para
ahli yang berbeda. Beberapa ahli yang mendukung pendapat e- learning
sebagai electronic based diantaranya Elliott Masie, cisco and comellia
(2000) menjelaskan, e-learnin adalah pembelajaran dimana bahan
pembelajaran disampaikan melalui media elektronik seperti internet,
intranet, satelit, TV, CD-ROM, dan lain-lain, jadi tidak harus internet
karena internet salah satu bagian dari e-learning. Pendapat ini didukung
oleh Martin Jenkins and Janet Hanson, Generic center (2003) bahwa e-
learning adalah proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui
pemanfaatan teknologi informasi komunikasi. [ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Para ahli yang mendukung pemahaman e-learning sebagai
media yang menggunakan internet diantaranya e-learning adalah
''penggunaaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi
yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan". (Rosenberg
(2001) E-learning atau internet enable learning menggunakan metode
pengajaran dan teknologi sebagai sarana dalam belajar ((Dr.Jo Hamilton-
Jones) dalam [ CITATION Rid11 \l 1057 ]).

2.1.2. Pengertian E-learning


E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan
singkatan dari 'electronica' dan 'learning' yang berarti 'pembelajaran'. Jadi
e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan
perangkat elektronika. [ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio,
video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan
kata lain e-learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi
satelite atau komputer. (Tafiardi, 2005) Sejalan dengan itu, Onno W.
Purbo (dalam Amin, 2004) menjelaskan bahwa istilah "e" dalam e-
learning adalah segala teknologi yang digunakan untuk mendukung
usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet,
satelit, tape audio/video, tv interaktif, dan CD-ROM adalah sebagian dari
media elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh disampaikan pada
waktu yang sama (synchronously) ataupun pada waktu yang berbeda
(asynchronously).[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Secara lebih singkat william Horton (dalam Sembel, 2004)
mengemukakan bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran
berbasis web (yang bisa diakses dari internet). Tidak jauh berbeda dengan
itu Brown, 2000 dan Feasey, 2001 (dalam Siahaan, 2002) secara
sederhana mengatakan bahwa e-learning merupakan kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN)
sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitas yang didukung oleh
berbagai bentuk layanan belajar lainnya. Kesimpulannya adalah bahwa e-
learning merupakan cara pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan
media elektronik (internet, intranet, satelite, tape audio/video, TV interaktif,
CD ROM interaktif) untuk menyampaikan bahan ajar maupun interaksi antara
mahasiswa dan pengajar tanpa dibatasi jarak dan waktu.[ CITATION Rid11 \l
1057 ]
Selain itu, ada yang menjabarkan pengertian e-learning lebih
luas lagi. Sebenarnya materi e-learning tidak harus di distribusikan secara
on-line baik melalui jaringan lokal maupun intemet. Interaksi dengan
menggunakan internet pun bisa dijalankan secara on-line dan real-time
ataupun recara off-line atau archieved. Distribusi secara offline
menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal
ini aplikasi dan materi belajar di kembangkan sesuai kebutuhan dan di
distribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat
memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada.
((Lukmana,2006) dalam [ CITATION Rid11 \l 1057 ])

2.1.3. Sejarah dan Perkembangan E-Learning


E-learning atau pembelajaran elektronik pertama kali
diperkenalkan oleh universitas llionis di Urbana-Champaign dengan
menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer assisted
instruktion) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat itu, perkembangan E-
Learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi.
Berikut perkembangan E-Learning dari masa ke masa yaitu:
a. Tahun 1990
Pada masa CBT (Computer-Based Training) di mana mulai
bermunculan aplikasi E-Learning yang berjalan dalam PC standlone
ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan
maupun multimedia (Video dan Audio) dalam format mov, mpeg-1, atau
avi.

b. Tahun 1994
Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994
CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi
secara masal.

c. Tahun 1997
LMS (Learning Management System). Seiring dengan
perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi
dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan
cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta lokasi
bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS
yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah
interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar.
Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh
AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE,
dan sebagainya.

d. Tahun 1999
Sebagai tahun aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan
LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total,
baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya.
LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah dan surat
kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video
streaming serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data
yang lebih standar dan berukuran kecil.
Melihat perkembangan e-Learning dari dari masa ke masa yang
terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, maka dapat
disimpulkan bahwa e-Learning akan menjadi sistem pembelajaran masa
depan. Alasan efektifitas dan fleksibilitas akan menjadi alasan utama.
[ CITATION Agu16 \l 1057 ]
Di Indonesia, penerapan e-Learning berkembang sejalan dengan
perkembangan infrastruktur ICT. Beberapa program pengembangan ICT
khususnya infrasruktur di Indonesia adalah sebagai berikut (Purnomo, 2009):
 1999-2000 : Jaringan Internet (Jarnet)
 2000-2001 : Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
 2002-2003 : Wide Area Network Kota (WAN Kota)
 2004-2005 : Information and Communication Technology Center (ICT
Center)
 2006-2007 : Indonesia Higher Education Network (Inherent)
 2007-sekarang: Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)
 2008-sekarang: Southeast Asian Education Network (SEA EduNet)
Dengan berkembanganya penggunaan internet, munculah situs e-
Learning yang awalnya menjadi media sharring berbagai materi
pembelajaran, diantaranya http://www.ilmukomputer.org dan http://www.e-
dukasi.net. Namun seiring dengan perkembangan infrastruktur ICT tersebut
maka banyak institusi pendidikan mulai melakukan pengembangan e-
learning. Di level Perguruan Tinggi (PT), beberapa PT mengembangkan
platform e-Learning sendiri, diantaranya UGM (http://elisa.ugm.ac.id/),
Unissula Semarang (http://www.unissula.ac.id/sinau/), AMIKOM jogja
(http://e-Learning.amikom.ac.id/), dan lainnya. [ CITATION Agu16 \l 1057 ]

2.1.4. Karakteristik, Manfaat Dan Fungsi E-learning


Karakteristik e-learning ini antara lain adalah:
a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, sehingga dapat memperoleh
informasi dan melakukan komunikasi dengan mudah dan cepat, baik
antara pengajar dengan pembelajar, atau pembelajar dengan
pembelajar.
b. Memanfaatkan media komputer, seperti jaingan komputer (computer
networks) atau (digital media).
c. Menggunakan materi pembelajaran untuk dipelajari secara mandiri
(self learning materials).
d. Materi pembelajaran dapat disimpan di komputer sehingga dapat
diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang
bersangkutan memerlukannya.
e. Memanfaatkan komputer untuk proses pembelajaran dan juga untuk
mengetahui hasil kemajuan belajar, atau administrasi pendidikan serta
untuk memperoleh informasi yang banyak dari berbagai sumber
informasi.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan
bahan/materi pelajaran. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau
pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran atau
kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Selain itu, guru dapat
menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan
oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk di akses oleh
peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru dapat pula memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu
maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali
saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula. ((Website Kudos, 2002,
dalam Siahaan) dalam[ CITATION Rid11 \l 1057 ])
Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 (dua)
sudut, yaitu:
1. Sudut Peserta Didik
Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya
fleksibilitas belajar yang tinggi. Menurut Brown, 2000 (dalam Siahaan)
ini dapat mengatasi siswa yang :
 Belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk
mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh
sekolahnya.
 Mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers)
untuk mempelajari materi yang tidak dapat diajarkan oleh orang
tuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer.
 Merasa phobia dengan sekolah atau peserta didik yang di rawat di
rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tapi berminat
melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang berada di
berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri.
 Tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan
pendidikan.
2. Sudut Guru
Menurut Soekartawi (dalam Siahaan) beberapa manfaat yang
diperoleh guru adalah bahwa guru dapat :
 Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan
yang terjadi.
 Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan
wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak.
 Mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru juga dapat
mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang
dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali
topik tertentu dipelajari ulang.
 Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan
setelah mempelajari topik tertentu.
 Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya
kepada peserta didik.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Selain itu, manfaat e-learning dengan penggunaan internet,
khususnya dalam pembelajaran jarak jauh antara lain :
 Guru dan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah dan cepat melalui
fasilitas internet tanpa dibatasi oleh tempat, jarak dan waktu. Secara
regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi bisa dilakukan.
 Guru dan siswa dapat menggunakan materi pembelajaran yang ruang
lingkup (scope) dan urutan (sekuensnya) sudah sistematis terjadwal
melalui internet.
 Dengan e-learning dapat menjelaskan materi pembelajaran yang sulit
dan rumit menjadi mudah dan sederhana. Selain itu, materi
pembelajaran dapat disimpan dikomputer, sehingga siswa dapat
mempelajari kembali atau mengulang materi pembelajaran yang telah
dipelajarinya setiap saat dan dimana saja sesuai dengan keperluannya.
 Mempermudah dan mempercepat mengakses atau memperoleh banyak
informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang
dipelajarinya dari berbagai sumber informasi dengan melakukan akses
di internet.
 Internet dapat dijadikan media untuk melakukan diskusi antara guru
dengan siswa, baik untuk seorang pembelajar, atau dalam jumlah
pembelajar terbatas, bahkan massal.
 Peran siswa rnenjadi lebih aktif mempelajari materi pembelajaran,
memperoleh ilmu pengetahuan atau informasi secara mandiri, tidak
mengandalkan pemberian dari guru, disesuaikan pula dengan keinginan
dan minatnya terhadap materi pembelajaran.
 Relatif lebih efisien dari segi waktu, tempat dan biaya.
 Bagi pelajar yang sudah bekerja dan sibuk dengan kegiatannya
sehingga tidak mempunyai waktu untuk datang ke suatu lembaga
pendidikan, maka dapat mengakses internet kapanpun sesuai dengan
waktu luangnya.
 Dari segi biaya, penyediaan layanan internet lebih kecil biayanya
dibanding harus membangun ruangan atau kelas pada lembaga
pendidikan sekaligus memeliharanya, serta menggaji para pegawainya.
 Memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi siswa
karena dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman terhadap
materi akan lebih bermakna pula (meaningfull), mudah dipahami,
diingat dan mudah pula untuk diungkapkan.
 Kerja sama dalam komunitas online yang memudahkan dalam transfer
informasi dan melakukan suatu komunikasi sehingga tidak akan
kekurangan sumber atau materi pembelajaran.
 Administrasi dan pengurusan terpusat sehingga memudahkan dalam
melakukan akses atau dalam operasionalnya.
 Membuat pusat perhatian dalam pembelajaran.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Selain memiliki karakter dan manfaat, e-learning juga memiliki
fungsi. Fungsi e-learning di antaranya yaitu:
1. Suplemen (Tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik
mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi
pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada
kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik
yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan
atau wawasan.
2. Komplemen (Pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen, apabila materi e-
learning diprogramkan untuk melengkapi matei pembelajaran yang
diterirna siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai komplemen
berarti materi e-learning diprogramkan untuk menjadi materi
enrichment (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
Sebagai enrichment, apabila peserta didik dapat dengan cepat
menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara
tatap muka diberikan kesempatan untuk mengakses materi e-learning
yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya
agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi plajaran yang disajikan guru di kelas, dan sebagai remedial,
apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka di kelas.
Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi
pelajaran yang disajikan guru di kelas.
3. Substitusi (Pengganti)
Tujuan dari e-learning sebagai pengganti kelas konvensional
adalah agar peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan
perkuliahan sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari. Ada 3
(tiga) alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat diikuti peserta
didik yaitu:
a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional).
b. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet.
c. Sepenuhnya melalui internet.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]

2.1.5. Komponen dan Piranti Pendukung E-Learning


Komponen yang membentuk e-learning (Romisatriawahono, 2008)
adalah: 
a. Infrastruktur e-learning 
Infrastruktur e-learning merupakan peralatan yang digunakan
dalam e-learning yang dapat berupa Personal Computer ((PC), yakni
komputer yang dimiliki secara pribadi (Febrian, 2004)), jaringan komputer
(yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch,
router, atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan
menggunakan media komunikasi tertentu (Wagito, 2005)), internet
(merupakan singkatan dari Interconnection Networking yang diartikan
sebagai komputer-komputer yang terhubung di seluruh dunia (Febrian,
2004)) dan perlengkapan multimedia (alat-alat media yang
menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis,
gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi (Febrian,
2004)). Termasuk di dalamnya peralatan teleconference (pertemuan jarak
jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada pada lokasi yang berbeda
secara geografis (Febrian, 2004)) apabila kita memberikan layanan
synchronous learning yakni proses pembelajaran terjadi pada saat yang
sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar melalui
teleconference. 
b. Sistem dan aplikasi e-learning 
Sistem dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning
Management System (LMS), yang merupakan sistem perangkat lunak
yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional untuk
administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas
dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan (Ellis,
2009)), misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan manajemen
proses belajar mengajar seperti bagaimana manajemen kelas, pembuatan
materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), serta sistem
ujian online yang semuanya terakses dengan internet.

c. Konten e-learning 
Konten e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada
e-learning sistem (Learning Management System). Konten dan bahan ajar
ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content (konten
berbentuk multimedia interaktif sepertimultimedia pembelajaran yang
memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk
mengoperasikannya) atau Text-based Content (konten berbentuk teks
seperti pada buku pelajaran yang ada di wikipedia.org, ilmukomputer.com,
dan sebagainya). Biasa disimpan dalam Learning Management System
(LMS) sehingga dapat dijalankan oleh peserta didik kapan pun dan dimana
pun. 
Sedangkan ’aktor’ yang ada dalam pelaksanakan e-learning boleh
dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu
adanya pengajar (dosen) yang membimbing siswa (mahasiswa) yang
menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan
proses belajar mengajar.[ CITATION Rom07 \l 1057 ]

Sistem teknologi yang tersedia dan dapat dipergunakan di dalam


e-learning antara lain yaitu classroom response system, collaborative
software, computer aided assessment, discussion boards, E-mail,
educational management system, educational animation, electronic
performance support system, e-portofolios, games, hypermedia in general,
learning management system, PDA's, podcasts, MP3 players with
multimedia capabilities, multimedia CD-ROMs, screencasts,
simnulations, text chat, Web-based teaching materials, Web sites and web
2.0 communitie, dan Wiki.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]

2.1.6.Faktor dan Syarat Pertimbangan Dalam Memanfaatkan E-


Learning
Faktor yang perlu dipertimbangan dalam memanfaatkan e-
learning untuk pembelajaran jarak jauh adalah memilih internet untuk
kegiatan pembelajaran. Memilih internet ini ada beberapa tahap yang
harus dilakukan yaitu:
1. Analisis Kebutuhan (Need Analysis)
Pemanfaatan e-learning sangat tergantung pada pengguna dalam
memandang atau menilai e-learning tersebut. Digunakannya teknologi
tersebut jika e-learning itu sudah merupakan kebutuhan. Untuk
menentukan apakah seseorang atau lembaga pendidikan membutuhkan
atau tidak e-learning itu, maka diperlukan analisis kebutuhan. Analisis
kebutuhan ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul,
yaitu apakah fasilitas pendukungnya sudah memadai, apakah didukung
oleh dana yang memadai, dan apakah ada dukungan dari pembuat
kebijakan. Jika berdasarkan analisis kebutuhan itu diputuskan bahwa e-
learning diperlukan, maka perlu membuat studi kelayakan (fasibility-
study). Ada beberapa komponen penilaian dalam studi kelayakan yang
perlu dipertimbangkan, antara lain:
 Secara teknis, apakah jaringan internet bisa dipasang beserta
infrastruktur pendukungnya, seperti jaringan komputer, instalasi
listrik, saluran telepon, dan sebagainya.
 Sumber daya manusianya yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan atau keterampilan (skill dan knowledge) yang secara
teknis bisa mengoperasikannya.
 Secara ekonomis apakah kegiatan yang dilakukan dengan e-learning
ini menguntungkan atau tidak, apakah akan membutuhkan biaya
yang besar atau kecil.
 Secara sosial, apakah sikap (attitude) masyarakat dapat
menerimanya atau menolak terhadap penggunaan e-learning sebagai
bagian dari teknologi dan komunikasi. Untuk itu perlu diciptakan
sikap (attitude) yang positif terhadap e-learning dan teknologi
informasi dan komunikasi pada umumnya, agar bisa di mengerti
potensi dan dampaknya bagi pembelajar dan masyarakat.[ CITATION
Rid11 \l 1057 ]

2. Rancangan Pembelajaran
Dalam menentukan rancangan pembelajaran perlu
dipertimbangkan beberapa hal, antara lain:
 Course content and learning unit analysis (Analisis isi
pembelajaran), seperti ruang lingkup (scope) dan urutan (sequence)
materi pembelajaran, atau topik yang relevan.
 Learner analysis (analisis pemberajar), seperti latar belakang
pendidikan, usia, status pekerjaan, dan sebagainya.
 Learning context analysis (analisis berkaitan dengan pembelajaran),
seperti kompetensi pembelajaran yang akan dan ingin dibahas secara
mendalam pada rancangan ini.
 Intructional analysis (analisis pembelajaran), seperti materi
pembelajaran yang akan dikelompokkan menurut kepentingannya,
menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dan
seterusnya.
 State instructional objectives (tujuan pembelajaran) yang disusun
berdasarkan hasil dari analisis pembelajaran.
 Contruct criterion test items, (penyusun tes) yang didasarkan dari
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
 Select instructional strategt (strategi pemilihan pembelajaran) yang
dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang ada.[ CITATION Rid11 \l
1057 ]

3. Tahap Pengembangan
Pengembangan e-learning dilakukan mengikuti perkembangan
fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia. Selain itu,
pengembangan prototype materi pembelajaran dan rancangan
pembelajaran yang akan digunakan pun perlu di pertimbangkan dan di
evaluasi secara terus menerus.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]

4. Pelaksanaan
Prototype yang sudah lengkap dapat dipindahkan ke jaringan
computer (LAN). Untuk itu pengujian terhadap prototype hendaknya
terus menerus dilakukan. Dengan pengujian ini akan diketahui
berbagai hambatan yang dihadapi, seperti berkaitan dengan
management course tool, apakah materi pembelajarannya memenuhi
standar materi pembelajaran mandiri (self learning materials).
[ CITATION Rid11 \l 1057 ]

5. Evaluasi
Sebelum dilakukan evaluasi, program terlebih dahulu diuji coba
dengan mengambil beberapa sample orang. Dari uji coba ini baru
dilakukan evaluasi. Prototype perlu dievaluasi dalam jangka waktu
relatif lama dan secara terus menerus untuk diketahui kelebihan dan
kekurangannya. Proses dari kelima tahapan tadi di perlukan waktu
yang relatif lama dan dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi
secara terus menerus. Masukan dari pembelajar atau pihak lain sangat
di perlukan untuk perbaikan program tersebut.[ CITATION Rid11 \l
1057 ]
Menurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam Siahaan) syarat-
syarat kegiatan pembelajaran elektronik (e-learning) adalah :
a. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam
hal ini internet.
b. Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh
peserta belajar, misalnya CD-ROM atau bahan cetak.
c. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta
belajar apabila mengalami kesulitan.
d. Adanya lembaga yang menyelenggarakan atau mengelola kegiatan e-
learning.
e. Adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap
teknologi komputer dan internet.
f. Adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat di pelajari dan di
ketahui oleh setiap peserta belajar.
g. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar
peserta didik.
h. Adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga
penyelenggara.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Berbeda dengan yang telah diungkapkan di atas, dalam Sembel,
2004, lebih menyoroti dari tenaga-tenaga ahli yang perlu ada untuk
“menghidupkan” sebuah e-learning adalah :
 Subject Matter Expert (SME), merupakan narasumber dari
pembelajaran yang disampaikan.
 Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis
mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan
memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif,
lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.
 Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi
bentuk grafis dengan gambar, wama, dan layout yang enak dipandang,
efektil dan menarik untuk dipelajari.
 Learning Management system (LMS), bertugas mengelola sistem di
website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan
siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya, serta hal lain yang
berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan peringkat
ketercapaian belajar siswa.[ CITATION Rus12 \l 1057 ]

2.1.7. Model Pembelajaran E-learning


Dalam implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan e-
learning yang bisa digunakan, yaitu :
a. Selective Model
Model selective ini digunakan jika jumlah computer di sekolah
sangat terbatas (misalnya hanya ada satu unit computer). Di dalam
model ini, guru harus memilih salah satu alat atau media yang tersedia
yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran. Jika guru
menemukan bahan e-learning yang bermutu dari internet, maka dengan
terpaksa guru hanya dapat menunjukkan bahan pelajaran tersebut
kepada siswa sebagai bahan demonstrasi saja. Jika terdapat lebih dari
satu computer di sekolah atau kelas, maka siswa harus diberi
kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung.

b. Sequential Model
Model ini di gunakan jika jumlah computer di sekolah / kelas
terbatas (misalnya hanya dua atau tiga unit computer). Para siswa
dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan computer untuk
mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan. Siswa menggunakan bahan
e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari informasi baru.

c. Static Station Model


Model ini digunakan jika jumlah computer di sekolah / kelas
terbatas, sebagaimana halnya dalam sequential model. Di dalam model
ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Bahan e-leaming digunakan
oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Kelompok siswa lainya
menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sama.

d. Laboratory Model
Model ini di gunakan jika tersedia sejumlah computer di
sekolah atau laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet,
dimana siswa dapat mengguunakannya secara lebih leluasa (satu siswa
satu computer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan
sebagai bahan pembelajaran mandiri.
Setiap model e-learning yang dapat digunakan dalam
pembelajaran diatas masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan.
Pemilihannya tergantung infrastruktur telekomunikasi dan peralatan yang
tersedia disekolah.
Bagaimanapun upaya pernbelajaran dengan pendekatan e-
learning ini perlu terus dicoba dalam rangka mengatasi permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dimasa yang akan datang.[ CITATION Rid11 \l
1057 ]

2.1.8.Metode Penyampaian dan Pendakatan Pedagogik Dalam E-


learning
Teknologi komunikasi secara umum dapat dikategorikan
sebagai asynchronous dan synchronous. Asynchronous merupakan
aktivitas yang menggunakan teknologi dalam bentuk blogs, wikis and
discussion boards. Dalam bentuk ini partisipan dapat mengembangkan ide
atau saling bertukar ide atau informasi tanpa keterkaitan antara partisipan
satu dengan partisipan lainnya pada waktu yang sama, sebagai contoh
penggunaan e-mail termasuk asynchronous dimana pesan dapat dikirim
atau diterima tanpa keduanya harus berpartisipan pada waktu yang
bersamaan. Dalam hal ini seorang pengirim pesan atau informasi tertentu
kapan saja yang ia perlukan. Pada sisi lain penerima pesan tidak
diharuskan mengakses pesan atau informasi tersebut pada waktu yang
bersamaan.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Synchronous menunjukkan pada pengkategorian aktivitas
pertukaran ide atau informasi yang mengharuskan partisipan
menggunakan waktu yang bersamaan. Face to face discussion merupakan
salah satu contoh bentuk komunikasi synchronous. Aktivitas synchronous
mempersyaratkan seluruh partisipan saling berkomunikasi atau
berhubungan antara satu dengan yang lain seperti sesi online atau virtual
classroom atau meeting.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Meskipun aktivitas pembelajaran melalui perangkat e-leaming
menekankan system komunikasi online, tidak bearti proses ini sama sekali
meniadakan unsur-unsur hubungan pedagogis antara guru dan siswa.
Bilamana ini terjadi, maka dikhawatirkan proses pembelajaran menjadi
kehilangan makna esensialnya. Karena pembelajaran merupakan kegiatan
yang kompherensip, mencakup berbagai dimensi baik kognitif
psikomotorik dan afektif.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Melalui situs wikipedia (2008) dikemukakan beberapa
pendekatan pedagogi yang diterapkan dalam e-learning, yaitu :
a. Intructional design, dimana pembelajaran lebih terfokus pada
kurikulum yang dikembangkan dengan menitikberatkan pada
pendekatan pendidikan kelompok atau guru secara perorangan.
b. Social-constructivist, merupakan pendekatan pedagogi yang
kebanyakan aktivitasnya dilakukan dalam bentuk forum-forum diskusi,
blogs, wiki dan aktivitas-aktivitas kolaboratif online.
c. Laurillard's conversational model, merupakan salah satu bentuk
pendekatan pedagogi yang menitik beratkan pada penggunaan bentuk-
bentuk diskusi langsung secara luas.
d. Cognitive Prespective, menitik beratkan pada proses pengembangan
kognitif melalui kegiatan pembelajaran.
e. Emotional prespective, lebih difokuskan pada pengembangan dimensi-
dimensi emosional pembelajaran, seperti motivasi, engagement,
model-model permainan, dan lain-lain.
f. Behaviour perspective, menitik beratkan pada keterampilan dan
perilaku yang dihasilkan dari proses belajar. Model pembelajaran
dalam bentuk ini misalnya bermain peran (role playing) dan
penerapannya di dalam aktivitas-aktivitas nyata lapangan.
g. Contextual perspective, di fokuskan pada penataan factor instrumental
dan social lingkungan yang dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Bentuk-bentuk nyata model ini seperti interaksi dengan orang lain,
model-model kolaboratif dan sebagainya.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]

2.1.9. Kelebihan dan Kekurangan E-Learning


Kelebihan e-learning antara lain dapat disebutkan sebagai berikut
(Triluqman, 2007):
1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik
dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara
regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. 
2. Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk
belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya
bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. 
3. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan
dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di
komputer. 
4. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan
bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. 
5. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui
internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. 
6. Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif. 
7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari
perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk
bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan
sebagainya. 
Sedangkan kekurangan e-learning di antaranya yaitu:
1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-
peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat
terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. 
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis. 
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada
pendidikan.
4. Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional.
5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi
cenderung gagal.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
7. Kurangnya penguasaan komputer. [ CITATION Bud07 \l 1057 ]

2.2. Penerapan/Implementasi atau Aplikasi E-learning


2.2.1. Langkah-Langkah Dalam Penerapan E-Learning
1. Strategi pengembangan E-Learning
Strategi pengembangan merupakan langkah mendasar yang harus
dilakukan sebelum menjalankan E-Learning. Dalam langkah ini dilakukan:
a. Analisa
Sebelum memutuskan apakah suatu institusi akan
menyelenggarakan e-Learning atau tidak, harus diputuskan berdasarkan
analisa yang matang. Analisa yang dilakukan didasarkan pada
kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai lembaga tanpa
mengesampingkan aspek kemampuan dan kesiapan yang dimiliki suatu
institusi, baik dari sisi SDM, biaya, infrastruktur dan kultur yang ada.
Dari analisa inilah kemudian akan muncul item-item peluang yang bisa
dilakukan dan kelemahan-kelemahan suatu institusi.[ CITATION Fer13 \l
1057 ]

b. Grand Design
Hasil analisa menjadi pijakan dalam langkah ini, jika dari hasil
analisa diputuskan untuk diselenggarakan e-learning oleh suatu
institusi, maka hasil analisa tersebutbisa ditindaklanjuti menjadi suatu
bentuk yang lebih konkret, yaitu berupa grand design sistem yang akan
dijalankan. Grand designmerupakan gambaran umum sistem e-learning
yang akan dijalankan, yang berisi skenario, sasaran e-learning, desain
sistem, SDM, mekanisme pengelolaan termasuk pembiayaanya. Dalam
langkah ini juga dibuat sebuah strategi untuk implementasi e-learning
dan strategi pengelolaannnya supaya e-learning yang akan dilakukan
bisa mencapai tujuan.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]

2. Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)


SDM merupakan faktor yang sangat vital dalam implementasi e-
learning, oleh karena itu perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya sebelum
e-learning dijalankan. SDM bisa meliputi pengampu kebijakan/manajemen
lembaga beserta staf-stafnya dan SDM pendukung lainnya (keamanan,
kebersihan, dan lain-lain). Penyiapan SDM bisa dilakukan dari beberapa
aspek, diantaranya adalah:
a. Paradigma
Paradigma merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu.
Terkait e-learning, SDM suatu institusi harus mempunyai paradigma
bahwa e-learning menjadi kebutuhan institusi untuk mencapai visi dan
misi institusi, sehingga e-learning harus dilakukan. Paradigma ini
tentunya membawa konsekuensi dan menuntut adanya perubahan,
diantaranya adalah perubahan budaya kerja di sebuah institusi.
Pengampu kebijakan tentunya akan membuat kebijakan yang sesuai
dengan kebutuhan untuk menjalankan e-learning.
Begitu juga para staf, akan menyesuaikan pola kerjanya menjadi
pola kerja yang mendukung keterlaksanaan e-learning. Inilah yang
harus dipahami bersama, dan masing-masing SDM harus mempunya
persepsi yang sama.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]

b. Skill
Seperti disebutkan di atas, bahwa untuk menjalankan e-learning
tidak semudah membalikkan tangan, sehingga skill para pengampu dan
pengelola e-learning perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Keahlian atau skillyang harus disiapkan meliputi:
 Skill mengelola konten
 Skill mengelola pembelajaran
 Skill mengelola pelaksanaan e-learning
 Skill mengelola infrastruktur e-learning[ CITATION Fer13 \l 1057 ]

3. Pemilihan dan Impelementasi Teknologi E-Learning


a. Pemilihan teknologi
Pada langkah ini dimulai proses imlpementasi, yang dimulai dari
pemilihan teknologi yang akan digunakan, yang meliputi:
 Teknologi untuk sistem E-Learning
 Teknologi untuk pembuatan konten
 Teknologi pendukung lainnya seperti teknologi untuk diskusi,
presentasi, dan lain-lain.
Supaya pemilihan teknologi yang digunakan tidak melenceng,
maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:
 Rumusan kebutuhan terhadap teknologi, baik terkait konten maupun
sistem e-learning
 Kemampuan SDM yang akan menggunakan teknologi
 Kemampuan atau tinjauan finasial Pengembangan yang akan
dilakukan di masa akan datang.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]

b. Implementasi
Pada langkah ini menerapkan apa saja yang direncanakan pada
semua langkah sebelumnya menjadi sebuah sistem e-learning, yaitu
mewujudkan sebuah sistem e-learning beserta konten yang digunakan
untuk pembelajaran. Pada langkah ini juga dilakukan sosialisasi
penggunaan sistem kepada calon pengguna, baik dari sisi akademis
maupun infrastrukturnya.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]

4. Pengelolaan
Setelah sistem berjalan langkah selanjutnya adalah adalah
pengelolaan. Pengelolaan meliputi pengelolaan sistem e-learning beserta
perangkat atau infrastruktur yang terkait. Pengelolaan ini untuk menjamin
sistem bisa berjalan dan digunakan dengan baik. Pengelolaan juga meliputi
pembuatan back up sistem untuk mengantisipasi adanya kerusakan atau
gangguan terhadap sistem.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]

5. Peluncuran Sistem
Pada tahap ini sistem sudah siap digunakan, dan saat sistem
berjalan pengelolaan tetap dilakukan. Selain itu untuk mempermudah para
pemula menggunakan sistem, disediakan pula bantuan atau semacam call
center untuk memberi bantuan jika ada pengguna yang mengalami
kesulitan.[ CITATION Fer13 \l 1057 ]

2.2.2. Penerapan Aplikasi E-Learning


Adapun jenis aplikasi e-learning dalam pembelajaran jarak jauh
antara lain :
a. Berbasis Open Source
1. Moodle
Istilah moddle singkatan dari Modular object oriented Dynamic
Learning Environment yang berarti tempat belajar yang dinamis
dengan menggunakan model berorientasi pada objek atau
merupakan paket lingkungan pendidikan berbasis web yang
dinamis dan dikembangkan dengan konsep berorientasi pada
objek. Adapun contoh moodle sebagai berikut:
 Atutor
Aplikasi e-learning yang berbasis open source selain moodle
adalah atutor. Atutor adalah Web based open source learning
control management system (LCMS) di desain dengan
aksessibilitas dan kemampuan adaptasi. Atutor merupakan paket
software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet.
Pengajar dapat cepat memasang, memaketkan dan
mendistribusikan materi pembelajaran, dan mengadakan kursus
online nya sendiri.[ CITATION Rid11 \l 1057 ]

2. Audio dan Video Conferencing Serta Video Broadcasting


a. Audio Conferencing
Audio confere ncing adalah interaksi atau konferensi
langsung dalam bentuk audio (suara) antar dua orang atau lebih
yang berada dalam tempat berbeda, bahkan dapat melibatkan
pembelajar yang banyak pada lokasi yang tersebar dan berbeda.
Teknologi yang digunakan adalah sarana teiephoil. Dalam
pelaksanaan audio conferencing dibutuhkan perangkat tambahan
(audio conferencing bridge) yang dapat mengurangi gangguan
(noise) maupun interaksi pada system.

b. Video Conferencing
Teknologi multimedia video broadcasting dapat
memungkinkan seluruh pembelajar melihat, mendengar, dan
bekerja sama secara langsung.
Sesuai namanya, video conferencing memberikan visualisasi
secara langsung dan lengkap kepada seluruh pembelajar dengan
multimedia (video, audio dan data). Video conferencing distance
learning memungkinkan interaksi antara dua orang atau lebih,
dua kelas atau lebih pada tempat yang berbeda dan waktu yang
bersamaan dengan menggunakan sistem multipoint. Interaksi
terjadi antara pembelajar dengan pengajar, pembelajar dengan
pembelajar lain, pembelajar dengan materi pembelajaran dan
pembelajar dengan sumber-sumber informasi (information
resources) pada lokasi yang berbeda dan dilakukan
secaralangsung (real time) dengan komunikatif seperti pada kelas
konvensional yang menerapkan tatap muka langsung. Materi
pembelajaran pada video conferencing distance learning disajikan
dalam bentuk suara (audio), gambar (visual), maupun teks, secara
terpisah atau bersamaan (simultan).[ CITATION Rid11 \l 1057 ]
Adapun aplikasi video conferencing dalam dunia pendidikan
dan proses pembelajaran antara lain:
 Pertemuan (Meeting)
Pengajar dengan pembelajar video conferencing
memberikan kemampuan untuk menjelaskan pembelajaran
dengan sangat hidup dan interaktif tanpa harus menghabiskan
biaya dan waktu yang banyak untuk melakukan sesuatu pada
tempat yang sama.

 Seminar Jarak Jauh (Teleseminar)


Teleseminar adalah seminar yang diselenggarakan
melalui teleconference. Teleconference ini menjangkau
beberapa tempat pada waktu yang bersamaan.setiap tempat
dihubungkan dengan media video conferencing, sehingga
seminar dapat diikuti oleh pembelajar dari beberapa tempat
sekaligus. pembicara seminar pun dapat menyampaikan materi
seminar dari mana saja selama dia memiliki akses ke system
video conferencing yang digunakan untuk teleseminar
tersebut.

 Silabus Online

 The Word Wide Web (WWW)


Kehadiran situs web bagi suatu organisasi pada era
digital dan internet sebagai pintu masuk menemukan dan
mengenal untuk memperoleh informasi suatu organisasi di
lingkungan dunia maya.
 Elektronik Mail (e-mail) atau Surat Elektronik
E-mail merupakan surat elektronik yang menyediakan
suatu infrastuktur komunikasi baru. E-mail umumnya
digunakan untuk menukar pesan tertulis, mengirim dan
menerima dari jaringan telekomunikasi seseorang. Seseorang
pengguna e-mail di sediakan sebuah mailbox elektronik
dengan sebuah alamat. Sebuah pesan sering kali berupa sebuah
catatan atau memo. Tetapi juga berupa dokumen kerja seperti
spreadsheet, atau grafik. Bentuk catatan dalam sebuah e-mail
melalui penggunaan mailbox elektronik di intemet, untuk
memperoleh informasi.

 Voice mail
Sistem voice mail menyimpan pesan suara yang diubah
dalam bentuk digital. Pesan suara dikirim dalam bentuk diktat
kepada penerima telephon mailbox. Pesan suara secara digit
disimpan pada keduanya dengan alat penyimpan, seperti disk
magnetic. Ketika penerima mendapatkan kembali pesan dari
mailbox, pesan diubah kembali pada bentuk suara asli. Pesan
suara diatur dengan menekan serangkaian tombol telephon.
Penerima pesan dapat mengulangi atau meneruskan pesan atau
mengirimkan melalui mailbox lain.

 Telekonferensi dan System Pertemuan Elektronik

 Pengirim Pesan Kilat (Instant Messenger)


Pengirim pesan kilat (instant messenger) berfungsi
untuk memudahkan berkomunikasi tidak terbatas waktu, ruang
dan orang, dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan
siapapun. Disebut pesan kilat karena pesan dikirim hanya
hitungan detik dan dapat langsung terbalas. Bentuk pesan yang
dikirim dapat berupa teks, suara atau video.

c. Video Broadcasting
Video broadcasting merupakan salah satu teknologi e-
learning interaktif yang bersifat satu arah (komunikasi linear).
Penggunaan program e-learning dengan program video
broadcasting lebih banyak digunakan dibandingkan dengan audio
conferencing. Hal ini trejadi karena sifat video broadcasting yang
audio visual. Dalam prinsip belajar diungkapkan bahwa belajar
akan lebih berhasil jika melibatkan banyak indera. Sasaran
pesertanya dalam jumlah yang besar (massal) dan menyebar
(dispersed). sebagai media transaksinya umumnya menggunakan
media satelit. Pembelajar mengikuti program pembelajaran
melalui video broadcasting dengan cara melihat dan mendengar
pesawat televise yang terhubung kestasiun (broadcaster) tertentu
melalui antenna penerima biasa atau antenna parabola yang
dilengkapi decoder khusus.

d. Sertifikat Pada E-Learning


Penggunaan e-learning membutuhkan jaminan akan
kerahasiaan informasi (confidentiality), keutuhan dan keasrian
informasi (integrity), keabsahan pengiriman informasi
(authentication) dan pengakuan terhadap informasi yang dikirim
sehingga tidak ada data yang disangkal, hal ini merupakan syarat
yang mutlak dalam system e-learning.
E-learning hanya digunakan oleh orang yang berhak. Namun,
masih banyak kendala dan tantangan yang perlu mendapatkan
perhatian. Pada system e-learning sering kali terjadi
penyalahgunaan sehingga dapat mencemarkan nama baik
seseorang atau penyelenggara program e-learning. Untuk
menghindari penyalagunaan itu, seperti pemalsuan, maka
digunakan senifikat digital dengan memanfaatkan infrastruktur
kunci public,certification Authority (CA) adalah sebuah lembaga
atau badan yang bertanggung jawab terhadap pengoperasian
infrastruktur kunci public dan pengelolaan sertifikat digital.
[ CITATION Rid11 \l 1057 ]

2.2.3. Hambatan atau Kendala Dalam Penerapan E-Learning


E-learning juga mempunyai kendala atau hambatan dalam
penyelenggaraannya, yaitu:
a. Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya
pendidikan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada
permulaannya.
b. Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri
dan kebiasaan untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui
komputer.
c. Teknologi dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat
komputer, jaringan handal, dan teknologi yang tepat.
d. Desain materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas
dalam bentuk yang learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit
instructional designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket
pelajaran e-learning yang memadai.[ CITATION Eff05 \l 1057 ]
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
E-learning merupakan cara pengajaran dan pembelajaran yang
menggunakan media elektronik (internet, intranet, satelite, tape audio/video, TV
interaktif, CD ROM interaktif) untuk menyampaikan bahan ajar maupun interaksi
antara mahasiswa dan pengajar tanpa dibatasi jarak dan waktu.
E-learning mutlak diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan
zaman dengan dukungan teknologi informasi dimana semua menuju ke era digital,
baik mekanisme maupun konten. Pengembangan sistem e-learning harus
didahului dengan melakukan analisa terhadap kebutuhan dari pengguna (user
needs). Sesuai dengan paradigma rekayasa sistem dan perangkat lunak, kebutuhan
dari pengguna ini memiliki kedudukan tertinggi, dan merupakan dasar kreasi dan
kerja pengembangan pendidikan. Dalam implementasinya e-learning bukan
semata-mata hanya memindahkan sebuah pembelajaran pada media elektronika
atau intenet, tetapi e-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan
melalui teknologi internet. Agar pembelajaran menyenangkan, dalam
perancangannya baik dari segi materi, media, dan komunikasi harus lah di desain
dan di atur semenarik mungkin.

3.2. Saran
Hendaknya bagi pengelola dan orang-orang yang terjun dalam dunia
pendidikan menggunakan pemanfaatan teknologi informasi, komunikasi dalam
bentuk pembelajaran elektronik (E-Learning) sebagai salah satu cara yang efektif
dalam menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat
konvensional. Sehingga diharapkan ada peningkatan mutu, keterampilan berpikir,
berinteraksi serta ketrampilan-ketrampilan ideal lainnya dari para peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R., Santosa, P., & Ferdiana, R. (2016). Sejarah, Tantangan, dan Faktor
Keberhasilan Dalam Pengembangan E-Learning. Jurnal UGM , 210-
218.
Budisantoso, H. (2007). Pengembangan E-Learning. Yogyakarta: Deepublish.
Effendi, E. (2005). E-Learning Konsep dan Aplikasinya. Yogyakarta: Andi.
Ferriman, J. (2013). 7 Key Steps Successfull E-Learning Implementation. Dipetik
July 2013, dari Learn Dash: http://www.learndash.com/7-key-steps-to-
successful-elearning-implementations/
Ridwan, M. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis E-Learning Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas XII Mata Pelajaran Fiqih di SMK YPM 3
Sidoarjo. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan
Ampel, Surabaya.
Romisatriawahono. (2007). Sistem E-Learning Berbasis Model Motivasi
Komunitas. Teknodik , Vol 11(3):228-248.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:
Alfabeta.
Uno, H. (2011). Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai