PENDAHULUAN
Acute fatty liver of pregnancy (AFLP) adalah penyakit hati yang unik
selama kehamilan. Pertama kali dikenal tahun 1934 sebagai atrofi hati kuning
yang akut dan klinis yang spesifik dikenal tahun1940. AFLP adalah penyakit
yang jarang, tapi kondisi yang serius terjadi pada trimester ketiga. Hal ini
dapat menyebabkan mortalitas meternal dan perinatal yang signifikan(Ibdah 2006).
AFLP dapat menyebabkan kegagalan hepar dan enchepalopathy dan
jika diagnosis terlambat, dapat menyebabkan kematian pada neonatus dan ibu.
Gambaran klinis pada AFLP bervariasi dan diagnosisnya rumit dengan klinis
yang tumpang tindih dengan fitur biokimia HELLP (hemolysis, elevated liver
enzyme, and low platelets). Penyebab AFLP tidak diketahui. Penelitian
molekuler terbaru mengatakan bahwa hasil dari disfungsi mitokondria.
Beberapa gejala klinis dan gambaran AFLP mirip autosomal tertentu, kelainan
bawaan resesif dari oksidasi asam lemak, karenanya AFLP diduga disebabkan
karena defek pada oksidasi asam lemak(Ibdah 2006).
Penyebab yang paling sering dari kegagalan fungsi hepar yang akut
selama kehamilan adalah perlemakan hati akut atau acute fatty liver atau biasa
juga disebut acute fatty metamorphosis atau acute yellow atrophy(Cunningham FG et al,
Hepatics, Biliary and Pancreati Disorders 2014)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. IKTERIK DALAM KEHAMILAN
Onset ikterik selama kehamilan jarang dijumpai namun merupakan suatu
masalah klinis penting sehingga mengetahui penyebab dan penatalaksanaan
yang tepat memberikan implikasi mendalam bagi kesejahteraan ibu dan janin.
Kehamilan normal disertai dengan beberapa perubahan fisiologis fungsi
hepatobilier dan pemahaman perubahan tes biokimia fungsi hepar tertentu
dapat memprediksi abnormalitasnya selama kehamilan(Joshi D 2010)
1. Perubahan anatomi dan fisiologi
Hepar tidak mengalami perubahan ukuran dan berat secara bermakna
selama kehamilan, sehingga bila dijumpai pembesaran hepar selama hamil
dapat menjadi bukti presumtif terjadinya penyakit hepar. Perubahan histologi
minor dari biopsi hepar wanita hamil antara lain ukuran dan bentuk hepatosit,
adanya vakuol lemak serta infiltrasi limfosit pada traktus portal. Abnormalitas
tersebut biasanya ringan dan tidak spesifik(Cunningham FG 2014).
Aliran darah hepatik tidak berubah selama hamil meskipun terdapat
peningkatan volume darah, curah jantung dan isi sekuncup. Akibatnya,
proporsi curah jantung menuju hepar menurun dari 35% pada wanita tidak
hamil menjadi 29% pada kehamilan lanjut. Penurunan ini dapat menyebabkan
gangguan klirens hepatik berbagai zat selama kehamilan lanjut(Cunningham FG 2014).
2. Perubahan biokimia
Kehamilan
dihubungkan
dengan
perubahan
bermakna
dalam
oleh
plasenta
dan
isoenzim
tulang.
Perlu
kehati-hatian
stimulasi proses sekresi dari saluran pencernaan bagian atas dan stimulasi
kelenjar tiroid. Faktor lain yang berperanan terhadap HEG meliputi
peningkatan estrogen, penurunan kadar prolaktin dan overaktifitas dari
sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal. Kekebalan tubuh dan mekanisme
inflamasi juga berkontribusi terhadap HEG. Peningkatan kadar tumor
nekrosis faktor alpha juga telah diamati pada pasien HEG. Kadar
3
NM 2009)
peningkatan ringan
serum
secara
signifikan
terhadap
kelangsungan
hidup
perinatalnya(Lee NM 2009).
Pengobatan utama HEG bersifat suportif. Pasien harus menghindari
pemicu yang memperburuk rasa mual, makan kecil dan sering, serta
makan makanan rendah lemak. Cairan intravena, suplemen tiamin dan
asam folat dan terapi antiemetik dapat diberikan. Prometazin adalah obat
lini pertama, tapi obat lain seperti metoklopramide, ondansetron, dan
steroid juga telah digunakan. Makanan enteral lebih efektif, dan pada
kasus berat, nutrisi parenteral dapat digunakan dengan hati-hati(Lee NM 2009,
Joshi D 2010)
sebagai
ditandai
dengan
hipertensi,
proteinuria,
dan
.
Pada preeklamsia berat, kadang-kadang terjadi perubahan fungsi
terjadi
daripada
yang
diperkirakan
sebelumnya.
Dengan
Hipertensi,proteinuri dan
90 %
edema
-
Sakit kepala
50 %
30 %
- Mualdan muntah
Temuan laboratorium
-
Trombositopenia
Abnormal morfologi
RBCs
Protrombin Time
Fibrin degradation
products
Aminotransferase
Alkaline phosphatase
Bilirubin
Kreatinin serum
95 %,onset awal
Sering (fragments,schistocytes)
Meningkat pada 15 %
Meningkat awal
Meningkat 5-10 kali lipat
Normal atau sedikit meningkat (2x lipat)
Rendah,jika tidak hemolisis berat dan
terjadi nekrosis hepatic
Sedikit meningkat
c. Terapi
Terapi defenitif preeklampsia/eklampsia dan sindroma HELLP
adalah
terlatih. Kondisi ibu dan janin dapat berubah cepat sampai persalinan.
Manifestasi yang tumpang tindih antara perlemakan hati akut pada
kehamilan, preeklampsia/eklampsia, dan sindroma HELLP menunjukkan
adanya hubungan sebab akibat(Abimayu 2006).
penyakit
hati
kategori
infiltrasi
hepatosit
dengan
lemak
Tabel 2. Penemuan klinis pada perlemakan hati akut pada kehamilan (Dyke V 2003)
Insiden
Onset
Penemuan laboratorium :
Alkaline phosphatase
Bilirubin
Aminotransferase
Protrombin time
Hitung trombosit
Asam urat serum
80 %
50 %
20-25 %
90 %
55 %
40 %
30 %
10
c. Diagnosis
Pasien dengan perlemakan hati akut pada kehamilan terjadi
peningkatan level amino transferase. Sel darah putih dapat meningkat sediaan
hapus darah tepi menggambarkan trombositopenia dan normoblas. DIC juga
biasa terjadi. Protrombin time (PT), Partial Tromboblastin time (PTT) dan
fibrinogen dapat abnormal. Ureum dan kreatinin darah dan asam urat dapat
meningkat. Alkali phosphatase meningkat 3-4 kali normal. Amonia meningkat
dan hipoglikemi bisa terjadi(Ibdah JA 2006).
Interpretasi bisa sulit karena terjadinya hemolisis, kenaikan enzim hati
dan jumlah platelet yang menurun (sindroma HELLP) yang terkait
preeklampsia. Sindroma HELLP meliputi hemolisis intravaskular ringan,
peningkatan tes hati dan trombositopenia. Gagal ginjal akut merupakan
komplikasi yang sering terjadi dan terkadang memerlukan dialisis ginjal
sampai penyakit hati dapat ditangani(Abimayu 2006).
Pemeriksaan CT scan, MRI dan USG dapat menunjukkan steatosis
hati, tapi sayangnya penemuan tidak konsisten sebagai deposit lemak
mikrovesikuler dan hepar tampaknya normal. Diagnosis gold standar adalah
biopsi hati namun dapat menyebabkan koagulopati. Biopsi dilakukan jika
diagnosa tidak jelas dan persalinan tidak akan ditunda(Cowie P 2010, Joshi D 2010).
Derajat disfungsi pembekuan darah juga bervariasi dan dapat serius
serta dapat mengancam jiwa khususnya jika persalinan dilakukan secara
seksio
sesaria.
Koagulopati
disebabkan
oleh
berkurangnya
sintesa
d. Penatalaksanaan
Kunci untuk memperoleh hasil akhir perawatan suportif intensif dan
penanganan obstetrik yang baik. Persalinan biasanya menyebabkan resolusi
spontan. Pada sebagian kasus, janin mungkin telah meninggal ketika diagnosis
ditegakkan dan cara persalinan menjadi kurang bermasalah. Banyak janin
yang masih hidup kurang dapat mentoleransi persalinan. Penundaan kelahiran
11
FG et al, Hepatics,
basolateral
hepatosit
dengan
menurunkan
permeabilitas
12
.
Histokompatibilitas HLA-BW 16 sering dijumpai pada perempuan
dengan riwayat ICP. Histologi hati menunjukkan kolestasis fokal dan ireguler
yang ringan. Tidak terdapat karakteristik khas yang membedakan dengan jenis
kolestasis lain. Terapinya terdiri dari terapi suportif, kolestiramin 10-12 gr/hari
dapat diberikan untuk menghilangkan pruritus dan pemberian vitamin K
parenteral. Vitamin K diberikan karena terdapat 20 % peningkatan
kemungkinan terjadinya perdarahan uterus post partum yang diperkirakan
berkaitan dengan malabsorpsi vitamin K yang terjadi sekunder akibat
kolestasis(Ahmad H 2006).
Gejala utama pruritus yang sangat mengganggu
diikuti ikterik.
13
berkurang dengan cepat pada periode pertama post partum, dengan pruritus
dapat muncul dalam dua hari dan ikterus menghilang dalam 1-2 minggu.
Sekitar 50 % pasien mengalami rekurensi pada satu atau lebih kehamilan
berikutnya(Abimayu 2006).
Tabel 3. Penemuan klinis kolestasis intrahepatik pada kehamilan(Dyke V 2003)
Insiden
Onset
Gejala dan tanda
Gatal
Kuning
Mual dan muntah
Nyeri perut
Penemuan
Laboratorium
Alkaline phosphate
Bilirubin
Aminotransferase
Garam empedu serum
Protrombin time
b. Diagnosis
Selain pruritus, secara klinis pasien tampak baik, tidak ada demam,
mual, muntah, anoreksia, intoleransi makanan atau gejala hepatitis yang lain.
Bilirubin terutama terkonjugasi, kurang dari lima kadar normal. Garam
empedu dapat meningkat sampai sepuluh kali normal. AST, ALT dan AP
meningkat 2-4 kali normal, meskipun dapat meningkat 10-15 kali lipat. Biopsi
hati menunjukkan stasis empedu ringan,fokal dan iregular, yang mudah
menghilang. Reaksi nekrosis hepatoseluler dan inflamasi sel tidak ditemukan,
sehingga tanda biokimia hanya sedikit meningkat.(Abimayu, 2006)
c. Patogenesis
Patofisiologi belum jelas, namun terdapat reaksi kolestasis positif yang
tidak normal pada kehamilan. Riwayat keluarga kolestasis positif terjadi pada
50 % pasien. Frekuensi kolestasis yang lebih tinggi telah dilaporkan pada
kelompok etnis tertentu. Jarang ditemukan pada wanita kulit hitam dan tidak
ada pada wanita korea, Jepang atau Cina. Rekurensi kolestasis sering dipicu
oleh menstruasi dan konsumsi tablet kontrasepsi oral(Abimayu 2006).
14
Penyakit
ini
dihubungkan
dengan
peningkatan
estrogen
dan
yang
telah
bersifat
asimtomatik,
harus
ditekankan
pada
topikal.Walaupun
antihistamin
jarang
efektif,pemberian
15
16
karena
selain sering asimtomatik, juga tidak jarang anti-HCVnya negatif selama masih
berada dalam masa jendela (yang dapat berlangsung sampai 6 bulan bahkan
sampai 1 tahun), sedangkan HCV-RNA, yang sebenarnya sudah dapat terdeteksi
dalam serum 1-2 minggu paska paparan, hingga kini belum dimasukan dalam
pemeriksaan rutin. Hepatitis akut C biasanya baru dipikirkan bila tidak ditemukan
petanda hepatitis akut A maupun B. Keadaan klinis yang berat pada hepatitis E
dalam trimester ketiga sulit dibedakan dengan hepatitis akibat infeksi HSV dan
17
.
Deteksi serologi dini dengan IgM anti HAV yang dapat dideteksi 25-30
hari setelah paparan dan dapat menetap dalam 6 bulan dalam serum. Selain itu
SGOT, SGPT dan bilirubin juga meningkat sedang. Hepatitis fulminan,
koagulopati dan ensefalopati mengenai kurang dari 0,5 % pasien. Secara umum,
kecuali ibunya sakit berat, tidak ada dampak serius terhadap janin. Pasien yang
mengidap hepatitis A sebaiknya membatasi aktivitas, nutrisi yang cukup dan
menghindari obat hepatotoksik dan sebaiknya diberikan vaksin hepatitis A inaktif.
Hepatitis A tidak teratogenik, dan penularan ke bayi dapat diabaikan. Persalinan
prematur mungkin meningkat dan kolestasis neonatus pernahdilaporkan(Cunningham FG
et al, Hepatics, Biliary and Pancreati Disorders 2014)
Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan virus blood-borne dan risiko infeksi perinatal dari
ibu asimptomatik cukup tinggi. Pada banyak negara-negara berkembang, dilakuan
18
Dosis
0,5 ml
Cara pemberian
Intramuskular pada saat lahir
19
Vaksin HBV
10 ug(0,5 ml)
Intramuskular
dalam
hari
setelah
Infeksi akut virus hepatitis B (HBV) pada ibu hamil tidak dikaitkan
dengan peningkatan mortalitas atau teratogenisitas. Infeksi dapat dicegah dengan
vaksinasi, dan bayi yang diduga telah terpapar dianjurkan untuk juga diberikan
immunoglobulin (HBIG). Vaksinasi hepatitis B aman dan tetap imunogenik untuk
ibu hamil. Sebaiknya penapisan untuk pertanda virus hepatitis B dilakukan untuk
semua ibu hamil dan vaksinasi diberikan bagi yang memenuhi syarat (HBsAg dan
AntiHBs keduanya negative). Peluang berkembangnya hepatitis B akut menjadi
hepatitis kronis kurang dari 10 %,namun dampak infeksi hepatitis B ibu terhadap
bayinya amat serius. Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan hepatitis B
akut,dianjurkan untuk diberikan hepatitis B immunoglobulin (HBIG) serta vaksin
hepatitis B seperti yang dianjurkan untuk bayi yang ibunya menderita infeksi
HBV kronik. Bila ibunya HBeAg-positif (HBV DNA load tinggi), selain
pemberian HBIG dan vaksin untuk bayi, sebaiknya juga diberikan lamivudin
kepada ibu sebelum melahirkan (100 mg/hari dalam trimester ketiga).
20
Hepatitis C
Pada umumnya kemungkinan terjadinya transmisi vertikal HCV
sangat
kecil, namun akan meningkat bila titer HCV RNA serum tinggi. Bila kuantitas V
RNA serum 1 juta kopi/ml, angka transmisi vertikal dapat mencapai 50%. Belum
ada rekomendasi untuk profilaksis infeksi HCV. Pemberian immunoglobulin tidak
menunjukkan manfaat. Risiko tertular HCV pada bayi yang mendapat ASI setara
dengan bayi yang diberi susu botol. Pemberian ASI bukan merupakan
kontraindikasi bagi bayi dari ibu
dapat menembus sawar plasenta dan bertahan didalam darah Neonatus hingga 6
bulan. Infeksi
perinatal
didiagnosis
atau bila HCV RNA serum positif (sudah dapat terdeteksi pada umur 1 sampai
2 bulan)(Ogata K et al 2006).
Hepatitis D
Epidemiologi hepatitis D pada dasarnya identik dengan hepatitis B.
Hepatitis D akut ada dua bentuk yaitu koinfeksi dan superinfeksi. Koinfeksi
menunjukkan kejadian bersamaan infeksi hepatitis B dan D. Superinfeksi terjadi
bila hepatitis D akut timbul pada pasien hepatitis B kronik.
Pasien hepatitis D akut sebaiknya diberikan terapi suportif. Pasien infeksi
kronik harus dimonitor periodik terhadap perburukan fungsi hepar dan
koagulopati. Hingga saat ini belum ada antivirus spesifik atau imunoterapi baik
untuk infeksi akut maupun kronik. Transmisi perinatal sudah pernah dilaporkan.
Untungnya, transmisi ini jarang karena imunoprofilaksis bagi hepatitis B juga
hampir sama efektifnya terhadap hepatitis D.
21
janin. Segala jenis tindakan yang memungkinkan terjadi perlukaan juga merupakan faktor risiko.
Dari penelitian conte dkk didapatkan kadar transaminase pada perempuan hamil dengan hepatitis
C kronik menurun bermakna dari 56,4% selama bulan pertama kehamilan menjadi 7,4% pada
trimester terakhir namun akan meningkat mendekati waktu persalinan.
Transaminase menurun secara bermakna selama kehamilan terutama pada trimester 3
sebaliknya kadar HCV RNA justru meningkat pada masa kehamilan dan 6 bulan setelah
melahirkan(Budihusodo U 2008).
Untuk menekan risiko transmisi virus maka pemberian antiviral pada hepatitis B kronik
harus dipertimbangkan saat kehamilan. Namun beberapa jenis terapi seperti adefovir dipivoxil
maupun entecavir belum jelas keamanannya. Saat ini baru lamivudin yang sudah diketahui aman
digunakan pada kehamilan. Lamivudin efektif diberikan pada empat bulan menjelang kelahiran.
Penelitian Li dkk menunjukkan bahwa dengan pemberian lamivudin 100mg per hari yang
dimulai pada minggu ke 28 kehamilan akan menurunkan infeksi hepatitis B intrauterine sebesar
16,3%. Pemberian lamivudin juga menurunkan transmisi vertikal secara bermakna dibandingkan
dengan pemberian vaksin dan immunoglobulin. Meskipun studi lain melaporkan bahwa terapi
lamivudin gagal menurunkan transmisi vertikal akibat adanya mutasi precore pada ibu dan bayi.
Menurut rekomendasi dari Asian Pacific Association Study of the Liver (APASL) 2008, salah satu
alternatif terapi hepatitis B kronik yaitu telbivudin dapat diberikan pada perempuan hamil.
Pemberian human immunoglobulin (HBIG) dengan dosis 200 IU secara intramuskular setiap
minggu sejak minggu 28 kehamilan menurunkan infeksi intrauterine sebesar 16,1%
(dibandingkan dengan kontrol 32,7%). Terapi untuk hepatitis C kronik juga harus ditunda pada
kehamilan karena ribavirin sudah terbukti teratogenik dan interferon alfa juga diketahui
berhubungan dengan malformasi fetus(Budihusodo U 2008).
Tabel 5. Gejala klinis dan laboratorium penyakit hati akut dalam kehamilan (Cunningham FG et al, Hepatics,
Biliary and Pancreati Disorders 2014)
23
24
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas :
Nama
: Ny. SE
Umur
: 35 tahun
Nomor MR
: 029979
Tanggal
: 19 juli 2016
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (+), sejak 2 jam sebelum masuk RS, sebanyak
2 kali mengganti duk.
Sakit pada epigastrium sejak 2 hari SMRS, sakit dirasakn hilang timbul.
Riwayat menstruasi : menarche usia 12 tahun, frekuensi teratur siklus 28 hari, lama 5-7
TP : - agustus 2016
: (-)
Riwayat imunisasi
: (+)
Riwayat pendidikan
: D2
Riwayat pekerjaan
: wiraswasta
Riwayat kebiasaan
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran
: Cmc
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 76 x/menit
Nafas
: 22x/menit
Suhu
: 36,5C
Berat badan
: 50/60 kg
Tinggi badan
: 150 cm
26
LILA
: 23 cm
BMI
: 22,2 kg/m2.
Kulit
: icteric
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Thorax :
Paru
:I
Jantung
: Sonor
:I
: BU (+)N
Perut
: Status obstetrikus
Genitalia
: Status obstetrikus
Ekstremitas
Status Obstetrikus :
Abdomen
I
: L1
L2
L3
L4
: difergen
TFU
: 33 cm
: Timpani
: BU(+)N
TBJ
: 3.410 gram
DJJ
: 151
HIS
: (-)
Sikap :
Cek darah rutin,faal ginjal (ureum, creatinin), faal hemostatik (PT, APPT), HbsAg, anti
HCV
SC cito
Konsul Anestesi
Lapor OK
HASIL
12,8 g/dl
7.170 /mm3
37,5 %
143.000 /mm3
28,1 detik
1,00
>100 detik
147,4 mmol/dl
3,84 mmol/dl
125,9 mmol/dl
11,14 mg/dl
88 mg/dl
242,3 /l
344,1 /l
25,4 mg/dl
0,95 mg/dl
Pemanjangan PT/APTT
Hiperkloremia
hiperkalsemia
Hipernatremi
RUJUKAN
11,5 16,5
4.000 16.000
37 45
150.000 400.000
22,1 28,1
2,0-3,5
9,9 11,8
135-145
3,5-5,5
98-108
8,8 - 10,4
60-200
<31
<32
15-40
0,6-1,2
Diagnosa :
G2P1A0H1 grafid aterem 37-38 minggu + bekas SC + PROM + Fetal Distres + icteric ec?
P: -
SC cito
Konsul Anestesi
29
Lapor OK
subkutikuler
Perdarahan selam tindakan 250 cc
Operasi selesai, tindakan selesai
Keadaan pasien post. Op lemah
A/ P2A0H2 Post SCTPP +a/I bekas SC + Fetal distress + TP a/i icterik berulang + pemanjangn
protrombin time + icteric ec ?
P/ Instruksi post op.
RR : 22 x/
T : 36
A: P2A0H2 Post SCTPP Hari ke 1 a/I bekas SC + Fetal distress + TP a/i icteric berulang +
pemanjangn protrombin time + VES + icteric ec ?
P: konsul dr. Dedi Sp.JP
ceftriaxon 2x1gr
Gentamicin 2x 80 mg
Analgetik (sesuai TS anestesi)
Diet dan cairan (sesuai TS anestesi)
Lama rawat (sesuai TS anestesi)
Tanggal 20 juli 2016
s : sakit bagaian bekas luka operasi, luka bekas operasi bagus, PPV (+), demam (-)
o : ku : sakit bearat
kes : CMC
TD: 110/60 mmHg
ND : 65 x/
RR : 22 x/
31
T : 36
A: P2A0H2 Post SCTPP Hari ke 2 a/I bekas SC + Fetal distress +TP a/i icteric berulang +
pemanjangn protrombin time + Susp. Hepatitis include pregnancy ?
P: ceftriaxon 2x1gr
Gentamicin 2x 80 mg
Analgetik (sesuai TS anestesi)
Diet dan cairan (sesuai TS anestesi)
Pasien sudah boleh pindah ruangan z. nifas
Rencana USG Abdomen
Tanggal 21 juli 2016
S : sakit pada luka bekas operaesi
Demam (-)
BAK (+)
ku : sakit sedang
kes : CMC
TD: 120/70 mmHg
ND : 74 x/
RR : 20 x/
T : 36,5
Luka operasi bagus, tanda-tanda infeksi (-)
Hasil labor HbsAg non reaktif
A : P2A0H2 Post SCTPP Hari ke 3 a/I bekas SC + Fetal distress + TP + pemanjangn protrombin
time + icteric ec.?
P : RL 12 jam/kolf
Vit c 3x1
Vit k 3x1
Ceftriaxon 2x1 gr
Gentamicin 2x80 mg
Alinamin 2x1
32
Omeprazol 1x1
Tramadol 2x1
BAB IV
DISKUSI
Pasien masuk ke KB IGD Seorang pasien 35 tahun datang ke KB RSUD Solok pada
tanggal 19 Juli 2016 pukul 02.30 WIB dengan keluar air-air dari kemaluan sebelum masuk RS,
tidak ada tanda-tanda inpartu, pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah dalam batas
normal (110/70), nadi (72x/menit), nafas (22x/menit), dan suhu dalam batas normal. Pada mata
didapatkan sklera ikterik. Pada status obstetrikus didapatkan janin letak kepala dan detak jantung
janin 151 kali permenit. Pemeriksaan genitalia didapatkan pembukaan 1 jari sempit dengan
portio masih tebal 2 cm, posterior dan kaku. Jumlah urin 150 cc/sewaktu.
33
Virus Hepatitis A
: Ig M anti-HAV
Virus Hepatitis B
Virus Hepatitis C
Virus Hepatitis D
Virus Hepatitis E
: IgM Anti-HEV
Pada tanggal 19 juli 2016 (05:15) pasien mengeluhkan Nyeri pinggang menjalar ke Ariari (+), pada pemeriksaan didapatkan HIS 1-2 x/20, DJJ : 170-180 Kali/menit , v/u tenang,
ppv(-) Urin 250 cc/sewaktu, VT : 2 jari longgar, Portio 0,5 cm, medial, sdang Ketuban (+)
warna kehijauan Teraba Kepala H1. Pasien pun direncanakan SC cito.
34
Pada tanggal 21 Juli didapatkan hasil laboratorium HBsAg rapid non reaktif. Pada saat
ini diagnosa suspek hepatitis akut sudah bisa disingkirkan walaupun belum semua marker
hepatitis diperiksa dan kecurigaan diagnosa mengarah pada akut fatty liver in pregnancy (AFLP).
USG hepar sebaiknya dilakukan untuk mendeteksi adanya infiltrasi lemak dan memastikan
diagnosis AFLP. Sayangnya pada pasien ini juga tidak dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol,
alkali fosfatase, asam urat, dan serum amonia untuk mendukung diagnosis.
Diagnosa pasien dengan perlemakan hati akut pada kehamilan terjadi peningkatan level
amino transferase. Leukositosis pada 98% kasus, sediaan hapus darah tepi menggambarkan
trombositopenia dan normoblas. DIC juga biasa terjadi. Protrombin time (PT), Partial
Tromboblastin time (PTT), dan fibrinogen dapat abnormal. Ureum, kreatinin darah dan asam urat
dapat meningkat. Alkali phosphatase meningkat 3-4 kali normal. Amonia meningkat dan
hipoglikemi bisa terjadi(Ibdah JA 2006, Joshi D 2010).
Interpretasi AFLP bisa sulit karena terjadinya hemolisis, kenaikan enzim hati dan jumlah
platelet yang menurun (sindroma HELLP) yang terkait preeklampsia. Sindroma HELLP meliputi
hemolisis intravaskular ringan, peningkatan tes hati dan trombositopenia. Gagal ginjal akut
merupakan komplikasi yang sering terjadi dan terkadang memerlukan dialisis ginjal sampai
penyakit hati dapat ditangani(Abimayu 2006).
Perlemakan hati memiliki keparahan yang bervariasi. Pada kasus yang berat, gejala
biasanya timbul dalam beberapa hari. Mual dan muntah persisten adalah gejala utama dan terjadi
malaise, anoreksia, nyeri epigastrium, dan ikterus progresif dengan derajat bervariasi. Disfungsi
hati bervariasi dari sedang sampai berat yang bermanifestasi sebagai hipofibrinogenemia,
hipoalbuminemia, hipokolesterolemia, dan waktu pembekuan yang memanjang. Kadar bilirubin
serum biasanya kurang dari 10 mg/dL dan kadar transaminase serum meningkat sedang dan
biasanya 1.000 U/L(Cunningham FG et al, Hepatics, Biliary and Pancreati Disorders 2014).
Kunci untuk memperoleh hasil akhir perawatan suportif intensif dan penanganan
obstetrik yang baik. Persalinan biasanya menyebabkan resolusi spontan. Perawatan setelah
persalinan untuk mengkoreksi koagulopati seperti transfusi darah lengkap atau PRC bersama
dengan plasma beku segar, kryopresipitat dan trombosit biasanya diperlukan (Cunningham FG et al, Hepatics,
Biliary and Pancreati Disorders 2014)
intensive dengan tim yang multidisiplin, seperti kegagalan multisistem yang membutuhkan
ventilasi dan dialisis. Harus dipantau fungsi koagulasi dengan koreksi yang agresif terhadap
koagulopati dengan memeriksa faktor pembekuan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Abimayu. Penyakit Hati dan Kehamilan dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, 2006.
Ahmad H. "Penyakit hati dalam kehamilan ." In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I, 469-72.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.
Budihusodo U. "Gangguan Sistem Hepatobilier pada Kehamilan." In Penyakit-penyakit pada
kehamilan, Peranan seorang internis, by Purwita Wijaya Laksmi, 393-425. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit dalam fakultas Kedokteran Indonesia, 2008.
Cowie P, Johnson IG. "Acute Fatty Liver of Pregnancy." Anaesthesia tutorial of the week 191,
2010: 1-5.
Cunningham FG et al. "Hepatics, Biliary and Pancreati Disorders." In William Obstetrics 24th
edition, 2273-2304. New york: McGraw Hill Education, 2014.
36
37
38