Anda di halaman 1dari 32

Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Retensio Plasenta

Dosen Pengampu :

Intan Komalasari, APP, M. Kes

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Tingkat 2A

Nama :

Adelia PO7120118001 Alfira Damayanti PO7120118007

Afifa Chairany PO7120118002 Angela Retno P PO7120118008

Aishah Nurhaliza PO7120118003 Anggraini PO7120118009

Aisyah Lestari PO7120118004 Annisa Tamarani PO7120118010

Alfina Damayanti PO7120118005 Emilia Nursafitri PO7120118041

Alfina Lian Sari PO7120118006 Febrina Sari Putri PO7120118042

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Retensio Plasenta”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan
Maternitas.
Dengan adanya makalah ini, para pembaca diharapkan mampu
mengembangkan dan menambah pengetahuan mereka disamping adanya buku–
buku referensi dan makalah yang lain, makalah ini bukan suatu hasil yang
sempurna, dengan adanya waktu - waktu yang akan datang diperlukan proses
perbaikan dan penyempurnaan.
Apabila Makalah ini terdapat kekurangan - kekurangan, maka kami
sebagai penyusun makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca. Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi semua pembaca. Kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk pembelajaran
berikutnya. Terima kasih.

Palembang, 20 Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii


DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………..
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………….
1.3. Tujuan ……………………………………………………………...
1.4. Manfaat …………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Retensio Plasenta ……………………………………….
2.2. Etiologi Retensio Plasenta ……………………………………………
2.3. Klasifikasi Stage ………………………………………………...
2.4. Manifestasi Retensio Plasenta …………………………………….....
2.5. Patofisiologi Retensio Plasenta ……………………………………..
2.6. Pathway ………………………………………………………….....
2.7. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………...…………....
2.8. Penatalaksanaan
2.9. Komplikasi Retensio Plasenta ……………………………………...
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Keperawatan ...…………………………………….........
3.2. Analisa Data ………………………………………………………..
3.3. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………..
3.4. Intervensi Keperawatan
3.5 Implementasi Dan Evaluasi …………………………………..………...
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………….
5.2 Saran …………………………………………………………….......
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. ….

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan maternal adalah salah satu aspek dalam kesehatan reproduksi
perempuan, yang didalamnya menyangkut mortalitas (angka kematian) dan
morbiditas (angka kesakitan) pada wanita hamil dan bersalin, hal ini merupakan
masalah besar di negara berkembang seperti Indonesia. Pernyataan tersebut dapat
di perkuat oleh hasil survey berikut.Tahun 2002 AKI (Angka Kematian Ibu)
307/100.000, AKB (Angka Kematian Bayi) 35/ 1000. Tahun 2007 AKI
248/100.000, AKB 26,9
Dari data tersebut menjadikan Indonesia sebagai pemilik data AKI
terbesar di ASEAN. Penyebab utama kematian ibu sendiri menurut (WHO) adalah
Pendarahan, Retentio Plasenta, Infeksi, pre-eklamsia, dan prolog labour. Faktor
tertinggi kematian ibu adalah perdarahan, salah satu penyebab perdarahan adalah
terlambatnya plasenta keluar melebihi 30 menit setelah bayi dilahirkan, hal ini
biasa disebut dengan Retensio Plasenta.
Perdarahan postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi plasenta yang
kecil, tetapi plasenta yang sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas.
Inspeksi plasenta setelah pelahiran harus dilakukan secara rutin, apabila ada
bagian plasenta yang hilang uterus harus dieksplorasi dan plasenta dikeluarkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka kelompok kami tertarik mengambil judul
makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Retensio Plasenta.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
retensio plasenta?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum

4
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar retensio plasenta dan
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah retensio
plasenta
1.3.2 Tujuan khusus
Setelah melakukan penyusunan makalah ini penulis berharap mampu:
a. Memperoleh data pengkajian pada pasien dengan masalah retensio
plasenta.
b. Menegakkan diagnosa pada pasien dengan masalah retensio plasenta.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah
retensio plasenta.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan lebih bagi mahasiswa mengenai teori pada
pasien dengan masalah retensio plasenta dan memberikan kemampuan lebih
bagi mahasiswa dalam melaksanakan tindakan pada pasien dengan masalah
retensio plasenta.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dengan hasil makalah ini dapat memberikan informasi yang baru dan
masukan kepada instistusi maupun mahasiswa yang akan datang tentang
retensio plasenta dan menambah kepustakaan serta referensi sebagai bahan
dan sumber bacaan khususnya mahasiswa Keperawatan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta
(habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi sebagai benda mati, dapat terjadi
plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio
karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka
uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005).
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu
setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya
sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta
manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu
diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta
inkreta, plasenta perkreta. (Manuaba, 2006).
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan
hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang
berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan.beberapa
ahli klinik menangiani setelah 5 menit, kebanyakan bidan akan menunggu satu
setengah jam bagi plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya untuk tertahan
(Varney’s, 2007).
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana placenta belum
lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Pada proses persalinan, kelahiran
placenta kadang mengalami hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin.
Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul perdarahan yang merupakan salah satu
penyebab kematian ibu pada masa post partum. Apabila sebagian placenta lepas
sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan
beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila

6
sebagian besar placenta sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada
dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas.

2.1 Etiologi
Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah :
a. Placenta belum lepas dari dinding uterus
Placenta yang belum lepas dari dinding uterus. Hal ini dapat terjadi karena (a)
kontraksii uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta, dan (b) placenta
yang tumbuh melekat erat lebih dalam. Pada keadaan ini tidak terjadi
perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
b. Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena
atonia uteri dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya
lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan
karena (a) penanganan kala III yang keliru/salah dan (b) terjadinya kontraksi
pada bagian bawah uterus yang menghalangi placenta (placenta inkaserata).
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan
ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik.
1. Sebab fungsional
a) His yang kurang kuat (sebab utama)
b) Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba)
c) Ukuran plasenta terlalu kecil
d) Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
2. Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a) Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih
dalam.
b) Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
c) Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke
serosa.

7
d) Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim.

2.3 Klasifikasi Stage


1. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
3. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miometrium.
4. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.

2.4 Manifestasi Klinis


a. Waktu hamil
1) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
2) Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya
menyertai plasenta previa
3) Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh
perdarahan
4) Kadang terjadi ruptur uterib.
b. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
c. Persalinan kala III
1) Retresio plasenta menjadi ciri utama
2) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat
perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter
kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual

8
3) Komplikasi yang seriun tetapi sering dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan
ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk
mengeluarkan plasenta
4) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta

Gejala Akreta parsial Inkarserata Akreta


Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid
Perdarahan Sedang – banyak Sedang Sedikit /
tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Pelepasan Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
plasenta seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali,
kecuali akibat
inversion
oleh tarikan
kuat pada tali
pusat

2.5 Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan.
Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi
lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu,
miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga
ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya
daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta
berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas
dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis

9
dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta
terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara
serat- serat oto miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini
menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah
terjepit serta perdarahan berhenti.
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya plasenta tidak
terjadi secara bersamaan dengan janin, karena melekat pada tempat implantasinya.
Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian
pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.

2.6 Pathway

10
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap
Untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct),
melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan
yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
2. Menentukan adanya gangguan koagulasi
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time
(PT) dan Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting
untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain

2.8 Penatalaksanaan
a. Retensio plasenta dengan sparasi parsial
1. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang akan diambil. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk
mengedan. Bila ekspulsi tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
2. Beri drips oksitosin dalam infuse NS/RL. Bila perlu kombinasikan dengan
misoprostol per rectal. (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena
kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap
dalam kavum uteri)
3. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi
dan perdarahan. Lakukan trasnfusi darah apabila di perlukan.
4. Beri antibiotika profilaksis (ampisilin IV/ oral + metronidazol supositoria/
oral)
5. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi syok
neurogenik.
b. Plasenta inkaserata
1. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan
pemeriksaan.
2. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan
kontriksi serviks dan melahirkan plasenta.

11
3. Pilih fluethane atau eter untuk kontriksi serviks yang kuat, siapkan drips
oksitosin dalam cairan NS/RL untuk mengatasi gangguan kontraksi yang
diakibatkan bahan anestesi tersebut.
4. Bila prosedur anestesi tidak tersedia dan serviks dapat dilakukan cunam
ovum, lakukan maneuver skrup untuk melahirkan plsenta.
Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan tanda vital,
kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca tindakan.
Tambahan pemantauan yang di perlukan adalah pemantauan efek samping
atau komplikasi dari bahan –bahan sedative, analgetika atau anastesi
umum misalnya mual, muntah, hipo/ atonia uteri, pusing/ vertigo,
halusinasi, mengantuk
c. Plasenta akreta
1. Tanda penting untuk diagnosis pada pemerisaan luar adalah ikutnya
fundus atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit di
tentukan tepi plasenta karena imolantasi yang dalam.
2. Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah
menentukan diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk ke rumah sakit rujukan
karena kasus ini memerlukan operatif bagan.
d. Sisa plasenta
1. Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa
plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien
akan kemabali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah
beberapa hari pulang ke rumah dan subinvolusi uterus
2. Berikan antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis.
Antibiotika yang di pilih adalah ampisilin IV dilanjutkan oral
dikombinasikan dengan metronidazol supositoria.
3. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase.
4. Bila kadar Hb<8g/dL berikan transfuse darah. Bila kadar Hb> 8g/ dL,
berikan ferosus.

12
Pada kelainan yang luas, perdarahan menjadi berlebihan sewaktu
dilakukan upaya untuk melahirkan plasenta. Pada sebagian kasus plasenta
menginfasi ligamentum latum dan seluruh serviks (Lin dkk., 1998).
Pengobatan yang berhasil bergantung pada pemberian darah pengganti
sesegera mungkin dan hampir selalu dilakukan tindakan histerektomi
(operasi pengangkatan rahim).
Pada plasenta akreta totalis, perdarahan mungkin sangat sedikit
atau tidak ada. Paling tidak sampai di lakukan upaya pengeluaran plasenta
secara manual. Kadang-kadang tarikan tali pusat dapat menyebabkan
inversion uteri. Inversion uteri adalah uterus terputar balik sehingga
fundus uteri terapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar.
Inversion uteri paling sering menimbulkan perdarahan akut yang
mengancam nyawa.

2.9 Komplikasi Amputasi


Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ.
3. Sepsis
4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak
selanjutnya

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan
retensio placenta adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa
lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai
berikut :

13
1) Sirkulasi :

- Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai

kehilangan darah bermakna)

- Pelambatan pengisian kapiler

- Pucat, kulit dingin/lembab

- Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa

tertahan)

- Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan

- Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah

kehilangan darah.

2) Eliminasi :

- Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas

vagina

3) Nyeri/Ketidaknyamanan :

- Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal

(fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.

4) Keamanan :

- Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap

(mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi

baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara

vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi

episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.

5) Seksualitas :

14
- Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak

menonjol (fragmen placenta yang tertahan)

- Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi


multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta,
placenta previa.

b. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan


obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).
Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
2. Nyeri akut
3. Resiko infeksi

C. Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa Tujuan Dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Kekurangan Volume NOC NIC
Cairan 1. Keseimbangan Mengurangi Perdarahan :
Definisi: Cairan Postpartum
Keadaan individu 2. Status Nutrisi : 1. Monitor pasien secara ketat akan
yang mengalami Asupan Makanan perdarahan.
penurunan cairan dan Cairan 2. Monitor jumlah dan karakter
intravaskuler, (nature) kehilangan darah pasien.
interstisial, dan/atau Tujuan dan Kriteria 3. Catat kadar Hb/Ht sebelum dan
cairan intrasel. Hasil: setelah kehilanga darah sebagai
Diagnosis ini merujuk Setelah dilakukan indikasi.
ke dehidrasi yang tindakan 4. Kaji koagulasi, termasuk
merupakan kehilangan keperawatan prothrombin time (PT), partial
cairan saja tanpa selama 2x24 jam thomboplastin time (PTT),

15
perubahan dalam klien mampu : fibrinogen, degradasi fibrin/split
natrium.  Mempertahankan products, dan jumlah platelet jika
Batasan Karakteristik: keseimbangan diperlukan
 Penurunan status cairan, dengan 5. Kaji kecendrungan transport
mental indikator : oksigen di tingkat jaringan misalnya
 Penurunan tekanan  Memiliki asupan melalui (PaO2, SaO2, dan tingkat
darah cairan oral dan atau Hb dan cardiac output).
 Penurunan volume nadi intravena yang 6. Berikan tambahan darah (misalnya
 Penurunan tekanan adekuat berupa platelet, dan plasma darah)
nadi  TTV dalam rentang yang sesuai.
 Penurunan turgor kulit normal. Manajemen Cairan
 Penurunan turgor lidah Hb dan Hematokrit 1. Monitor status hidrasi (seperti:
 Penurunan pengisian dalam batas kelembapan mukosa membrane,
vena normal. nadi).
 Kulit kering 2. Monitor tanda-tanda vital
 Membrane mukosa  Menunjukan status 3. Monitor adanya indikasi
kering nutrisi, dengan retensi/overload cairan (seperti
 Hematokrit meningkat indikator : :edem, asites, distensi vena leher).
 Suhu tubuh meningkat Keseimbangan 4. Monitor status nutrisi
Faktor-Faktor yang asupan dan 5. Kaji ketersediaan produk darah
berhubungan: haluaran yang untuk trsanfusi
 Kehilangan volume seimbang. 6. Berikan cairan IV
cairan aktif Memiliki asupan HE
 Kegagalan mekanisme cairan oral dan/atau 1. Instruksikan pasien dan/atau
pengaturan intravena yang kaluaga terhadap tanda-tanda
adekuat. perdarahan dan tindakan pertama
yang dibutuhkan segera selama
terjadi perdarahan (misalnya
mencari perawat)
2. Instruksikan pasien dan keluarga
terhadap keparahan kehilangan
darah dan tindakan yang tepat untuk

16
dilakukan.
2. Nyeri Akut NOC NIC
Definisi: 1. Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Pengalaman 2. Tingkat 1. Kaji secara komphrehensif tentang
emosional dan sensori Kenyamanan nyeri, meliputi: lokasi,
yang tidak 3. Tingkatan nyeri karakteristik dan onset, durasi,
menyenangkan yang frekuensi, kualitas,
muncul dari kerusakan Tujuan dan Kriteria intensitas/beratnya nyeri, dan
jaringan secara aktual Hasil: faktor-faktor presipitasi.
dan potensial atau Setelah dilakukan 2. Lakukan penilaian nyeri secara
menunjukkan adanya tindakan komprehensif dimulai dari lokasi,
kerusakan keperawatan karakteristik, durasi, frekwensi,
(Assosiation for Study selama 2x24 jam kualitas, intensitas dan penyebab.
of Pain) : serangan klien mampu : 3. Gunakan komunikasi terapeutik
mendadak atau  Mengontrol nyeri, agar pasien dapat menyatakan
perlahan dari dengan indikator : pengalaman nyerinya serta
intensitas ringan  Mampu mengenali dukungan dalam merespon nyeri.
sampai berat yang faktor penyebab 4. Tentukan dampak nyeri terhadap
diantisipasi atau  Mampu melaporkan kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu
diprediksi durasi nyeri gejala pada tenaga makan, aktifitas, kesadaran, mood,
kurang dari 6 bulan. kesehatan hubungan social, performance
Batasan Karakteristik: Mampu mengenali kerja dan melakukan tanggung
 Melaporkan nyeri gejala-gejala nyeri jawab sehari-hari
secara verbal dan  Mempertahankan 5. Modifikasi tindakan mengontrol
nonverbal tingkat nyeri berdasarkan respon pasien.
 Menunjukkan kenyamanan, 6. Tingkatkan tidur/istirahat yang
kerusakan dengan indikator : cukup.
 Posisi untuk  Dapat melakukan 7. Kolaborasikan dengan pasien,
mengurangi nyeri aktivitas seperti orang terdekat dan tenaga
Faktor-Faktor yang biasa tanpa harus profesional lain untuk memilh
berhubungan: merasakan nyeri. tenik non farmakologi
 Agen cedera  Menunjukan Pemberian Analgesik

17
(biologi, psikologi, tingkat nyeri, 1. Menentukan lokasi, karakteristik,
kimia, fisika) dengan indikator : mutu, dan intensitas nyeri sebelum
 Mampu melaporkan mengobati klien.
adanya nyeri, 2. Cek riwayat alergi obat.
frekuensi nyeri dan 3. Tentukan jenis analgesic yang
episode lamanya digunakan (narkotik, non narkotik
nyeri. atau NSAID) berdasarkan tipe dan
 Tanda-tanda tingkat nyeri.
vital kembali 4. Tentukan analgesic yang cocok,
normal. rute pemberian dan dosis optimal.
5. Mengevaluasi efektivitas analgesic
pada interval tertentu, terutama
setelah dosis awal, pengamatan
juga diakukan melihat adanya
tanda dan gejala buruk atau tidak
menguntungkan (berhubungan
dengan pernapasan, depresi, mual
muntah, mulut kering dan
konstipasi).
6. Kolaborasikan dengan dokter jika
terjadi perubahan obat, dosis, rute
pemberian, atau interval, serta
membuat rekomendasi spesifik
berdasar pada prinsip
equianalgesic.
HE
1. Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan pencegahan.
2. Anjurkan pasien untuk memonitor
sendiri nyeri.
3. Resiko Infeksi NOC NIC

18
Definisi: 1. Status Imun Kontrol Infeksi
Kenaikan resiko 2. Kontrol Infeksi 1. Batasi jumlah
karena diserang oleh pengunjung/pembesuk.
organisme penyakit. Tujuan dan Kriteria 2. Gunakan sabun anti mikroba untuk
Batasan Karakteristik: Hasil: mencuci tangan dengan benar.
 Penyakit kronik Setelah dilakukan 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah

 Mendapatkan tindakan melakukan perawatan pada pasien.

kekebalan yang tidak keperawatan 4. Gunakan aturan umum.

adekuat selama 2x24 jam 5. Gunakan sarung tangan yang


klien mampu bersih.
 Pertahanan utama yang
untuk: 6. Bersihkan dan siapkan tempat
tidak adekuat (e.g.,
1. Menunjukan status sebagai persiapan untuk prosedur
kerusakan kulit,
imun, dengan infasi/pembedahan.
jaringan yang luka,
indikator : 7. Jaga lingkungan agar tetap steril
pengurangan dalam
 Tidak adanya selama insersi di tempat tidur.
tindakan, perubahan
infeksi berulang, 8. Jaga lingkungan agar tetap steril
pada sekresi PH,
tidak adanya ketika mengganti saluran dan botol
mengubah gerak
tumor, Reaksi tes TPN.
peristaltic)
kulit cocok dengan 9. Tutup/jaga kerahasiaan system
 Pertahanan kedua yang
pembukaan, Kadar ketika melakukan pemeriksaan
tidak adekuat invasive hemodynamic.
zat terlarut pada
(pengurangan 10. Ganti peripheral IV dan balutan
antibody dalam
hemoglobin, berdasarkan petunju CDC.
batas normal
leucopenia, respon 11. Pastikan keadaan steril saat
2. Menunjukan
yang menekan sesuatu menangani IV.
kontrol infeksi,
yang menyebabkan 12. Tingkatkan pemasukkan nutrisi
degan indikator :
radang)
 yang tepat.
 Pertambahan Mendeskripsikan 13. Tingkatkan pemasukan cairan
pembukaan mode transmisi, yang tepat.
lingkungan pada mendeskripsikan 14. Lakukan terapi antibiotic yang
pathogen factor-faktor yang tepat.

 Agen farmasi (ex: zat menyertai HE

19
yang menghambat transmisi, 1. Ajarkan mencuci tangan untuk
reaksi imun) mendeskripsi-kan memperbaiki kesehatan pribadi.

 Membran amniotic tanda-tanda dan 2. Ajarkan teknik mencuci tangan

pecah sebelum gejala, yang benar.

waktunya Mendeskripsikan 3. Ajarkan pasien dan keluarga


aktivitas-aktivitas tentang tanda-tanda dan gejala
 Memperpanjang
meningkatkan daya infeksi dan kapan harus
perpecahan pada
tahan terhadap melaporkannya pada tim
membrane amniotic
infeksi. kesehatan.
 Trauma/luka berat 4. Ajarkan pasien untuk memakan
 Destruksi jaringan antibiotic sesuai resep.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Tanggal Lahir : 13 April 1977

Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : KHT Sengkawang CST PT.


THGP

Tanggal masuk RS : 5 April 2011

Identitas Suami
Nama : Tn. K

Umur : 36 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

21
3.1.2 Keluhan Utama :

Ari-ari belum lahir sejak 3 jam SMRS.

Keluhan Tambahan & Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD Palembang BARI dengan keluhan ari-ari


belum lahir sejak 10 jam SMRS. Pasien telah melahirkan di klinik Bidan May
pada jam 04. 15 pagi hari yang sama tetapi ari-ari belum lahir setelah
melahirkan. Pasien mengatakan banyak darah merah segar keluar setelah
melahirkan. Di klinik Bidan tersebut, pasien dicoba untuk dikeluarkan
plasenta tetapi tidak bisa lalu dirujuk ke RSOB. Pasien mengeluh nyeri perut
bagian bawah, pusing, lemas tetapi tidak mual dan tidak muntah.

3.1.3 Riwayat Haid / Keluarga Berencana

Haid pertama kali umur : 13 tahun

Siklus haid : teratur, 28 hari / bulan

Durasi & banyaknya haid : 5-7 hari, 2-3 kali ganti softex

Hari pertama haid terakhir : 5 April 2012, lamanya 5 hari, banyaknya 2-


3 kali ganti softex.

Taksiran persalinan : 12 April 2013

KB : Tidak ada riwayat menggunakan


kontrasepsi

3.1.3 Riwayat Antenatal Care

Pemeriksaan kehamilan di praktek bidan oleh bidan, teratur setiap bulan.


Selama pemeriksaan pasien tidak ada keluhan dan kelainan. Pasien pernah
USG, dan pada pemeriksaan USG tersebut pasien dinyatakan kondisi janin
baik dengan presentasi kepala.

22
3.1.4 Riwayat Perkawinan & Kehamilan

Pasien kawin baru 1 kali ini. Lama menikah dengan suami sekarang 2 tahun.

Anak :

Perempuan, 10 tahun, lahir pervaginam di bidan di RSUD BARI, berat badan


lahir : 3000 gram dengan riwayat KPSW. Namun setelah 3 hari dirawat bayi
meninggal.

3.1.5 Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat asma (-)


- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat diabetes mellitus (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat penyakit ginjal (-)
- Riwayat menjalani operasi (-)

3.1.6 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

- Riwayat hipertensi (-)


- Riwayat Diabetes mellitus (-)
- Riwayat asma (+) / ibu pasien

3.1.7 Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pertama kali pada tanggal 15 Januari 2012

a. Status generalis
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda Vital

23
- Tekanan Darah : 130/70 mmHg
- Nadi : 100 x/menit, reguler, cukup, simetris
kanan kiri
- Suhu : 36,8 °C
- Pernapasan : 28 x/menit, teratur
c. Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-),
turgor normal, kelembaban normal, pucat
d. Kepala dan Leher
- Kepala : Normosefali, ubun-ubun normal, rambut
warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, pucat
- Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
- Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas
cuping hidung -/-, sekret -/-,
- Mulut : Bibir merah muda, kering (-), sianosis (-),
trismus (-), halitosis (-)
- Lidah : Tidak dinilai
- Tonsil : Tidak dinilai
- Tenggorokan : Tidak dinilai
- Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar
tiroid tidak teraba membesar, trakea letak normal
e. Thorax
1) Paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, pulsasi
abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama cepat, tipe
abdomino-thorakal, retraksi (-)
- Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus
simetris
- Perkusi : Sonor di semua lapang paru
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing
-/-
2) Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

24
- Palpasi : Ictus cordis teraba, thrill (-)
- Perkusi : Redup
- Auskultasi : SISII reguler, murmur (-), gallop (-)
3) Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Palpasi : Teraba supel, nyeri tekan di seluruh
kuadran abdomen
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
4) Ekstremitas : Akral dingin, edema (-), sianosis (-), pucat,
CRT lebih 2 detik

3.1.8 Pemeriksaan Obstetrik

Status Lokalis Abdomen

1. Inspeksi : tampak datar, striae gravidarum (+), linea nigra (+), terlihat tali
pusat berukuran 5 cm didepan vagina diklem dengan forcep.
2. Palpasi: Kontraksi (-), TFU teraba 2 jari di bawah pusar, nyeri tekan
seluruh abdomen
3. Auskultasi : tidak dilakukan

3.1.9 Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

Teraba tali pusat keluar dari ostium uteri externa, stolcel +, portio terbuka
sedikit

3.1.10 Pemeriksaan Pelvimetri

Tidak dilakukan

3.1.11 Pemeriksaan Laboratorium

- Hemoglobin : 7,0 g/dl

25
- Leukosit : 240, 000 ribu
- Hematokrit : 17%
- Trombosit : 180, 000 ribu
- Golongan darah :O

3.2 Klasifikasi Data


Data Subyektif Data Obyektif
Klien mengeluh pusing Tampak perdarahan
Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir Sianosis
Klien mengatakan sakit perut pada Pengisian kapiler dibawah batasan
bagian bawah normal
Klien mengatakan lemah Ekspresi wajah klien tampak meringis
Klien mengeluh tidak mengerti dengan Klien tampak gelisah
keadaanya Membran mukosa kulit tampak kering
Klien mengatakan takut Klien tampak sering bertanya
Ekspresi wajah pasien tampak
kebingungan
Kulit tampak terasa dingin

3.3 Analisa Data


No Symptom Etiologi Problem
1. DS : Klien mengeluh Plasenta lepas tapi belum Gangguan perfusi
lahir
pusing jaringan

DO : perdarahan

Sianosis
Terjadi hipovolemik
Kulit tampak terasa dingin ↓
Gangguan perfusi
jaringan
2. DS : Klien mengatakan Retensio plasenta Kekurangan

lemah volume cairan
Plasenta lepas tapi belum
DO : lahir

Tampak perdarahan
perdarahan
Membran mukosa kulit ↓

26
tampak kering Kekurangan volume
cairan
Pengisian kapiler dibawah
batasan normal
3. DS : Saraf terjepit/putus Nyeri

Klien mengatakan nyeri
Reseptor nyeri
pada jalan lahir terangsang

Klien mengatakan sakit
Menstimulasi talamus
perut pada bagian bawah ↓
Ambang nyeri ↓
DO :

Ekspresi wajah klien nyeri
tampak meringis
Klien tampak gelisah
4. DS : Respon fisologis tubuh ↑ Kurang

Klien mengeluh tidak pengetahuan
Ketakutan ↑
mengerti dengan ↓
Sering bertanya
keadaanya

Klien mengatakan takut Kurang terpajan
informasi
DO :

Klien tampak sering Kurang pengetahuan
bertanya
Ekspresi wajah pasien
tampak kebingungan

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
2. kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot rahim
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi

3.5 Rencana Keperawatan


1.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

27
Tujuan : Pasien akan menunjukan penurunan perfusi jaringan teratasi
dengan kriteria :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Perifer hangat tidak sianosis
Intervensi ;
1) monitor TTV setiap jam
R/ respon konpensasi untuk menurunkan volume sirkulasi adalah
pengeluaran o2 darah dengan meningkatkan frekuensi jantung dan
pernapasan serta menurunkan sirkulasi ekstremitas menyebabkan
penurunan nadi, kulit dingin dan sianosis
2) Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku
R/ perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia. Sianosis,
tanda lanjut lainya tidak nampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50
mmHg
3) Pantau GDA dan kadar Ph
R/ membantu dalam mendiagnosa derajat hipoksia jaringan atau asidosis
yang diakibatkan dari terbentuknya asam laktat dari metabolisme anerob
4) Kolaborasi dengan tim medis pemberian oksigen
R/ memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi
kejaringan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Klien akan menunjukan kekurangan volume cairan terasi dengan
kriteria :
- TTV dalam batas normal
- Pengisian kapiler cepat
- Memberan mukosa kulit lembab
Intervensi
1) Kaji ulang catatan kehamilan, persalinan. Perhatikan faktor penyebab pada
situasi hemoragi
R/ membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan
memberikan kesempatan untuk mencegah terjadinya komplikasi
2) Kaji jumlah, tipe perdarahan (timbang dan hitung kembali)

28
R/ perkiraan kehilangan darah, arteriaversus vena, membantu menentukan
penggantian cairan.
3) Anjurkan melakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30° dan tubuh
horizontal
R/ pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin
persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar
4) Pantau masukan dan haluaran, perhatikan berat jenis urin.
R/ bermanfaat dalam memperkirakan luas kehilangan cairan. Volume
perfusi atau sirkulasi adekuat ditunjukan dengan haluaran 30-50 ml/jam
atau lebih besar
5) Kolaborasi dengan tim medis pemberian cairan IV satu atau 2 jalur dari
cairan isotonik atau elektrolit atau produk darah sesuai indikasi
R/ perlu untuk di infus cepat dari cairan atau produk darah untuk
meningkatkan volume sirkulais dan mencegah pembekuan
3. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot rahim
Tujuan : Klien akan menunjukan nyeri hilang dengan
kriteria :
- Ungkapan bebas nyeri
- Ekspresi wajah yang rileks
Intervnsi:
1) Kaji sifat dan derajat nyeri
R/ membantu mengidentfikasi faktor-faktor yang memperbebrat
ketidaknyamanan nyeri
2) Berikan informasi yang tepat tentang kedaannya
R/ Informasi yang teapt dapat mengurangi persepsi nyeri dan adanya
kooperatif
3) ajurkan penggunaan tehnik relaksasi
R/ meningkatkan rasa kontrol dan dapat mengurangi beratnya nyeri
berkenaan dengan kontraksi dan masase funus
4) Tekankan pentingnya menjalani pemeriksaan ginekologi lanjut secra
teratur
R/ pemeriksaan ginekologi membantu mengetahui tingkat kesuburan

29
5) Kolaborasi pemberian analgetik
R/ pemberian obat analgetik bekerja mengurangi nyeri
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
Tujuan : klien mampu menunjukan pemahaman tentang penyakitnya dengan
kriteria
- Klien mengerti dengan penyakitnya
- Tidak tampak kebingungan pada klien
Intervensi:
1) Melakukan edukasi kepada pasien mengenai proses penyakit dan
perawatan penyakit
2) Memberikan informasi yang tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan
pasien
3) Menginstruksikan pasien untuk bertanya kepada pelayanan kesehatan
manapun tentang segala hal yang berhubungan dengan kesehatannya

30
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Retensio plasenta didefinisikan sebagai belum lepasnya plasenta dengan
melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,
artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan
plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan
maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta
akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta.

5.2 Saran
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat kontemporer saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas
dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga
memandang klien secara komprehensif. Perawat kontemporer menjalankan fungsi
dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan).
Jakarta: EGC.

Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21. Alih Bahasa :
Yasmin Asih, S.Kp. Jakarta : EGC

Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa I Made


Kariasi, S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

32

Anda mungkin juga menyukai