Anda di halaman 1dari 16

1

KONSEP PERSALINAN FISIOLOGIS

A. Pengertian
Persalinan adalah suartu proses dimana fetus dan plasenta keluar dari uterus,
ditandai dengan peningkatan aktivitas miometrium (frekuensi dan intesitas kontraksi)
yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah
(show) dari vagina. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo dalam Suryani, 2011).
Menurut WHO persalinan normal adalah: persalinan yang dimulai secara spontan
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput dari tubuh ibu (Wirakusumah,dkk 2002).
Persalinan merupakan proses untuk mendorong keluar (ekpulsi) hasil pembuahan
yaitu janin yang viabel, plasenta dan ketuban dari dalam uterus lewat vagina kedunia
luar (Hellen Farrer, 2002).

Persalinan normal adalah persalinan yang:


1. Terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau post matur).
2. Mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi).
3. Setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus
atau partus lama).
4. Mempunyai janin tunggal dengan presentasi verteks dan oksiput pada bagian
anterior pelviks.
5. Terlaksana tanpa bantuan artivisial.
6. Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat).
7. Mencakup kelahiran plasenta yang normal.
B. Penyebab mulainya persalinan

Penyebab sebenarnya yang membuat persalinan dimulai masih belum diketahui,


tetapi ada beberapa faktor yang turut berperan:
1
1. Perubahan kadar hormon
2

kadar hormon mungkin disebabkan oleh penuaan plasenta dan terjadi sebagai
berikut:

a. Kadar progesteron menurun (relaksasi otot menghilang).

b. Kadar estrogen dan prostaglandin meninggi.

c. Oksitosis pituitary dilepaskan (pada kebanyakan kehamilan, produksi hormon


ini akan di supresi)

2. Distensi uterus menyebabkan:

a. Serabut otot yang teregang sampai batas kemampuannya, akan beraksi dengan
mengadakan kontraksi.

b. Produksi dan pelepasan prostaglandin myometrium.

c. Sirkulasi plasenta mungkin terganggu, sehingga menimbulkan perubahan


hormonal.

3. Tekanan janin

Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhannya di dalam uterus, ia akan


menyebabkan:

a. peningkatan tekanan dan tegangan pada dinding uterus.

b. Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut sehingga timbul kontraksi.

C. Tanda dan Gejala Persalinan

1. Lightening/drapping

Proses terjadinya penurunan bagian kepala janin memasuki pintu bawah panggul.
Lightening terjadi beberapa minggu atau beberapa jam sebelum persalinan,
penurunan kepala janin kedalam rongga panggul karena berkurangnya tempat di
dalam uterus dan sedikit melebarnya simpisis. Keadaan ini sering meringankan
keluhan pernapasan serta hardburn dan pada primigravida akan terlihat pada
kehamilan 36 minggu sementara pada multipara baru tampak setelah persalinan
dimulai mengingat otot-otot abdomennya mengendor.

2. Perubahan bentuk perut

Penurunan kepala, berdampak terhadap fundus uteri. Fundus uteri turun dan perut
tampak melebar ke samping.

3. Sering buang air kecil yang disebabkan oleh tekanan kepala janin pada kandung
3

kemih.

4. Kontraksi Braxton-Hicks pada saat uterus yang teregang dan mudah dirangsang
itu menimbulkan distensi dinding abdomen sehingga dinding abdomen menjadi
lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan.

5. Pengeluaran mucus vagina

Sekresi serviks meningkat yang dikeluarkan lewat vagina. Konsentrasinya pada


awalnya kental dan berangsur-angsur seperti lendir. Dengan demikian serviks
mulai mengalami pendataran (effacement) dan terjadi pengeluaran plug mucus
(yang menutupi kanalis servikalis dan sering bercampur dengan darah/blood
sleem).

D. Komponen-Komponen Proses Persalinan


Faktor yang berinteraksi selama proses kelahiran bayi dengan normal ada 4. Faktor
tersebut sering disebut dengan 6P (Power, Passage, Passanger, Psikologis, Penolong,
Peralatan). Berikut gambaran 6 Komponen tersebut:
1. Power
Proses pengeluaran bayi dari intra urteri dipengaruhi oleh power (tenaga), yakni
tenaga ibu mengejan dan kontraksi uterus. Tenaga utama adalah tenaga atau
kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot otot rahim.
a. Kontraksi (HIS);
Kontraksi uterus berlangsung sejak kala I sampai kala IV. Kontraksi uterus
merupakan upaya untuk membuat terjadinya dilatasi serviks, mendorong
presentasi janin memasuki rongga panggul ibu selama periode kala I II serta
membantu uterus mengatasi terjadinya perdarahan setelah periode postpartum.
Kontraksi tersebut gerakan memendek dan menebal pada otot-otot rahim yang
terjadi untuk sementara waktu kontraksi ini terjadi diluar kesadaran, dibawah
pengendalian sistem saraf simpatik dan secara tidak langsung mungkin
dipengaruhi oleh sistem endokrin. Kontraksi uterus yang kuat seperti pada
bagian akhir kala satu persalinan memberikan tekanan intrauteri sebesar 45
mmHg. Effacement (pendataran)/Retraksi adalah salah satu rangkaian kegiatan
kontraksi.
Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadinya
kontraksi, serabut otot tidak mengadakan relaksasi penuh pada akhir kontraksi
tetapi akan mempertahankan sebagian gerakan memendek dan menebal
tersebut retraksi merupakan sifat istimewa yang dmiliki oleh otot rahim.
Dampak dari retraksi, segmen atas dinding uterus secara berangsur-angsur
menjadi lebih pendek serta lebih tebal dan kavum uteri menjadi lebih kecil.
Sementara itu, otot otot segmen menyebabkan serabut-serabut segmen bawah
uterus yang memiliki fungsi serta serviks tertarik keluar sehingga terjadi
penipisan.
b. tenaga ibu mengejan:
4

tenaga kedua yakni tenaga ibu mengejan yang meliputi dorongan otot perut dan
diafragma yang digunakan dalam kala persalinan. Tenaga ini dapat dipakai
untuk mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang
dihasilkan oleh otot-otot volunter. Diafragma dibuat kaku oleh dada yang diisi
udara, glotis yang ditutup untuk menahan tekanan rongga dada. Otot-otot
dinding abdomen dipertahankan dengan kuat. Keadaan ini akan melipat
gandakan tekanan pada janin dan mengurangi ruangan didalam rongga
abdomen sehingga janin terdorong kebawah kebagian paling rendah dan
akhirnya keluar dari vagina. Mengejan memberikan kekuatan yang sangat
membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul. Meskipun
mengejan melibatkan otot-otot volunter, namun dapat menjadi involunter kalau
tekanan kepala janin pada dasar panggul menjadi sangat kuat. Pada saat
crowning sebaiknya mengejan dikendalikan dan digantikan bernafas terengah-
engah (mulut dan glotis terbuka sementara otot-otot abdomen dibiarkan lemas).
2. Passage (lintasan)
Jalan lahir yang harus dilewati bayi dari dalam uterus terdiri dari dua yakni
bagian-bagian yang keras (tulang) dan bagian yang lunak (otot) dari panggul.
Tulang panggul biasanya
memegang peranan lebih penting
dibanding dengan jaringan otot
panggul. Hal ini dipengaruhi
karena tulang dan persendian
tidak mudah mengalami proses
penyesuaian untuk menghasilkan
jalan lahir yang adekuat sesuai
dengan kondisi janin.
Bidang panggul dibagi menjadi
dua bagian oleh linea terminalis
yakni false pelvis (berada diatas
panggul) dan true pelvis
(didalam rongga panggul). True pelvis adalah bagian panggul yang sangat penting
dalam proses pengeluaran bayi. True pelvis dibagi lagi atas: inlet pelvis (pintu
masuk panggul/pintu atas panggul/PAP), mid pelvis (bidang tengah panggul),
outlet pelvis (pintu bawah panggul/pintu keluar panggul).
Inlet pelvis, dibatasi dibagian anterior simpisis pubis, posterior dibatasi oleh
promontorium dan linea terminalis. Ukuran panggul bidang inlet panggul sangat
sangat berpengaruh dalam masuknya presentasi janin kedalam rongga panggul.
Ukuran panggul bagian inlet antara laian: diameter transversum (13,5 cm),
conjungata diagonalis (11,5 cm), konjungata vera (konjungata diagonalis 1,5
cm).
Mid pelvis, bidang panggul yang diukur dari permukaan spina ischiadika. Ukuran
panggul mid pelvis yakni diameter anterior-posterior kira-kira 12 cm dan diameter
bispinosus/interspinosus kira-kira 10,5 cm. Bidang mid pelvis adalah penting
dalam proses putar paksi dalam sehingga ubun-ubun kecil dari kepala janin berada
dibawah simpisis pubis yang menjadi hipomoglion.
Outlet pelvis (pintu bawah panggul/ PBP) menyerupai segitiga. Batas batas dari
5

PBP kedua ligamentum sakrotuberum dan arkus pubis yakni dibentuk oleh ramus
pubis. Arkus pubis wanita membentuk sudut 90 . Proses pengeluaran bayi
yang terakhir adalah PBP dengan ukuran diameter kepala bayi yang terkecil. Ada
tiga ukuran PBP yang penting, yakni diameter antero-posterior (9,5-11,5 cm),
diameter transversum (bi-ischial/intertuberosum: 11 cm), diameter sagital
posterior (minimal 7,5 cm) diukur dari distansia persendian sacrococygeal ke
pertengahan diameter transversum. Jaringan otot pada jalan lahir berbentuk kipas
yang melekat pada tiga bagian koksigis, sacrum dan meluas ke medial dinding
lateral pelvis. Otot tersebut antara lain: otot puborektalis, pubokoksigeus dan
iliokoksigeus.
3. Passanger
Variabel-variabel yang termasuk passenger adalah janin, plasenta dan membran
amnion. Beberapa variabel janin yang berpengaruh terhadap rangkaian persalinan
adalah posisi dan anatomi janin

a. Variabel janin
Kepala janin; merupakan bagian yang paling keras dan besar dari bagian-
bagian janin lain. Besar dan posisi kepala tersebut mempengaruhi jalannnya
persalinan ukuran kepala leher lebih lebar dari pada bahu dan kurang lebih
seperempat dari panjang bayi. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala yang
lahir pertama. Jika kepala janin telah dilahirkan umumnya bagian-bagian lain
dengan mudah menyusul upaya yang dilakukan kepala janin dengan stress
mekanik dan tegangan persalinan.
Tengkorak janin; Pada tulang janin terdapat tulang-tulang tengkorak (kranium)
yang merupakan bagian besar kepala, muka serta tulang dasar tengkorak (basis
kranii) yang merupakan bagian kecil pada waktu persalinan tulang-tulang
tengkorak yang menentukan dapat tidaknya kepala melewati jalan lahir.
Tengkorak kepala janin terbentuk dari 5 buah tulang utama: 2 buah os parietal, 2
buah os frontalis dan 1 buah os oksipitalis. Tulang-tulang ini dihubungkan oleh
membran, yang kelak dalam masa hidup diluar uterus berubah menjadi tulang.
Batas antara dua tulang disebut sutura.
Sutura merupakan garis sambungan antar tulang-tulang dan sudut-sudut tulang-
6

tulang terdapat ruang yang ditutupi oleh membran yang disebut fontanella
(ubun-ubun). Sutura yang utama adalah: sutura frontalis yang terdapat antara
kedua os frontalis, sutura koronaria yang terdapat antara os fontralis dan parietal,
sutura sagitalis yang terdapat antara kedua os parietalis dan sutura lamdoidea
yang terdapat diantara os parietalis dan oksiput.
Fontanella ada dua yaitu fontanella minor (ubun-ubun kecil): berbentuk segitiga,
terdapat diantara sutura sagitalis superior bersilang dengan sutura lamboidea dan
fontanela mayor (ubun-ubun besar=breagma) berbentuk segitiga empat panjang,
terdapat sutura sagitalis yang bersilang antara koronaria.
Kepala janin dapat berubah bentuk dan ukuran karena ada hubungan yang
memungkinkan pinggir tulang satunya dapat menyisip dibawah pinggir tulang
satunya (overlapping). Kemampuan ini disebut moulage.
Ukuran-ukuran kepala bayi, adalah sebagai berikut :
Diameter suboksipito-bregmatikus 9,50 cm. Jika kepala janin dilahirkan dalam
presentasi belakang kepala, kepala janin melintasi vulva dengan ukuran tersebut.
Diameter oksipito-frontalis 11,75 cm. Bila kepala janin dilahirkan dengan
presentasi puncak kepala, maka kemungkinan kepala tidak dapat keluar dari
vulva.
Diameter oksipito-mentalis 13,50 cm. Dengan ukuran ini kepala janin dilahirkan
dengan presentasi dahi, maka kepala tidak dapat keluar dari vulva.
Diameter submento-bregmatikus 9,50 cm. Ukuran ini pada kelahiran presentasi
muka. Diameter ini sama dengan diameter suboksipito bregmatikus, tapi pada
persalinan, muka kepala tidak dapat mengadakan moulage seperti pada
presentasi belakang kepala. Presentasi belakang kepala paling menguntungkan,
presentasi dahi paling meregangkan dan merusak vulva atau yang membutuhkan
episiotomi paling besar. Diameter biparietalis 9,50 cm diameter ini adalah
ukuran antara tuber ossis parietalis kiri dan kanan, ukuran terbesar melintang
dari kepala, sedangkan yang paling kecil melintang adalah diameter
bitemporalis. Diameter bitemporalis 8 cm yaitu ukuran antara os temporalis kiri
dan kanan. Jika konjugata vera lebih kecil seperti pada panggul dengan pintu
atas panggul berbentuk platipelloit, maka kepala janin akan melewati pintu atas
panggul dengan ukuran diameter biparietalisnya di konjugata vera. Disamping
diameter-diameter yang merupakan garis lurus terdapat pula sirkumferensia yang
merupakan ukuran lingkaran pada bidang yang bersangkutan, dinamakan:
sirkumferensia suboksipito-bregmatikus (32 cm), sirkumferensia submento-
bregmatikus (32 cm), sirkumferensia oksipito-frontalis (34 cm), sirkumferensia
mento-oksipitalis (35 cm). Pengetahuan tentang ukuran ini penting dalam
meramalkan jalannya persalinan dengan adanya kelainan presentasi kepala.
Ukuran badan janin yang perlu diketahui adalah lebar bahu (jarak antara kedua
akromion) 12 cm, lingkaran bahu 34 cm, lebar bokong (diameter
intertrokanterika) 12 cm, lingkarang bokong 27 cm, ukuran-ukuran kepala janin
dan badan janin merupakan salah satu faktor penentu janin bisa lahir spontan
pervaginam atau tidak.
Letak, presentasi, posisi dan sikap badan janin:
Letak janin; dipakai bila ingin mengemukakan bagaimana sumbu janin
terhadap sumbu ibu. Misalnya janin letak memanjang: pada presentasi kepala
7

presentasi sungsang, letak miring dan mengolak (oblik) serta letak memotong
sumbu ibu yakni letak lintang.
Presentasi; dipakai untuk pada pemeriksaan dalam bagian janin yang ada
dibagian uterus. Jika kepala
berada dibagian bawah,
dinamakan presentasi kepala. Jika
bokong dinamakan presentasi
bokong, dan jika janin letak
mengolak, maka bahu biasanya
berada dibagian bawah uterus dan
dalam hal ini dinamakan
presentasi bahu. Ditemukan pula
presentasi kaki, presentasi
rangkap belakang-kepala
presentasi muka. Pada presentasi
kepala dalam keadaan fleksi
terdapat 4 variasi yakni vertex,
military, brow, dan wajah.
Presentasi vertex disebut juga
presentasi occiput, dapat kondisi penuh flexi. Presentasi ini sangat
menguntungkan dalam proses persalinan. Presentasi military, dimana kepala
dalam netral position tidak dalam keadaan posisi flexi atau ekstensi.
Diameter presentasi military adalah diameter occipito frontal. Presentasi brow,
presentasi kening atau alis. Presentasi ini tidak stabil atau berubah-ubah. Adapun
presentasi wajah, presentasi ini dalam keadaan kondisi ekstensi penuh oksiput
janin berada dekat dengan tulang belakang. Proses persalinan 4% presentasi
sungsang dan selebihnya persalinan dengan seksio dengan letak lintang dan
miring.
Posisi; dipakai untuk menetapkan apakah bagian janin yang ada di bagian bawah
uterus di sebelah kiri, sebelah kanan, sebelah belakang atau sebelah depan
terhadap sumbu tubuh ibu, misalnya ubun-ubun kecil kiri depan. Dengan
demikian dapat ditentukan bermacam-macam presentasi, dengan kombinasi
posisi di kiri atau di kanan, di depan atau di belakang.
Sikap badan (attitude); janin menunjukan hubungan bagian-bagian janin
terhadap sumbunya khususnya terhadap tulang punggungnya. Pada umumnya
kepala, tulang punggung dan kaki janin dalam keadaan flexi, dan dalam keadaan
demikian disebut janin dalam sikap flexi. Sikap ini sering ditemukan pada
persalinan normal.
b. Variabel plasenta
Plasenta adalah tempat pertukaran zat-zat dari ibu ke janin. Plasenta dapat
diklasifikasikan berdasarkan letak insersi (tertanamnya plasenta pada dinding
uterus) dan bentuk plasenta. Insersi plasenta yang normal adalah bagian fundus
uteri anterior atau posterior. Plasenta yang terletak menutupi seluruh jalan lahir
atau sebagian biasanya persalinan tidak dapat berlangsung secara normal.
Bentuk plasenta yang normal memiliki berat 1/6 dari berat janin, jumlah
kotiledon 16-20. Insufisiensi plasenta dapat mengakibatkan: gangguan
8

pertumbuhan janin, hipoksia dan asidosis janin dan berkurangnya kadar hormon
yang dibutuhkan janin sehingga tidak memungkinkan lahir normal.
c. Variabel membran amnion
Membran amnion pada dasarnya utuh sampai menjelang inpartu. Pecahnya
selaput amnion sebelum adanya tanda-tanda persalinan memungkinkan air
ketuban akan semakin berkurang dan resiko infeksi. Air ketuban dibutuhkan
untuk mendorong bayi masuk kedalam rongga panggul. Namun kelebihan air
ketuban juga berdampak bayi lahir kecil atau kelahiran prematur. Masalah pada
cairan amnion dan membran amnion dapat mempengaruhi kelangsungan proses
persalinan.
4. Psikologis
Psikologis adalah bagian yang krusial saat kelahiran anak, ditandai dengan adanya
cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri
persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu dengan
dikeluarkan hormon katekolamin. Hormon katekolamin menghambat kontraksi
uterus dan aliran darah plasenta. Masalah psikologis ibu dapat terganggu akibat
praktek budaya yang dianut oleh klien tersebut: nilai kultural dan individu;
kebudayaan keluarga mempengaruhi pandangan anggota keluarga terhadap
persalinan dan praktek pelayanan persalinan. Harapan dan nilai-nilai keluarga
terhadap persalinan sangat mendukung proses persalinan, misalnya penerimaan
petugas kesehatan terhadap praktek-praktek budaya dalam menghadapi
persalinan, penerimaan anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang akan
lahir. Selain itu proses persalinan berlangsung dengan baik jika adanya dukungan
yang diberikan oleh anggota keluarga dengan penerapan metoda pendampingan
yang difasilitasi oleh petugas kesehatan.
5. Penolong
Persalinan dapat berlangsung dengan aman dan nyaman juga dipengaruhi oleh
penolong. Kriteria penolong yang baik adalah memiliki kompetensi dalam
memonitoring kemajuan persalinan, mengevaluasi dan menolong persalinan
sesuai dengan prosedural yang telah ditetapkan. Penolong diharapkan mampu
mengidentifikasi persalinan yang beresiko yang perlu tindakan sedini mungkin
dan mampu bekerja secara aseptik dan antiseptik guna menghindari infeksi
nosokomial. Selain itu penolong juga diharapkan mampu membina hubungan
yang terapeutik dengan klien.
6. Peralatan
Kesiapan peralatan untuk mengobservasi janin dan ibu selama persalinan,
mendukung persalinan tersebut berlangsung dengan baik. Peralatan yang
dibutuhkan minimal untuk persalinan normal antara lain: alat-alat untuk
memeriksa ibu dan janin (tensimeter, stetoskop, meteran, senter, reflek hammer,
laennec, atau doppler), kardiotokografi dan USG, tindakan kolaborasi peralatan
untuk pertolongan persalinan normal (partus set, hecting set) dalam kondisi steril,
tempat tidur, larutan desinfeksi, tempat pembuangan sampah infeksius dan non
infeksius serta obat-obatan: cairan beserta set infus, jarum suntik, oksitosin,
metergin, roborantia, analgetik.
Peralatan tersebut disiapkan di kala I, jika petugas kesehatan tidak melakukan
persiapan tersebut kemungkinan masalah ibu tidak teridentifikasi sedini mungkin
9

dan tidak siap menolong persalinan.

E. Tahapan Persalinan
1. Kala pertama persalinan (Kala I)
- Pemberian asuhan ibu dan dokumentasi; Saat memberikan asuhan ibu
(termasuk alihan dari rekan kerja), beberapa informasi dasar mengenai
kesehatan fisik dan emosi ibu harus dikumpulkan secara lengkap dan
didokumentasi dengan baik.
- Partogram; Partogram adalah representasi grafis elemen fisik persalinan ibu
dan meliputi pendokumentasian kontraksi, pemeriksaan vagina observasi ibu
(temperatur, denyut nadi, tekanan darah, urinalisis) setiap obat yang diberikan
dan sebagainya. Biasanya dimulai saat ibu sudah dalam persalinan aktif Studi
observasi dan percobaan besar di Asia Tenggara yang dipimpin oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO, 1994) menemukan bahwa partogram memberikan
banyak manfaat dalam hal pengenalan persalinan lama dan mendorong rujukan
serta tindakan yang diperlukan. Hal ini terbukti dapat menghasilkan penurunan
mortalitas perinatal, bedah sesar darurat dan perlunya augmentasi.
a. Fase Laten
Fase laten adalah stadium saat tubuh ibu mulai menuju persalinan. Sementara
definisi resmi menandai permulaan resmi persalinan dari fase aktif ke
selanjutnya, namun pengalaman mengatakan persalinan sudah dimulai saat itu.
Bagi ibu yang merencanakan persalinan di rumah sakit, mungkin tempat
terbaik menghabiskan masa laten adalah di rumah dan tidak di lingkungan
rumah sakit, karena ketakutan dan kecemasan bisa menghambat persalinan
serta menarik dilakukannya intervensi.
1) Kontraksi dan dilatasi serviks
Kontraksi biasanya ringan sampai sedang, semakin tidak nyaman, dan
kadang menyakitkan. Kontraksi menjadi teratur dan lebih rapat ketika
persalinan maju, akhirnya mencapai tiap 5 menit atau lebih dan biasanya
berlangsung 45 detik. Serviks mulai membuka dan melunak, bergerak dari
posterior ke anterior dan dilatasi serviks antara 0 sampai 4 cm. Stadium
persalinan ini terkenal sulit untuk di diagnosis hanya dengan kriteria medis
saja.
2) Perilaku khas ibu
Ibu bisa merasa bergairah atau cemas. Mereka biasanya menghendaki
ketegasan mengenai apa yang sedang terjadi pada tubuh maupun mencari
keyakinan dan hubungan dengan bidannya. Ibu yang bahasa ibunya bukan
Indonesia perlu mendapat keyakinan ekstra, penjelasan yang hati-hati dan
sensitivitas terhadap pilihan budaya pribadi. Penerjemah yang bisa
menyamankan ibu harus diatur dengan baik sesuai kemajuan persalinan.
Idealnya penerjemah seorang wanita dan bukan anggota keluarga, kecuali
ibu secara khusus menghendaki sebaliknya. Primigravida dalam
kegembiraannya dan tidak adanya pengalaman mereka mengenai persalinan
kuat kadang mereka salah sangka tentang kemajuan persalinannya; mereka
membutuhkan penerimaan atas kegembiraan dan ketakutan mereka.
10

b. Fase Aktif (Persalinan Sebenarnya)


Fase aktif biasanya dimulai sejak ibu mengalami kontraksi teratur dan maju
dari sekitar pembukaan 4 cm sampai pembukaan servik sempurna.
1) Kontraksi dan dilatasi serviks
Kontraksi cenderung menjadi teratur, nyerinya sedang dan biasanya terjadi
sekitar sekali tiap 2-5 menit, dan berlangsung antara 45 detik sampai sekitar
60 detik. Ketika persalinan menjadi semakin kuat, serviks akan terus
membuka dan kontraksi menjadi lebih kuat dan semakin nyeri (sekali tiap 2-
3 menit berlangsung 60 detik atau lebih). Serviks terletak di tengah sampai
anterior, lunak, menipis (tidak selalu menipis penuh pada wanita multipara),
dan membuka 4 cm atau lebih.
2) Perilaku khas ibu
Pada persalinan stadium dini, ibu dapat tetap makan dan minum atau
tertawa dan mengobrol dengan riang di antara kontraksi. Begitu persalinan
maju, ibu tidak punya keinginan lagi untuk makan atau mengobrol, dan ia
menjadi lebih pendiam dan bertindak lebih didasari naluri karena bagian
primitif otak mengambil alih. Pada persalinan yang kuat, ibu biasanya lebih
terpusat dan menarik diri dari pada mengobrol dengan orang lain, ia
digambarkan telah menjadi dirinya sendiri". Ketika persalinan semakin kuat,
ibu menjadi kurang mobilitas, memegang sesuatu saat kontraksi atau berdiri
mengangkang dan menggerakkan pinggulnya. Ketika persalinan ibu
semakin maju, ia akan menutup matanya dan pernapasannya berat dan lebih
terkontrol. Ia akan mengerang dan kadang berteriak selama kontraksi yang
nyeri. Ibu sering terlihat menekuk jari kakinya ketika kontraksi memuncak.
Bila ibu berbicara biasanya singkat, seperti air saat ingin minum atau
"punggung" saat meminta seseorang menggosok punggung. Bukan saat
yang tepat untuk berbicara dengannya atau meninggalkannya.
c. Transisi
Transisi adalah fase yang umumnya terjadi pada akhir stadium pertama
persalinan. Stadium ini dianggap sebagai yang paling nyeri dan tentu saja
paling menyakitkan bagi ibu. Hormon stres persalinan berada dalam
puncaknya, memiliki efek fisiologis positif pada persalinan, dan ibu akan
mengalami letupan energi yang diperlukan untuk mendorong bayinya keluar.
"Diagnosis stadium transisi pada observasi bergerak ke tingkat yang lebih
tinggi, sesuai keterampilan banyak wanita yang terpusat dan subjektif.
Diagnosis stadium transisi terutama merupakan observasi bidan maka sangat
bergantung pada bagaimana memahami tingkah laku ibu dan mengenali setiap
perubahan tingkah lakunya. Oleh karena itu kemajuan dapat didiagnosis tanpa
memerlukan pemeriksaan vagina.
1) Kontraksi dan dilatasi serviks
Kontraksi tampak hampir bergabung dan persalinan berada pada titik yang
paling intensif dan sangat nyeri. Banyak ibu yang merasa telah melahirkan
selama puncak kontraksi dan serviks membuka sempurna.
2) Perilaku khas ibu
Ibu yang mengalami nyeri ekstrem pada transisi tidak memiliki kemampuan
11

mendengar atau berkonsetrasi pada segala sesuatu kecuali melahirkan.

Kala I
Fase inisial (laten) berlangsung dari
permukaan serviks 0-3 cm
- Kontraksi menjadi semakin kuat
dan berirama
- Sedikit rasa tidak nyaman
- Serviks menipis dan membuka
kurang dari 4 (0-3 )
- Serviks membuka secara
perlahan
- Fase ini berlangsung rata-rata 8
jam pada primigravida dan 5
jam pada multigravida
Fase aktif berlangsung dari pembukaan
serviks 4 cm 10 cm
- Serviks membuka dari sekitar
1,5 inc (4cm) menjadi penuh 4
inc (10cm)
- Kontraksi menjadi lebih kuat
dan lama biasanya 45 60 detik.
Frekuensi kontraksi 3-5 menit
- Kepala mulai turun menuju
panggul wanita
- Ibu mulai merasa ada keinginan
mendorong bayi untuk turun
- Tahap ini kira kira sekitar 5
sampai 6 jam pada kehamilan
primigravida dan 4 jam pada
kehamilan multigravida dengan
12

perhitungan 1,5 cm per jam.

2. Kala kedua persalinan (Kala II)


Stadium (kala) kedua persalinan didefinisikan mulai dari dilatasi serviks penuh
sampai diikuti kelahiran bayi. Stadium kedua ditandai dengan dorongan untuk
mengejan, yang bersifat spontan dan dapat mendahului dilatasi penuh atau terjadi
selama atau sesaat setelahnya. Dengan membatasi keterbatasan waktu pada kala
kedua persalinan hingga 2 jam pada wanita primigravida dan 30 menit pada
multipara adalah biasa dan tidak didukung oleh data.

a. Perilaku khas ibu


Beberapa ibu mengambil kesempatan untuk tidur ketika kontraksinya berhenti
dan menyadarinya sebagi stadium istirahat dan berterimakasih atau fase laten
kala kedua. Beberapa ibu mengalami peningkatan dorongan untuk mengejan
dan mengeluarkan suara pengejanan leher yang jelas pada puncak kontraksi.
b. Tanda fisik dini pada kala kedua persalinan
13

1) Ketuban pecah spontan.


2) Tekanan rektum, sensasi ingin defekasi selama kontraksi.
3) Muntah.
4) Bercak atau keluar cairan merah terang dari vagina.
5) Garis ungu memanjang dari anus, mencapai bokong.
6) Perlambatan DJ pada puncak kontraksi.
c. Tanda lanjut kala kedua
1) Perineum mengembung, vagina melebar, dan anus mendatar Sering kali ibu
membuka anusnya saat mengejan selama kontraksi.
2) Bagian presentasi tampak dan terus berlanjut selama kontraksi.

Kala II
Pada kehamilan primigravida, pembukaan lengkap, servik tidak teraba.
Kelahiran bayi berlangsung sekitar 45-60 menit, pada kehamilan multigarvida
berlangsung 15-30 menit
- His teratur, minimal 3-4x dalam 10 menit dengan durasi 40-60 detik
- Presentasi janin telah memasuki rongga panggul (bidang, hodge 4)

3. Kala ketiga persalinan (Kala III)


Kala ketiga persalinan terjadi setelah kelahiran bayi dan melibatkan uterus yang
berkontraksi dan mengecil. Karena plasenta tidak ada yang menekan kemudian
mengelupas dari dinding uterus dan kemudian dikeluarkan dari vagina.
Perilaku khas ibu; Pada kala ini sebagian besar ibu harus menikmati kontak kulit
dengan kulit bayinya yang baru lahir dan sebagian lagi melupakan plasenta in situ
mereka. Beberapa ibu merintih atau tiba-tiba diam saat mereka mengalami kram
uterus, biasanya sebelum mengeluarkan pasenta, bekuan atau kehilangan darah,
sensasi ini bisa disertai oleh keinginan ringan untuk mengejan, untuk
mengeluarkan plasenta.

Kala III
- Berlangsung sejak bayi dilahirkan sampai mengeluarkan plasenta
- Tahap ini biasanya berlangsung hanya beberapa menit, tapi bisa sampai 30
menit
- Hal ini tidak berbeda pada ibu primigravida dan multigravida
14

- Karakteristik pelepasan plasenta ditandai dengan uterus bulat dan keras, tiba-
tiba darah keluar dan tali pusat memanjang.

4. Kala keempat persalinan (Kala IV)


Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Pada saat
lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum: evaluasi tanda tanda vital, kontraksi
uterus, perdarahan pervaginam, dan kondisi vesika urinaria.

Daftar Pustaka
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan: Persalinan dan Kelahiran. Jakarta:
EGC
Farrer, Hellen. (2002). Perawatan Maternitas edisi 2. Jakarta: EGC
Manurung, Suryani. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan
Keperawatan Intranatal. Jakarta: TIM
15

MAKALAH

KONSEP PERSALINAN FISIOLOGIS

Mata Kuliah Keperawatan Maternitas Prodi S-1 Keperawatan (Non Reguler)

Oleh Kelompok 1:
16

Dewi Angelina Heni Ketut (30120116027K)


Erlina Mega Candra (30120116023K)
Mulyanus (30120116006K)
Nadia Diva Devina (30120116019K)
Tasya Kurniasari Athuhema (30120116015K)
Viktoria Elisabeth Rau (30120116010K)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS


PADALARANG
2017

Anda mungkin juga menyukai