S DI POLI
BAYI/ANAK RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO
Disusun oleh :
Ardiles Denal Merek, S.Kep
NIM : 21105010037
(Solek, 2010)
Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental, antara lain
4) Anof Talmus. Cirinya: tidak mempunyai bola mata, celah mata kecil
(mikro cephalis)
5) Kriptof Talmus. Cirinya: bibir sumbing, tanpa celah mata, langit-
langit bercelah, dada gepeng, jari-jari kaki dan tangan melekat satu
sama lain
6) Tuberous Sklerosis. Cirinya: banyak terjadi pada laki- laki, adanya
tumor kelenjar minyak kulit (adeno masebasa), wajah berwarna
kuning.
7) Sindrom Stueger-Werbur Demitri. Cirinya: membesarnya bola mata
satu sisi, sehingga sukar ditutup, dahi banyak ditumbuhi rambut juga
disertai kelumpuhan separuh anggota tubuh yang berlainan
b. Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa radang dari
otak, perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukupnya
pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak terutama pada bayi yang
lahir belum cukup umur, dan keracunan Contoh anak yang mengalami
retardasi mental kerusakan otak, antara lain:
1) Anak Deteksio adalah anak prasekolah yang mengalami sukar untuk
berbicara atau seseorang yang mampu berpikir tetapi tidak mampu
menuliskannya atau menyampaikan dengan kata- kata.
2) Sindrom Etrman, anak ini mengalami kesulitan dalam membilang
dan menulis namun lancar untuk berbicara.
3) Sindrom Gertsman, anak ini mengalami kesulitan dalam mengenal
benda melalui perabaan dan tidak mampu menulis dan berhitung juga
mampu membedakan kiri dan kanan.
4) Sindrom Diskontrol, anak ini mengalami kesulitan dalam memberi
dan menerima terhadap ransangan dari luar, ia tidak tuli dan tidak
buta, tetapi lambat sekali dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Retardasi mental fungsional
Retardasimental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental karena
adanya gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam cara mengasuh
atau faktor budaya. Sebab-sebab yang menimbulkan retardasi mental
fungsional antara lain berikut ini:
1) Faktor hereditas
a) Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan anak
juga menjadi hiperaktif
b) Orang tua yang mudah tersinggung waktu masih kecil, maka
anak yang dilahirkan juga mudah tersinggung
c) Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan tekanan
mental
d) Ibu merokok
e) Benturan- benturan mental waktu anak masih berumur 0- 3
tahun, misalnya orang tua sering gaduh, broken home, dan lain-
lain.
2) Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/ ciri-
ciri kerusakan otak minimal.
3) Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat
perkembangan mental anak- anak sehingga meraka mengalami
retardasi mental. Contoh:
a) Menyendiri
b) Agresif
c) Nakal
d) Hiperkinetik
e) Autisme
4. Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke suatu
sindrom penyakit tertentu.
Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:
a. Kelainan pada mata :
1) Katarak :
a) Sindrom Cockayne
b) Sindrom Lowe
c) Galactosemia
d) Sindrom Down
e) Kretin
f) Rubela prenatal
2) Bintik cherry- merah daerah macula
a) Mukolipidosis
b) Penyakit Niemann- pick
c) Penyakit Tay-sachs
3) Korioretinitis
a) Lues Kongenital
b) Penyakit stimegalo virus
c) Rubela prenatal
4) Kornea keruh
a) Lues kongenital
b) Sindrom hunter
c) Sindrom hurler
d) Sindrom Lowe
b. Kejang
1) Kejang umum tonik klonik
a) Defisiensi glikogen sinthease
b) Hiperlisinemia
c) Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease
I, III, IV dan VI
d) Phenyl ketonuria
e) Sindrom malabsorpsi methionine
2) Kejang masa neonatal
a) Arginosuccinic asiduria
b) Hiperammonemia I dan II
c) Laktik Asidosis
3) Ataksia-telengiektasia
4) Sindrom bloom
5) Neurofibromatosis
6) Tuberous selerosis
c. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
a) Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
b)
2) Rambut cepat memutih
a) Atrofi progresif serebral hemisfer
b) Ataksia telangiectasia
c) Sindrom malabsorpsi methionine
3) Rambut halus
d) Hipotiroid
e) Malnutrisi
d. Kepala
1) Mikrosefali
2) Makrosefali
a) Hidrosefalus
b) Mucopolisakaridase
c) Efusi subdural
e. Perawakan pendek
1) Kretin
2) Sindrom prader- wili
f. Distonia
1) Sindrom Hallervorden- spaz
5. Pemeriksaan penunjang
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan
retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
3) Terdapat beberapa kelainan kongenital
4) Genitalia abnormal
b. Elektro Ensefalogram (EEG)
1) Gejala kejang yang dicurigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging
(MRI)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sclerosis
3) Dicurigai kelainan yang luas
4) Kejang lokal
5) Dicurigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital
1) Kelainan pendengaran tipe sensorineural.
2) Neonatal hepatosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia
6) Kalsifikasi intracranial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
1) Choreoatetosis
2) Gout
3) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolic
2) Kejang mioklonik
3) Kelemahan yang progresif
4) Ataksia
5) Degenerasi retina
6) Ophtalmoplegia
7) Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
1) Hepatomegali
2) Tuli
3) Kejang dini dan hipotonia
4) Degenerasi retina
5) Ophtalmoplegia
6) Kista pada ginjal
h. Serum seng (Zn)
1) Acrodermatitis
i. Logam berat dalam darah
1) Anamnesis adanya pika
2) Anemia
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
1) Gerakan yang involunter
2) Sirosis
3) Cincin Kayser-Fleischer
k. Serum asam amino atau asam organic
1) Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
2) Gagal tumbuh
3) Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
4) Warna rambut yang tidak biasa
5) Mikrosefali
6) Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
l. Plasma ammonia
1) Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
1) Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
2) Atrofi N. Optikus
3) Degenerasi retina
4) Seberal ataksia yang berulang
5) Mioklonus
6) Hepatosplenomegali
7) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
8) Kejang
9) Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
n. Urin mukopolisakarida
1) Kiposis
2) Anggota gerak yang pendek
3) Badan yang pendek
4) Hepatosplenomegali
5) Kornea keruh
6) Gangguan pendengaran
7) Kekakuan pada sendi
o. Urin reducing substance
1) Katarak
2) Hepatomegali
3) Kejang
p. Urin ketoacid
1) Kejang
2) Rambut yang mudah putus
6. Patofisiologi
7. Komplikasi
a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan antikonvulsi,
kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus, obstruksi
usus halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan (Betz
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional dan
sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga
memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan
monitoring terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih, 2012)
a. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal
mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang
meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak
berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).
Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan frase
sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara. Mainan
harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat belajar memainkan
mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang mengalami gangguan kognitif
dan fisik berat, tombol elektronik dapt digunakan untuk memungkinkan anak
mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik
berdasarkan pada ukuran tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas,
motivasi, dan kesehatan anak (Wong, 2009).
kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam tidur
siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat
dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku
1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6) Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi mental
menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) , adalah sebagai
berikut:
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Kesiapan peningkatan koping keluarga
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
6. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan
7. Isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
8. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam
hubungan sosial
10. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penurunan fungsi intelektual
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai dengan yang
telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi. Dengan rencana
keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan
dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan
status kesehatan klien (Padila, 2012).
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak dengan
anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan objektif dari
klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari
kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil telah
terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan
respon klien sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter,
2009)
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : An. S. Q. M. S
b. Tanggal Lahir : 16 – 03 – 2013 ( 8 tahun, 9 bulan )
c. Agama : KATOLIK
d. Suku Bangsa : Indonesia
e. Alamat : Tambala, Tanawangko, Jaga 4
f. No.RM : 71-64-64
g. Nama Ibu : Ny. M. R
h. Pekerjaan Ibu : IRT
i. Nama Ayah : Tn. D. S
j. Pekerjaan Ayah : Pelaut
2. Keluhan Utama
A. Riwayat Penyakit
1). Sekarang
- An. S. Q. M. S dibawa ke RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan
keluhan hiperaktif, tidak bisa baca tulis dan tidak bisa berkonsentrasi saat
belajar di sekolah, sering marah saat bermain dengan teman.
. Masa Lalu
- Ny M. R mengatakan anaknya sulit berteman saat di sekolah, sering
memarahi saat ada orang yang seumurannya ingin bermain dengannya, sulit
memahami mata pelajaran di sekolah, belum bias bermain walaupun berulang-
ulang diajarkan
- Prenatal
Ny. M. R. Punya riwayat hipertensi ( td : 140/40 mmhg ), tidak ada riwayat
alergi obat-obatan maupun makanan.
- Perinatal
An. S. Q. M Lahir cukup bulan, lama menangis saat lahir menangis
- Post natal
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Fisik Hasil
1. Kesadaran Kompos Mentis
GCS : E4 Mb V5
2. Tanda-tanda Vital Nadi = 93x/menit
Suhu = 36,3 oC
RR = 21x/menit
3. Posture BB sekarang = 18 kg
TB = 127 cm
LK = 49 cm
LD = 58 cm
LP = 53 cm
LLA = 17 cm
4. Kepala Bentuk, normal, bersih
Benjolan tidak ada
4. Terapi Medis :-
5. Hasil Laboratorium (jika ada) :-
6. Analisa data
Ds Do
- Ibu pasien mengatakan pasien sering - pasien tampak kesal saat disuruh
bosan dan marah- marah berhenti bermain
- Ibu pasien mengatakan pasien sangat - pasien bermain dan tidak mau berhenti
Hiperaktif
7. Diagnosa keperawatan
no Diagnosa keperawatan
1 Gangguan interaksi sosial
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
- Motivasi untukberlatih
keterampilan social
- Beri umpan balik positif
(misalnya pujian atau
penghargaanterhadap
kemampuan asosialisasi
- Libatkan keluarga
selama latihan
keterampilan social, jika
perlu
Edukasi :
Promosi sosialisasi
Observasi :
- Identifikasi kemampuan
melakukan interaksi
dengan orang lain
- Identifikasi hambatan
melakukan interaksi
dengan orang lain
Terapeutik
- Motivasi meningkatkan
keterlibatan dalam suatu
hubungan
- Motivasi kesabaran
dalam mengembangkan
suatu hubungan
- Motivasi berpartisipasi
dalam aktifitas baru dan
kegiatan kelompok
- Motivasi berinteraksi
diluar lingkungan (
misalnya, jalan – jalan
atau ke tokoh buku )
-
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Gangguan Jumat, 24/09-2021 Jumat, 24/09-2021
interaksi sosial
10.00 WIT 11.00 WIT
O:
11. 00
- An S. Q. M. S bias
Mengukur TTV
mengucapkan kalimat yang
Hasil/respon: diajarkan secara lengkap
- An. S. Q. M. S mengepresikan
- SB: 36,5°C perasaan senang dengan
- R: 21 x/m memperlihatkan permainan
- N: 93 x/m kesukaannya
- An. S. Q. M. S memperagakan
permainan kesukaannya
- An. S. Q. M. S mengajak untuk
ikut bermain bersamanya
S: