Anda di halaman 1dari 26

RESUME RETARDASI MENTAL Pada An. S. Q. M.

S DI POLI
BAYI/ANAK RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO

Disusun oleh :
Ardiles Denal Merek, S.Kep
NIM : 21105010037

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Defenisi Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa kanak-
kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah
normal (IQ sekitar 2 standar deviasi yang dibawah normal, dalam rentang 65
sampai 75 atau kurang) disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada sedikitnya
dua area fungsi adaptif: berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri,
kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan sumber- sumber komunitas,
pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan
bekerja (Betz dan Sowden, 2009).

Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan signifikan


baik dalam fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif (keterampilan sosial
dan praktis sehari-hari) sebelum usia 18 tahun (Bernstein dan Shelov, 2017).
Retardasi mental juga dikenal dengan beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif,
disabilitas intelektual, disabilitas belajar (Betz dan Sowden, 2009), gangguan
mental, abuse (misal, moron, idiot, kretin, mongol) (Hull dan Johnston, 2008),
tunagrahita (Iswari dan Nurhastati, 2010), keterbelakangan mental
(Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual (Bernstein dan Shelov, 2017).

2. Penyebab Retardasi Mental


Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada
sebagian besar kasus retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui, hanya saja
25% kasus yang memiliki penyebab spesifik.
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1) Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir

2) Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah


lahir
3) Cedera kepala yang berat
b. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1) Rubella kongenitalis
2) Meningitis
3) Infeksi sitomegalovirus bawaan
4) Ensefalitis
5) Toksoplasmosis kongenitalis
6) Listeriosis
7) Infeksi HIV
c. Kelainan kromosom
1) Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down)
2) Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom Angelman,
sindrom Prader-Willi)
3) Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1) Galaktosemia
2) Penyakit Tay-Sachs
3) Fenilketonuria
4) Sindroma Hunter
5) Sindroma Hurler
6) Sindroma Sanfilippo
7) Leukodistrofi metakromatik
8) Adrenoleukodistrofi
9) Sindroma Lesch-Nyhan
10) Sindroma Rett
11) Sklerosis tuberosa
e. Metabolik
1) Sindroma Reye
2) Dehidrasi hipernatremik
3) Hipotiroid Kongenital

4) Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik)


f. Keracunan
1) Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu
hamil
2) Keracunan metilmerkuri
3) Keracunan timah hitam
g. Gizi
1) Kwashiokor
2) Marasmus
3) Malnutrisi
h. Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status ekonomi rendah
3) Sindroma deprivasi (
3. Klasifikasi Retardasi Mental
Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSM IV) , dalam a Journey to child neurodevelopment:
Application in daily practice :
a. Retardasi mental ringan
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) 50–55 sampai 70.
b. Retardasi mental sedang
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 35-40 sampai 50-
55
c. Retardasi mental berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 20-25 sampai 35-
40
d. Retardasi mental sangat berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) dibawah 20 atau
25
e. Retardasi mental dengan keparahan tidak ditentukan Jika
terdapat kecurigaan kuat adanya retardasi mental.

(Solek, 2010)

Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental, antara lain

a. Kelompok retardasi mental genetik


Adalah keterbelakangan mental akibat kelainan faktor keturunan yang
disebabkan oleh :
1) Perubahan jumlah kromosom pada hasil pertumbuhan yang disebut
aborsi
2) Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut mutasi
3) Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut
deformitas
4) Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein
pembentuk gen yang disebut translokasi

Contoh anak yang mengalami retardasi mental genetik seperti berikut


ini :

1) Sindrom down. Ciri-cirinya adalah mata sipit, mata lebar, lipatan


kelopak mata atas lebih dalam, lidah tebal dan menonjol keluar
mulut, jari tangan pendek, telapak tangan lebar dan tebal.
2) Sindrom Turner. Ciri khasnya : leher pendek, badan pendek, dahi
sempit, alat kelamin tidak berkembang normal.
3) Klinerfer Sindrom. Cirinya: Bentuk luarnya lelaki, tetapi alat
kelaminnya tidak sempurna, buah dada membesar

4) Anof Talmus. Cirinya: tidak mempunyai bola mata, celah mata kecil
(mikro cephalis)
5) Kriptof Talmus. Cirinya: bibir sumbing, tanpa celah mata, langit-
langit bercelah, dada gepeng, jari-jari kaki dan tangan melekat satu
sama lain
6) Tuberous Sklerosis. Cirinya: banyak terjadi pada laki- laki, adanya
tumor kelenjar minyak kulit (adeno masebasa), wajah berwarna
kuning.
7) Sindrom Stueger-Werbur Demitri. Cirinya: membesarnya bola mata
satu sisi, sehingga sukar ditutup, dahi banyak ditumbuhi rambut juga
disertai kelumpuhan separuh anggota tubuh yang berlainan
b. Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa radang dari
otak, perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukupnya
pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak terutama pada bayi yang
lahir belum cukup umur, dan keracunan Contoh anak yang mengalami
retardasi mental kerusakan otak, antara lain:
1) Anak Deteksio adalah anak prasekolah yang mengalami sukar untuk
berbicara atau seseorang yang mampu berpikir tetapi tidak mampu
menuliskannya atau menyampaikan dengan kata- kata.
2) Sindrom Etrman, anak ini mengalami kesulitan dalam membilang
dan menulis namun lancar untuk berbicara.
3) Sindrom Gertsman, anak ini mengalami kesulitan dalam mengenal
benda melalui perabaan dan tidak mampu menulis dan berhitung juga
mampu membedakan kiri dan kanan.
4) Sindrom Diskontrol, anak ini mengalami kesulitan dalam memberi
dan menerima terhadap ransangan dari luar, ia tidak tuli dan tidak
buta, tetapi lambat sekali dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Retardasi mental fungsional
Retardasimental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental karena
adanya gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam cara mengasuh
atau faktor budaya. Sebab-sebab yang menimbulkan retardasi mental
fungsional antara lain berikut ini:
1) Faktor hereditas
a) Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan anak
juga menjadi hiperaktif
b) Orang tua yang mudah tersinggung waktu masih kecil, maka
anak yang dilahirkan juga mudah tersinggung
c) Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan tekanan
mental
d) Ibu merokok
e) Benturan- benturan mental waktu anak masih berumur 0- 3
tahun, misalnya orang tua sering gaduh, broken home, dan lain-
lain.
2) Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/ ciri-
ciri kerusakan otak minimal.
3) Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat
perkembangan mental anak- anak sehingga meraka mengalami
retardasi mental. Contoh:
a) Menyendiri
b) Agresif
c) Nakal
d) Hiperkinetik
e) Autisme

(Iswari dan Nurhastuti, 2010)


Klasifikasi retardasi mental menurut American Association of Mental
Retardation adalah:

a. Intermiten; Dukungan diperlukan secara periodik, atau pada jangka pendek


selama fase transisi atau krisis, jika diperlukan, dukungan tersebut diberikan
dalam intensitas tinggi atau rendah.

b. Terbatas: Dukungan intensitas rendah dalam waktu tertentu diperlukan untuk


memenuhi kebutuhan tertentu, seperti pelatihan kerja atau transisi sekolah.

c. Ekstensif: dukungan intensitas rendah yang kontinu dan teratur diperlukan


untuk mempertahankan fungsi yang adekuat di lingkungan rumah atau kerja.

d. Pervasif: dukungan intensitas tinggi yang kontinu diperlukan untuk keamanan


dan kesejahteraan.

4. Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke suatu
sindrom penyakit tertentu.
Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:
a. Kelainan pada mata :
1) Katarak :
a) Sindrom Cockayne
b) Sindrom Lowe
c) Galactosemia
d) Sindrom Down
e) Kretin
f) Rubela prenatal
2) Bintik cherry- merah daerah macula
a) Mukolipidosis
b) Penyakit Niemann- pick
c) Penyakit Tay-sachs
3) Korioretinitis
a) Lues Kongenital
b) Penyakit stimegalo virus
c) Rubela prenatal
4) Kornea keruh
a) Lues kongenital
b) Sindrom hunter
c) Sindrom hurler
d) Sindrom Lowe
b. Kejang
1) Kejang umum tonik klonik
a) Defisiensi glikogen sinthease
b) Hiperlisinemia
c) Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease
I, III, IV dan VI
d) Phenyl ketonuria
e) Sindrom malabsorpsi methionine
2) Kejang masa neonatal
a) Arginosuccinic asiduria
b) Hiperammonemia I dan II
c) Laktik Asidosis

3) Ataksia-telengiektasia
4) Sindrom bloom
5) Neurofibromatosis
6) Tuberous selerosis
c. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
a) Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
b)
2) Rambut cepat memutih
a) Atrofi progresif serebral hemisfer

b) Ataksia telangiectasia
c) Sindrom malabsorpsi methionine
3) Rambut halus
d) Hipotiroid
e) Malnutrisi
d. Kepala
1) Mikrosefali
2) Makrosefali
a) Hidrosefalus
b) Mucopolisakaridase
c) Efusi subdural
e. Perawakan pendek
1) Kretin
2) Sindrom prader- wili
f. Distonia
1) Sindrom Hallervorden- spaz

Gejala klinis retardasi mental berdasarkan tipe dan umur :

a. Retardasi mental ringan


1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Cara berjalan, makan sendiri, dan berbicara lebih lambat dibandingkan
anak normal.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mampu mempelajari keterampilan, membaca serta mempelajari
aritmatika sampai ke tingkat kelas tiga-kelas enam dengan pendidikan
khusus, dapat dibimbing kearah penyesuaian sosial sampai usia mental 8-
12 tahun normal.
b. Retardasi mental sedang
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Keterlambatan
dapat dilihat pada perkembangan motorik, yaitu cara berbicara dan
berespon tehadap pelatihan dalam berbagai aktivitas menolong diri.

2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan


Mampu mempelajari komunikasi sederhaana, perilaku kesehtan dan
keamanan tingkat dasar serta keterampilan manual sederhana, tidak
mengalami perkembangan dalam membaca atau aritmatika secara
fungsional, usia mental mencapai 3-7 tahun usia mental normal.
c. Retardasi mental berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Keterampilan
komunikasi kurang atau tidak ada, mampu berespon terhadap pelatihan
mengenai perawatan dasar diri sendiri, misalnya makan sendiri
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mempunyai sedikit pemahaman terhadap percakapan dan sedikit
merespon, mampu mengambil manfaat dari latihan kebiasaan yang
sistematik, usia mental mencapai usia mental toddler normal.
d. Retardasi mental sangat berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Membutuhkan perawatan total.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Keterlambatan pada semua area perkembangan, menunjukkan respon
emosional dasar, mampi berespon terhadap latihan keterampilan dalam
menggunakan lengan, tangan, dan rahang, membutuhkan supervise ketat,
usia mental mecapai usia mental bayi muda normal.

(Wong, D, dkk, 2009)

Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang menyertai retardasi mental


berdasarkan umur antara lain:

1. Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system organ mayor


2. Early infancy ( 2- 4 bulan): gagal berinteraksi dengan lingkungan, gangguan
penglihatan atau pendengaran

3. Later infancy ( 6- 18 bulan): keterlambatan motorik kasar


4. Toddlers ( 2- 3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara
5. Preschool ( 3- 5 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara, masalah
perilaku termasuk kemampuan bermain, keterlambatan perkembangan
moptorik halus, menggunting, mewarnai, menggambar
6. School age ( > 5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah perilaku
(perhatian, kecemasan, nakal )

5. Pemeriksaan penunjang
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan
retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
3) Terdapat beberapa kelainan kongenital
4) Genitalia abnormal
b. Elektro Ensefalogram (EEG)
1) Gejala kejang yang dicurigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging
(MRI)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sclerosis
3) Dicurigai kelainan yang luas
4) Kejang lokal
5) Dicurigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital
1) Kelainan pendengaran tipe sensorineural.
2) Neonatal hepatosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia

6) Kalsifikasi intracranial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
1) Choreoatetosis
2) Gout
3) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolic
2) Kejang mioklonik
3) Kelemahan yang progresif
4) Ataksia
5) Degenerasi retina
6) Ophtalmoplegia
7) Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
1) Hepatomegali
2) Tuli
3) Kejang dini dan hipotonia
4) Degenerasi retina
5) Ophtalmoplegia
6) Kista pada ginjal
h. Serum seng (Zn)
1) Acrodermatitis
i. Logam berat dalam darah
1) Anamnesis adanya pika
2) Anemia
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
1) Gerakan yang involunter
2) Sirosis
3) Cincin Kayser-Fleischer
k. Serum asam amino atau asam organic
1) Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi

2) Gagal tumbuh
3) Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
4) Warna rambut yang tidak biasa
5) Mikrosefali
6) Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
l. Plasma ammonia
1) Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
1) Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
2) Atrofi N. Optikus
3) Degenerasi retina
4) Seberal ataksia yang berulang
5) Mioklonus
6) Hepatosplenomegali
7) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
8) Kejang
9) Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
n. Urin mukopolisakarida
1) Kiposis
2) Anggota gerak yang pendek
3) Badan yang pendek
4) Hepatosplenomegali
5) Kornea keruh
6) Gangguan pendengaran
7) Kekakuan pada sendi
o. Urin reducing substance
1) Katarak
2) Hepatomegali
3) Kejang
p. Urin ketoacid
1) Kejang
2) Rambut yang mudah putus

q. Urin asam vanililmandelik


1) Muntah- muntah
2) Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
3) Gejala disfungsi autonomic

(Behrman dan Kliegman, 2010)

6. Patofisiologi

Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab pranatal,


perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk kelainan kromosom
(trisomi 21 [sindrom down], sindrom Fragile-X), gangguan sindrom (distrofi otot
Duchenne, neurofibromatosis [tipe-1] , dan gangguan metabolisme bawaan
(fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat berhubungan dengan masalah
intrauterus seperti abrupsio plasenta, diabetes maternal, dan kelahiran prematur
serta masalah neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intrakranial.
Penyebab pascanatal mencakup kondisi- kondisi yang terjadi karena cedera
kepala, infeksi, dan gangguan degeneratif dan demielinisasi. Sindrom Fragile X,
sindrom down, dan sindrom alkohol janin terjadi pada sepertiga dari kasus
retardasi mental. Munculnya masalah-masalah terkait, seperti paralisis serebral,
defisit sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan retardasi
mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada
masa kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada akhirnya ditentukan oleh
seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi secara mandiri dalam komunitas
(yaitu bekerja, hidup mandiri, keterampilan sosial) (Betz dan Sowden, 2009).

7. Komplikasi
a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan antikonvulsi,
kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus, obstruksi
usus halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan (Betz

dan Sowden, 2009).

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional dan
sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga
memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan
monitoring terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih, 2012)
a. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal
mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang
meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak
berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).

Berikut ini adalah obat- obatan yang dapat digunakan:

1) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril] , haloperidol


[Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.

2) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda defisit


perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
3) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
4) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
b. Terapi Bermain
Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai kebutuhan yang sama
terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya. Namun, karena
perkembangan anak yang lebih lambat, orang tua kurang menyadari
kebutuhan untuk memenuhi aktivitas tersebut. Dengan demikian, perawat
mengarahkan orang tua untuk memilih permainan dan aktivitas olahraga
yang sesuai.
Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun
kebutuhan terhadap permainan sensorimotorik dapat diperpanjang sampai
beberapa tahun. Orang tua harus menggunakan setiap kesempatan untuk
memperkenalkan anak kepada banyak suara, pandangan, dan sensasi yang
berbeda. Permainan yang sesuai meliputi suara musik yang bergerak, mainan
yang diisi, bermain air, menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat
bergoyang, bermain ayunan, bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan.
Anak harus dibawa bermain keluar, misalnya jalan-jalan ke toko makanan
atau pusat pembelanjaan; orang lain harus diberi semangat umtuk berkunjung
kerumah; dan anak seharusnya berhubungan langsung, misalnya mendekap,
memeluk, mengayun, berbicara kepada anakdalam posisi menatap wajah
(wajah-ke-wajah), dan menaikkan anak diatas bahu orangtua.
Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya. Sebagai
contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan merupakan mainan
air yang baik;yang mendorong permainan interaktif dan dapat digunakan
untuk mempelajari keterampilan motoric, misalnya keseimbangan,
mengayun, menendan, dan melempar. Boneka dengan pakaian yang dapat
diganti dan jenis kancing yang berbeda dapat membantu anak mempelajari
keterampilan berpakaian.

Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan frase
sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara. Mainan
harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat belajar memainkan
mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang mengalami gangguan kognitif
dan fisik berat, tombol elektronik dapt digunakan untuk memungkinkan anak
mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas yang sesuai untuk aktivitas fisik
berdasarkan pada ukuran tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas,
motivasi, dan kesehatan anak (Wong, 2009).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat menggunakan
indikator berikut :
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan
tugas perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap
pencapaian tumbuh kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang
tidak sesuai dengan standar pencapaian tumbuh kembang.

c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan


tahapan perkembangan, seperti gangguan motorik, bahasa, dan
adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku,
seperti hiperaktif, gangguan belajar dan lain lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan
diri atau kontrol diri dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.

Proses pengkajian bersifat komprehensif dalam lingkup yang berbasis dimensi


kebutuhan biofisik, psikososial, perilaku, dan pendidikan. Pengkajian terdiri dari
atas evaluasi komprehensif mengenai defisit dan kekuatan yang berhubungan
dengan keterampilan adaptif: komunikasi,

perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sumber- sumber di komunitas,


pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional,
pembentukan keterampilan bersantai dan rekreasional, dan bekerja. Pengkajian
mempertimbangkan pengaruh latar belakang kultural dan bahasa, perhatian, dan
kesukaan anak.
Pengkajian fisik meliputi pengukuran pertumbuhan (tinggi badan dan berat badan
yang diidentifikasi pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi infeksi saat ini, status
masalah- msalah kongenital saat ini, fungsi tiroid, perawatan gigi, ketajaman
pendengaran dan penglihatan, masalah- masalah nutrisi dan makan, dan masalah
ortopedik. Pengkajian fisik juga meliputi pemantauan kondisi sekunder yang
berkaitan dengan diagnosis spesifik, seperti memantau hipotiroidisme dan depresi
pada orang yang mengalami sindrom down.
Pengkajian Anak
a. Identitas
Nama : Identitas
Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
b. Jenis kelamin
c. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi cukup, akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih
sayang yang diterima. Belum ditambah lagi bila jarak kelahiran antara
anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini
mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk
berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1) Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2) Pendidikan Ayah/Ibu

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang


anak karena dengan pendidikan yang lebih baik, maka orangtua dapat
menerima informasi tentang kesehatan anaknya
3) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh kembang anak
karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan anak.
4) Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu, oangtua sebaiknya
mulai mengenalkan alamat tempat tingal mereka kepada anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat
kesehatan ibu pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat hamil.
Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang
hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau tidaknya gizi
ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang hamil. Menghambat
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, BBLR mudah terkena
infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem yang
teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu
sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme
homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu
dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa awal
dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat yang permanen.

i. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan
pada bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal
yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan
tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan sosial, juga menegakkan
diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan
penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari penyebabnya
k. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit-
penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian.
Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat imunisasi lengkap.
l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral serta vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,5- 3
tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu
berhenti mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi
perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan dilakukan secara teratur,
sehingga mempermudah kelancaran pemberian makanan)
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena
kegiatan fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun,

kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam tidur
siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini dapat
dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, potong kuku
1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6) Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi mental
menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) , adalah sebagai
berikut:
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Kesiapan peningkatan koping keluarga
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
6. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan
7. Isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
8. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam
hubungan sosial
10. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penurunan fungsi intelektual

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai dengan yang
telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi. Dengan rencana
keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan
dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan
status kesehatan klien (Padila, 2012).

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak dengan
anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan objektif dari
klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari
kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil telah
terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan
respon klien sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter,
2009)
A. Pengkajian

Nama Mahasiswa : Ardiles Denal Merek


NIM : 210141040001
Ruang : Poly Bayi / Tumbuh Kembang
Tanggal Pengkajian : 24 - 09 - 2021
Tanggal Praktek : 24 – 09 - 2021
Paraf :

1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : An. S. Q. M. S
b. Tanggal Lahir : 16 – 03 – 2013 ( 8 tahun, 9 bulan )
c. Agama : KATOLIK
d. Suku Bangsa : Indonesia
e. Alamat : Tambala, Tanawangko, Jaga 4
f. No.RM : 71-64-64
g. Nama Ibu : Ny. M. R
h. Pekerjaan Ibu : IRT
i. Nama Ayah : Tn. D. S
j. Pekerjaan Ayah : Pelaut

2. Keluhan Utama
A. Riwayat Penyakit
1). Sekarang
- An. S. Q. M. S dibawa ke RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan
keluhan hiperaktif, tidak bisa baca tulis dan tidak bisa berkonsentrasi saat
belajar di sekolah, sering marah saat bermain dengan teman.
. Masa Lalu
- Ny M. R mengatakan anaknya sulit berteman saat di sekolah, sering
memarahi saat ada orang yang seumurannya ingin bermain dengannya, sulit
memahami mata pelajaran di sekolah, belum bias bermain walaupun berulang-
ulang diajarkan
- Prenatal
Ny. M. R. Punya riwayat hipertensi ( td : 140/40 mmhg ), tidak ada riwayat
alergi obat-obatan maupun makanan.

- Perinatal
An. S. Q. M Lahir cukup bulan, lama menangis saat lahir menangis
- Post natal

a. Riwayat Perkembangan Anak


Usia anak saat
1. Berguling : 3 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berdiri : 11 Bulan
5. Berjalan : 12 Bulan
6. Berbicara : Orang tua lupa
Kesimpulan : An. S. Q. M .S tidak mengalami keterlambatan perkembangan
b. Riwayat Imunisasi
a. Cacar :
b. B. C. G : 
c. D. P. T : 
d. D. T II : 
e. III : 
Ulangan : -

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Fisik Hasil
1. Kesadaran Kompos Mentis
GCS : E4 Mb V5
2. Tanda-tanda Vital Nadi = 93x/menit
Suhu = 36,3 oC
RR = 21x/menit
3. Posture BB sekarang = 18 kg
TB = 127 cm
LK = 49 cm
LD = 58 cm
LP = 53 cm
LLA = 17 cm
4. Kepala Bentuk, normal, bersih
Benjolan tidak ada

5. Mata Simetris, konjungstiva


Sklera tidak ikterik
Reflek cahaya ada
6. Hidung Simetris
Bersih
7. Mulut Mukosa bibr kering
Rongga mulut bersih
8. Leher Tidak ada pembengkakan
9. Thorax Simetris kiri dan kanan
10. Pa = fremitis kiri ke kanan
Pe = Sonor
11. Jantung I = Iktus cordis tidak terlihat
A= irama jantung reguler
12. Abdomen I = distensi (-), simetris
Pa = nyeri (-)
Pe = thympani
13. Kulit Turger kulit kembali cepat
oedema tidak ada
14. Genitalia - Tidak dikaji

4. Terapi Medis :-
5. Hasil Laboratorium (jika ada) :-

6. Analisa data

Ds Do
- Ibu pasien mengatakan pasien sering - pasien tampak kesal saat disuruh
bosan dan marah- marah berhenti bermain
- Ibu pasien mengatakan pasien sangat - pasien bermain dan tidak mau berhenti
Hiperaktif

7. Diagnosa keperawatan

no Diagnosa keperawatan
1 Gangguan interaksi sosial
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan SLKI SIKI

1 Gangguan interaksi sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan Modifikasi perilaku


1x 8 jam diharapkan interaksi social keterampilan social
D. 0118
meningkat
Obsrvasi :
Kriteria hasil :
- Identifikasi penyebab
- Perasaan nyaman dengan situasi kurangnya keterampilan
socsal meningkat sosial
- Responsive pada orang lain - Identifikasi fokus
- Perasaan tertarik pada orang lain pelatihan keterampilan
- Minat melakukan kontak emosi social
Terapeutik :

- Motivasi untukberlatih
keterampilan social
- Beri umpan balik positif
(misalnya pujian atau
penghargaanterhadap
kemampuan asosialisasi
- Libatkan keluarga
selama latihan
keterampilan social, jika
perlu
Edukasi :

- Jelaskan tujuan melatih


keterampilan social
- Jelaskan respon dan
konsekuensi
ketrampilan sosial
- Anjurkan
mengungkapkan akibat
masalah yang dialami
- Anjurkan mengevaluasi
pencapaian setiap
interaksi
- Edukasi keluarga untuk
dukungan keterampilan
social
- Latih keterampilan
sosial secara bertahap

Promosi sosialisasi

Observasi :

- Identifikasi kemampuan
melakukan interaksi
dengan orang lain
- Identifikasi hambatan
melakukan interaksi
dengan orang lain

Terapeutik

- Motivasi meningkatkan
keterlibatan dalam suatu
hubungan
- Motivasi kesabaran
dalam mengembangkan
suatu hubungan
- Motivasi berpartisipasi
dalam aktifitas baru dan
kegiatan kelompok
- Motivasi berinteraksi
diluar lingkungan (
misalnya, jalan – jalan
atau ke tokoh buku )

-
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Gangguan Jumat, 24/09-2021 Jumat, 24/09-2021
interaksi sosial
10.00 WIT 11.00 WIT

- Menjelaskan tujuan interaksi Setelah dilakukan tindakan


- Menunjukkan ketertarikan pada keperawatan 1 kali pertemuan masalah
anak gangguan gangguan interaksi sosial
- memonitor perilaku An. S. Q. membaik ditandai dengan:
M.S
S:
- Mendorong An S. Q. M. S untuk
mengekspresikan perasaan - An. S. Q. M. S kooperatif saat
- Mendengarkan An. S. Q. M. S. diajak berkomunikasi
Mengekspresikan perasaan - An S. Q. M. S menunjukan
M ketertarikan pada lingkungan
Hk kriteria hasil/respon: sekitar
- Pasien menunjukan perilaku - Perasaan cemas An S. Q. M. S
kooperatif mulai berkurang

O:
11. 00
- An S. Q. M. S bias
Mengukur TTV
mengucapkan kalimat yang
Hasil/respon: diajarkan secara lengkap
- An. S. Q. M. S mengepresikan
- SB: 36,5°C perasaan senang dengan
- R: 21 x/m memperlihatkan permainan
- N: 93 x/m kesukaannya
- An. S. Q. M. S memperagakan
permainan kesukaannya
- An. S. Q. M. S mengajak untuk
ikut bermain bersamanya

A: Gangguan interaksi sosial


P: intervensi dihentikan dengan tetap
mengedukasi orang tua untuk
memantau kondisi pasien.

S:

Anda mungkin juga menyukai