A. Patofisiologi PPH
Perdarahan post partum/Post Partum Hemorrhage (PPH) terjadi karena adanya
perdarahan banyak, yang pada umumnya berasal dari tempat implantasi plasenta atau
adanya laserasi jalan lahir. Penyebab PPH terbanyak adalah atonia uteri, kelainan
implantasi plasenta dari laserasi jalan lahir. Pada PPH yang penting adalah menentukan
etiologinya dan memberikan penanganan yang sesuai. Walaupun pengetahuan tentang
penyebab perdarahan pasca persalinan telah banyak diketahui dan darah sudah banyak
tersedia kematian yang disebabkan oleh PPH ini masih menduduki tempat yang tinggi
baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang.
PPH dapat terjadi langsung yang disebut PPH primer/dini dan dapat pula terjadi
setelah 24 jam kemudian yang disebut PPH sekunder/lambat. Definisi PPH tergantung
dari jenis persalinan yang terjadi. Pada persalinan pervaginam, PPH didefinisikan
sebagai terjadinya perdarahan > 500 cc, sedangkan pada seksio sesarea sebanyak > 1000
cc. PPH seringkali tidak dilaporkan, karena penilaian jumlah perdarahan cenderung
under estimated, terutama bila keadaan ibu pasca salin dalam keadaan baik. Karena
sukar untuk menilai berapa banyak insidens PPH yang sebenarnya, American College
of Obstetricians and Gynecologist yaitu menetapkan kriteria penurunan >10% dari
kadar hematokrit sebelum dan sesudah persalinan, secara garis besar PPH mengenai 4-
6% dari seluruh persalinan.
Dengan adanya peningkatan jumlah volume plasma dan sel darah merah yang
meningkat pada wanita hamil (30-50%) serta adanya peningkatan cardiac output, maka
dibandingkan wanita tidak hamil, wanita hamil lebih mudah berkompensasi terhadap
adanya perdarahan dengan cara meningkatkan tahanan vaskuler perifer sehingga
tekanan darah tidak menurun dan dapat menjamin kelancaran perfusi organ. Baru
setelah kemampuan peningkatan vaskuler terlampaui maka terjadilah penurunan
tekanan darah, cardiac output dan perfusi organ sehingga menimbulkan gejala klinis
dari PPH.
Mekanisme penghentian perdarahan pasca persalinan dengan tempat lain di
mana faktor vasospasme dan pembekuan darah sangat penting, pada perdarahan pasca
persalinan penghentian perdarahan pada bekas implantasi plasenta terutama karena
adanya kontraksi dan retraksi miometrium sehingga menyempitkan dan membuntu
lumen pembuluh darah. Adanya sisa plasenta atau bekuan darah dalam jumlah yang
banyak dapat mengganngu efektivitas kontraksi dan retraksi miometrium sehingga
dapat menyebabkan perdarahan tidak berhenti. Kontraksi dan retraksi miometrium yang
kurang baik dapat mengakibatkan perdarahan walaupun sistem pembekuan darahnya
normal, sebaliknya walaupun sistem pembekuan darah abnormal asalkan kotraksi dan
retraksi miometrium baik akan menghentikan perdarahan.
B. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi PPH adalah:
1. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
2. Kontraksi hipotonik = atonia uteri
a) Obat-obat anastesi
b) Uterus overdistensi-janin besar, hamil multiple, hidramnion
c) Persalinan lama
d) Persalinan terlalu cepat
e) Setelah induksi/akselerasi persalinan
f) Multi-paritas
g) Riwayat HPP
5. Gangguan koagulasi
Atonia uteri merupakan penyebab PPH yang terbanyak. Walau tanpa ada faktor
predisposisi, atonia uteri dapat terjadi pula pada setiap persalinan, sehingga perlu
selalu dilakukan observasi dan monitor kontraksi uterus pasca persalinan. Diagnosis
atonia uteri dapat dibedakan secara cepat dari laserasi jalan lahir berdasarkan
kontraksi uterusnya, bila kontraksi baik perdarahan banyak maka kemungkinan
besar ada laserasi jalan lahir, sedangkan bila kontraksi kurang baik maka atonia
uteri. Atonia uteri dapat pula bersamaan laserasi jalan lahir yang merupakan
penyebabnya, sehingga pemeriksaan jalan lahir, yaitu vagina, servisk, dan uterus
harus dilakukan pada setiap PPH.
C. Penanganan PPH
Tujuan utama penanganan PPH adalah:
a) Mengembalikan volume darah dan mempertahankan oksigen
b) Menghentikan perdarahan dengan menangani penyebab PPH
Idealnya stabilitas dilakukan lebih dulu sebelum tindakan definitif dikerjakan,
tetapi hal ini kadang-kadang tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri melainkan
seringkali dilakukan perbaikan umum (resusitasi) sambil tindakan untuk
menghentikan perdarahan tersebut.
Pada saat awal resusitasi cairan juga diambil sampel darahnya untuk
diperiksakan laboratorium sederhana dahulu, yaitu paling tidak kadar hemoglobin,
hematokrit, lekosit, trombosit, faal pembekuan darah atau dilakukan pemeriksaan
waktu pembekuan darah dan waktu perdarahan secara langsung.
Oleh karena penyebab PPH terbanyak adalah karena atonia uteri, maka langkah
pertama dari penanganannya adalah dengan pemijatan uterus, kompresi bimanual,
tampon utero vaginal, sementara obat uterotonika tetap diberikan. Bila dengan
penanganan dengan non operatif ini tidak berhasil baru dilakukan penanganan
secara operatif secara laparotomi pemakaian metode B-Lynch, pengikatan arteri
uterina, ovarika atau hipogastrika (iliaka interna). Bila dengan cara ini juga belum
berhasil menghentikan perdarahan dilakukan hiteriktomi.
Pemberian tampon (packing) uterovagina dengan kassa gulung dapat merugikan
karena memerlukan waktu pemasangannya, dapat menyebabkan perdarahan yang
tersembunyi atau bila ada perembesan berarti banyak darah yang sudah terserap di
tampon tersebut sebelumnya dan dapat menyebabkan infeksi. Tetapi dapat pula
menguntungkan bila dengan tampon tersebut perdarahan bisa berhenti sehingga
tidak diperlukan tindakan operatif atau tampon digunakan untuk menurunkan
perdarahan sementara sambil menunggu penanganan operatif. Alternatif dari
pemberian tampon selain dengan kassa, juga dipakai beberapa cara yaitu: dengan
menggunakan Sengstaken-Blakmore tube, Rusch urologic hydrostatic ballon
catheter (folley catheter) atau SOS Bakri tamponade ballon catheter.
Macam-Macam Balon
Ada bermacam-macam balon (mulai dari yang termahal sampai yang termurah),
yaitu:
• Sengstaken Blakemore
• Balon Bakri
• Balon Rusch
• Kateter Foley
• Kateter kondom
Balon kateter Sengstaken-Blakemore
• Pertamakali diperkenalkan oleh Condous pada 2003
• Kateter dimasukkan de dalam uterus melalui serviks, yang di isi dengan air garam
hangat sampai pembesaran balon itu jelas yang dikelilingi oleh dinding uterus, dan
terlihat di bagian bawah serviks.
• Diperiksa lagi untuk memastikan balon kateter tetap berada di dalam rongga uterus
dengan penerapan traksi lembut.
• Dalam studi dari 16 perempuan, 87% menanggapi positif.
Kateter Rusch
• Kateter Rusch yang biasa digunakan oleh bagian urologi dapat diisi dengan salin
hingga mencapai 1500 cc.
• Pada 2 kasus, kateter Rusch dapat mengatasi perdarahan postpartum setelah diisi
dengan 400-500 cc salin hangat dan diambil setelah 24 jam dengan kecepatan 20
cc/jam.
Sejarah
• Tamponade uterus pada awalnya menggunakan kasa padat yang dimasukan ke
dalam uterus → isu infeksi, tampon kurang padat dan risiko trauma → tidak lagi
populer.
• Dari segi efektivitas → tamponade dapat mengontrol perdarahan pada atonia uteri
sampai 97%.
• Saat ini tampon kasa sudah diganti dengan balon.
• Ada bermacam-macam balon (mulai dari yang termahal sampai termurah):
Sengstaken Blakemore, Balon Bakri, Balon Rusch, Kateter Foley, dan Kateter
kondom.