A. Fisiologi Ovulasi
1. Pengertian Ovulasi
Proses yang terjadi sebelum ovulasi konsepsi dan implantasi hasil konsepsi
merupakan masalah komplek dan tak sepenuhnya diketahui. Ovulasi merupakan
akibat dari kerjasama antara hipotalamus hipofisis ovarium endometrium.
Ovarium memiliki 2 peran utama :
Fungsi endokrin : menghasilkan estrogen dan progesteron untuk mempersiapkan
endometrium menerima hasil konsepsi
Gametogenesis dan ovulasi
OVULASI merupakan proses pelepasan telur yang telah matang tersebut dari dalam
rahim untuk kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk dibuahi. Proses ini biasanya
terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 14 hari sebelum haid
berikutnya.
2. Proses Ovulasi
a. Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan
hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan
FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang
mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai
hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum
di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.
Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun
dinding dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama
pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang
bersifat basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada
serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
b. Fase Ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan
produksi
hormon.
Peningkatan
kadar
estrogen
selama
fase
pra-ovulasi
B. Fisiologi Fertilisasi
1. Pengertian Fertilisasi
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel
telur di tuba falopii. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus),
dengan ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan
dilepaskan cairan mani yang berisi selsel sperma ke dalam saluran reproduksi
wanita. Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut masa subur
wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan
bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.
2. Proses Fertilisasi
a. Penetrasi sperma
Oosit sekunder mengeluarkan fertilizin untuk menarik sperma agar mendekatinya.
Sperma harus menembus lapisan-lapisan yang mengelilingi oosit sekunder dengan
cara mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melarutkan senyawa hialuronid pada
corona radiata, lalu mengeluarkan akrosin untuk menghancurkan glikoprotein pada
zona pelusida dan anti fertilizin agar dapat melekat pada oosit sekunder.
b. Proses di sel telur
Sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu
agar zona pelusida tidak dapat di tembus oleh sperma yang lainnya. Penetrasi
sperma akan merangsangsel telur untuk menyelesaikan proses meiosis II yang
menghasilkan 3 badan polar dan satu ovum (inti oosit sekunder)
c. Setelah penetrasi
Setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti atau nukleus pada kepala sperma
akan membesar dan ekor sperma akan berdegenerasi.
d. Penggabungan inti
Terjadi
penggabungan
inti
inti
sperma
yang
mengandung
23
ovum
yang
mengandung
23
beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang berada dalam cairan mani
diluruhkan.
Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi. Setelah reaksi kapasitasi, sperma
mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma dekat dengan oosit. Sel sperma
yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat zat dari korona radiata
ovum, sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak
dengan lapisan korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat
melarutkan korona radiata, trypsine like agent dan lysine zone yang dapat
melarutkan dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum.
Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma
tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya lebih
mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah
spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan
penembusan yang sangat cepat. Setelah itu terjadi reaksi khusus di zonpelusida
(zone reaction) yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma
lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali terjadi penembusan zona oleh lebih
dari satu sperma.