POPULASI DIFABEL
KELOMPOK 3B
PROGAMSTUDIKEPERAWATANPROGAMSARJANA
SEKOLAHTINGGIILMUKESEHATAN
MUHAMMADIYAHGOMBONG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.
1
2
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
POPULASI DIFABEL”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Penyusun
DAFTARISI
HALAMAN JUDUL------------------------------------------------------------------i
KATA PENGANTAR---------------------------------------------------------------- 2
DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------- 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang----------------------------------------------------------------- 4
B. RumusanMasalah------------------------------------------------------------- 4
2
3
C. Tujuan-------------------------------------------------------------------------- 5
A. Pengertian Difabel------------------------------------------------------------6
B. Jenis Difabel-------------------------------------------------------------------7
C. Kebijakan Publik Terkait Difabel------------------------------------------8
D. Penangan Difabel-------------------------------------------------------------9
E. Konsep Askep Populasi Difabel--------------------------------------------10
BAB III TINJAUAN KASUS-------------------------------------------------------18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------------26
B. Saran----------------------------------------------------------------------------26
DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------27
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populous (rakyat, berarti penduduk). Didalam
Pelajaran
ekologi, populasi adalah sekelompok individu yang sejenis. Apabila kita membicarakan
populasi, haruslah disebut jenis individu yang dibicarakan dengan menentukan batas —batas
waktunya serta tempatnya. Jadi, populasi adalah Kumpulan individu sejenis yang hidup pada
suatu daerah dan waktu tertentu. Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang
mempengaruhi kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen,
Hanson,Birenbaum dalam Stanhope & Lancaster, 2004).
3
4
Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik kecacatan yang
dialami dari lahir maupun karena kecelakaan yang mengakibatkan seseorang menjadi cacat.
Kondisi yang tidak sempurna membuat penyandang difabel memiliki keterbatasan dan
hambatan dalam menjalani kehidupan dan memenuhi kebutuhannya.Penyandang difabel
akan mengalami kesulitan dalam mobilitasnya. Untuk mengenal lingkungan dan
berkomunikasi bagi penyandang difabel yang memiliki kelainan pada penglihatan,
penyandang difabel memerlukan sarana khusus, seperti tongkat, buku-buku Braille, kaca
mata bantu, dan sebagainya. Penyandang difabel yang memiliki kelainan lain seperti cacat
kaki membutuhkan bantuan kruk dan kursi roda untuk dapat berjalan melakukan
aktivitasnya dan masih banyak lagi. Penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat
Indonesia yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dengan
masyarakat Indonesia lainnya di segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pengertian
penyandang cacat menurut PP no. 36 tahun 2009 adalah seseorang yang menurut ilmu
kesehatan dinyatakan mempunyai kelainan tubuh, dan atau mental yang oleh karenanya
dapat merupakan rintangan atau hambatan baginya untuk melakukan kegiatan selayaknya.
Kriteria cacat tubuh antara lain: anggota tubuh tidak lengkap putus/amputasi tungkai, lengan
atau kaki, cacat tulang/persendian, cacat sendi otot dan tungkai, lengan atau kaki, dan
lumpuh.
Kaum difabel di Indonesia sering kali diposisikan sebagai kaum minoritas, baik
secara struktural maupun kultur. Lebih dari itu, mereka juga merupakan kelompok yang
selama ini terpinggirkan di tengah kehidupan bermasyarakat. Mereka 2 terpinggirkan dalam
berbagai dimensi mulaidari ekonomi, pendidikan, akses publik, akses pekerjaan, akses
politik dan lainnya. Difabel (different abilility) lebih familier di masyarakat umum disebut
penderita cacat fisik atau penyandang cacat. Istilah ini diberikan oleh almarhum Mansoer
Fakih, seorang tokoh Indonesia yang berjasa memperjuangkan kaum difabel dengan
melakukan perlawanan atas kuasa normalitas (republika.co.id). Kondisi sosial penyandang
cacat pada umumnya dinilai dalam keadaan rentan. Secara ekstern, bahkan masih ada
keluarga yang menyembunyikan anggota keluarganya yang cacat terutama dipedesaan, dan
masih masyarakat yang memandang dengan sebelah mata terhadap keberadaan dan
kemampuan para penyandang cacat. (Gemari, 2009).
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Difabel ?
2) Jenis Difabel ?
3) Kebijakan Publik Terkait Difabel ?
4) Penangan Difabel ?
4
5
C. Tujuan
1) Mengatahui Pengertian Difabel ?
2) Mengatahui Jenis Difabel ?
3) Mengatahui Kebijakan Publik Terkait Difabel ?
4) Mengatahui Penangan Difabel ?
5) Mengatahui Konsep Askep Populasi Difabel ?
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Difabel
Difabel atau kata yang memiliki definisi “Different AbledPeople” ini adalah sebutan bagi
orang cacat. Kata ini sengaja dibuat oleh lembaga yang mengurus orang — orang cacat
dengan tujuan untuk memperhalus kata — kata atau sebutan bagi seluruh penyandang cacat
yang kemudian mulai ditetapkan pada masyarakat luas pada tahun 1999 untuk menggunakan
kata ini sebagai pengganti dari kata cacat.
Ada beberapa definisi dari kata difabel ini. Berikut merupakan beberapa tanggapan dan
pengertian tentang definisi difabel:
a) Menurut John C. Maxwell, difabel adalah mempunyai kelainan fisik dan atau mental
yang dapat mengganggu atau merupakan suatu rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan aktifitas secara layak atau normal. 1
b) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), difabel adalah suatu kekurangan yang
menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna / tidak sempurnanya
akibat kecelakaan atau lainnya yang menyebabkan keterbatasan pada dirinya secara fisik.
(sumber:kamus besar bahasa Indonesia /KBBI).
1
Sugiono, Ilhamuddin, dan Arief Rahmawan, Klasterisasi Mahasiswa DifabelIndonesia Berdasarkan Background Histories
dan Studying Performance‟ (2014) 1 Indonesia Journal of Disability Studies 20, 21
5
6
c) Menurut WHO, difabel adalah suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik psikologis,
fisiologis maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis. (sumber;WHO.int / World
Health Organization).
B. Jenis Difabel
Terdapat beberapa jenis orang dengan difabel. Ini berarti bahwa setiap penyandang difabel
memiliki defenisi masing-masing yang mana ke semuanya memerlukan bantuan untuk
tumbuh dan berkembang secara baik. Jenis-jenis penyandang difabel:
a) Disabilitas Mental. Kelainan mental ini terdiri dari:
1. Mental Tinggi : Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, dimana selain
memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata individu juga memiliki kreativitas
dan tanggung jawab terhadap tugas (Reefani, 2013).
2. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ
(Intelligence
Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban
belajar (slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-
90. Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di bawah 70 dikenal
dengan anak berkebutuhan khusus.
3. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar
(achievment) yang diperoleh (Reefani, 2013).
Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan disabilitas mental : - Ada tiga jenis anak
dengan disabilitas intelektual yaitu ringan (mampu didik), sedang (mampu latih), dan
berat (mampu rawat). - Wajah ceper, jarak kedua mata jauh, hidung pesek, mulut
terbuka, lidah besar. - Kepala kecil/besar/datar. - Tidak dapat mengurus diri sendiri
sesuai usianya atau semua harus dibantu orang lain. - Perkembangan bicara/bahasa
terlambat atau tidak dapat bicara. - Kurang atau tidak dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan. - Sering keluar ludah (cairan) dari mulut.
b) Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu:
1. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tunadaksa adalah individu yang mengalami
kerusakan di jaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, dan pada sistem
musculus skeletal
(Fitriana, 2013).
2. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah orang yang memiliki
ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada mata yang baik, walaupun dengan
memakaikacamata, atau yang daerah penglihatannya sempit sedemikian kecil
sehingga terbesar jarak sudutnya tidak lebih dari 20 derajat (Geniofam, 2010).
6
7
a) Pengkajian
8
9
B. Data subsistem komunitas delapan data subsistem Yang perlu dikumpulkan dalam
pengajian komunitas meliputi :
1. Lingkungan fisik dilihat di lingkungan kelompok usia dewasa, kebersihan
lingkungan kualitas air, pembuangan limbah, kualitas udara, kualitas makanan,
akses dan aktivitas kelompok dawasa dalam pemenuhan kebutuhan. Data dapat
dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi
2. Pelayanan kesehatan dan social ketersediaan pelayanan kesehatan khusus
kelompok dewasa melalui puskesmas, pengobatan tradisional atau fasilitas
pelayanan kesehatan
3. Ekonomi dilihat dari jumlah pendapatan keluarga, jenis perkerjaan
penganggungjawab, jumlah penghasilan dan pengeluarannya
4. Transportasi dan keamanan di lihat dari jenis transportasi yang digunakan
kelompok dewasa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan adanya rasa
aman dan dukungan dari anggota keluarga untuk kelompok usia dewasa.
5. Politik dan pemerintah-pemerintah : kelompok pelayanan masyarakat seperti
pkk, tahlil, kumpulan bapak-bapak. Terdapat kebijakan yang mendukung
optimalnya peran ibu dalam memberikan ASI. Politik :kegiatan politik yang ada
diwilayah tersebut dan peran peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan.
6. Komunikasi :
a) Komunikasi formal : media komunikasi yang digunakan oleh kelompok
dewasa untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui
buku dan sosialisasi dari tenaga kesehatan.
b) Komunikasi informasi komunikasi/diskusi yang dilakukan kelompok dewasa
dengan tenaga kesehatan, orang yang berpengalaman dan lingkungan dalam
masyarakat dalam menyelesaikan masalah kelompok dewasa.
9
10
Obat ototoksik
Pilek, infeksi telinga dan alergi
Kesulitan penglihatan
Terpapar bising yang berlebihan
6. Perkembangan Pendengaran
Kekhawatiran orang tua mengenai kerusakan pendengaran ( apa petunjuknya
serta usia berapa)
Respon terhadap suara, bising yang keras, bunyi dengan frekuensi yang
berbeda.
Akibat pengujian audiometrik sebelumny.
7. Perkembangan Bicara
Usia berguman, kata pertama yang bermakna dan frase
Kejelasan bicara
Perbendaharaan kata terakhir
8. Perkembangan Metorik
Usia duduk, berdiri dan berjalan
Tingkat kemandirian dalam perawatan diri, makan, toileting, dan berdandan
9. Perilaku Adaptif
Aktivitas bermain
Sosialisasi dengan anak lain
Perilaku, tempertranum, menyerang, self vexation, stimulus fibrasi
Pencapaian pendidikan
Perilaku terbaru/atau perubahan kepribadian
c) Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada populasi difabel:
Masalah Potensial:
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Kesiapan peningkatan koping keluarga
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
6. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan
7. Isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
11
12
15
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Kasus :
Disebuah SLB kecamatan Gombong terdapat 15anak berkebutuhan khusus yang terbagi
menjadi jenis kelamin laki-laki 5 dan perempuan 10, dengan rentang umur 9-12 tahun.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok, diketahui bahwa 8 orang
tunanetra, 4 orang downsindrom, dan 3 orang tuna rungu. Selain itu lantai di lingkungan
terlihat basah, licin, dan banyak barang yang disimpan tidak pada tempatnya. lingkungan
terlihat kotor, saat ditanya mereka jarang mencuci tangan sebelum makan saat selesai
beraktivitas disekolah.
A. Inti/core
a. Demografi
16
17
- Lokasi
Provinsi :Jawa Tengah
Kabupaten :Kebumen
Kecamatan : Gombong
Jumlah anggota : 15 orang
Interpretasi data:
Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa dari 15 orang, sebanyak 7 orang berada pada rentang
umur kanak-kanak dengan persentase 46,6% dan sebanyak 8 orang berada dalammasa remaja
awal dengan persentase 53,3%.
1. Islam 15 100%
2. Kristen 0
3. Katolik 0
Jumlah 15 100%
Interpretasi data:
Berdasarkan tabel 2.4 diketahui agama yang dianut oleh siswa SLB adalah semua
beragama islam (100%).
b. Vital Statistik
Data Status Kesehatan:
1) Masalah Kesehatan Saat ini :
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok, masalah kesehatan yang
lebih banyak di derita di SLB adalah :
Berdasarkan tabel 1.7 diketahui bahwa dari 15 anggota panti sebanyak (36,84%).
c. Nilai/keyakinan
1) Nilai
Siswa SLB sangat menghormati dan patuh terhadap guru mereka disekolah, mereka
menganggap guru adalah pengganti orangtua disekolah.
2) Keyakinan
Seluruh siswa SLB beragama islam.
d. Sejarah Timbulnya Komunitas
18
19
SLB bahagia didirikan pada tahun 2009 oleh pemerintah dan masih beroperasi sampai
sekarang.
- Keamanan dan keselamatan: keamanan terjaga dengan adanya tembok pembatas, pos
satpam yang dijaga 24 jam
e. Sistem Komunikasi
f. Sistem Ekonomi
19
20
g. Rekreasi
- Rekreasi yang biasa dilakukan di sekolah adalah bermain bersama di lapangan sekolah
C. ANALISA DATA
No Analisis Data Etiologi Diagnose
Keperawatan
1. DS: Ketidak efektifan Perilaku Kesehatan
- Anak mengatakan Cenderung Beresiko
memelihara kesehatan
jarang mencuci
tangan sebelum
Kurangnya upaya
makan saat selesai
perubahan perilaku
beraktivitas
kesehatan
disekolah.
DO:
Kurang pengetahuan
- Lingkungan terlihat
kotor.
Perilaku kesehatan
- Masalah kesehatan
rendah
yang lebih banyak
di derita di SLB
Perilaku kesehatan
adalah diare 46,6%,
cenderung beresiko
kemudian ISPA
33,3% dan
20
21
Dermatitis 20%.
- Keadaan got tampak
penuh saat turun
hujan.
- Terdapat poliklinik
yang mengadakan
pemeriksaan
kesehatan setiap
satu bulan sekali.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko di SLB Bahagia berhubungan dengan pemilihan
gaya hidup tidak sehat dan kurangnya informasi.
2. Risiko Jatuh di SLB Bahagia berhubungan dengan berhubungan dengan lingkungan
tidak aman, gangguan mental, pendengaran dan penglihatan
E. PERENCANAAN
21
22
BAB 4
PENUTUP
22
23
A. Kesimpulan
Berdasar analisis kelompokkami diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor umum
yang menjadi kendala pemberdayaan penyandang cacat. Faktor pertama merupakan faktor
dari dalam diri penyandang cacat meliputi derajad kecacatan, pendidikan, dan kemiskinan,
sementara dari luar diri penyandang cacat meliputi keluarga dan diskriminasi masyarakat.
Dalam rangka mengatasi kendala yang ada untuk memenuhi hak penyandang
cacat/disabilitas maka upaya yang dapat dilakukan adalah mensosialisasikan dan
menyadarkan keluarga penyandang disabilitas agar mau membantu keluarganya yang
menyandang disabilitas, menyadarkan penyandang disabilitas punya hak dan memerlukan
pendidikan juga, melakukan upaya pemberdayaan dan pelatihan.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya penulis akan terus memperbaikki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
Daftar Pustaka
23
24
No :FRM-
SKP/047
Tanggal
SEKOLAH TINGGI ILMU
Revis : 00
KESEHATAN i
Hala . 1 dari 1
MUHAMMADIYAH man
GOMBONG
Nomor
Nama /Kode Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Bobot SKS 3 sks
Tgl/ Semester 23 Juni 2021/6
Dosen /Tutor/Fasi1itator/CI Rina Saraswati, M. Kep., Ns
FORM PENILAIAN
SEMINAR
24
25
Petunjuk
Berikan Nilai yang sesuai dengan penampilan presentasi individu/kelompok pada kolom!
Dengan kriteria •
N Aspek yang 4 3 2 1 0
o dinilai
I Makalah
Sistimatika sesuai dengan petunjuk
Kelengkapan isi
Kejelasan keseluruhan materi
Sumber yang digunakan
I Presentasi
I Ketetapan waktu (15 menit)
Kejelasan penyajian (intisari materi)
Efektivitas alat bantu
I Tanya jawab/diskusi/masukan (35 menit)
I Ketepatan menjawab
I
Kemampuan berargumentasi
Kemampuan mengkoordinasi
Penampilan profesional dan meyakinkan
dalam tanya jawab
Jumlah
Nilai akhir :
25
26
Rekap Nilai
N NAMA MAHASISWA JUMLAH NILAI SCORE
O AKHIR
1
2
3
4
5
7
8
9
1
0
1
1
1
2
PENAMPILAN DISKUSI
Hollin Sulistyorini
(A11801764)
26
27
Kesimpulan :
Terdapat faktor umum yang menjadi kendala pemberdayaan penyandang cacat. Faktor
pertama merupakan faktor dari dalam diri penyandang cacat meliputi derajad kecacatan,
pendidikan, dan kemiskinan, sementara dari luar diri penyandang cacat meliputi keluarga
dan diskriminasi masyarakat. Dalam rangka mengatasi kendala yang ada untuk memenuhi
hak penyandang cacat/disabilitas maka upaya yang dapat dilakukan adalah
mensosialisasikan dan menyadarkan keluarga penyandang disabilitas agar mau membantu
keluarganya yang menyandang disabilitas, menyadarkan penyandang disabilitas punya hak
dan memerlukan pendidikan juga, melakukan upaya pemberdayaan dan pelatihan.
27