Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL


“RETENSIO PLASENTA”

DOSEN PEMBIMBING

Rahajeng Siti Nur Rahmawati, M.Keb

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. Dian Lutfi Rahmawati P17321181008


2. Celine Delvi Natasya P17321183011
3. Rima Labiibah Hanun P17321183012
4. Lutfiah Nurilaili P17321183014
5. Merita Meliyafara Pratiwi P17321183019
6. Natasya Farhana Niam P17321183033
7. Inas Zhafirah P17321183036
8. Rosa Bella Miliyanto P17321183041

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Retensio Plasenta” dapat tersusun hingga selesai.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 22 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...…………ii
DAFTAR ISTILAH……………………………………………………………….……iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….……...iv

BAB I PENDAHULUAN……………………………...………………………….……1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….…………..….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….…………..1
1.3 Tujuan……………………………………………………….……………………2
BAB II TINJAUAN TEORI………………..…………….…………………...……….3
2.1 Konsep Teori…………………………..………….………………………….…...3
2.1.1 Definisi Retensio Plasenta………………………………………....………3
2.1.2 Etiologi Retensio Plasenta ………………………………..……….………3
2.1.3 Manifestasi Klinis Retensio Plasenta ………………………..………….…3
2.1.4 Klasifikasi Retensio Plasenta ……………………………….…..…………6
2.1.5 Komplikasi Retensio Plasenta ……………………………………….…….8
2.1.6 Patofisiologi Retensio Plasenta………………….…………………….…...9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Retensio Plasenta …………………….….……...10
2.1.8 Penatalaksanaan Klinis Retensio Plasenta …………………….……..…...10
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan…………………………..…………….……….….13
2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney…………………………………...…13
2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP………………………………….…...…24
2.2.3 Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian SOAP…………......26
2.3 Checklist Penatalaksanaan Retensio Plasenta…………………………..……….13
BAB III TINJAUAN KASUS…………………………...…………………..….….….27
BAB IV PEMBAHASAN…………………....................................................................33
BAB V PENUTUP……………………………………………......…………...……....34
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...34
4.2 Saran………………………………………………………………………….....34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...….35
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan masyarakat, sehingga menjadi salah satu target yang telah ditentukan yang
harus dicapai dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu
tujuan ke-5, meningkatkan kesehatan ibu dengan mengurangi. Berdasarkan kesepakatan
MDGs pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga per
empat dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai
komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000.Angka
Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian perinatal (AKP) yang masih tinggi telah lama
mengundang perhatian pemerintah. Menurut hasil berbagai survei, AKI di Indonesia
tahun 2014 berkisar antara 300 dan 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan AKI di negara maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup. AKI yang
tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru
lahir.
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah
kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat
terjadi polip plasenta. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan.
Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab
kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan
data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah
sebesar 43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio
plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan
resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum dimana retensio plasenta
salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang
hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 cc selama 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan bertanggung jawab atas 28% kematian ibu, salah satu
penyebab kematian ibu sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas yang terjadi
karena retensio plasenta, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang baik dan
benar yang dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan
khususnya dalam pertolongan persalinan, peningkatan manajemen Pelayanan Obstetric
Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif,
ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang merupakan prioritas dalam
pembangunan sektor kesehatan guna pencapaian target MDG’s.
Pada kejadian retensio plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu 30 menit
tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk
mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan retensio plasenta?
2. Apa saja etiologi retensio plasenta?
3. Bagaimana manifestasi klinis retensio plasenta?
4. Apa saja klasifikasi retensio plasenta?
5. Apa saja komplikasi retensio plasenta?
6. Bagaimana patofisiologi retensio plasenta?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang retensio plasenta?
8. Bagaimana penatalaksanaan retensio plasenta?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan retensio plasenta
2. Untuk mengetahui etiologi retensio plasenta
3. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis retensio plasenta
4. Untuk mengetahui klasifikasi retensio plasenta
5. Untuk mengetahui komplikasi retensio plasenta
6. Untuk mengetahui patofisiologi retensio plasenta
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang retensio plasenta
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan retensio plasenta
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP TEORI


2.1.1 Definisi Retensio Plasenta
Retensio plasenta merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam
setelah jalan lahir. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata,
dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma.
Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banya, artinya hanya sebagian
plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan
segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada
kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta
perkreta. Gejala yang bisa ditemui dalam kasus retensio plasenta yaitu perdarahan,
uterus berkontraksi tentapi tinggi fundus tidak berkurang.
2.1.2 Etiologi Retensio Plasenta
Penyebab Retentio Plasenta menurut Sastrawinata (2008) adalah :
1) Secara fungsional:
1. His kurang kuat (penyebab terpenting)
2. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya
(plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang
sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut
plasenta adhesive.
2) Secara patologi – anatomi:
1. Plasenta akreta
2. Plasenta inkreta
3. Plasenta perkreta
Sebab-sebab plasenta belum lahir bisa juga disebabkan karena :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
Plasenta belum lepas dari dari dinding uterus karena:
1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritonium
(plasenta akreta-perkreta).
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak akan terjadi perdarahan, jika
lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala II, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu :
a. Grandemultipara.
b. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak
luas.
c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis.
d. Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah sedikit,
sehingga perlu masuk jauh kedalam.
e. Bekas operasi pada uterus.
2.1.3 Manifestasi Klinis Retensio Plasenta
1. Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik.
2. Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali pusat putus akibat traksi yang
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
Tanda dan gejala Plasenta Akreta Parsial, Inkarserata dan Akreta
penyebab anatomi retensio plasenta :
Gejala Akreta parsial Inkarserata Akreta
Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid
Perdarahan Sedang – banyak Sedang Sedikit / tidak
ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Pelepasan plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali,
kecuali akibat
2.1.4 inversion oleh
tarikan kuat
pada tali pusat.

Klasifikasi Retensio Plasenta


Berdasarkan tempat implantasinya retensio plasenta dapat di klasifikasikan
menjadi 5 bagian :
1. Plasenta adhesiva
adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta akreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miomentrium.
3. Plasenta inkreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki
miomentrium.
4. Plasenta akreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plasenta inkaserata
adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstriksi ostium uteri.
2.1.5 Komplikasi Retensio Plasenta
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan
hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka
tidak menutup.

2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan
plasenta.
3. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat
berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi
karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses
keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas.
Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini
merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat,
yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa
perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah
menjadi kanker.
4. Syok haemoragik.
2.1.6 Patofisiologi Retensio Plasenta
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan
tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu
lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa
retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah
serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila
serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan
darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses  retraksi yang normal dan
menyebabkan banyak darah hilang.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Retensio Plasenta
a. Hitung darah lengkap
Untuk menentukan  tingkat Hb dan Ht, melihat adanya trombositopenia serta
jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infksi, leukosit biasanya
meningkat.
b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT)
dan activated Partial Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time
(CT) atau Bleeding time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan
yang disebabkan oleh faktor lain.
2.1.8 Penatalaksanaan Retensio Plasenta
Penanganan retensio plasenta adalah :
1. Resusitasi dengan pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida
atau larutan ringer laktat yang hangat apabila memungkinkan). Monitor jantung,
nadi, tekanan darah dan saturasi oksige. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin 20 IU dalam 500 ml larutan ringer laktat atau NaCl 0,9 (normal
saline) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt andrews, jika berhasil lanjutkan dengan
drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan manual plasenta.
Plasenta manual dengan segera dilakukan :
1. Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang
2. Terjadi perdarahan post partum melebihi 500 cc.
3. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa
4. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan
dengan tang abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran
sisa plasenta dilakukan dengan kuratase.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta delanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan
infeksi sekunder.
Peran bidan dalam penatalaksanaan retensio plasenta meliputi:
a. Melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga pada semua ibu yang melahirkan
melalui vagina.
b. Bila plasenta tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 IU oksitosin IM dosis
kedua.
c. Periksa kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptic untuk
memasukan cateter nelaton desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengosongkan kandung kemih.
d. Ulangi kembali penanganan tali pusat dan tekanan dorso-kranial.
e. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir
dalam waktu 30 menit.
f. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan
tali pusat untuk terakhir kalinya, jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera.
g. Jika plasenta belum lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera
lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri.
h. Melakukan prosedur manual plasenta sesuai dengan standar.

Anda mungkin juga menyukai