KONSEP DASAR
A. ANATOMI FISIOLOGI
C. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir
rendah. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007
(data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus
disebabkan oleh bayi berat lahir rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah
ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh
sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR (Depkes
RI, 2008).
Berat lahir merupakan faktor risiko utama untuk mortalitas neonatal. Oleh
karena itu, angka mortalitas neonatal sangat ditentukan oleh distribusi berat
lahir dan angka mortalitas yang spesifik untuk berat lahir. Pada tahun 2000 di
Amerika Serikat terdapat 7,6 % bayi berat badan lahir rendah dengan angka
mortalitas neonatal 48 per 1.000 kelahiran hidup pada kelompok khusus
(Lissauer dan Fanaroff, 2009).
Kasus BBLR masih terjadi 12,4% kelahiran kulit hitam dan 5,4%
kelahiran kulit putih. Ras menjadi faktor penentu kuat, tetapi faktor penentu ini
tampat diperantarai oleh masalah status sosioekonomi yang umumnya lebih
rendah dan masa pendidikan yang lebih singkat (Picket dan Hanlon, 2009).
D. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Almazini,
2012).
1. Faktor ibu
a. Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau
b. lebih dari 35 tahun.
c. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
d. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
e. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
f. Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan :
1) keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan.
3) Perkawinan yang tidak sah.
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar
3. Faktor plasenta
Plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah
(Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
F. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500
gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan
suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun
saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah
dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme
besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkangangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi
dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).
G. PATHWAY
Terlampir
H. KLASIFIKASI
Bayi berat lahir kuang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi:
1. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500
gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500
gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth
weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang
dari 1000 gram (Proverawati, 2010).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas
pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan
belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli,
sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan
berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
Berat badan lahir rendah berakibat jangka panjang terhadap tumbuh
kembang anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi dengan berat badan
lahir rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecendrungan memiliki
penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya
normal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada
usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan
yang tinggi (Sistriani, 2008).
Menurut Proverawati (2010) dampak yang akan terjadi karena BBLR
adalah gangguan perkembangan dan pertumbuhan lebih lanjut berkaitan
dengan maturitas otak, selain itu suplai zat-zat gizi ke janin yang sedang
tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir ke plasenta dan zat-
zat makanan yang diangkutnya. Pada ibu hamil yang anemia, masukan oksigen
dan nutrisi berkurang sehingga akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan janin. Dampak yang lainnya yaitu gangguan bicara dan
komunikasi, penelitian longitudinal menunjukkan perbedaan kecepatan bicara
yang menarik antara BBLR dengan berat lahir normal. Pada bayi BBLR
kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan bayi dengan berat lahir
normal sampai usia 6,5 tahun.
BBLR juga berdampak pada gangguan belajar atau masalah pendidikan,
kelahiran BBLR menurunkan IQ sampai 5 poin. Sulit menilai pada Negara
berkembang karena faktor kemiskinan berperan pada kinerja sekolah. Suatu
penelitian longitudinal di Negara maju (UK dan Eropa) menunjukkan bahwa
lebih banyak anak BBLR dimasukkan ke sekolah khusus (Grantham et al,
2009).
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada. Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
K. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi berat lahir rendah
(BBLR) yaitu:
1. Pemberian vitamin Kı
Pemberian vitamin Kı diberikan secara Injeksi 1 mg IM, atau 2 mg secara
oral sebanyak 3 kali (lahir usia 3-10 hari, usia 4-6 minggu) (Tanto,
Liwang, 2014).
2. Pengaturan suhu lingkungan
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir dapat
dilakukan dengan lima cara yaitu kontak kulit dengan kulit, kangaroo
mother care (dada dan perut bayi kontak kulit dengan dada ibu dengan
kepala bayi sedikit ditengadahkan, posisi dipertahankan dengan
gendongan kain dan pakaian ibu), pemancar panas, inkubator (alat yang
berfungsi membantu terciptanya suhu lingkungan yang cukup dengan
suhu normal), dan ruangan yang hangat (Putra, 2012) dan (Tanto, Liwang,
2014). Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur :
a. Bayi berat badan dibawah 2000 gram 35° C.
b. Bayi berat badan 2000 gram sampai 2500 gram 34° C.
c. Suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu sampai bayi dapat
ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24–27°C (Mochtar, 2012).
3. Diatetik (pemberian nutrisi yang adekuat) pada bayi baru lahir dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu :
a) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit
demi sedikit.
b) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet.
c) Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang
sonde fooding.
Bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai masalah
menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk itu
sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan
pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala
dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara
ASI yang telah dikeluarkan diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada putting. ASI merupakan pilihan utama :
a) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi minimal 2 kali
seminggu (Pantiawati, 2012).
4. Pemantauan (monitoring)
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
a) Terapi untuk penyulit tetap diberikan apabila diperlukan.
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu.
2) Tumbuh kembang
Memantau berat badan bayi secara periodik. Perubahan berat
badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh bayi tersebut.
a) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500 gram.
b) Apabila bayi sudah mendapatkan ASI secara putih (pada
semua kategori besar lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari
harus diperhatikan, antara lain :
(1) Meningkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari
(2) sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari.
(3) Meningkatkan jumlah ASI sesuai dengan
(4) peningkatkan berat badan agar jumlah pemberian ASI
tetap 180 ml/kg/hari.
3) Bayi dengan kenaikan berat badan tidak adekuat, jumlah
pemberian ASI harus ditingkatkan hingga 200 ml/kg/hari.
4) Mengukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu.
b. Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan bayi dan mencegah atau mengurangi kemungkinan
untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut :
1) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30 dan dilanjutkan
setiap bulan.
2) Menghitung umur koreksi.
3) Pertumbuhan : berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
4) Tes perkembangan, Denver Development Screening Test
(DDST).
5) Mengawasi adanya kelainan bawaan.
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara :
a) Membersihkan jalan nafas
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Perawatan bayi sehari-hari meliputi : memandikan, perawatan
tali pusat, pemberian ASI.
7) Menjelaskan pada ibu (orang tua) mengenai :
a) Pemberian ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu
c) Mengikuti program KB segera mungkin.
8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus
dirujuk ke rumah sakit (Pantiawati, 2010).
BAB II
KONSEP TUMBANG DAN HOSPITALISASI
Periode Pertumbuhan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
a. Faktor Internal (Genetik)
Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan
yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku
bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dengan baik dalam
lingkungan maka pertumbuhan optimal akan tercapai.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain
keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan
lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan olah raga, status
kesehatan, serta lingkungan tempat tinggal (Supariasa,2011).
3. Aspek-Aspek Perkembangan
Ada beberapa aspek perkembangan, yaitu:
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik sering dikaitkan dengan perkembangan motorik
sehingga dikenal dengan perkembangan fisik motorik. Tetapi, antaranya
keduanya terdapat berbeda. Perkembangan fisik lebih menunjukkan kepada
perubahan yang terjadi pada fisik secara keseluruhan atau tubuh dan fisik
sebagai bagian-bagian, misalnya anggota gerak (tangan, kaki) yang semakin
besar atau panjang. Perkembangan motorik merupakan suatu penguasaan
pola dan variasi gerak yang telah bisa dilakukan anak. Perkembangan
motorik sebagai gerakan yang terus bertambah atau meningkat dari yang
sederhana ke arah gerakan yang komplek.
Perkembangan motorik terdiri dari dua macam, yaitu perkembangan
motorik kasar dan motorik halus.
1) Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan bergerak dengan
menggunakan otot – otot tubuh khususnya otot besar seperti otot di kaki
dan tangan. Gerakan yang tergolong motorik kasar, misalnya merayap,
merangkak, berjalan, berlari, dan melompat.
2) Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan dalam motorik halus adalah kemampuan bergerak
dengan menggunakan otot kecil, seperti yang ada di jari untuk
melakukan aktivitas, seperti mengambil benda kecil, memegang sendok,
membalikan halaman buku dan memegang pensil atau krayon.
3) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah suatu proses pembentukan kemampuan
dan keterampilan menggunakan alat berpikir. Perkembangan kognitif
berkaitan dengan aktivitas berpikir, membangun pemahaman dan
pengetahuan, serta memecahkan masalah.
4) Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa adalah suatu proses pembentukan kemampuan
dan keterampilan untuk menyampaikan ide, perasaan dan sikap kepada
orang lain. Perkembangan bahasa meliputi mendengar, berbicara,
membaca, dan menulis.
5) Perkembangan Sosial – Emosi
Perkembangan Sosial – Emosional merupakan gabungan dari
perkembangan sosial dan emosi. Perkembangan adalah suatu proses
pembentukan kemampuan dan keterampilan untuk bersosialisasi.
Sedang perkembangan emosi berkaitan dengan kemampuan memahami
hal-hal yang berkaitan dengan perasaan-perasaan yang ada pada diri
sendiri, seperti perasaan senang ataupun sedih, apa yang dapat ia
lakukan, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana ia bereaksi terhadap hal-
hal tertentu, hal-hal yang mana yang perlu dihindari, dan hal-hal yang
mana yang didekati, kemandirian dan mengendalikan diri.
Perkembangan sosial-emosional merupakan proses pem-bentukan
kemampuan dan keterampilan mengendalikan diri dan berhubungan
dengan orang lain (Desmita, 2009)
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b. Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c. Keluhan utama: BB :< 2500 GR,TB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33
cm, hipotermi.
d. Riwayat penyakit sekarang.
Awal mulanya penyakit sehingga masuk rumah sakit, keluhan utama
yang sering terjadi pada BBLR BB < 2500 GR, TB< 45 cm, LD < 30
cm LK < 33 cm, Hipotermi
e. Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat anemia,Hipertensi, Hipoglikemi, penyakit jantung.
f. Riwayat penyakit dahulu.
Mengakaji penyakit apa yang pernah diderita klien sebelumnya
2. Pemeriksaan fisik biologis
a. Ibu
1) Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
2) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang
dahulu dan sekarang.
3) Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
4) Riwayat penyakit ibu.
5) Psikososial dan spiritual ibu.
6) Riwayat perkawinan.
b. Bayi
Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD <
30 cm.
1) Sistem Integumen
a) Perubahan warna kulit
b) Perubahan tekstur kulit (tipis, transparan)
c) Turgor kulit
d) Hipotermi, permukaan tubuh luas dan lemak subkutan tipis
e) Hipertermia, mekanisme keringan belum efektif
2) Sistem Imunitas
Bayi BBLR biasanya peka terhadap infeksi, karena imatur/ rendah
sebab prematur dam mal nutrisi
3) Sistem Pernafasan
a) Struktur Alveoli belum lengkap
b) Koordinasi faring belum sempurna sehingga menimbulkan
aspirasi
4) Sistem Pencernaan
a) Reflek menelan dan menghisap rendah
b) Lambung kecil, tonus spingter esofagus lemah
c) Absorbsi berkurang
d) Otot dinding usus besar lemah
5) Cardiovaskuler
a) Tekanan darah naik
b) Nadi cepat
6) Ginjal
a) Aliran darah keginjal rendah
b) Ekskresi usus menurun
c) Kemampuan menahan air menurun
d) Filtrasi asam amino, natrium dan glukosa rendah
B. DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d imaturitas otot-otot pernapasan dan
penurunan ekspansi paru.
2. Hipotermia berhubungan kontrol vaskular tidak efektif.
3. Ketidakefektifan thermoregulasi berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan
4. Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan
prematuritas, keterlambatan neurologis
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan menerima nutrisi, imaturitas peristaltic
gastrointestinal
6. Kerusakan Integritas Kulit b/d usia yang ekstrim
7. Resiko infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat
(Herdman, T. Heather, 2015).
D. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapainya tujuam dan kriteria hasil, klien bisa keluar
dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk
kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang
(reassesment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3. Mengkaji peneyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
(Asmadi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
.
Almazini, P. (2012). Buku Ajar Keperawatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Dorlan. (2012). Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 28. Jakarta: EGC.
Fida & Maya. (2012). Pengantar Ilmu Perkembangan Anak. Jogjakarta: D-Medika.
Guyton & Hall. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2014). Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Cetakan II.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G., Butcher, H., Maas, M., & Swanson, E.
(2013). NOC and NIC linkages to NANDA-I and Clinical conditions : Supporting
critical reasoning and quality care (3rd ed.). St. Louis : Elsevier Mosby.
Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Pickett, George. dan Hanlon, J.J. (2009). Kesehatan Masyarakat Administrasi dan
Praktik. Cetakan I. Jakarta : EGC.
Proverawati,A dan Ismawati, C. (2010). Bayi Berat Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sistriani. (2008) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Berat Badan Lahir
Rendah. Malang: Hak Terbit UMM Press.
Stuart, G., W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.
Supariasa, dkk. (2011). Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC.
Tanto, C. Liwang, F., dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Wong, D.L., Marilyn, H.E., David W., Marilyn, L.W., Patricia, S. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatric Volume 1 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Wong, D.L., Marilyn, H.E., David W., Marilyn, L.W., Patricia, S. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta: EGC.