Anda di halaman 1dari 87

TESIS

PENGARUH TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN


SUHU TUBUH DAN KENYAMANAN PADA ANAK USIA
PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH YANG MENGALAMI
DEMAM DI RUANG PERAWATAN ANAK
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
BANDUNG

OLEH:
Tia Setiawati
0706254600

MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, (JULI 2009)

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


TESIS
PENGARUH TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN
SUHU TUBUH DAN KENYAMANAN PADA ANAK USIA
PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH YANG MENGALAMI
DEMAM DI RUANG PERAWATAN ANAK
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
BANDUNG

Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Ilmu Keperawatan

OLEH:
Tia Setiawati
0706254600

MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, (JULI 2009)

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan ini :

Nama : Tia Setiawati

NIM : 0706254600

Program : Program Magister Ilmu keperawatan

Kekhususan : Keperawatan Anak

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari

ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya yang bertanggung jawab sepenuhnya

dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Depok, Juli 2009

Tia Setiawati

ii

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


PERNYATAAN PENGESAHAN

Tesis ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Anak
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Jakarta, 23 Juli 2009

Pembimbing I

Yeni Rustina, SKp., MAppSc., PhD.

Pembimbing II

Kuntarti, S.Kp., M.BioMed

iii

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


PANITIA UJIAN SIDANG TESIS

Tesis ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Anak
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Jakarta, 23 Juli 2009

Ketua

Yeni Rustina, SKp., MAppSc., PhD.

Anggota

Kuntarti, S.Kp., M.BioMed

Anggota

Nani Nurhaeni, SKp., MN.

Anggota

Dessie Wanda, S.Kp., MN.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


ANGGOTA PENGUJI TESIS

Depok, 23 Juli 2009


Pembimbing I

Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D

Pembimbing II

Kuntarti, S.Kp., M.BioMed.

Anggota

Dessie Wanda, S.Kp., MN.

Anggota

Nani Nurhaeni, S.Kp., MN.

iv

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM PASCASARJANA-FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Tesis, Juli 2009


Tia Setiawati

Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan Pada Anak
Usia Pra Sekolah dan Sekolah Yang Mengalami Demam Di Ruang Perawatan Anak
Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung 2009

xiii + 66 hal + 3 bagan + 4 tabel + 4 grafik + 9 lampiran

Abstrak

Demam merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak. Demam menyebabkan
rasa tidak nyaman pada anak. Pemberian antipiretik, manajemen cairan, lingkungan
eksternal dan kompres hangat (tepid sponge) merupakan penatalaksanaan demam yang
direkomendasikan saat ini. Studi literatur tentang pemberian antipiretik disertai tepid
sponge menunjukkan bahwa tindakan ini efektif menurunkan demam dibandingkan jika
pemberian antipiretik saja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pemberian antipiretik disertai tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan
kenyamanan anak di ruang perawatan anak RS Muhammadiyah Bandung. Desain yang
digunakan adalah quasi experimental pre-post test non equivalen control group. Jumlah
sampel 50 responden dengan karakteristik umur rata-rata usia sekolah sebanyak 64%,
86% anak didampingi oleh orang tua, 58% anak dirawat di ruangan dengan alat
pendingin ruangan. Suhu air hangat berkisar 30o-35oC. Pengukuran dilakukan dengan
melihat penurunan suhu tubuh dan tingkat kenyamanan sebelum intervensi dan 60 menit
setelah intervensi. Kesimpulan didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam
penurunan suhu tubuh antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p=0.21),
serta tidak ada perbedaan yang bermakna dalam tingkat rasa nyaman antara kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol (p=0.21) setelah 60 menit intervensi. Akan tetapi,
ada kecenderungan bahwa pemberian antipiretik yang disertai tepid sponge mengalami
penurunan suhu yang lebih besar dan peningkatan rasa nyaman yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja. Implikasi keperawatan yang dapat
direkomendasikan adalah pemberian antipiretik disertai tepid sponge dapat dijadikan
intervensi untuk menurunkan demam dan meningkatkan rasa nyaman pada anak
terutama pada anak usia sekolah. Implikasi penelitian diharapkan adanya penelitian lebih
lanjut tentang pelaksanaan tepid sponge dengan jumlah sampel yang besar, pembatasan
umur, dan variabel-variabel perancu lain seperti lingkungan eksternal guna mendapatkan
bukti ilmiah dengan tepat terkait dengan perawatan yang atraumatic care pada anak
yang menderita demam.

Kata kunci: tepid sponge, demam, nyaman, anak.


Daftar Pustaka: 35 (1994-2009)
iii 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


UNIVERSITY OF INDONESIA
MASTERS PROGRAM IN NURSING SCIENCE
MAJORING IN PEDIATRIC NURSING
POST GRADUATE PROGRAM-FACULTY OF NURSING

Thesis, July 2009


Tia Setiawati

The influence of Antipyretic With Tepid Sponge to Reduce Temperature And Increase
Comfort in Children with Fever In Pediatric Room Muhammadiyah Hospital Bandung
2009

xi + 66 Page + 3 schemas + 4 tables + 4 graphs + 9 appendices

Abstract

Fever is a common problem in children. Fever cause discomfort for children and anxiety
for their parents. Administering antipyretic agents, maintenance of hydration, external
environment, applying warm swap (tepid sponge) are recommended treatments to reduce
fever recently. Literatures reported that applying tepid sponge plus antipyretic more
effective than administering antipyretic only. This study was conducted to find the effect
of tepid sponge plus antipyretic administering to reduce body temperature and children
comfort at pediatric ward RS Muhammadiyah Bandung. Quasi experimental study with
pre-post test non equivalent control groups design was selected. Samples were 50
children with characteristics: school age in average (64%) and pre-school (36%). Most
of them (84%) closely attended by their parents and 16 % others. About 42 % cared in
air conditioned room and other (58%) not. Measurement was taken by looking at body
temperature reducing and level of comfort before treatment, 10 minutes after applying
tepid sponge end (first measurement) and the second measurement was taken 30 minutes
after first one. There was significant reducing body temperature and level of comfort
before and after treatment (p=0,000, α=0,05). As conclusion, there were no significantly
different between intervention and control groups (p=0,05, α=0,05). However, tepid
sponge and antipyretic are more effective than administering antipyretic only.
Implication to nursing practice is that tepid sponge plus antipyretic can be recommended
treatment to reduce body temperature and increase level of comfort mainly for school
age children. Next research was suggested to increase sample size, strict on age,
confounding variable as external environment to get stronger evident in associated with
a traumatic care for children suffering fever.

Keywords: tepid sponge, fever, comfortable, child.


References: 35 (1994-2009)

iv 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi. Shalawat dan salam untuk

Rasulullah Muhammad SAW. Atas rahmat-Nya, yang telah memberikan

kesempatan, kemauan, dan kemampuan untuk berusaha, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan laporan hasil tesis yang berjudul “Pengaruh tepid sponge

terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada anak demam di Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung”. Laporan ini disusun sebagai syarat guna menyelesaikan

program magister di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Rasa hormat dan terimakasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibu Yeni

Rustina, S.Kp., M.App.Sc., PhD., dan Ibu Kuntarti, S.Kp., M.BioMed., yang telah

memberikan motivasi, semangat dan bimbingan sejak awal proses penyusunan

laporan ini. Motivasi, bimbingan, dan arahan beliau masih terus penulis harapkan

hingga akhir proses pelaksanaan tesis. Semoga beliau senantiasa dilimpahkan

keihlasan dan ketulusan serta kemanfaatan ilmu yang akan dicatat sebagai amal baik

dan akan senantiasa mendatangkan kebajikan bagi diri sendiri dan orang lain.

Penulis menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku

Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Ibu Krisna Yetty,

S.Kp., M.App.Sc., selaku Ketua Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menyelesaikan

program Magister Keperawatan Anak di Universitas Indonesia.

vi

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


Terimaksih kepada teman-teman seperjuangan (Arum, Erna, Haryati, dan kawan-

kawan) dan para perawat di seluruh ruang perawatan anak RS Muhammadiyah yang

telah membantu. Tenaga dan waktu rekan sejawat tak ternilai harganya dalam proses

pengumpulan data dan penyusunan laporan penelitian ini.

Terimakasih untuk suamiku, Mas Aries, yang selalu memotivasi penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa terima kasih untuk anak-anakku, Iqbal dan

Mutiara, kalian merupakan motivator mungil terindah yang tidak henti memberikan

semangat kepada penulis. Keihlasan dan kebesaran hati kalian senantiasa

menumbuhkan semangat dukungan yang sangat berarti bagi penulis.

Saran dan kritik dari berbagai pihak yang bertujuan untuk perbaikan laporan ini akan

senantiasa penulis terima dan pertimbangkan. Peneliti berharap dapat mewujudkan

penelitian ini secara nyata dan mendapatkan manfaat dari semua proses yang telah

dan akan dilaksanankan.

Depok, Juli 2009

Penulis

vi

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………. ii

ABSTRAK ………………………………………………………………….. iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. v

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vii

DAFTAR BAGAN/SKEMA………………………………………………..... x

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. xi

DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………….. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 3

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 4

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Demam ……………………………………………. 7

B. Tepid Sponge ................................................................................... 10

C. Hiperpireksia ................................................................................... 13

D. Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah dan Sekolah ....................… 14

E. Aplikasi teori comfort pada anak demam ........................................ 17

xii

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


F. Kerangka Teoritis ............................................................................ 22

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ............................................................................ 23

B. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 24

C. Definisi Operasional ........................................................................ 25

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ...................................................................... 27

B. Populasi dan Sampel ........................................................................ 29

C. Tempat Penelitian ............................................................................ 30

D. Waktu Penelitian ............................................................................. 31

E. Etika Penelitian ................................................................................ 31

F. Alat Pengumpul Data ....................................................................... 33

G. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 35

H. Analisis Data ................................................................................... 38

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat ........................................................................... 40

B. Analisa Bivariat............................................................................... 41

BAB VI PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ........................................ 46

xii

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


B. Keterbatasan Penelitian.................................................................... 57

C. Implikasi Hasil Penelitian ............................................................... 58

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................................ 59

B. Saran................................ ............................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

xii

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Kerangka teori berdasarkan teori comfort (Kolcaba, 2007) 22

Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian 23

Skema 4.1. Rancangan penelitian 28

xii

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi operasional variabel penelitian 25


Tabel 4.1. Analisa bivariat 39
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Dukungan Sosial, 41
dan Status Ekonomi (Ruang Perawatan) Pada Kelompok Intervensi dan
Kontrol di RS Muhammadiyah Bandung Juli 2009 (n1=n2=25)
Tabel 5.4. Rerata perbedaan penurunan suhu tubuh setelah intervensi 44

xii

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1. Perubahan rerata penurunan suhu tubuh 42


Grafik 5.2 Rerata peningkatan rasa nyaman 43
Grafik 5.3. Perbedaan rasa nyaman sesudah intervensi 45

xii

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pengantar untuk responden

Lampiran 2. Lembar persetujuan responden

Lampiran 3. Daftar tilik prosedur tepid sponge

Lampiran 4. Daftar tilik tahap-tahap pemberian antipiretik dan rasa nyaman

(kelompok perlakuan)

Lampiran 5. Daftar tilik tahap-tahap pemberian antipiretik dan rasa nyaman

(kelompok kontrol)

Lampiran 6. Keterangan lolos uji etik

Lampiran 7. Izin penelitian

Lampiran 8. Daftar riwayat hidup

xii

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam merupakan tanda klinis suatu penyakit pada anak. Gangguan kesehatan ini

sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara tradisional, demam diartikan sebagai

kenaikan suhu tubuh di atas normal. Orang tua banyak yang menganggap demam

berbahaya bagi kesehatan anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak

(Avner, 2009).

Di Brazil, dari seluruh kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik, terdapat sekitar 19%

sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam (Alves, Almeida, & Almeida,

2008). Penelitian yang dilakukan di Kuwait (Jalil, Jumah, & Al-Baghli, 2007)

menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia 3 bulan sampai 36 bulan mengalami

serangan demam rata-rata 6 kali per tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Winarno

(2002) mencantumkan tingkat prevalensi demam di masyarakat Lombok sebanyak

24,8%. Selama satu hari observasi di ruang rawat anak Rumah Sakit Muhammadiyah

Bandung, terdapat 13 anak menderita demam dari 15 anak yang sedang dirawat. Sampai

saat ini, penulis belum menemukan angka kejadian demam secara nasional.

Saat ini pengobatan demam dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pemberian

antipiretik, manajemen cairan, pemakaian pakaian yang tipis, dan tepid sponge.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


2

Acetaminophen, merupakan salah satu antipiretik yang sering digunakan, akan

menurunkan demam setelah 2 jam pemberian (Plaisance & Mackowiak, 2000).

Pemberian kompres dingin sudah tidak diberikan lagi, karena dapat meningkatkan suhu

tubuh lebih tinggi lagi dan menyebabkan anak menggigil. Di India, suatu penelitian

menunjukkan bahwa pemberian antipiretik yang disertai tindakan tepid sponge dapat

menurunkan suhu lebih cepat dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja (Thomas,

et al., 2009). Penelitian lain yang dilakukan di Inggris (Mahar, et al. 1994) dan Amerika

Serikat (Sharber, 1997) juga menunjukkan bahwa tepid sponge sangat efektif dalam

menurunkan suhu pada menit ke 15 sampai 30 setelah pasien minum antipiretik.

Tepid sponge merupakan tindakan pendinginan yang masih sering diperdebatkan.

Totapally (2005) menjelaskan bahwa tepid sponge jika dilakukan dengan benar akan

sangat efektif menurunkan demam dengan cepat. Akan tetapi, efek tepid sponge selain

menurunkan suhu tubuh, juga menyebabkan vasokonstriksi pada awal prosedur.

Vasokonstriksi ini menyebabkan anak merasa kedinginan bahkan sampai menggigil,

terutama jika tidak dikombinasikan dengan antipiretik. Selain tidak nyaman, tepid

sponge juga meningkatkan laju metabolisme dan konsumsi oksigen. Hal ini, tidak hanya

fisik pasien yang mengalami gangguan, akan tetapi psikospiritual, sosiokultural, dan

lingkungan pasien terganggu juga. Oleh karena itu, perawat perlu mempertimbangkan

asuhan keperawatan yang komprehensif, meliputi fisik, sosiokultural, lingkungan, dan

psikospiritual (Kolcaba, 2007).

Perawat sebagai salah satu unit pemberi pelayanan kesehatan, sangat berperan dalam

mempertahankan dan memelihara kenyamanan pasien. Tehnik perawatan yang tepat,

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


3

pembinaan dan pendampingan pasien yang sesuai dengan kondisi pasien, serta

mempertahankan kepuasan pasien selama dalam perawatan, merupakan bentuk

pelayanan prima yang dapat mempertahankan atau meningkatkan kenyamanan pasien

(Kolcaba, 2007).

Mencermati kondisi tersebut di atas, maka diperlukan pendekatan asuhan keperawatan

yang tepat sebagai dasar kerangka berfikirnya. Teori comfort yang diperkenalkan oleh

Katarine Kolcaba merupakan pendekatan yang sesuai untuk mengatasi dan mengelola

ketidaknyaman pasien selama perawatan. Pendekatan teori comfort dapat digunakan

pada pelayanan pediatrik karena pendekatannya holistik, dapat dimengerti oleh tim

kesehatan dan pasien, serta orang tua dapat diikutsertakan sebagai bagian integral

perawatan.

Sepanjang pengetahuan penulis, hingga saat ini belum dilakukan penelitian tentang

pengaruh tepid sponge terhadap kenyamanan pasien dengan menggunakan pendekatan

teori comfort di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Dalam penelitian ini, penulis

bermaksud melakukan pengamatan efek tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh

dan kenyamanan pada anak yang menderita demam.

B. Rumusan Masalah

Saat ini, jumlah pasien anak yang harus menjalani perawatan karena menderita demam

jumlahnya cukup banyak. Salah satu cara untuk menurunkan demam adalah dengan

tepid sponge. Tepid sponge efektif dalam menurunkan demam, tetapi menimbulkan rasa

tidak nyaman pada pasien anak (Plaisance & Mackowiak, 2000; Avner, 2009; Totapally,

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


4

2005; Thomas, et al. 2007; Alves, Almeida & Almeida, 2008; Sharber, 1997; Mahar, et

al. 1994). Efek ketidaknyamanan yang timbul akibat penerapan tepid sponge sering

disinggung dalam beberapa penelitian. Akan tetapi, dalam penelitian tersebut tidak

dijelaskan secara rinci intensitas gangguan rasa nyaman yang dialami pasien dan cara

pengukurannya.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah

sejauh mana tepid sponge berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan

pada anak yang menderita demam?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan

kenyamanan anak yang menderita demam.

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasinya perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan tepid

sponge disertai pemberian antipiretik pada kelompok intervensi.

b. Teridentifikasinya perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah diberikan

antipiretik pada kelompok kontrol.

c. Teridentifikasinya perbedaan kenyamanan pada anak demam sebelum dan

setelah dilakukan tepid sponge disertai pemberian antipiretik pada kelompok

intervensi.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


5

d. Teridentifikasinya perbedaan kenyamanan pada anak demam sebelum dan

setelah diberikan antipiretik pada kelompok kontrol.

e. Teridentifikasinya perbedaan penurunan suhu tubuh pada anak demam

setelah periode intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

f. Teridentifikasinya perbedaan kenyamanan pada anak demam setelah periode

intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikasi

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan pasien anak yang menderita demam sehingga

tidak mengalami gangguan rasa nyaman.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pasien anak yang

menderita demam dan keluarganya dalam mengelola demam jika demam

berulang.

2. Manfaat Keilmuan

a. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam

praktik keperawatan tentang perawatan pasien anak yang menderita demam.

b. Hasil penelitian ini memberikan gambaran, informasi atau penjelasan tentang

pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan

pasien anak yang menderita demam.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


6

3. Manfaat metodologi

a. Hasil penelitian ini dapat memperkaya jumlah penelitian tentang pengaruh

tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pasien anak

yang menderita demam.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya dengan

pendekatan yang berbeda.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Demam

1. Pengertian demam

Demam diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh lebih dari 38oC, pengukuran di

rectal. Demam dikenal juga sebagai manifestasi penting terjadinya infeksi pada

anak-anak (Rudolpho, Hoffman, & Rudolph, 2006). Pada tahun 2005, demam

pada anak ditandai dengan suhu 37oC per aksila, atau 37,8oC per oral, atau 38oC

per timpani atau per rektal (Walsh, 2008). Peneliti lain menyebutkan bahwa

demam ditandai dengan suhu lebih atau sama dengan 38,3oC (Laupland, 2009).

Demam merupakan respon tubuh terhadap stimulus yang membahayakan tubuh.

Demam juga sebagai indikator penting untuk menilai perkembangan penyakit

(Totapally, 2005).

Suhu tubuh normal dipengaruhi oleh lingkungan, usia, jenis kelamin, aktivitas

fisik, dan suhu udara. Suhu tubuh akan lebih rendah 0,5oC dari rata-rata pada pagi

hari, dan meningkat pada sore hari. Oleh karena itu tidak ada nilai mutlak suhu

tubuh. Rentang suhu tubuh normal yaitu suhu aksila antara 34,7o – 37,3oC, suhu

oral antara 35,5o – 37,5oC, dan suhu rektal antara 36,6o – 37,9oC (Avner, 2009).

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Ikatan Dokter Anak Indonesia menetapkan suhu tubuh normal untuk anak

berkisar antara 36,5oC sampai 37,5oC.

Suhu tubuh dikontrol oleh hipotalamus. Ball dan Bindler (2003) menjelaskan

bahwa jika suhu tubuh lebih rendah dari normal, terjadi vasokonstriksi untuk

mempertahankan panas tubuh; kelenjar adrenalin akan memproduksi epinefrin

dan norepinefrin. Epinefrin dan norefinefrin tersebut menyebabkan peningkatan

metabolisme, vasokonstriksi, dan produksi panas. Selanjutnya dapat terjadi reaksi

“menggigil” (panas dingin) sebagai upaya tubuh meningkatkan produksi panas.

Ketika produksi panas berlebihan, tubuh berespon dengan cara meningkatkan

suhu. Kondisi ini disertai dengan peningkatan denyut jantung dan frekuensi

pernapasan. Akhirnya terjadi vasodilatasi, kulit tampak kemerahan, terasa hangat

saat diraba. Kemudian suhu tubuh akan menurun, anak mulai berkeringat, denyut

nadi dan frekuensi pernapasan kembali normal.

2. Penyebab demam

Demam dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, tumor, stress atau trauma.

Mikroorgnisma tersebut merangsang makrofag untuk melepaskan pyrogen dalam

pembuluh darah. Pirogen mengikuti sistem sirkulasi sampai ke hipotalamus.

Pirogen tersebut memicu produksi prostaglandin. Prostaglandin ini diyakini

meningkatkan titik basal termoregulator tubuh, sehingga menyebabkan demam

(Cimpella, Goldman, & Khine, 2000; dalam Ball & Blinder, 2003, hlm. 397).

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Demam menyebabkan anak-anak menjadi lebih cengeng dan mengeluh nyeri

kepala serta rasa tidak nyaman di seluruh tubuh. Demam juga menyebabkan

penurunan nafsu makan dan meningkatkan kebutuhan cairan pada anak. Hal ini

terjadi karena setiap kenaikan 1oC (di atas suhu 37oC) menyebabkan peningkatan

konsumsi oksigen sebesar 13%. Jika demam terjadi berkepanjangan, dapat

menyebabkan dehidrasi (Totapally, 2005). Efek demam yang lain adalah

perubahan status neurologik pada klien anak yang menderita penyakit otak

organik. Totapally (2005) menjelaskan bahwa peningkatan suhu tubuh

menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak sehingga dapat menimbulkan

peningkatan tekanan intrakranial.

3. Penatalaksanaan demam

Umumnya, antipiretik diberikan kepada anak untuk menurunkan demam.

Antipiretik ini berfungsi menghambat produksi prostaglandin, menyebabkan anak

berkeringat dan vasodilatasi (Totapally, 2005). Antipiretik yang sering digunakan

sebagai penurun panas adalah parasetamol (Thomas, et al. 2008), acetaminophen

(Plaisance & Mackowiak, 2000; Tréluyer, et al. 2001), ibuprofen, naproxen,

dipyron (Alves, de Almeida, & de Almeida, 2008) dan indomethacin. Ibuprofen

merupakan antipiretik yang paling efektif menurunkan demam untuk anak usia 6

bulan lebih (Totapally, 2005). Pemberian antipiretik yang berlebihan perlu

diperhatikan, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain pemberian antipiretik,

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

juga dilakukan terapi modalitas fisik yaitu sponging (tepid sponge) dan selimut

hipotermi (Totapally, 2005).

Sebagian besar anak yang menderita penyakit infeksi dan mengalami demam,

dirawat di rumah. Perawatan anak yang menderita demam (Ball & Bindler, 2003)

meliputi:

a. Pemberian cairan dengan meningkatkan pemasukan cairan.

b. Mencegah penggunaan baju atau selimut tebal yang berlebihan. Berikan anak

pakaian yang tipis dan menyerap keringat.

c. Lakukan kompres air hangat (tepid sponge) untuk menurunkan suhu tubuh

sambil menunggu antipiretik bekerja dalam tubuh. Tepid sponge terutama

dilakukan kepada anak dengan suhu tubuh lebih dari 40oC. Air hangat yang

digunakan memiliki suhu minimal 26,6oC, maksimal 35oC.

d. Libatkan orang tua dalam perawatan anaknya yang menderita demam.

e. Terapkan pencegahan universal untuk mencegah penyebaran penyakit menular

yang diderita anak.

B. Tepid sponge

Tepid sponge sering direkomendasikan untuk mempercepat penurunan suhu tubuh.

Akan tetapi selama tepid sponge, terjadi penurunan suhu tubuh yang menginduksi

vasokonstriksi periferal, menggigil, produksi panas metabolik dan ketidaknyaman

secara umum pada anak (Corrard, 2002; Carlton, et al., 2001).

10 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Tepid sponge sebagai salah satu cara untuk menurunkan demam masih menjadi topik

kontroversial dikalangan tenaga kesehatan di Brazil. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Alves, Almeida, dan Almeida (2008) menjelaskan bahwa setelah 15 menit

dilakukan tepid sponge plus dipyrone, suhu badan per aksila pada anak usia 6 bulan

– 5 tahun mengalami penurunan. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan

bahwa setelah 2 jam pemberian dipyrone saja, demam akan turun. Akan tetapi pada

kelompok anak yang memperoleh tepid sponge plus dipyrone, anak cenderung

cengeng dan gelisah dibandingkan dengan anak yang hanya memperoleh dipyrone.

Mahar, et al. (1994) melakukan penelitian tentang tepid sponge di Bangkok dengan

jumlah partisipan sebanyak 75 anak, usia 6 bulan – 5 tahun. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa 60 menit setelah dilakukan tepid sponge plus parasetamol,

terjadi penurunan suhu yang lebih cepat pada kelompok intervensi sebesar 0,5oC

(38oC) dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya memperoleh parasetamol

(38,5oC). Pada anak-anak yang mendapat tindakan tepid sponge, selama tepid sponge

anak-anak cenderung menangis, dan satu orang anak menggigil.

Penelitian lain (Aksoylar, et al., 1997; Agbolosu, et al., 1997; Sharber, 1997;

Bernath, Anderson, & Silagy, 2002; Thomas, et al., 2008; Geraldine, et al., 2001)

menunjukkan bahwa tindakan tepid sponge plus antipiretik lebih efektif menurunkan

suhu tubuh dibandingkan hanya pemberian antipiretik.

11 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Tahap-tahap pelaksanaan tepid sponge (Rosdahl & Kowalski, 2008) meliputi:

1. Tahap persiapan

a. Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tepid sponge.

b. Persiapan alat meliputi ember atau waskom tempat air hangat (26o – 35oC),

lap mandi 6 buah, handuk mandi 1 buah, selimut mandi 1 buah, perlak besar

1 buah, termometer, selimut hipotermi atau selimut tidur 1 buah.

2. Pelaksanaan

a. Beri kesempatan klien untuk menggunakan urinal sebelum tepid sponge.

b. Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat antipiretik yang telah diminum klien

untuk menurunkan suhu tubuh.

c. Buka seluruh pakaian klien. Letakkan lap mandi di dahi, aksila, dan pangkal

paha. Lap ekstremitas selama 5 menit, punggung dan bokong selama 10-15

menit. Lakukan melap tubuh klien selama 20 menit. Pertahankan suhu air

(26o-35oC).

d. Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera setelah

suhu tubuh klien mendekati normal (37,5oC per oral). Selimuti klien dengan

selimut tidur. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.

e. Catat suhu tubuh dan tingkat rasa nyaman klien sebelum dan setelah

prosedur.

12 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

C. Hiperpireksia (hipertermia)

Hiperpireksi adalah suhu tubuh lebih dari 41,1oC (Trautner, et al., 2006). Lebih

lanjut Trautner, et al. (2006) menjelaskan bahwa hiperpireksia merupakan kondisi

kegawatan dan membutuhkan penatalaksanaan segera. Hiperpireksi terjadi pada satu

dari 2000 kasus anak yang dirujuk ke unit gawat darurat pediatrik. Penyebab

hiperpireksia yang paling sering adalah infeksi bakteri, virus, sindroma neuroleptik

malignan, intoksikasi, dan suhu panas yang ekstrim.

Setiap orang mengalami gejala dan tanda hiperpireksia yang berbeda-beda. Tetapi

pada umumnya tanda gejala hiperpireksia meliputi: suhu tubuh tinggi (lebih dari

41oC, tidak adanya keringat, tanpa kulit panas kemerahan atau kulit kering

kemerahan, nadi cepat, sulit bernapas, perubahan perilaku, halusinasi, bingung

(confusion), agitasi, disorientasi, kejang, dan koma (Trautner, et al., 2006).

Penatalaksanaan yang utama untuk anak dengan hiperpireksia adalah segera berikan

kompres dingin (suhu air antara 26o-28o C), letakkan klien di lingkungan yang sejuk

dan kering, kipasi klien untuk meningkatkan evaporasi dan berkeringat, hidrasi

untuk mencegah dehidrasi, letakkan kantong es di aksila dan pangkal paha, dan tepid

sponge (Ball & Bindler, 2003).

13 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

D. Karakteristik anak pra-sekolah dan usia sekolah

1. Karakteristik anak pra-sekolah (3-6 tahun)

Anak-anak usia sekolah berumur antara 3 sampai 5 tahun. Penampilan fisik

secara umum adalah lebih langsing, luwes, tangkas, dan postur tubuh yang

proporsional antara tinggi badan dengan berat badan. Tinggi badan rata-rata

bertambah 6,25 sampai 7,5 cm per tahun. Berat badan bertambah 2,3 kg per

tahun (Muscari, 2005).

Anak usia pra-sekolah sudah dapat melompat, berlari, dan beberapa dapat

berenang atau bermain sepatu roda. Perkembangan utama pada koordinasi

motorik halus, anak sudah dapat menggambar atau mewarnai sederhana

(Muscari, 2005).

Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah adalah mereka sudah mampu

mengelompokkan, menghitung benda dan menghubungkan beberapa objek, akan

tetapi belum memahami prinsip-prinsip yang mendasari konsep tersebut. Anak

pra-sekolah sudah memiliki rasa cemas dan takut yang berhubungan dengan

harapan orang tua atau orang terdekatnya. Hubungan anak dengan orang lain

makin luas termasuk teman dan guru di sekolah. Rasa nyaman anak usia pra-

sekolah timbul pada lingkungan yang sudah dikenalnya, walaupun dihadapkan

pada objek yang menakutkan (Ball & Bindler, 2003).

14 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Anak pra-sekolah sudah dapat menyusun kalimat lengkap. Akan tetapi

kemampuan bahasa tersebut masih belum sempurna, sehingga dapat

menimbulkan salah persepsi dari orang dewasa. Interpretasi yang tepat oleh

tenaga kesehatan diperlukan untuk mencegah timbulnya trauma hospitalisasi

pada anak (Ball & Bindler, 2003). Penatalaksanaan keperawatan yang perlu

meliputi intervensi fisik yang aman dan nyaman. Memberi kesempatan anak

untuk terlibat dalam perawatan dirinya, mempertahankan kendali atas fungsi

tubuhnya, memberi keyakinan kepada anak bahwa sakit bukan kesalahan

dirinya, serta member kesempatan anak untuk mengekspresikan perasaanya

melalui cerita atau gambar (Muscari, 2005).

2. Karakteristik anak usia sekolah

Anak-anak usia sekolah adalah mereka yang berumur 6 sampai 12 tahun. Tinggi

badan anak usia sekolah rata-rata akan bertambah sekitar 6 – 7 cm per tahun.

Berat badan anak usia sekolah akan bertambah sekitar 2,5 – 3,5 kg per tahun.

selanjutnya, saat anak memasuki usia pubertas, berat badan dan tinggi badan

anak akan bertambah dengan cepat. Anak perempuan cenderung lebih berat dari

anak laki-laki. Tubuh anak akan terus berubah sesuai dengan pertumbuhan fisik.

Tulang, otot, lemak, dan kulit mereka tumbuh dan berkembang. Perubahan ini

terjadi dengan cepat sampai dia mencapai masa pubertas. Masa pubertas adalah

masa di mana tubuh matang secara seksual. Rambut di bagian tubuh tertentu

mulai tumbuh dan mungkin muncul bau badan. Anak-anak perempuan mulai

15 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

tumbuh payudaranya. Kemudian, mereka juga mulai menstruasi. Pubertas

mungkin dimulai pada awal usia tujuh tahun pada anak perempuan, dan sembilan

tahun pada anak laki-laki (Muscari, 2005).

Kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi (kemampuan untuk bergerak dengan

lancar) pada anak usia sekolah mulai baik. Kelancaran dan kecepatan dalam

kegiatan fisik mempermudah anak untuk berpartisipasi dalam olahraga. Kontrol

jari dan tangan juga meningkat (Muscari, 2005).

Anak dapat menyebutkan angka dan huruf dengan mudah. Pada awal usia enam

tahun, anak dapat membaca kata-kata tunggal dan memahami apa yang ia baca.

Selanjutnya anak mungkin dapat membaca dengan lancar dan mengucapkan

kata-kata dengan benar. Anak usia sekolah mulai berpikir logis. Ia dapat

memahami apa yang terjadi di sekelilingnya. Mampu untuk memahami ide dan

kemampuan mengingat berkembang dengan baik. Ia dapat menempatkan,

mengurutkan dan mengelompokkan obyek sesuai perintah. Ia dapat mengikuti

petunjuk dan aturan yang lebih rumit, dan memecahkan masalah dengan lebih

baik (Muscari, 2005).

Anak usia sekolah mengalami perkembangan akan rasa takut yang tidak dikenal.

Dia mungkin takut hantu, monster, atau tempat gelap. Dia mulai memahami

peristiwa buruk dan mungkin takut akan pencurian, kecelakaan, dan kematian.

Anak mungkin juga khawatir seandainya dia tidak sekolah. Selama usia sekolah,
16 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

sikap menerima penting untuk anak. Hal ini harus diberikan oleh keluarganya.

Anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya, pengaruh

keluarga tidak sekuat seperti usia prasekolah. Saat anak usia sekolah tumbuh

besar, teman-temannya menjadi lebih penting. Dia akan merasa perlu untuk

bersaing dengan anak lain, dan memiliki sebuah grup. Dia mungkin berkumpul

dengan teman-teman sesama jenis kelamin. Dia mulai berbagi rahasia dengan

teman-teman yang dapat ia percaya. Teman kelompok membantu anak

menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan dan

kegiatan sekolah. Kelompok teman juga mendukung anak menghadapi

pengalaman hidup yang penuh dengan tekanan ((Ball & Bindler, 2003).

Anak usia sekolah mengembangkan kemampuan bicara seperti pada orang

dewasa, akan tetapi mereka mengalami kesulitan dalam mengekspresikan dirinya

secara verbal karena kesulitan menghadapi masalah yang rumit atau hipotesis

(Muscari, 2005). Selain itu, Muscari (2005) menjelaskan bahwa anak usia

sekolah beranggapan bahwa penyakit disebabkan oleh sesuatu dari luar dirinya.

Mereka juga menyadari perbedaan tingkat keparahan suatu penyakit.

E. Aplikasi teori Comfort pada anak penderita demam

Kolcaba (2003) menjelaskan bahwa comfort (rasa nyaman) didefinisikan sebagai

suatu keadaan yang dialami oleh individu, bersifat individual dan holistik. Selain itu,

17 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

comfort dapat meningkatkan perasaan sejahtera, dan klien merasa lebih kuat.

Comfort juga dapat dipahami oleh klien dari berbagai tingkat perkembangan dan

orang tua dapat menjadi bagian dari program perawatan yang utuh.

Teori Comfort (Kolcaba, 2003) menjelaskan bahwa klien memiliki 3 kebutuhan

yaitu:

1. Relief yaitu kondisi yang dapat meredakan atau meringankan ketidaknyamanan.

2. Ease yaitu kondisi dimana tidak ada ketidaknyaman spesifik.

3. Transcendence yaitu kemampuan untuk melampaui ketidaknyamanan ketika rasa

tidak nyaman tersebut tidak dapat dikurangi atau dihindari.

Selain ketiga kebutuhan rasa nyaman (comfort) tersebut di atas, Kolcaba (2003) juga

menjelaskan bahwa teori ini memiliki konteks nyaman yaitu fisik, lingkungan,

sosiokultural, dan psikospiritual. Konteks fisik berkenaan dengan sensasi tubuh dan

homeostasis. Konteks lingkungan berkaitan dengan latar belakang eksternal

pengalaman individu. Konteks sosiokultural berkaitan dengan hubungan

interpersonal, keluarga, social, tradisi keluarga, dan ritual. Konteks psikospiritual

berkenaan dengan kesadaran internal akan diri, esteem (harga diri), seksualiti, dan

makna hidup. Gangguan kenyamanan dapat terjadi di konteks fisik, lingkungan,

sosiokultural, dan psikospiritual.

18 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Tipe perawatan dalam teori Comfort (Kolcaba, 2003) meliputi tehnikal, coaching,

dan comforting. Tipe perawatan tehnikal bertujuan untuk mempertahankan

homeostasis. Tindakan tipe perawatan tehnikal berupa penatalaksanaan demam,

pencegahan komplikasi, pemberian obat, observasi efek samping. Tipe perawatan

coaching adalah pemberian informasi (pendidikan kesehatan), promosi kesehatan,

pemberian dukungan kepada klien. Tipe perawatan comforting meliputi empati,

memberi dukungan, sentuhan, menciptakan lingkungan yang tenang, memutar musik

kesukaan klien, memberi hadiah atau kenang-kenangan.

Dalam teori Comfort, terdapat variabel intervening. Variabel ini didefinisikan

sebagai interaksi yang mempengaruhi persepsi individu tentang kenyamanan.

Variabel ini terdiri dari pengalaman masa lalu, usia, perilaku, status emosional,

sistem pendukung, prognosis, status ekonomi, dan total elemen pengalaman individu

(Kolcaba, 1994; dalam Tomey & Alligood, 2006).

Berdasarkan penelitian Clinch dan Dale (2007), orang tua dapat menularkan

ketidaknyamanan mereka kepada anaknya. Bentuk ketidaknyamanan orang tua dapat

berupa rasa cemas sebagai respon mereka melihat anak mereka demam. Dampak

ketidaknyamanan orang tua terhadap penatalaksanaan demam pada anak adalah

kesalahan atau kurang tepatnya pemberian obat antipiretik untuk anak mereka, atau

salah menerapkan tehnik kompres, sehingga menghambat proses penyembuhan.

19 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Jalil, et al. (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan ibu, ketakutan dan

penatalaksanaan anak demam secara mandiri oleh ibu dapat mempengaruhi proses

pengobatan demam dan kenyamanan pada anak. Ibu yang memiliki pengetahuan

tentang perawatan anak demam, akan melakukan tindakan yang tepat untuk

mengatasi demam, seperti memberikan dosis antipiretik dengan benar, mengukur

suhu dengan termometer, dan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anaknya.

Kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan anak demam menyebabkan mereka

melakukan terapi yang salah. Kesalahan mereka meliputi pemberian antipiretik

berlebihan atau kurang dosisnya, menyelimuti anak dengan selimut tebal, dan

mempunyai kenyakinan bahwa tumbuh gigi merupakan penyebab demam.

Intervensi yang dapat meningkatkan rasa nyaman anak selama prosedur yang tidak

menyenangkan atau menyakitkan (Stephens,1999; dalam Kolcaba, 2005) meliputi:

1. Persiapkan anak dan orang tua, hindari kata sakit atau nyeri atau kata-kata yang

membuat anak takut saat menjelaskan prosedur (social comfort).

2. Undang atau hadirkan orang tua saat prosedur (sosial dan psikospiritual comfort).

3. Lakukan prosedur di ruang tindakan (kenyamanan lingkungan atau

environmental comfort).

4. Posisikan anak dalam kondisi atau posisi yang nyaman saat prosedur (physical

comfort).

5. Pertahankan atmosfir atau lingkungan yang tenang dan positif (environmental

comfort).

20 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Pengukuran rasa nyaman pada anak didasarkan pada tingkat perkembangan anak,

tempat perawatan, dan tujuan pengukuran. Beberapa cara atau skala yang dapat

dilakukan untuk mengukur kenyaman (Kolcaba, 2005) adalah :

1. Pertanyaan tertutup, hanya memerlukan jawaban ya dan tidak dapat diajukan ke

anak usia 2 sampai 3 tahun.

2. Skala kenyamanan dengan bunga daisi (Kolcaba, 1997) dapat mengukur tingkat

kenyaman anak usia 1 sampai 4 tahun.

3. Visual analog scale yaitu anak meletakkan satu titik pada garis vertikal

sepanjang 10 cm untuk menilai tingkat kenyamanan dirinya. Posisi nyaman

berada di titik teratas, sedangkan rasa paling tidak nyaman berada di titik

terbawah.

4. Skala 1 sampai 10 (skala Kusher). Perawat meminta anak menunjuk nomor yang

dianggap dapat mewakili tingkat kenyamanan yang sedang dirasakan anak.

5. Kuesioner yang diadaptasi dari General Comfort Questionaire (GCQ) dapat

digunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan pada anak remaja.

6. Comfort Behaviors Checklist (CBC) (Kolcaba, 1997) dapat digunakan untuk

mengukur tingkat kenyamanan anak yang tidak dapat bicara.

21 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

F. Kerangka Teori

Bagan 2.1. Kerangka teori penelitian berdasarkan teori comfort (Kolcaba, 2007)

Distress : fisikal,
lingkungan, Anak
sosialkultural, demam
psikospiritual

Meningkatkan pemasukan cairan,


Intervensi comfort :
memakaikan anak pakaian yang tipis dan
tehnikal, coaching, menyerap keringat, kompres air hangat (tepid
comforting sponge) , antipiretik, pendidikan kesehatan,
promosi kesehatan, pemberian dukungan
kepada pasien, empati, sentuhan,
menciptakan lingkungan yang tenang,
memutar musik kesukaan anak, memberi
hadiah atau kenang-kenangan.

Variabel intervening:
pengalaman, usia, perilaku, status
emosional, sistem
pendukung/support social,
prognosis, status ekonomi

Perilaku anak yang


Comfort menunjukkan Suhu normal, 36,5o-
nyaman , diukur 37,5oC
dengan comfort
daisies, pertanyaan
tertutup, VAS,
GCQ, CBC, skala
Kusher.

22 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


23

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,

DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan salah satu pendekatan untuk memahami alur

penelitian. Kerangka konsep ini didasarkan pada landasan teoritis tentang

fisiologis demam, tepid sponge, teori kenyamanan (comfort theory) yang

dikembangkan oleh Katharine Kolcaba. kerangka konsep ini digambarkan

dengan menggunakan bagan di bawah ini (Bagan 3.1).

Bagan 3.1 Kerangka konsep Normal


36,5o- 37,5oC,
per aksila

Penurunan
Intervensi Suhu tubuh Abnormal lebih
Comfort dari 37,5oC per
Tepid aksila
sponge
plus
Anak usia pra antipiretik
sekolah dan
Nyaman
sekolah Kenyamanan
penderitademam anak
Tidak
Usia anak, pendukung / social nyaman
support, status ekonomi (kelas
perawatan)

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah tepid sponge sesuai

panduan penelitian.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


24

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah suhu tubuh anak dan

intensitas rasa nyaman pada anak yang mengalami demam.

3. Variabel confounding

Variabel confounding (perancu) dalam penelitian ini adalah usia anak, social

support yaitu kehadiran orang tua dalam merawat anak selama demam dan

status ekonomi terkait dengan fasilitas perawatan.

B. Hipotesis

1. Hipotesis Mayor

Ada pengaruh tepid sponge plus antipiretik terhadap penurunan suhu tubuh

dan rasa nyaman pada anak yang mengalami demam.

2. Hipotesis Minor

a. Ada perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan tepid sponge

disertai pemberian antipiretik pada kelompok intervensi.

b. Ada perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah diberikan antipiretik pada

kelompok kontrol.

c. Ada perbedaan kenyamanan pada anak demam sebelum dan setelah

dilakukan tepid sponge disertai pemberian antipiretik pada kelompok

intervensi.

d. Ada perbedaan kenyamanan pada anak demam sebelum dan setelah

diberikan antipiretik pada kelompok kontrol.

e. Ada perbedaan penurunan suhu tubuh pada anak demam setelah

intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


25

f. Ada perbedaan kenyamanan pada anak demam setelah dilakukan

intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

3. Definisi Operasional

Berdasarkan variabel penelitian yang telah ditetapkan, definisi operasional

variabel dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

NO Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Variabel dependen
1. Suhu tubuh Nilai panas Mengukur Termometer Suhu normal: Interval
tubuh yang suhu oral digital 36,5o – 37,5oC
dapat diukur dengan per aksila
dengan melihat termometer. Demam: lebih
angka pada dari 38oC per
termometer. aksila
2. Rasa nyaman Suatu kondisi Observasi Skala nyaman 4 = sangat Interval
pasien subyektif yang dan ceklist berdasarkan nyaman
dapat diukur teori comfort 3 = nyaman
dengan menilai Kolcaba 2 = tidak
tanda-tanda (skala nyaman
fisik, comfort 1 = sangat tidak
lingkungan, daisies) nyaman
sosiokultural,
dan
psikospiritual.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


26

Variabel Independen
3. Tepid sponge Tindakan Observasi Daftar tilik Ya = 1 Nominal
memandikan Tidak = 0
anak dengan
cara di lap,
menggunakan
air hangat (30o
– 35oC) selama
20 menit.
Variabel confounding
4. Support Orang tua atau Observasi Angket Ya = 1 Nominal
social keluarga dan Tidak = 0
merawat sendiri checklist
anaknya.
5. Usia anak Lamanya hidup Isi format Angket Umur dalam Rasio
responden yang dan tahun
dihitung checklist
berdasarkan
tanggal lahir
sampai dengan
usia saat
dirawat
6. Status Berdasarkan Isi format Angket Kelas 3 = 1 Ordinal
ekonomi ruang dan Kelas 2 = 2
perawatan checklist Kelas 1/VIP = 3

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


27

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan disain Quasi Experimental dengan jenis rancangan

Pretest-Posttest Non Equivalent Control Group Design. Metode Quasi

Experimental adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan

kelompok kontrol, tetapi tidak sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar

yang mempengaruhi penelitian (Sugiyono, 2007). Pretest-Posttest Non

Equivalent Control Group Design karena pemilihan kelompok kontrol tidak

diacak.

Quasi Experimental ini bertujuan untuk menguji hubungan. Derajat kekuatan

rancangan tergantung kepada efek perlakukan yang dapat diukur melalui variabel

terikat. Quasi Experiment minimal memenuhi 1 dari 3 syarat rancangan true

experiment yaitu: sampel diambil secara acak, ada kelompok kontrol, dan ada

perlakuan (Burn & Grove, 1993).

Penelitian ini melibatkan 2 kelompok yaitu: (1) kelompok anak (3 sampai 12

tahun) yang mengalami demam 38oC ke atas dan orang tuanya, mendapat

tindakan tepid sponge; (2) kelompok anak (3 sampai 12 tahun) yang mengalami

demam 38oC ke atas dan orang tuanya, tidak mendapat tepid sponge, dan

berfungsi sebagai kelompok kontrol. Kegiatan tepid sponge dilaksanakan selama

20 menit untuk setiap partisipan di kelompok intervensi. Pengukuran suhu tubuh

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


28

(pre-test) sebelum diberikan antipiretik pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol dilakukan untuk memperoleh data dasar suhu tubuh. Kelompok intervensi

diberikan obat antipiretik (parasetamol atau ibuprofen) dan tepid sponge. Tepid

sponge dilakukan segera setelah anak diberi minum obat antipiretik. Kegiatan

evaluasi (post-test) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan

pada menit ke-60 setelah pemberian antipiretik untuk mengukur penurunan suhu

dan tingkat kenyamanan. Hasil sebelum dan sesudah intervensi dibandingkan.

Rancangan penelitian secara ringkas dapat dilihat pada skema 4.1.

Skema 4.1 Rancangan Penelitian Quasi-Exsperimental dengan Pretest-


Posttest Control Group Design

Q1 Q2

Kelompok Pre Intervensi Post Dibandingkan


Perlakuan test test Q1-Q2 = X1

Subyek
Penelitian
Q3 Q4

Kelompok Pre Post Dibandingkan


Kontrol test test Q3-Q4 = X2

Keterangan:
Q1 = Pengukuran variabel dependen kelompok perlakuan
Q2 = Pengukuran ulang variabel dependen kelompok perlakuan
Q3 = Pengukuran variabel dependen kelompok kontrol
Q4 = Pengukuran ulang variabel dependen kelompok kontrol
X1 = Perubahan suhu dan tingkat kenyamanan kelompok perlakuan
X2 = Perubahan suhu dan tingkat kenyamanan kelompok kontrol

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


29

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang mengalami demam dan

orang tuanya yang dirawat inap di ruang perawatan anak Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia pra sekolah dan sekolah yang

mengalami demam dan orang tuanya, yang dirawat inap di ruang perawatan

anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung pada saat dilakukan penelitian

selama bulan Juli 2009 dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Anak berusia 3 sampai 12 tahun yang dirawat di ruang perawatan anak

(kelas 3, 2, 1 dan VIP) Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dan orang

tuanya.

b. Suhu tubuh anak sama dengan atau lebih dari 38oC dengan pengukuran

suhu di aksila.

c. Orang tua dapat membaca dan menulis

d. Orang tua bersedia mengikuti penelitian.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami gangguan

termoregulasi atau kelainan pada hipotalamus (trauma kapitis, tumor otak

dibagian hipotalamus) dan kelainan pada pembuluh darah.

Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan hasil penelitian Alves,

Almeida, dan Almeida (2008) diperoleh simpang baku gabungan sebesar

0,55. Bila dipilih α = 0,05, power = 0,80, maka dengan rumus di bawah ini

(Dahlan, 2006):

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


30

n1 = n2 = 2
( (Zα + Zß)S
X1-X2 ) 2

Keterangan:

• Zα = 1,96

• Zß = 1,28

• Selisih minimal yang dianggap bermakna (X1-X2) = 0,5

• Simpang baku gabungan = 0,55

Maka jumlah sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 25

klien untuk masing-masing kelompok, 25 responden untuk kelompok intervensi

dan 25 responden sebagai kelompok kontrol. Total sampel dalam penelitian ini

adalah 50 orang.

Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan cara non

probability sampling jenis consecutive sampling, yaitu dengan menetapkan

subyek yang memenuhi kriteria penelitian. Subyek ini dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden yang

diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael, 2002).

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Rumah

sakit ini dipilih karena jumlah anak demam yang dirawat cukup tinggi setiap

minggunya. Sedangkan penyakit utamanya meliputi DHF, observasi febris dan

tifoid. Selama Juni 2009, usia anak yang dirawat karena demam antara 3 bulan

sampai 13 tahun. Selain itu, masih adanya kesalahan pemahaman tentang

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


31

aplikasi tepid sponge untuk menurunkan demam pada orang tua dan perawat,

sehingga tujuan kompres hangat tidak efektif.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu periode penyusunan proposal,

pengambilan data dan pelaporan hasil penelitian. Penyusunan dan seminar

proposal dilakukan pada bulan Juni 2009. Pengambilan data dilaksanakan pada

bulan Juli 2009. Penyusunan dan pelaporan hasil penelitian dilaksanakan pada

akhir bulan Juli 2009.

E. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip etik yang bertujuan

melindungi subyek penelitian. Responden dari kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dilindungi hak-haknya. Penelitian ini berdasarkan

pertimbangan 5 petunjuk yang direkomendasikan American Nurses Association

(ANA) (Wood & Harber, 2006):

1. Right to self-determination

Hak otonomi responden meliputi hak mau atau menolak ikut serta dalam

penelitian ini. Responden (anak dan orang tua) mendapat penjelaskan tentang

prosedur penelitian, manfaat, dan risikonya sebelum diikutsertakan dalam

penelitian. Selanjutnya responden diberi kesempatan untuk memberikan

persetujuan atau menolak berpartisipasi dalam penelitian. Responden dapat

mengundurkan diri dari penelitian tanpa ada konsekuensi apapun.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


32

2. Right to privacy and dignity

Penelitian ini melindungi privasi dan martabat responden. Selama penelitian,

kerahasiaan responden dijaga, dengan cara menutup tirai di sekeliling tempat

tidur klien selama tindakan untuk responden yang dirawat di ruang perawatan

kelas 3 dan kelas 2. Untuk responden yang dirawat di kelas VIP atau kelas 1,

pengunjung dianjurkan untuk menjenguk pada saat jam kunjungan atau tidak

menerima kunjungan selama dilakukan tindakan.

3. Right to anonymity and confidentiality

Data penelitian diberi kode, dan identitas responden tidak dicantumkan dalam

laporan hasil intervensi. Data asli responden hanya diketahui oleh peneliti dan

responden yang bersangkutan. Selama pengolahan data, analisis, dan

publikasi dari hasil penelitian, tidak dicantumkan identitas responden.

4. Right to fair treatment

Kelompok intervensi mendapatkan perlakuan tepid sponge, sedangkan

kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan tersebut. Setelah selesai

intervensi, kelompok kontrol mendapat pendidikan kesehatan tentang tepid

sponge, dan jika diperlukan memperoleh tindakan tersebut.

5. Right to protection from discomfort and harm

Penelitian ini tetap mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan

responden. Kenyamanan dan keamanan responden dari resiko terkena injuri,

baik fisik, psikososial dan spiritual dijaga dengan cara membuat lingkungan

pemeriksaan atau perawatan yang tidak menyebabkan trauma pada anak.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


33

F. Alat Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi termometer digital, alat

tulis, jam tangan, perlengkapan mandi tepid sponge, daftar tilik pelaksanaan

tepid sponge dan skala kenyamanan comfort daisies. Daftar tilik disusun

untuk mengamati adanya perubahan suhu tubuh dan tingkat kenyaman klien

anak. Data yang meliputi karakteristik responden tercantum dalam daftar

tilik. Karakteristik responden meliputi: umur anak, obat antipiretik, dosis, jam

pemberian, dan diagnosa penyakit. Daftar tilik pelaksanaan tepid sponge

disusun untuk menyamakan tindakan yang diberikan kepada partisipan.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas dilakukan untuk menjamin tes yang dilakukan mengukur apa

yang akan diukur (Portney & Watkins, 2000). Uji validitas instrumen

dilakukan dengan cara mengukur suhu dengan menggunakan termometer

digital. Termometer tersebut sudah dikalibrasi dengan tingkat keakuratan

99% (tercantum dalam brosurnya).

Instrumen untuk mengukur skala kenyamanan merupakan adaptasi dari

comfort daisies Kolcaba (2000). Instrumen tersebut bergambar bunga

daisi yang terdiri dari 4 ekspresi. Ekspresi bunga tersebut menunjukkan

tingkat kenyamanan, yaitu ekspresi menangis (1) menunjukkan sangat

tidak nyaman, wajah sedih (2) menunjukkan tidak nyaman, ekspresi

senyum (3) menunjukkan nyaman, dan ekspresi tertawa (4) menunjukkan

kondisi sangat nyaman.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


34

Uji validitas instrumen skala nyaman dilakukan dengan cara menilai ciri

atau keadaan subyek yang diukur, sesuai dengan teori atau hipotesis yang

melatarbelakanginya. Skala comfort daisies dipilih karena dapat dipahami

oleh usia anak pra sekolah dan sekolah, sesuai tahap tumbuh kembang

anak.

Daftar tilik tepid sponge diadaptasi dari tahap-tahap pelaksanaan tepid

sponge yang direkomendasikan oleh Rosdahl dan Kowalski (2008).

Daftar tilik ini disusun dalam bentuk kolom-kolom yang meliputi kolom

tindakan, kolom jawaban ya dan tidak. Daftar tilik disusun untuk

persamaan persepsi antara peneliti dan asisten peneliti.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu 9 kolektor data,

sehingga sebelum pengumpulan data diperlukan persamaan persepsi

antara peneliti dan kolektor data. Persamaan persepsi dilakukan dengan

cara penjelasan prosedur pengambilan data selama satu jam. Pelaksanaan

persamaan persepsi dilakukan satu hari sebelum peneliti melakukan

pengambilan sampel penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan reliabilitas alat ukur

adalah:

1) Membuat standar pengukuran suhu tubuh dan tingkat kenyamanan.

2) Memperhatikan prinsip automatisasi dengan memilih termometer

yang sudah dikalibrasi.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


35

3) Melakukan penyempurnaan instrumen yang berupa lembar angket

untuk mendokumentasikan hasil pengukuran.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Prosedur Administrsi

Penelitian dilakukan setelah dinyatakan lulus uji etik oleh Komite Etik

Penelitian Keperawatan/ Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia pada bulan Juli 2009, dan memenuhi prosedur administrasi yang

berlaku di unit pelayanan kesehatan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

Ijin penelitian ditujukan kepada direktur Rumah Sakit Muhammadiyah

Bandung.

2. Prosedur Teknis

Prosedur teknis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

a. Peneliti bekerjasama dengan kepala ruangan atau perawat di ruang rawat

anak untuk membantu pelaksanaan penelitian. Adapun perawat yang

membantu penelitian memiliki kriteria pendidikan minimal D3

Keperawatan.

b. Peneliti dan perawat (asisten peneliti) melakukan apersepsi selama 2 jam

guna menyamakan persepsi tentang prosedur penelitian, tugas dan

tanggung jawab kolektor data serta data-data yang akan digali dari

responden.

c. Peneliti melakukan pengontrolan responden sesuai kriteria inklusi untuk

meminimalkan dan mengontrol variabel konfonding yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


36

d. Peneliti menentukan responden dari anak yang menderita demam dan

orang tuanya di kelas VIP, 1, 2 dan 3 ruang rawat anak RSMB.

Pelaksanaan penelitian dilakukan bersamaan antara kelompok kontrol dan

kelompok intervensi.

e. Peneliti dan perawat asisten peneliti memperkenalkan diri kepada calon

responden, menjelaskan tujuan penelitian dan prosedur penelitian, dan

meminta kesediaan calon responden untuk berpartisipasi sebagai

responden dalam penelitian.

f. Peneliti dan responden dari kedua kelompok membuat kontrak untuk

pelaksanaan pre-test, intervensi dan post-test.

g. Orang tua dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol mendapatkan

penjelasan tentang perawatan anak demam dan tepid sponge.

h. Post-test untuk kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan

pada menit ke 60 setelah pemberian antipiretik.

i. Langkah-langkah pemberian tepid sponge (Rosdahl & Kowalski, 2008)

meliputi:

Tahap persiapan

1) Jelaskan prosedur kepada keluarga cara tepid sponge.

2) Persiapan alat meliputi ember tempat air hangat (30o – 35oC), lap

mandi atau handuk kecil sebanyak 6 buah, handuk mandi 1 buah,

selimut mandi 1 buah, perlak besar 1 buah, thermometer digital, dan

selimut tidur 1 buah.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


37

Pelaksanaan

1) Memberi kesempatan kepada orang tua klien untuk membantu

anaknya menggunakan urinal atau pispot sebelum tepid sponge.

2) Mengukur suhu tubuh klien dan mencatat dalam lembar angket.

Mencatat nama obat antipiretik yang telah diminum klien untuk

menurunkan suhu tubuh sebelum dilakukan tepid sponge.

3) Menutup tirai, meletakkan perlak dibawah tubuh klien, dan membuka

pakaian klien.

4) Membasahi lap mandi kecil dengan air hangat di aksila dan pangkal

paha. Lap atau handuk untuk kompres jangat terlalu basah. Peras

handuk kompres sampai tidak ada air yang menetes, tetapi cukup

lembab. Melap dengan handuk kecil bagian ekstremitas selama 5

menit, kemudian punggung dan badan selama 10-15 menit.

5) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil. Atau segera

setelah suhu tubuh klien mendekati normal (37,5o C per aksila).

Selimuti klien dengan selimut tidur. Pakaikan klien baju yang tipis

dan mudah menyerap keringat.

6) Catat suhu tubuh dan tingkat rasa nyaman klien sebelum, selama dan

setelah prosedur.

k. Data dari kedua kelompok, baik pre-test maupun pos-test selanjutnya

akan diolah dan dianalisis sesuai tujuan penelitian.

l. Pengukuran rasa nyaman dilakukan dengan cara :

1) Menanyakan perasaan yang sedang dialami anak setelah dilakukan

intervensi berdasarkan skala gambar tingkat kenyamanan, atau

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


38

2) Menilai ekspresi anak dan hasilnya disesuaikan dengan gambar

bunga.

H. Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data, dilakukan pengolahan data melalui empat

langkah (Hastono, 2007):

1. Editing

Editing merupakan kegiatan menyunting kuesioner atau formulir. Hal-

hal yang harus diperhatikan saat menyunting adalah kelengkapan isi

jawaban kuesioner, kejelasan jawaban, relevansi jawaban dengan

pertanyaan, dan keajegan dalam jawaban.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode atau merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan pengkodean

adalah untuk mempermudah analisis data dan mempercepat pemasukan

data.

3. Processing

Tahap ini merupakan kegiatan pemrosesan data melalui kegiatan

memasukkan data ke dalam program analisis data di komputer.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan penyuntingan kembali data yang sudah

dimasukkan ke dalam program komputer. Hal ini untuk mengidentifikasi

data yang salah saat pemasukkan data pertama kali. Cara untuk cleaning

adalah dengan mengidentifikasi data yang hilang, variasi data, dan

konsisten data.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


39

Analisis data merupakan langkah selanjutnya setelah pengumpulan data.

Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa analisis data memungkinkan data yang

ada memiliki arti yang dapat berguna memberi solusi untuk menyelesaikan

masalah penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara

univariat dan bivariat. Analisis univariat (Hastono, 2007) dilakukan untuk

mengetahui distribusi frekuensi, persentase dan proporsi. Semua data dianalisis

dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0.05).

Tabel 4.1. Analisis bivariat variabel penelitian (Dahlan, 2008):

Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik

Suhu tubuh kelompok Suhu tubuh kelompok Uji t berpasangan


perlakuan sebelum minum perlakuan setelah minum
antipiretik dan tepid sponge. antipiretik dan tepid sponge.

Suhu tubuh kelompok Suhu tubuh kelompok Uji t berpasangan


kontrol sebelum minum kontrol setelah minum
antipiretik. antipiretik.

Tingkat kenyamanan Tingkat kenyamanan Uji t berpasangan


kelompok perlakuan kelompok perlakuan setelah
sebelum minum antipiretik minum antipiretik dan tepid
dan tepid sponge. sponge.

Tingkat kenyamanan Tingkat kenyamanan Uji t berpasangan


kelompok kontrol sebelum kelompok kontrol setelah
minum antipiretik. minum antipiretik.

Suhu tubuh kelompok Suhu tubuh kelompok Uji t tidak


perlakuan setelah minum kontrol setelah minum berpasangan
antipiretik dan tepid sponge. antipiretik.

Tingkat kenyamanan Tingkat kenyamanan Uji kai kuadrat (Chi-


kelompok perlakuan setelah kelompok kontrol setelah Square)
minum antipiretik dan tepid minum antipiretik.
sponge.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


40

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab V ini memaparkan hasil penelitian tentang pengaruh tepid sponge terhadap

penurunan suhu tubuh dan kenyamanan anak usia pra sekolah dan sekolah di Rumah

Sakit Muhammadiyah Bandung. Penelitian dilakukan terhadap 50 responden anak

yang dirawat di ruang perawatan anak RS Muhammadiyah. Kelompok responden

dibagi dua menjadi 25 anak menjadi kelompok intervensi dan 25 anak merupakan

kelompok kontrol. Data yang diperoleh, dianalisa dengan analisa univariat dan

bivariat.

A. Analisis Univariat

Tujuan analisis univariat ini adalah untuk menggambarkan umur anak,

dukungan orang tua dalam merawat anak (social support), dan status ekonomi

terkait dengan ruang perawatan pada anak penderita demam yang dirawat di RS

Muhammadiyah Bandung selama Juli 2009. Rincian persentase dan frekuensi

dapat dilihat di tabel 5.1.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


41

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Dukungan Sosial ,dan Status
Ekonomi (Ruang Perawatan) Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
di RS Muhammadiyah Bandung Juli 2009 (n1=n2=25)

Variabel Intervensi Kontrol Total


(n=25) (n=25) (n=50)
f % f % F %
Umur
Usia pra sekolah 9 36 9 36 18 36
Usia sekolah 16 64 16 64 32 64
Support social
Perawatan oleh orang tua 20 80 23 92 43 86
Perawatan oleh orang lain 5 20 2 8 7 14
Status ekonomi (ruang
perawatan)
Kelas 1 dan VIP 5 20 12 48 17 34
Kelas 2 6 24 6 24 12 24
Kelas 3 14 56 7 28 21 42

Dari tabel 5.1, tampak bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini, baik

pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol, termasuk dalam

kelompok usia sekolah, yaitu sama-sama 64%, sebagian besar didampingi oleh

orang tua, yaitu 80% pada kelompok intervensi dan 92% pada kelompok

control. Namun berdasarkan status ekonomi, pada kelompok intervensi,

sebagian besar dirawat di ruang kelas 3, sedangkan pada kelompok control di

kelas 1 dan VIP (48%). Perbedaan ruang rawat ini akan mempengaruhi proses

penurunan suhu tubuh dan peningkatan rasa nyaman.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat menjelaskan ada atau tidak hubungan masing-masing variabel

terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan anak dengan demam. Selain

itu, analisis bivariat memaparkan ada tidaknya perbedaan nilai sebelum dan

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


42

sesudah mendapatkan intervensi tepid sponge dan antipiretik. Analisis bivariat

juga menguraikan perbedaan penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Analisi bivariat dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan untuk

mengetahui perbedaan penurunan suhu dan kenyamanan sebelum dan sesudah

intervensi. Uji t tidak berpasangan digunakan untuk menganalisis perbedaan

penurunan suhu tubuh dan kenyamanan antara kelompok intervensi dengan

kelompok kontrol.

1. Perubahan rerata penurunan suhu tubuh

Grafik 5.1
Rerata Penurunan Suhu Tubuh Sebelum dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol di RS Muhammadiyah Bandung Juli 2009 (n1=n2=25)

Penurunan 39.8
suhu (oC) 39.6
39.4
39.2
Kelompok
39
Intervensi
38.8
38.6 Kelompok
38.4 Kontrol
38.2
38
37.8
Pre P1 P2

Pengukuran suhu sebelum dan sesudah intervensi

Grafik 5.1 menunjukkan bahwa pada menit ke 30 (pengukuran pertama) setelah

minum antipiretik, rata-rata penurunan suhu tubuh pada anak penderita demam

yang mendapat antipiretik ditambah tepid sponge adalah sebesar 0,53oC (SD

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


43

0,39). Pada menit ke 60 setelah pengukuran pertama, kelompok intervensi

mengalami penurunan suhu tubuh rerata 0,97oC (SD 0,42).

Tiga puluh menit setelah minum antipiretik, kelompok kontrol mengalami rata-

rata penurunan suhu tubuh sebesar 0,36oC (SD 0,31). Rata-rata penurunan suhu

tubuh pada kelompok kontrol setelah 60 menit minum antipiretik adalah sebesar

0,83oC (0,54).

2. Rerata Peningkatan Rasa Nyaman Sebelum dan Sesudah Intervensi

Grafik 5.2
Rerata-rata Peningkatan Rasa Nyaman Sebelum dan Sesudah Intervensi Pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol di RS Muhammadiyah Bandung Juli 2009
(n1=n2=25)

Tingkat 3
Rasa
Nyaman 2.5

2 Kelompok
Intervensi
1.5
Kelompok
1 Kontrol

0.5

0
P1 P2

Pengukuran (P) Rasa Nyaman

Berdasarkan grafik 5.2, dari rentang tingkat kenyamanan 1-4, rerata tingkat

kenyamanan pada kelompok intervensi sebelum diberikan intervensi berada

pada nilai 1,84 (tidak nyaman), dengan standar deviasi 0,55. Rata-rata tingkat

kenyamanan pada kelompok intervensi setelah diberikan intervensi berada pada

nilai 2,84 (nyaman) dengan standar deviasi 0,55. Analisis hasil uji statistik

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


44

menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kenyamanan antara

sebelum dan setelah intervensi dengan nilai p sama dengan 0,000.

Rata-rata tingkat kenyamanan pada kelompok kontrol sebelum diberikan

antipiretik berada pada nilai 1,8 (tidak nyaman) dengan standar deviasi 0,71.

Rata-rata tingkat kenyamanan pada kelompok kontrol setelah diberikan

antipiretik berada pada nilai 2,6 (nyaman) dengan standar deviasi 0,76. Analisis

hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada tingkat

kenyamanan antara sebelum dan setelah pemberian antipiretik dengan nilai p

sama dengan 0,000.

3. Rerata Perbedaan Penurunan Suhu tubuh setelah intervensi

Tabel 5.2.

Perbedaan Rerata Penurunan Suhu Kelompok Intervensi dan Kontrol di RS


Muhammadiyah Bandung Juli 2009 (n1=n2=25)

Variabel N Mean SD p Value


Perbedaan penurunan suhu sebelum dan sesudah
periode dilakukan tepid sponge
- Kelompok intervensi 25 0,97 0,42 0,29
- Kelompok kontrol 25 0,83 0,54

Diketahui rata-rata perbedaan penurunan suhu tubuh antara sebelum dan

sesudah periode tepid sponge pada kelompok intervensi adalah sebesar 0,97o C

dengan standar deviasi 0,42o C. Pada kelompok kontrol, rata-rata perbedaan

penurunan suhu tubuh antara sebelum dan setelah diberi antipiretik adalah 0,83o

C dengan standar deviasi 0,54o C. Analisis hasil uji t tidak berpasangan

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


45

menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata penurunan suhu tubuh yang

signifikan dengan nilai p = 0,29.

4. Perbedaan Tingkat Kenyamanan

Grafik 5.3
Perbedaan Tingkat Kenyamanan Setelah Intervensi Pada Kelompok Intervensi
dan Kontrol di RS Muhammadiyah Bandung Juli 2009 (n1=n2=25)

Score 2.9
2.85
2.8
2.75 Kelompok
2.7 Intervensi
2.65 Kelompok
2.6 Kontrol
2.55
2.5
2.45
Post

Rasa Nyaman

Rata-rata tingkat kenyamanan kelompok intervensi setelah intervensi adalah

2,84 dengan standar deviasi 0,55. Rata-rata tingkat kenyamanan kelompok

kontrol setelah diberi antipiretik adalah 2,6 dengan standar deviasi 0,76. Hasil

uji statistik dengan uji t beda dua mean, menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan dalam tingkat rasa nyaman setelah intervensi antara

kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p=0,21).

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


46 
 

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab pembahasan menguraikan interpretasi dan diskusi hasil yang telah dijelaskan

dalam bab VI, dengan berlandaskan literatur-literatur yang terkait dan penelitian

yang telah ada sebelumnya. Pada bab ini juga, akan memaparkan keterbatasan

penelitian selama pelaksanaan penelitian dan implikasi hasil penelitian yang dapat

digunakan dalam pelayanan keperawatan, keilmuan keperawatan dan pendidikan

profesi keperawaan.

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi

Interpretasi hasil penelitian dijelaskan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu

mengetahui pengaruh tepid sponge plus antipiretik terhadap penurunan suhu

tubuh dan tingkat kenyamanan pada anak dengan demam di RS Muhammadiyah

Bandung.

1. Karakteristik responden

Responden didalam penelitian ini berjumlah 50 anak. Responden adalah anak

usia pra sekolah dan sekolah penderita demam yang dirawat di RS

Muhammadiyah Bandung selama Bulan Juli 2009.

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


47 
 

a. Umur

Responden penelitian ini berumur antara 3 – 9 tahun dengan rata-rata umur

anak 6 tahun. Selanjutnya pada keyakinan 95% estimasi umur anak berada

pada rentang 5,1 – 6,8 tahun. Analisis lebih lanjut dapat diketahui bahwa

nilai Kolmogorov Sminov 0,18 dengan bentuk kurva normal dan rasio

perbandingan nilai skewnes dengan standar error adalah -0,29 sehingga

distribusi umur anak pada penelitian ini adalah normal.

Usia penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilaksanakan oleh

Thomas, et al. (2008). Dalam penelitian tersebut dilibatkan responden dari

usia 6 bulan sampai 12 tahun.

Responden penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aksoylar, et al. (1997) dilakukan pada anak yang berumur lebih muda yaitu

antara 6 bulan sampai 5 tahun. Penelitian-penelitian lain (Sharber, 1997;

Mahar, et al., 1994; Corrard, 2002) umumnya melakukan penelitian pada

anak yang berumur antara 6 bulan sampai 5 tahun.

Pada penelitian-penelitian diatas mempunyai asumsi bahwa umur

dimungkinkan dapat mempengaruhi penurunan suhu dan tingkat

kenyamanan. Tujuan pembatasan umur ini untuk mengurangi bias penelitian

yang disebabkan oleh karakteristik responden yang tidak sama.

b. Dukungan sosial

Dukungan sosial didapatkan dari orang tua. Sebagian besar responden (86%)

yang mengalami demam dan dirawat di RS Muhammadiyah Bandung

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


48 
 

mendapat dukungan sosial dari orang tuanya. Hal ini sesuai dengan filosofi

perawatan anak yang berpusat pada keluarga.

Hasil data yang didapatkan peneliti adalah 86% anak dirawat dan ditunggui

ibunya selama dirawat di rumah sakit. Penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Jalil, et al. (2007). Penelitian ini dilaksanakan di

Kuwait. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pendukung utama anak

saat sakit adalah ibu. Pengetahuan dan kecemasan ibu mempengaruhi

manajemen demam yang akan diterima oleh anak (Jalil, et al., 2007;

Crocetti, Moghbeli, & Serwint, 2001).

c. Status Ekonomi

Status ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas perawatan

yang dibagi dalam kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Fasilitas

pelayanan perawatan untuk kelas VIP sampai kelas 2 adalah ruang

perawatan memiliki alat pendingin, sedangkan kelas 3 tidak memiliki alat

pendingin.

Lingkungan eksternal yang nyaman dapat meningkatkan rasa nyaman dan

mempercepat penurunan suhu tubuh pada anak. Lingkungan kamar yang

lebih dingin mempercepat perpindahan panas dari tubuh ke luar tubuh.

Proses perpindahan panas yang terjadi berupa konduksi, konveksi dan

evaporasi (Guyton & Hall, 1997).

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


49 
 

d. Antipiretik

Obat antipiretik dalam penelitian ini adalah parasetamol dan ibuprofen.

Parasetamol merupakan antipiretik yang sering direkomendasikan untuk

menurunkan demam (Thompson, H.J., Kirkness, C.J., & Mitchell, P.H.,

2007; Meremikwu, M. & Oyo-Ita, A., 2009). Kedua obat ini termasuk dalam

obat antipiretik nonsteroid. Anak demam yang kemudian mendapat

antipiretik, mengalami penurunan suhu rata-rata sebesar 0,36oC pada 30

menit setelah pemberian antipiretik. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Thomas, et al. (2008).

Antipiretik bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di

hipotalamus anterior yang meningkat sebagai respon adanya pirogen

endogen. Hipotalamus merupakan termoregulator yang bertugas sebagai

pusat pengaturan suhu. Jika produksi prostaglandin menurun maka akan

merangsang penurunan suhu tubuh (Plaisance, 2000).

e. Tepid Sponge

Tepid sponge merupakan salah satu cara metoda fisik untuk menurunkan

demam yang bersifat non farmakoterapi (Wang, D., Bukutu, C., Thompson,

A., & Vohra, S., 2009). Tehnik ini dilakukan dengan melakukan kompres air

hangat di seluruh badan anak. Suhu air untuk kompres antara 30o-35oC.

Panas dari air kompres tersebut merangsang vasodilatasi sehingga

mempercepat proses evaporasi dan konduksi, yang pada akhirnya dapat

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


50 
 

menurunkan suhu tubuh. Cara ini sesuai dengan penelitian yang

dilaksanakan oleh Alves, Almeida, dan Almeida (2008).

Penelitian pemberian antipiretik yang disertai tepid sponge (Alves, Almeida,

& Almeida, 2008) menunjukkan bahwa adanya penurunan suhu yang lebih

cepat pada 15 sampai 30 menit pertama dibandingkan jika diberikan

antipiretik saja.

2. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan tepid sponge disertai

pemberian antipiretik

a. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan tepid sponge

disertai pemberian antipiretik pada kelompok intervensi

Terdapat perbedaan suhu sebelum dan setelah intervensi (tepid sponge

disertai pemberian antipiretik) pada pengukuran pertama (10 menit setelah

selesai tepid sponge disertai pemberian antipiretik) dan pengukuran kedua

(30 menit setelah pengukuran pertama) dengan p value 0,000. Terdapat

perbedaan suhu setelah 10 menit selesai dilakukan tepid sponge dan 30 menit

setelah pengukuran pertama , dengan p value 0,000.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Alves, Almeida, dan Almeida (2008)

yang menemukan bahwa pada 15 menit pertama suhu tubuh akan turun.

Mahar, et al. (1994) melakukan penelitian tentang tepid sponge di Bangkok

dengan jumlah partisipan sebanyak 75 anak, usia 6 bulan – 5 tahun. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa 60 menit setelah dilakukan tepid

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


51 
 

sponge plus parasetamol, terjadi penurunan suhu yang lebih cepat pada

kelompok intervensi sebesar 0,5oC (38oC) dibandingkan dengan kelompok

kontrol yang hanya memperoleh parasetamol (38,5oC).

Penelitian lain (Aksoylar, et al., 1997; Agbolosu, et al., 1997; Sharber, 1997;

Bernath, Anderson, & Silagy, 2002; Thomas, et al., 2008; Carlton, kuipers-

Chan, Coghlan, et al., 2001; Purssell, 2000; Axelrod, 2000) menunjukkan

bahwa tindakan tepid sponge plus antipiretik lebih efektif menurunkan suhu

tubuh dibandingkan pemberian antipiretik saja.

Tepid sponge merangsang vasodilatasi, sehingga mempercepat proses

evaporasi dan konduksi, dan antipiretik menghambat produksi prostaglandin,

sehingga dapat menurunkan suhu tubuh (Alves, Almeida, dan Almeida

(2008).

b. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah diberikan antipiretik pada

kelompok kontrol

Terdapat perbedaan suhu sebelum dan setelah pemberian antipiretik pada

pengukuran pertama (30 menit setelah pemberian antipiretik) dan

pengukuran kedua (60 menit setelah pemberian antipiretik) dengan pvalue

0,000. Terdapat perbedaan suhu setelah 30 menit setelah pemberian

antipiretik dan pengukuran kedua (60 menit setelah pemberian antipiretik)

dengan pvalue 0,000.

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


52 
 

Temuan tersebut di atas didukung tinjauan sistematis oleh Carlton, Kuiper-

Chan, dan Coghlan, et al. (2001) yang menjelaskan bahwa terdapat tiga

penelitian melaporkan adanya perbedaan secara statistik, rata-rata penurunan

suhu tubuh pada satu jam pertama setelah pemberian parasetamol yaitu

berkisar dari 0,8o-1,1oC.

Antipiretik berfungsi menghambat produksi prostaglandin, menyebabkan

anak berkeringat dan vasodilatasi (Totapally, 2005). Antipiretik yang sering

digunakan sebagai penurun panas adalah parasetamol (Thomas, et al. 2008),

acetaminophen (Plaisance & Mackowiak, 2000; Tréluyer, et al. 2001),

ibuprofen, naproxen, dipyron (Alves, de Almeida, & de Almeida, 2008) dan

indomethacin. Ibuprofen merupakan antipiretik yang paling efektif

menurunkan demam untuk anak usia 6 bulan lebih (Totapally, 2005). Fakta

di lapangan, dari 50 anak, didapatkan 48 anak diberi parasetamol dan 2 anak

mendapat ibuprofen.

3. Perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah tepid sponge

a. Perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah tepid sponge disertai

pemberian antipiretik pada kelompok intervensi

Terdapat perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah tepid sponge

disertai pemberian antipiretik dengan p value 0,000. Rata-rata nilai

kenyamanan pada kelompok intervensi sebelum perlakuan sebesar 1,84

(tidak nyaman berdasarkan skala daisies) dengan standar deviasi 0,55. Rata-

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


53 
 

rata nilai kenyamanan kelompok intervensi setelah mendapat perlakuan

adalah 2,84 (nyaman) dengan standar deviasi 0,55. Terdapat peningkatan

satu tingkat rasa nyaman dari sebelum ke setelah tindakan. Peningkatan rasa

nyaman pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh suhu air yang hangat

(30o-35oC) dan suhu kamar yang cukup hangat (26o-28oC).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian lain yang menjelaskan bahwa

selama tepid sponge, terjadi penurunan suhu tubuh yang menginduksi

vasokonstriksi periferal, merangsang respon menggigil, terjadi peningkatan

produksi panas metabolik dan menyebabkan rasa tidak nyaman secara umum

pada anak (Corrard, 2002; Carlton, et al., 2001). Penelitian lain

(Meremikwu & Oyo-Ita, 2003; Corrard, 2002; Aksoylar, Aksit, & Caglayan,

1997; Mahar, Allen, & Milligan, 1994; Sharber, 1997) menjelaskan bahwa

anak mengalami rasa tidak nyaman selama tepid sponge. Pada anak-anak

usia muda yang mendapat tindakan tepid sponge, selama tepid sponge anak-

anak cenderung menangis, dan rewel.

b. Perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah pemberian

antipiretik pada kelompok kontrol

Terdapat perbedaan tingkat kenyamanan sebelum dan setelah pemberian

antipiretik dengan p value 0,000. Nilai rata-rata tingkat kenyamanan sebelum

pemberian antipiretik pada kelompok kontrol adalah 1,8 (tidak nyaman)

dengan standar deviasi 0,71. Nilai rata-rata tingkat kenyamanan setelah

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


54 
 

pemberian antipiretik pada kelompok kontrol sebesar 2,6 (nyaman) dengan

standar deviasi 0,76.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain (Corrard, 2002; Carlton, et

al., 2001; Meremikwu & Oyo-Ita, 2003; Aksoylar, Aksit, & Caglayan, 1997;

Mahar, Allen, & Milligan, 1994; Sharber, 1997) yang menjelaskan bahwa

anak mengalami peningkatan rasa nyaman setelah 30 menit pemberian

antipiretik.

4. Pengaruh tepid sponge disertai pemberian antipiretik terhadap penurunan

suhu tubuh dan kenyamanan anak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata selisih penurunan suhu

tubuh pada kelompok intervensi, sebelum dan setelah tepid sponge disertai

pemberian antipiretik adalah 0,97oC dengan standar deviasi 0,42oC. Rata-rata

selisih penurunan suhu tubuh pada kelompok kontrol, sebelum dan setelah

pemberian antipiretik adalah 0,83oC dengan standar deviasi 0,54oC. Tidak

terdapat perbedaan yang bermakna dalam penurunan suhu tubuh sebelum

dan setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

(p=0,29; α=0,05).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rata-rata selisih suhu dua

kelompok dalam kelompok intervensi sebesar 0,53oC dengan standar deviasi

0,39oC. Pada kelompok kontrol, rata-rata selisih suhu dua kelompok dalam

kelompok kontrol adalah 0,36oC dengan standar deviasi 0,31oC. Analisis

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


55 
 

hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan selisih rata-

rata penurunan suhu tubuh yang bermakna (p = 0,08; α=0,05).

Berdasarkan nilai rata-rata selisih suhu dalam kelompok tersebut, maka

kelompok intervensi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Mengacu ke nilai tersebut, menunjukkan bahwa

pemberian antipiretik disertai tepid sponge lebih efektif menurunkan demam

dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja. Hasil penelitian ini sesuai

dengan Corrard, 2002; Carlton, et al., 2001; Meremikwu & Oyo-Ita, 2003;

Aksoylar, Aksit, & Caglayan, 1997; Mahar, Allen, & Milligan, 1994; dan

Sharber, 1997.

Nilai rata-rata tingkat kenyamanan sebelum tepid sponge disertai pemberian

antipiretik pada kelompok intervensi adalah 1,84 (tidak nyaman) dengan

standar deviasi 0,55. Nilai rata-rata tingkat kenyamanan sebelum pemberian

antipiretik pada kelompok kontrol sebesar 1,8 (tidak nyaman) dengan standar

deviasi 0,71. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam tingkat

kenyamanan sebelum intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol (p=0,82; α=0,05).

Nilai rata-rata tingkat kenyamanan setelah tepid sponge disertai pemberian

antipiretik pada kelompok intervensi adalah 2,84 (nyaman) dengan standar

deviasi 0,35. Nilai rata-rata tingkat kenyamanan setelah pemberian

antipiretik pada kelompok kontrol sebesar 2,6 (nyaman) dengan standar

deviasi 0,76. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam tingkat

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


56 
 

kenyamanan sebelum intervensi antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol (p=0,21; α=0,05) .

Jika dilihat dari pvalue, tampak tidak adanya perbedaan yang bermakna

antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dalam penurunan suhu

tubuh dan tingkat kenyamanan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan

penelitian terdahulu (Corrard, 2002; Carlton, et al., 2001; Meremikwu &

Oyo-Ita, 2003; Aksoylar, Aksit, & Caglayan, 1997; Mahar, Allen, &

Milligan, 1994; Sharber, 1997) yang menjelaskan bahwa pemberian

antipiretik disertai tepid sponge lebih efektif menurunkan demam dan

meningkatkan rasa nyaman pada anak dibandingkan dengan kelompok anak

yang memperoleh antipiretik saja.

Hasil penelitian yang tidak bermakna ini diakibatkan adanya faktor-faktor

lain yang mempengaruhi penurunan suhu pada anak, salah satunya

lingkungan eksternal. Lingkungan yang dingin, luas, dan suhu ruangan

dibawah 28oC dapat mempercepat proses konduksi, konveksi, dan evaporasi.

Penelitian ini tidak memperhatikan dan melihat pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap penurunan suhu dan tingkat rasa nyaman, sehingga

dimungkinkan hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi.

Hasil penelitian ini, tidak jauh berbeda dengan hasil tinjauan sistematik yang

dilakukan oleh Watts dan Robertson (2003). Tinjauan sistematik tersebut

menganalisa 10 hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Hasil

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


57 
 

tinjauan penelitian tersebut menjelaskan bahwa tepid sponge memberikan

sedikit keuntungan dalam menurunkan suhu tubuh dan peningkatan rasa

nyaman jika dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja. Tepid sponge

direkomendasikan untuk kondisi klien yang mengalami demam tinggi dan

memerlukan penurunan suhu sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan

sel-sel otak. Ditemukan bukti hasil penelitian yang terbatas, yang mendukung

bahwa antipiretik dapat menurunkan angka kejadian kejang demam.

B. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang peneliti temukan selama melakukan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Peneliti turut serta dalam pengambilan data tingkat kenyamanan pada anak,

namun jumlahnya sangat terbatas yaitu pada anak usia dibawah 5 tahun saja.

Dalam pengambilan data tersebut, persepsi peneliti ikut terlibat, sehingga

meningkatkan terjadinya bias data.

2. Pada awalnya, usia sampel direncanakan antara 6 sampai 9 tahun, akan tetapi

berubah menjadi 3 sampai 9 tahun. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada

periode pengambilan data, usia klien penderita demam yang paling banyak

berkisar 3 sampai 6 tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti

memperlebar rentang usia menjadi 3 tahun sampai 9 tahun.

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


58 
 

C. Implikasi Hasil Penelitian

1. Implikasi terhadap praktek keperawatan

Penelitian ini menunjukkan suatu bukti bahwa pemberian antipiretik yang

disertai tepid sponge dapat mempercepat penurunan suhu tubuh dan

meningkatkan rasa nyaman pada anak usia sekolah dan pra sekolah.

Penelitian ini tidak menunjukkan cukup bukti bahwa tepid sponge

mengakibatkan anak menggigil dan mengalami gangguan rasa nyaman.

2. Implikasi terhadap penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian lain yang berhubungan

dengan penatalaksanaan demam dan pemenuhan rasa nyaman pada anak yang

mengalami demam. Berdasarkan keterbatasan penelitian yang ada, maka

penelitian terkait dengan menggunakan jumlah responden yang lebih besar

dengan desain Quasi Eksperiment atau True Eksperiment diperlukan. Hal ini

untuk lebih mendukung bukti yang ada. Pengontrolan terhadap variabel

perancu yang lain akan semakin menurunkan bias dan menjadikan hasil

penelitian lebih akurat.

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


59 
 

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh sebelum dan setelah

diberikan antipiretik disertai tepid sponge pada kelompok intervensi pada

menit ke 10 setelah periode tepid sponge (menit ke-30 setelah pemberian

antipiretik) dan pada menit ke 30 setelah pengukuran pertama (menit ke 60

setelah pemberian antipiretik).

2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh sebelum dan setelah

diberikan antipiretik pada kelompok kontrol pada menit ke 30 setelah

pemberian antipiretik dan pada menit ke 60 setelah pemberian antipiretik.

3. Terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat kenyamanan sebelum dan

setelah diberikan antipiretik disertai tepid sponge pada kelompok intervensi

pada menit ke 10 setelah periode tepid sponge (pada menit ke 30 setelah

pemberian antipiretik).

4. Terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat kenyamanan sebelum dan

setelah diberikan antipiretik pada kelompok kontrol pada menit ke 30 setelah

pemberian antipiretik.

5. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh pada anak

demam setelah periode tepid sponge pada kelompok intervensi dengan

kelompok kontrol. Walaupun secara statistic tidak bermakna, tetapi kelompok

intervensi mengalami penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan

kelompok kontrol.

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


60 
 

6. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat kenyamanan pada

anak demam setelah periode tepid sponge pada kelompok intervensi dengan

kelompok kontrol. Akan tetapi, kelompok intervensi mengalami peningkatan

rasa nyaman yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, walaupun

secara statistic tidak bermakna.

B. Saran

1. Pemberian antipiretik yang selama ini dilakukan sebagai tindakan rutin

menurunkan demam di RS Muhammadiyah dapat dipertahankan karena

efektif menurunkan demam dan dapat meningkatkan rasa nyaman anak.

2. Tindakan tepid sponge sebagai penyerta dalam pemberian antipiretik dapat

direkomendasikan oleh perawat atau dokter sebagai cara untuk menurunkan

suhu tubuh dan meningkatkan rasa nyaman, terutama pada anak yang

menyukai tindakan tersebut.

3. Di Indonesia, penggunaan skala nyaman Bunga Daisi dapat digunakan untuk

anak usia sekolah.

4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi mahasiswa

tentang manfaat tepid sponge, sehingga pada akhirnya dapat diaplikasikan

dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan demam.

5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan tepid sponge yang

terkait dengan perawatan atraumatic care pada anak penderita demam.

6. Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diiringi

dengan pembatasan umur dan variabel-variabel perancu lain seperti

lingkungan eksternal guna mendapatkan bukti ilmiah dengan tepat.

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


61 
 

7. Perlu penelitian lebih lanjut yang membatasi keterlibatan peneliti dalam

pengambilan data yang dapat menimbulkan atau meningkatkan potensial bias

data.

8. Perlu desiminasi hasil penelitian di lingkungan perawat rumah sakit sebagai

salah satu cara meningkatkan kompetensi perawat dalam perawatan anak

demam.

9. Perlu adanya MOU antara rumah sakit dan institusi pendidikan berupa

penempatan tenaga pengajar di ruang perawatan anak sebagai salah satu

bentuk manajemen untuk meningkatkan kualitas pelayanan terutama

perawatan anak demam.

 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

DAFTAR PUSTAKA

Aksoylar, S., Aksit, S., Cağlayan, S., Yaprak, I., Bakiler, R., & Cetin, F. (1997).
Evaluation of sponging and antipyretic medication to reduce body temperature in
febrile children. Acta Paediatric Japan., 39(2), 215-217.
Alves, J.G.B., Almeida, N.D.C.M., & Almeida, C.D.C.M. (2008). Tepid sponge plus
dipyrone versus dipyrone alone for reducing body temperature in febrile children.
Sao Paulo Medical Journal., 126(2), 107-111.
Axelrod, P. (2000). External cooling in the management of fever. Clinical Infectious
Disease, 31(5 suppl), 224-229.
Avner, J.R. (2009). Acute fever. Pediatric in Review, 30(1), 5-13.
Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: caring for children. 3rd ed. New
Jersey: Pearson Education Inc.
Corrard, F. (2002). Ways to reduce fever: new luke-warm water baths still indicated?
Arch Pediatr, 9(3), 311-315.
Carlton, G., et al. (2001). Management of the child with fever. Best Practice, 5(5), 1-6.
Crocetti, M., Moghbeli, N., Serwint, J., (2001). Fever Phobia Revisited: have parental
misconceptions about fever changed in 20 years? Pediatrics, 107 (6), 1241-1246.
Dahlan, M.S. (2005). Besar sampel untuk penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta:
Arkans.
Dahlan, M.S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Ed. 3. Jakarta: Penerbit
Salemba.
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2009,
http://www.parenting.co.id/forum/forum_detail.asp?catid=&id=1&topicid=4851,
diperoleh 21 Juli, 2009).
Jalil, H.K.A.A., Jumah, N.A., & Al-Baghli, A.A. (2007). Mother’s knowledge, feras and
self-management of fever: a cross-sectional study from the capital governorate in
Kuwait. Kuwait Medical Journal, 39(4), 349-354.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Kolcaba, K., & Dimarco, M.A., (2005,


http://findarticles.com/p/articles/mi_mOFSZ/is_3_31/ai_n17209526/?tag=content;c
ol1, diperoleh 15 Mei, 2009).
Kolcaba, K., (2000, http://www.thecomfortline.com/posies.jpg, diperoleh 19 Mei, 2009).
Laupland, K.B. (2009). Fever in the critically ill medical patient. Critical Care Medical,
37(7), 273-278.
Mahar, A.F., Allen, S.J., Milligan, P., Suthumnirund, S., Chotpitayasunondh, T., et al.
(1994). Tepid sponge to reduce temperature in febrile children in a tropical climate.
Clinical Pediatric (Philadelphia), 33(4), 227-231.
Meremikwu, M. & Oyo-Ita, A. (2009). Paracetamol versus placebo or physical methods
for treating fever in children. Nigeria: John Wiley & Sons, Ltd.
Muscari, M.E. (2001). Advanced pediatric clinical assessment: skills and procedures.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Muscari, M.E. (2005). Panduan belajar keperawatan pediatrik. Ed. 3. Jakarta: EGC.
Plaisance, K.I., & Mackowiak, P.A. (2000). Antipyretic therapy: physiologic rational,
diagnostic implication, and clinical consequences. Arch International Medical, 160,
449-456.
Portney, L.G., & Watkins, M.P. (2000). Foundations of Clinical Research Applications
to Practice. New Jersey: Prentice-Hall Health.
Purssell, E. (2000). Physical treatment of fever. Arch Dis Child, 82, 238-239.
Rosdahl, C.B., & Kowalski, M.T. (2008). Textbook of Basic Nursing. Ed.9.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health – Lippincott Williams & Wilkins.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2002). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Ed. 2.
Jakarta: CV Sagung Seto.
Sharber, J. (1997). The efficacy of tepid sponge bathing to reduce fever in young
children. American Journal Emergency Medical, 15(2), 188-192.
Thomas, S., Vijaykumar, C., Naik, R., Moses, P.D., & Antonisamy, B. (2009).
Comparative effectiveness of tepis sponge and antipyretic drug versus only
antipyretic drug in the management of fever among children: a randomized
controlled trial. Indian Pediatrics, 46(2), 133-136.
Thompson, H.J., Kirkness, C.J., & Mitchell, P.H. (2007). Intensive care unit
management of fever following traumatic brain injury. Intensive Critical Care
Nursing, 23(2), 91-96.

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


 

Tommey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorist and their work. St. Louise,
Missouri: Mosby, Inc.
Totapally, B.R. (2005). Fever, fever phobia and hyperthermia: what pediatricians need
to know. International Pediatrics, 20(2), 95-102.
Wang, D., Bukutu, C., Thompson, A., & Vohra., S. (2009). Complementary, holistic,
and integrative medicine: fever. Pediatrics in Review, 30 (2), 75-78.
Walsh, A.M. (2008). Fever Management for children. The Australian Journal of
Pharmacy, 89 (pp), 66-69.
Watts, R., Robertson, J., & Thomas, G. (2003). Nursing management of fever in
children: a systematic review. International Journal of Nursing Practice, 9(1), 1-8.
Winarno, W. (1998,
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-grey-
1998-wien-138-tumbuhan, diperoleh 27 Mei, 2009).

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


Daftar Riwayat Hidup

A. Identitas

Nama : Tia Setiawati


Tempat, tanggal lahir : Majalengka, 18 September 1970
Alamat Rumah : Kompl. Sanggar Indah Banjaran Blok LM No. 11 Rt
5/11 Nagrak – Cangkuang - Kabupaten Bandung
Alamat Institusi : Akper Aisyiyah. Jl. Banteng Dalam No. 6 Bandung.
Telp. (022) 7305269

B. Latar Belakang Pendidikan

2007-2009 : Universitas Indonesia


Mahasiswa Program Pasca Sarjana FIK
Kekhususan Keperawatan Anak
1989-1995 : Universitas Indonesia
S1 Keperawatan
1986-1989 : SMAN I Majalengka
1983-1986 : SMPN 2 Majalengka
1977-1983 : SDN Neglasari Majalengka

C. Riwayat Pekerjaan

2000-sekarang : Pengajar Akademi Keperawatan Aisyiyah Bandung


2004-2006 : Wakil Direktur Bidang Akademik Akper Aisyiyah Bandung
2003-2004 : PJ LITBANG Akper Aisyiyah Bandung
2001-2003 : Direktur Akper Aisyiyah Bandung
2000-2001 : Wakil Direktur Bidang Akademik Akper Aisyiyah Bandung
1999-2000 : Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Akper YASPEN
Jakarta
1995-2000 : Pengajar Akper YASPEN Jakarta

D. Pengalaman organisasi informal:

2005-2010 : Ka. Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup Aisyiyah Jawa


Barat
2000-2005 : PJ Litbang Pembina Kesehatan Aisyiyah Jawa Barat

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


Daftar Tilik Tahap‐Tahap Pemberian Antipiretik Dan Rasa Nyaman  
(Kelompok Kontrol) 
 
Kode     : …………………………..   Usia         : ………………………….. 
Jenis Kelamin  : …………………………..  Diagnosa   : ………………………….. 
Antipiretik  : …………………………..  Dosis         : …………………………. 
Jam pemberian : ………………………….. 
Suhu tubuh sebelum pemberian  Suhu tubuh setelah 30 menit  Suhu tubuh setelah 60 menit 
antipiretik  pemberian antipiretik  pemberian antipiretik 
     

Skala Rasa Nyaman Bunga Daisi 

Pengukuran rasa nyaman dilakukan sebelum dan 30 menit setelah pemberian antipiretik. 

Keterangan: 
1. Sangat tidak nyaman  2. Tidak nyaman  3. Nyaman  4. Sangat nyaman 
Waktu pengukuran rasa nyaman  Tingkat rasa nyaman 
   
Rasa nyaman sebelum pemberian antipiretik  Skala nomor …………….. 
   
Rasa nyaman setelah 30 menit pemberian antipiretik  Skala nomor …………….. 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


Daftar Tilik Tahap‐Tahap Pemberian Antipiretik Dan Rasa Nyaman  
(Kelompok Perlakuan) 
Kode     : …………………………..   Usia         : ………………………….. 
Jenis Kelamin   : …………………………..  Diagnosa   : ………………………….. 
Antipiretik  : …………………………..  Dosis          : …………………………. 
Jam pemberian : ………………………….. 
Suhu tubuh sebelum pemberian  Suhu tubuh setelah 10 menit  Suhu tubuh setelah 30 menit 
antipiretik dan tepid sponge  tepid sponge (pengukuran ke‐1)  pengukuran ke‐1 (pengukuran 
ke‐2) 
     

Skala Rasa Nyaman Bunga Daisi 

Pengukuran rasa nyaman dilakukan sebelum tindakan dan 10 menit setelah tindakan. 

Keterangan: 
1. Sangat tidak nyaman  2. Tidak nyaman  3. Nyaman  4. Sangat nyaman 
Waktu pengukuran rasa nyaman  Tingkat rasa nyaman 
   
Sebelum pemberian antipiretik plus tepid sponge  Skala nomor …………….. 
   
10 menit setelah selesai  tindakan tepid sponge  Skala nomor …………….. 
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


Daftar tilik tahap-tahap pelaksanaan tepid sponge
(Rosdahl & Kowalski, 2008)

Tujuan  : Menurunkan demam tinggi 
Tahap persiapan Ya Tidak
a) Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tepid sponge
b) Persiapan alat:
• ember atau waskom tempat air
• air hangat (30o – 35oC)
• lap mandi 6 buah
• handuk mandi 1 buah
• selimut mandi 1 buah
• perlak besar 1 buah
• termometer oral dan termometer air
• selimut hipotermi atau selimut tidur 1 buah.
Tahap Pelaksanaan
Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal atau pispot sebelum tepid
sponge.
Ukur nadi dan pernafasan. Nadi ……x/menit. Pernapasan ……x/menit
Ukur suhu tubuh anak dan catat:
- Suhu sebelum tepid sponge dan pemberian antipiretik : ………oC
Buka seluruh pakaian pasien.
Letakkan lap mandi di aksila dan pangkal paha.
Lap ekstremitas selama 5 menit, punggung dan bokong selama 10-15 menit.
Lakukan melap tubuh pasien selama 20 menit. Pertahankan suhu air (30o-35oC).
Hentikan prosedur jika anak kedinginan atau menggigil. Atau segera setelah suhu
tubuh anak mendekati normal (37,5o C per oral).
Selimuti anak dengan selimut tidur.
Pakaikan anak, baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.
Catat suhu tubuh dan tingkat rasa nyaman anak anak sebelum dan setelah
prosedur.
Laporkan segera suhu tubuh anak ke supervisor jika turun terlalu bawah (dibawah
37,5oC).
 

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


FORMULIR INFORMASI PENELITIAN

Nama peneliti : Tia Setiawati


Alamat : Sanggar Indah Banjaran. Blok LM No. 11 RT 05/011.
Cangkuang. Bandung
Pekerjaan : Mahasiswa pasca sarjana Fakultas Ilmu Keperawayan
Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak.
Judul penelitian : Pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan
kenyamanan pada anak demam.

Setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap dari peneliti, saya dan anak
saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
Pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada
anak demam.
Saya mengerti bahwa dalam penelitian ini saya akan diwawancarai tentang
identitas saya, diberikan pengetahuan dan dilatih tentang cara kompres hangat (tepid
sponge) untuk anak demam. Dalam penelitian ini saya diberi kesempatan untuk
melakukan sendiri kompres hangat pada anak saya yang menderita demam.
Saya mengerti bahwa penelitian ini memberikan manfaat bagi saya dan
mengerti bahwa penelitian ini tidak membahayakan atau berisiko bagi keselamatan
saya dan anak saya. Saya mengerti bahwa data tentang diri saya yang ada dalam
penelitian ini dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan setelah penelitian selesai semua
data akan dimusnahkan. Saya menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak ada
paksaan bagi saya dan apabila saya mengundurkan diri dari partisipasi dalam
penelitian ini tidak ada konsekuensi apapun bagi saya. Demikian pernyataan saya buat
tanpa paksaan dari pihak manapun, dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Bandung, .......................2009


Peneliti Responden

(Tia Setiawati) (................................)

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009


SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah:


Nama : ...........................................................
Umur : ...........................................................
Alamat : ...........................................................

Menyatakan bahwa:
1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian Pengaruh tepid sponge
terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada anak demam.
2. Telah diberi kesempatan untuk bertanya dan mendapat jawaban terbuka dari
peneliti.
3. Memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, manfaat dan
kemungkinan dampak buruk yang terjadi akibat penelitian yang dilakukan.

Dengan pertimbangan di atas, dengan ini saya dan anak saya memutuskan tanpa
paksaan dari pihak manapun juga, bahwa saya dan anak saya bersedia / tidak
bersedia* berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya.

Bandung, .......................2009
Saksi I Yang membuat pernyataan

(..................................) (................................)
Saksi II

(...................................)

Pengaruh Tepid Sponge..., Tia Setiawati, FIK UI, 2009

Anda mungkin juga menyukai