OLEH:
Tia Setiawati
0706254600
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Ilmu Keperawatan
OLEH:
Tia Setiawati
0706254600
NIM : 0706254600
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari
ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya yang bertanggung jawab sepenuhnya
dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Tia Setiawati
ii
Tesis ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Anak
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Pembimbing I
Pembimbing II
iii
Tesis ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Anak
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Ketua
Anggota
Anggota
Anggota
Pembimbing II
Anggota
Anggota
iv
Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan Pada Anak
Usia Pra Sekolah dan Sekolah Yang Mengalami Demam Di Ruang Perawatan Anak
Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung 2009
Abstrak
Demam merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak. Demam menyebabkan
rasa tidak nyaman pada anak. Pemberian antipiretik, manajemen cairan, lingkungan
eksternal dan kompres hangat (tepid sponge) merupakan penatalaksanaan demam yang
direkomendasikan saat ini. Studi literatur tentang pemberian antipiretik disertai tepid
sponge menunjukkan bahwa tindakan ini efektif menurunkan demam dibandingkan jika
pemberian antipiretik saja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pemberian antipiretik disertai tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan
kenyamanan anak di ruang perawatan anak RS Muhammadiyah Bandung. Desain yang
digunakan adalah quasi experimental pre-post test non equivalen control group. Jumlah
sampel 50 responden dengan karakteristik umur rata-rata usia sekolah sebanyak 64%,
86% anak didampingi oleh orang tua, 58% anak dirawat di ruangan dengan alat
pendingin ruangan. Suhu air hangat berkisar 30o-35oC. Pengukuran dilakukan dengan
melihat penurunan suhu tubuh dan tingkat kenyamanan sebelum intervensi dan 60 menit
setelah intervensi. Kesimpulan didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam
penurunan suhu tubuh antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p=0.21),
serta tidak ada perbedaan yang bermakna dalam tingkat rasa nyaman antara kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol (p=0.21) setelah 60 menit intervensi. Akan tetapi,
ada kecenderungan bahwa pemberian antipiretik yang disertai tepid sponge mengalami
penurunan suhu yang lebih besar dan peningkatan rasa nyaman yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja. Implikasi keperawatan yang dapat
direkomendasikan adalah pemberian antipiretik disertai tepid sponge dapat dijadikan
intervensi untuk menurunkan demam dan meningkatkan rasa nyaman pada anak
terutama pada anak usia sekolah. Implikasi penelitian diharapkan adanya penelitian lebih
lanjut tentang pelaksanaan tepid sponge dengan jumlah sampel yang besar, pembatasan
umur, dan variabel-variabel perancu lain seperti lingkungan eksternal guna mendapatkan
bukti ilmiah dengan tepat terkait dengan perawatan yang atraumatic care pada anak
yang menderita demam.
The influence of Antipyretic With Tepid Sponge to Reduce Temperature And Increase
Comfort in Children with Fever In Pediatric Room Muhammadiyah Hospital Bandung
2009
Abstract
Fever is a common problem in children. Fever cause discomfort for children and anxiety
for their parents. Administering antipyretic agents, maintenance of hydration, external
environment, applying warm swap (tepid sponge) are recommended treatments to reduce
fever recently. Literatures reported that applying tepid sponge plus antipyretic more
effective than administering antipyretic only. This study was conducted to find the effect
of tepid sponge plus antipyretic administering to reduce body temperature and children
comfort at pediatric ward RS Muhammadiyah Bandung. Quasi experimental study with
pre-post test non equivalent control groups design was selected. Samples were 50
children with characteristics: school age in average (64%) and pre-school (36%). Most
of them (84%) closely attended by their parents and 16 % others. About 42 % cared in
air conditioned room and other (58%) not. Measurement was taken by looking at body
temperature reducing and level of comfort before treatment, 10 minutes after applying
tepid sponge end (first measurement) and the second measurement was taken 30 minutes
after first one. There was significant reducing body temperature and level of comfort
before and after treatment (p=0,000, α=0,05). As conclusion, there were no significantly
different between intervention and control groups (p=0,05, α=0,05). However, tepid
sponge and antipyretic are more effective than administering antipyretic only.
Implication to nursing practice is that tepid sponge plus antipyretic can be recommended
treatment to reduce body temperature and increase level of comfort mainly for school
age children. Next research was suggested to increase sample size, strict on age,
confounding variable as external environment to get stronger evident in associated with
a traumatic care for children suffering fever.
iv
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi. Shalawat dan salam untuk
menyelesaikan penyusunan laporan hasil tesis yang berjudul “Pengaruh tepid sponge
terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada anak demam di Rumah Sakit
Rasa hormat dan terimakasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibu Yeni
Rustina, S.Kp., M.App.Sc., PhD., dan Ibu Kuntarti, S.Kp., M.BioMed., yang telah
laporan ini. Motivasi, bimbingan, dan arahan beliau masih terus penulis harapkan
keihlasan dan ketulusan serta kemanfaatan ilmu yang akan dicatat sebagai amal baik
dan akan senantiasa mendatangkan kebajikan bagi diri sendiri dan orang lain.
Penulis menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Ibu Krisna Yetty,
vi
kawan) dan para perawat di seluruh ruang perawatan anak RS Muhammadiyah yang
telah membantu. Tenaga dan waktu rekan sejawat tak ternilai harganya dalam proses
Terimakasih untuk suamiku, Mas Aries, yang selalu memotivasi penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa terima kasih untuk anak-anakku, Iqbal dan
Mutiara, kalian merupakan motivator mungil terindah yang tidak henti memberikan
Saran dan kritik dari berbagai pihak yang bertujuan untuk perbaikan laporan ini akan
penelitian ini secara nyata dan mendapatkan manfaat dari semua proses yang telah
Penulis
vi
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
DAFTAR BAGAN/SKEMA………………………………………………..... x
BAB I PENDAHULUAN
C. Hiperpireksia ................................................................................... 13
xii
OPERASIONAL
B. Analisa Bivariat............................................................................... 41
BAB VI PEMBAHASAN
xii
A. Simpulan ........................................................................................ 59
B. Saran................................ ............................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
xii
xii
xii
xii
(kelompok perlakuan)
(kelompok kontrol)
xii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam merupakan tanda klinis suatu penyakit pada anak. Gangguan kesehatan ini
sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Secara tradisional, demam diartikan sebagai
kenaikan suhu tubuh di atas normal. Orang tua banyak yang menganggap demam
berbahaya bagi kesehatan anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak
(Avner, 2009).
Di Brazil, dari seluruh kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik, terdapat sekitar 19%
sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam (Alves, Almeida, & Almeida,
2008). Penelitian yang dilakukan di Kuwait (Jalil, Jumah, & Al-Baghli, 2007)
menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia 3 bulan sampai 36 bulan mengalami
serangan demam rata-rata 6 kali per tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Winarno
24,8%. Selama satu hari observasi di ruang rawat anak Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung, terdapat 13 anak menderita demam dari 15 anak yang sedang dirawat. Sampai
saat ini, penulis belum menemukan angka kejadian demam secara nasional.
Saat ini pengobatan demam dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pemberian
antipiretik, manajemen cairan, pemakaian pakaian yang tipis, dan tepid sponge.
Pemberian kompres dingin sudah tidak diberikan lagi, karena dapat meningkatkan suhu
tubuh lebih tinggi lagi dan menyebabkan anak menggigil. Di India, suatu penelitian
menunjukkan bahwa pemberian antipiretik yang disertai tindakan tepid sponge dapat
menurunkan suhu lebih cepat dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja (Thomas,
et al., 2009). Penelitian lain yang dilakukan di Inggris (Mahar, et al. 1994) dan Amerika
Serikat (Sharber, 1997) juga menunjukkan bahwa tepid sponge sangat efektif dalam
Totapally (2005) menjelaskan bahwa tepid sponge jika dilakukan dengan benar akan
sangat efektif menurunkan demam dengan cepat. Akan tetapi, efek tepid sponge selain
terutama jika tidak dikombinasikan dengan antipiretik. Selain tidak nyaman, tepid
sponge juga meningkatkan laju metabolisme dan konsumsi oksigen. Hal ini, tidak hanya
fisik pasien yang mengalami gangguan, akan tetapi psikospiritual, sosiokultural, dan
lingkungan pasien terganggu juga. Oleh karena itu, perawat perlu mempertimbangkan
Perawat sebagai salah satu unit pemberi pelayanan kesehatan, sangat berperan dalam
pembinaan dan pendampingan pasien yang sesuai dengan kondisi pasien, serta
(Kolcaba, 2007).
yang tepat sebagai dasar kerangka berfikirnya. Teori comfort yang diperkenalkan oleh
Katarine Kolcaba merupakan pendekatan yang sesuai untuk mengatasi dan mengelola
pada pelayanan pediatrik karena pendekatannya holistik, dapat dimengerti oleh tim
kesehatan dan pasien, serta orang tua dapat diikutsertakan sebagai bagian integral
perawatan.
Sepanjang pengetahuan penulis, hingga saat ini belum dilakukan penelitian tentang
teori comfort di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Dalam penelitian ini, penulis
bermaksud melakukan pengamatan efek tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh
B. Rumusan Masalah
Saat ini, jumlah pasien anak yang harus menjalani perawatan karena menderita demam
jumlahnya cukup banyak. Salah satu cara untuk menurunkan demam adalah dengan
tepid sponge. Tepid sponge efektif dalam menurunkan demam, tetapi menimbulkan rasa
tidak nyaman pada pasien anak (Plaisance & Mackowiak, 2000; Avner, 2009; Totapally,
2005; Thomas, et al. 2007; Alves, Almeida & Almeida, 2008; Sharber, 1997; Mahar, et
al. 1994). Efek ketidaknyamanan yang timbul akibat penerapan tepid sponge sering
disinggung dalam beberapa penelitian. Akan tetapi, dalam penelitian tersebut tidak
dijelaskan secara rinci intensitas gangguan rasa nyaman yang dialami pasien dan cara
pengukurannya.
Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah
sejauh mana tepid sponge berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
intervensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikasi
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pasien anak yang
berulang.
2. Manfaat Keilmuan
3. Manfaat metodologi
tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pasien anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian demam
Demam diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh lebih dari 38oC, pengukuran di
rectal. Demam dikenal juga sebagai manifestasi penting terjadinya infeksi pada
anak-anak (Rudolpho, Hoffman, & Rudolph, 2006). Pada tahun 2005, demam
pada anak ditandai dengan suhu 37oC per aksila, atau 37,8oC per oral, atau 38oC
per timpani atau per rektal (Walsh, 2008). Peneliti lain menyebutkan bahwa
demam ditandai dengan suhu lebih atau sama dengan 38,3oC (Laupland, 2009).
(Totapally, 2005).
Suhu tubuh normal dipengaruhi oleh lingkungan, usia, jenis kelamin, aktivitas
fisik, dan suhu udara. Suhu tubuh akan lebih rendah 0,5oC dari rata-rata pada pagi
hari, dan meningkat pada sore hari. Oleh karena itu tidak ada nilai mutlak suhu
tubuh. Rentang suhu tubuh normal yaitu suhu aksila antara 34,7o – 37,3oC, suhu
oral antara 35,5o – 37,5oC, dan suhu rektal antara 36,6o – 37,9oC (Avner, 2009).
7
Ikatan Dokter Anak Indonesia menetapkan suhu tubuh normal untuk anak
Suhu tubuh dikontrol oleh hipotalamus. Ball dan Bindler (2003) menjelaskan
bahwa jika suhu tubuh lebih rendah dari normal, terjadi vasokonstriksi untuk
suhu. Kondisi ini disertai dengan peningkatan denyut jantung dan frekuensi
saat diraba. Kemudian suhu tubuh akan menurun, anak mulai berkeringat, denyut
2. Penyebab demam
Demam dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, tumor, stress atau trauma.
(Cimpella, Goldman, & Khine, 2000; dalam Ball & Blinder, 2003, hlm. 397).
8
kepala serta rasa tidak nyaman di seluruh tubuh. Demam juga menyebabkan
penurunan nafsu makan dan meningkatkan kebutuhan cairan pada anak. Hal ini
terjadi karena setiap kenaikan 1oC (di atas suhu 37oC) menyebabkan peningkatan
perubahan status neurologik pada klien anak yang menderita penyakit otak
3. Penatalaksanaan demam
merupakan antipiretik yang paling efektif menurunkan demam untuk anak usia 6
9
juga dilakukan terapi modalitas fisik yaitu sponging (tepid sponge) dan selimut
Sebagian besar anak yang menderita penyakit infeksi dan mengalami demam,
dirawat di rumah. Perawatan anak yang menderita demam (Ball & Bindler, 2003)
meliputi:
b. Mencegah penggunaan baju atau selimut tebal yang berlebihan. Berikan anak
c. Lakukan kompres air hangat (tepid sponge) untuk menurunkan suhu tubuh
dilakukan kepada anak dengan suhu tubuh lebih dari 40oC. Air hangat yang
B. Tepid sponge
Akan tetapi selama tepid sponge, terjadi penurunan suhu tubuh yang menginduksi
10
Tepid sponge sebagai salah satu cara untuk menurunkan demam masih menjadi topik
oleh Alves, Almeida, dan Almeida (2008) menjelaskan bahwa setelah 15 menit
dilakukan tepid sponge plus dipyrone, suhu badan per aksila pada anak usia 6 bulan
bahwa setelah 2 jam pemberian dipyrone saja, demam akan turun. Akan tetapi pada
kelompok anak yang memperoleh tepid sponge plus dipyrone, anak cenderung
cengeng dan gelisah dibandingkan dengan anak yang hanya memperoleh dipyrone.
Mahar, et al. (1994) melakukan penelitian tentang tepid sponge di Bangkok dengan
jumlah partisipan sebanyak 75 anak, usia 6 bulan – 5 tahun. Hasil penelitian tersebut
terjadi penurunan suhu yang lebih cepat pada kelompok intervensi sebesar 0,5oC
(38,5oC). Pada anak-anak yang mendapat tindakan tepid sponge, selama tepid sponge
Penelitian lain (Aksoylar, et al., 1997; Agbolosu, et al., 1997; Sharber, 1997;
Bernath, Anderson, & Silagy, 2002; Thomas, et al., 2008; Geraldine, et al., 2001)
menunjukkan bahwa tindakan tepid sponge plus antipiretik lebih efektif menurunkan
11
1. Tahap persiapan
b. Persiapan alat meliputi ember atau waskom tempat air hangat (26o – 35oC),
lap mandi 6 buah, handuk mandi 1 buah, selimut mandi 1 buah, perlak besar
2. Pelaksanaan
b. Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat antipiretik yang telah diminum klien
c. Buka seluruh pakaian klien. Letakkan lap mandi di dahi, aksila, dan pangkal
paha. Lap ekstremitas selama 5 menit, punggung dan bokong selama 10-15
menit. Lakukan melap tubuh klien selama 20 menit. Pertahankan suhu air
(26o-35oC).
d. Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau segera setelah
suhu tubuh klien mendekati normal (37,5oC per oral). Selimuti klien dengan
selimut tidur. Pakaikan klien baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.
e. Catat suhu tubuh dan tingkat rasa nyaman klien sebelum dan setelah
prosedur.
12
C. Hiperpireksia (hipertermia)
Hiperpireksi adalah suhu tubuh lebih dari 41,1oC (Trautner, et al., 2006). Lebih
dari 2000 kasus anak yang dirujuk ke unit gawat darurat pediatrik. Penyebab
hiperpireksia yang paling sering adalah infeksi bakteri, virus, sindroma neuroleptik
Setiap orang mengalami gejala dan tanda hiperpireksia yang berbeda-beda. Tetapi
pada umumnya tanda gejala hiperpireksia meliputi: suhu tubuh tinggi (lebih dari
41oC, tidak adanya keringat, tanpa kulit panas kemerahan atau kulit kering
Penatalaksanaan yang utama untuk anak dengan hiperpireksia adalah segera berikan
kompres dingin (suhu air antara 26o-28o C), letakkan klien di lingkungan yang sejuk
dan kering, kipasi klien untuk meningkatkan evaporasi dan berkeringat, hidrasi
untuk mencegah dehidrasi, letakkan kantong es di aksila dan pangkal paha, dan tepid
13
secara umum adalah lebih langsing, luwes, tangkas, dan postur tubuh yang
proporsional antara tinggi badan dengan berat badan. Tinggi badan rata-rata
bertambah 6,25 sampai 7,5 cm per tahun. Berat badan bertambah 2,3 kg per
Anak usia pra-sekolah sudah dapat melompat, berlari, dan beberapa dapat
(Muscari, 2005).
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah adalah mereka sudah mampu
pra-sekolah sudah memiliki rasa cemas dan takut yang berhubungan dengan
harapan orang tua atau orang terdekatnya. Hubungan anak dengan orang lain
makin luas termasuk teman dan guru di sekolah. Rasa nyaman anak usia pra-
14
menimbulkan salah persepsi dari orang dewasa. Interpretasi yang tepat oleh
pada anak (Ball & Bindler, 2003). Penatalaksanaan keperawatan yang perlu
meliputi intervensi fisik yang aman dan nyaman. Memberi kesempatan anak
Anak-anak usia sekolah adalah mereka yang berumur 6 sampai 12 tahun. Tinggi
badan anak usia sekolah rata-rata akan bertambah sekitar 6 – 7 cm per tahun.
Berat badan anak usia sekolah akan bertambah sekitar 2,5 – 3,5 kg per tahun.
selanjutnya, saat anak memasuki usia pubertas, berat badan dan tinggi badan
anak akan bertambah dengan cepat. Anak perempuan cenderung lebih berat dari
anak laki-laki. Tubuh anak akan terus berubah sesuai dengan pertumbuhan fisik.
Tulang, otot, lemak, dan kulit mereka tumbuh dan berkembang. Perubahan ini
terjadi dengan cepat sampai dia mencapai masa pubertas. Masa pubertas adalah
masa di mana tubuh matang secara seksual. Rambut di bagian tubuh tertentu
mulai tumbuh dan mungkin muncul bau badan. Anak-anak perempuan mulai
15
mungkin dimulai pada awal usia tujuh tahun pada anak perempuan, dan sembilan
lancar) pada anak usia sekolah mulai baik. Kelancaran dan kecepatan dalam
Anak dapat menyebutkan angka dan huruf dengan mudah. Pada awal usia enam
tahun, anak dapat membaca kata-kata tunggal dan memahami apa yang ia baca.
kata-kata dengan benar. Anak usia sekolah mulai berpikir logis. Ia dapat
memahami apa yang terjadi di sekelilingnya. Mampu untuk memahami ide dan
petunjuk dan aturan yang lebih rumit, dan memecahkan masalah dengan lebih
Anak usia sekolah mengalami perkembangan akan rasa takut yang tidak dikenal.
Dia mungkin takut hantu, monster, atau tempat gelap. Dia mulai memahami
peristiwa buruk dan mungkin takut akan pencurian, kecelakaan, dan kematian.
Anak mungkin juga khawatir seandainya dia tidak sekolah. Selama usia sekolah,
16
sikap menerima penting untuk anak. Hal ini harus diberikan oleh keluarganya.
keluarga tidak sekuat seperti usia prasekolah. Saat anak usia sekolah tumbuh
besar, teman-temannya menjadi lebih penting. Dia akan merasa perlu untuk
bersaing dengan anak lain, dan memiliki sebuah grup. Dia mungkin berkumpul
dengan teman-teman sesama jenis kelamin. Dia mulai berbagi rahasia dengan
pengalaman hidup yang penuh dengan tekanan ((Ball & Bindler, 2003).
secara verbal karena kesulitan menghadapi masalah yang rumit atau hipotesis
(Muscari, 2005). Selain itu, Muscari (2005) menjelaskan bahwa anak usia
sekolah beranggapan bahwa penyakit disebabkan oleh sesuatu dari luar dirinya.
suatu keadaan yang dialami oleh individu, bersifat individual dan holistik. Selain itu,
17
comfort dapat meningkatkan perasaan sejahtera, dan klien merasa lebih kuat.
Comfort juga dapat dipahami oleh klien dari berbagai tingkat perkembangan dan
orang tua dapat menjadi bagian dari program perawatan yang utuh.
yaitu:
Selain ketiga kebutuhan rasa nyaman (comfort) tersebut di atas, Kolcaba (2003) juga
menjelaskan bahwa teori ini memiliki konteks nyaman yaitu fisik, lingkungan,
sosiokultural, dan psikospiritual. Konteks fisik berkenaan dengan sensasi tubuh dan
berkenaan dengan kesadaran internal akan diri, esteem (harga diri), seksualiti, dan
18
Tipe perawatan dalam teori Comfort (Kolcaba, 2003) meliputi tehnikal, coaching,
Variabel ini terdiri dari pengalaman masa lalu, usia, perilaku, status emosional,
sistem pendukung, prognosis, status ekonomi, dan total elemen pengalaman individu
Berdasarkan penelitian Clinch dan Dale (2007), orang tua dapat menularkan
berupa rasa cemas sebagai respon mereka melihat anak mereka demam. Dampak
kesalahan atau kurang tepatnya pemberian obat antipiretik untuk anak mereka, atau
19
penatalaksanaan anak demam secara mandiri oleh ibu dapat mempengaruhi proses
pengobatan demam dan kenyamanan pada anak. Ibu yang memiliki pengetahuan
tentang perawatan anak demam, akan melakukan tindakan yang tepat untuk
suhu dengan termometer, dan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anaknya.
berlebihan atau kurang dosisnya, menyelimuti anak dengan selimut tebal, dan
Intervensi yang dapat meningkatkan rasa nyaman anak selama prosedur yang tidak
1. Persiapkan anak dan orang tua, hindari kata sakit atau nyeri atau kata-kata yang
2. Undang atau hadirkan orang tua saat prosedur (sosial dan psikospiritual comfort).
environmental comfort).
4. Posisikan anak dalam kondisi atau posisi yang nyaman saat prosedur (physical
comfort).
comfort).
20
Pengukuran rasa nyaman pada anak didasarkan pada tingkat perkembangan anak,
tempat perawatan, dan tujuan pengukuran. Beberapa cara atau skala yang dapat
2. Skala kenyamanan dengan bunga daisi (Kolcaba, 1997) dapat mengukur tingkat
3. Visual analog scale yaitu anak meletakkan satu titik pada garis vertikal
berada di titik teratas, sedangkan rasa paling tidak nyaman berada di titik
terbawah.
4. Skala 1 sampai 10 (skala Kusher). Perawat meminta anak menunjuk nomor yang
21
F. Kerangka Teori
Bagan 2.1. Kerangka teori penelitian berdasarkan teori comfort (Kolcaba, 2007)
Distress : fisikal,
lingkungan, Anak
sosialkultural, demam
psikospiritual
Variabel intervening:
pengalaman, usia, perilaku, status
emosional, sistem
pendukung/support social,
prognosis, status ekonomi
22
BAB III
A. Kerangka Konsep
Penurunan
Intervensi Suhu tubuh Abnormal lebih
Comfort dari 37,5oC per
Tepid aksila
sponge
plus
Anak usia pra antipiretik
sekolah dan
Nyaman
sekolah Kenyamanan
penderitademam anak
Tidak
Usia anak, pendukung / social nyaman
support, status ekonomi (kelas
perawatan)
1. Variabel independen
panduan penelitian.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah suhu tubuh anak dan
3. Variabel confounding
Variabel confounding (perancu) dalam penelitian ini adalah usia anak, social
support yaitu kehadiran orang tua dalam merawat anak selama demam dan
B. Hipotesis
1. Hipotesis Mayor
Ada pengaruh tepid sponge plus antipiretik terhadap penurunan suhu tubuh
2. Hipotesis Minor
a. Ada perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan tepid sponge
b. Ada perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah diberikan antipiretik pada
kelompok kontrol.
intervensi.
3. Definisi Operasional
Variabel Independen
3. Tepid sponge Tindakan Observasi Daftar tilik Ya = 1 Nominal
memandikan Tidak = 0
anak dengan
cara di lap,
menggunakan
air hangat (30o
– 35oC) selama
20 menit.
Variabel confounding
4. Support Orang tua atau Observasi Angket Ya = 1 Nominal
social keluarga dan Tidak = 0
merawat sendiri checklist
anaknya.
5. Usia anak Lamanya hidup Isi format Angket Umur dalam Rasio
responden yang dan tahun
dihitung checklist
berdasarkan
tanggal lahir
sampai dengan
usia saat
dirawat
6. Status Berdasarkan Isi format Angket Kelas 3 = 1 Ordinal
ekonomi ruang dan Kelas 2 = 2
perawatan checklist Kelas 1/VIP = 3
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
diacak.
rancangan tergantung kepada efek perlakukan yang dapat diukur melalui variabel
experiment yaitu: sampel diambil secara acak, ada kelompok kontrol, dan ada
tahun) yang mengalami demam 38oC ke atas dan orang tuanya, mendapat
tindakan tepid sponge; (2) kelompok anak (3 sampai 12 tahun) yang mengalami
demam 38oC ke atas dan orang tuanya, tidak mendapat tepid sponge, dan
kontrol dilakukan untuk memperoleh data dasar suhu tubuh. Kelompok intervensi
diberikan obat antipiretik (parasetamol atau ibuprofen) dan tepid sponge. Tepid
sponge dilakukan segera setelah anak diberi minum obat antipiretik. Kegiatan
pada menit ke-60 setelah pemberian antipiretik untuk mengukur penurunan suhu
Q1 Q2
Subyek
Penelitian
Q3 Q4
Keterangan:
Q1 = Pengukuran variabel dependen kelompok perlakuan
Q2 = Pengukuran ulang variabel dependen kelompok perlakuan
Q3 = Pengukuran variabel dependen kelompok kontrol
Q4 = Pengukuran ulang variabel dependen kelompok kontrol
X1 = Perubahan suhu dan tingkat kenyamanan kelompok perlakuan
X2 = Perubahan suhu dan tingkat kenyamanan kelompok kontrol
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak yang mengalami demam dan
orang tuanya yang dirawat inap di ruang perawatan anak Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia pra sekolah dan sekolah yang
mengalami demam dan orang tuanya, yang dirawat inap di ruang perawatan
tuanya.
b. Suhu tubuh anak sama dengan atau lebih dari 38oC dengan pengukuran
suhu di aksila.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami gangguan
0,55. Bila dipilih α = 0,05, power = 0,80, maka dengan rumus di bawah ini
(Dahlan, 2006):
n1 = n2 = 2
( (Zα + Zß)S
X1-X2 ) 2
Keterangan:
• Zα = 1,96
• Zß = 1,28
Maka jumlah sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 25
dan 25 responden sebagai kelompok kontrol. Total sampel dalam penelitian ini
adalah 50 orang.
Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan cara non
C. Tempat Penelitian
sakit ini dipilih karena jumlah anak demam yang dirawat cukup tinggi setiap
tifoid. Selama Juni 2009, usia anak yang dirawat karena demam antara 3 bulan
aplikasi tepid sponge untuk menurunkan demam pada orang tua dan perawat,
D. Waktu Penelitian
proposal dilakukan pada bulan Juni 2009. Pengambilan data dilaksanakan pada
bulan Juli 2009. Penyusunan dan pelaporan hasil penelitian dilaksanakan pada
E. Etika Penelitian
1. Right to self-determination
Hak otonomi responden meliputi hak mau atau menolak ikut serta dalam
penelitian ini. Responden (anak dan orang tua) mendapat penjelaskan tentang
tidur klien selama tindakan untuk responden yang dirawat di ruang perawatan
kelas 3 dan kelas 2. Untuk responden yang dirawat di kelas VIP atau kelas 1,
pengunjung dianjurkan untuk menjenguk pada saat jam kunjungan atau tidak
Data penelitian diberi kode, dan identitas responden tidak dicantumkan dalam
laporan hasil intervensi. Data asli responden hanya diketahui oleh peneliti dan
baik fisik, psikososial dan spiritual dijaga dengan cara membuat lingkungan
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi termometer digital, alat
tulis, jam tangan, perlengkapan mandi tepid sponge, daftar tilik pelaksanaan
tepid sponge dan skala kenyamanan comfort daisies. Daftar tilik disusun
untuk mengamati adanya perubahan suhu tubuh dan tingkat kenyaman klien
tilik. Karakteristik responden meliputi: umur anak, obat antipiretik, dosis, jam
a. Uji Validitas
yang akan diukur (Portney & Watkins, 2000). Uji validitas instrumen
Uji validitas instrumen skala nyaman dilakukan dengan cara menilai ciri
atau keadaan subyek yang diukur, sesuai dengan teori atau hipotesis yang
oleh usia anak pra sekolah dan sekolah, sesuai tahap tumbuh kembang
anak.
Daftar tilik ini disusun dalam bentuk kolom-kolom yang meliputi kolom
b. Uji Reliabilitas
adalah:
1. Prosedur Administrsi
Penelitian dilakukan setelah dinyatakan lulus uji etik oleh Komite Etik
Indonesia pada bulan Juli 2009, dan memenuhi prosedur administrasi yang
Bandung.
2. Prosedur Teknis
Keperawatan.
tanggung jawab kolektor data serta data-data yang akan digali dari
responden.
kelompok intervensi.
meliputi:
Tahap persiapan
2) Persiapan alat meliputi ember tempat air hangat (30o – 35oC), lap
Pelaksanaan
pakaian klien.
4) Membasahi lap mandi kecil dengan air hangat di aksila dan pangkal
paha. Lap atau handuk untuk kompres jangat terlalu basah. Peras
handuk kompres sampai tidak ada air yang menetes, tetapi cukup
Selimuti klien dengan selimut tidur. Pakaikan klien baju yang tipis
6) Catat suhu tubuh dan tingkat rasa nyaman klien sebelum, selama dan
setelah prosedur.
bunga.
H. Analisis Data
1. Editing
2. Coding
data.
3. Processing
4. Cleaning
data yang salah saat pemasukkan data pertama kali. Cara untuk cleaning
konsisten data.
ada memiliki arti yang dapat berguna memberi solusi untuk menyelesaikan
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab V ini memaparkan hasil penelitian tentang pengaruh tepid sponge terhadap
penurunan suhu tubuh dan kenyamanan anak usia pra sekolah dan sekolah di Rumah
dibagi dua menjadi 25 anak menjadi kelompok intervensi dan 25 anak merupakan
kelompok kontrol. Data yang diperoleh, dianalisa dengan analisa univariat dan
bivariat.
A. Analisis Univariat
dukungan orang tua dalam merawat anak (social support), dan status ekonomi
terkait dengan ruang perawatan pada anak penderita demam yang dirawat di RS
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Dukungan Sosial ,dan Status
Ekonomi (Ruang Perawatan) Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
di RS Muhammadiyah Bandung Juli 2009 (n1=n2=25)
Dari tabel 5.1, tampak bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini, baik
kelompok usia sekolah, yaitu sama-sama 64%, sebagian besar didampingi oleh
orang tua, yaitu 80% pada kelompok intervensi dan 92% pada kelompok
kelas 1 dan VIP (48%). Perbedaan ruang rawat ini akan mempengaruhi proses
B. Analisis Bivariat
terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan anak dengan demam. Selain
itu, analisis bivariat memaparkan ada tidaknya perbedaan nilai sebelum dan
kelompok kontrol.
Grafik 5.1
Rerata Penurunan Suhu Tubuh Sebelum dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol di RS Muhammadiyah Bandung Juli 2009 (n1=n2=25)
Penurunan 39.8
suhu (oC) 39.6
39.4
39.2
Kelompok
39
Intervensi
38.8
38.6 Kelompok
38.4 Kontrol
38.2
38
37.8
Pre P1 P2
minum antipiretik, rata-rata penurunan suhu tubuh pada anak penderita demam
yang mendapat antipiretik ditambah tepid sponge adalah sebesar 0,53oC (SD
Tiga puluh menit setelah minum antipiretik, kelompok kontrol mengalami rata-
rata penurunan suhu tubuh sebesar 0,36oC (SD 0,31). Rata-rata penurunan suhu
tubuh pada kelompok kontrol setelah 60 menit minum antipiretik adalah sebesar
0,83oC (0,54).
Grafik 5.2
Rerata-rata Peningkatan Rasa Nyaman Sebelum dan Sesudah Intervensi Pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol di RS Muhammadiyah Bandung Juli 2009
(n1=n2=25)
Tingkat 3
Rasa
Nyaman 2.5
2 Kelompok
Intervensi
1.5
Kelompok
1 Kontrol
0.5
0
P1 P2
Berdasarkan grafik 5.2, dari rentang tingkat kenyamanan 1-4, rerata tingkat
pada nilai 1,84 (tidak nyaman), dengan standar deviasi 0,55. Rata-rata tingkat
nilai 2,84 (nyaman) dengan standar deviasi 0,55. Analisis hasil uji statistik
antipiretik berada pada nilai 1,8 (tidak nyaman) dengan standar deviasi 0,71.
antipiretik berada pada nilai 2,6 (nyaman) dengan standar deviasi 0,76. Analisis
hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada tingkat
Tabel 5.2.
sesudah periode tepid sponge pada kelompok intervensi adalah sebesar 0,97o C
penurunan suhu tubuh antara sebelum dan setelah diberi antipiretik adalah 0,83o
Grafik 5.3
Perbedaan Tingkat Kenyamanan Setelah Intervensi Pada Kelompok Intervensi
dan Kontrol di RS Muhammadiyah Bandung Juli 2009 (n1=n2=25)
Score 2.9
2.85
2.8
2.75 Kelompok
2.7 Intervensi
2.65 Kelompok
2.6 Kontrol
2.55
2.5
2.45
Post
Rasa Nyaman
kontrol setelah diberi antipiretik adalah 2,6 dengan standar deviasi 0,76. Hasil
uji statistik dengan uji t beda dua mean, menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam tingkat rasa nyaman setelah intervensi antara
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab pembahasan menguraikan interpretasi dan diskusi hasil yang telah dijelaskan
dalam bab VI, dengan berlandaskan literatur-literatur yang terkait dan penelitian
yang telah ada sebelumnya. Pada bab ini juga, akan memaparkan keterbatasan
penelitian selama pelaksanaan penelitian dan implikasi hasil penelitian yang dapat
profesi keperawaan.
Bandung.
1. Karakteristik responden
a. Umur
anak 6 tahun. Selanjutnya pada keyakinan 95% estimasi umur anak berada
pada rentang 5,1 – 6,8 tahun. Analisis lebih lanjut dapat diketahui bahwa
nilai Kolmogorov Sminov 0,18 dengan bentuk kurva normal dan rasio
Usia penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilaksanakan oleh
Aksoylar, et al. (1997) dilakukan pada anak yang berumur lebih muda yaitu
b. Dukungan sosial
Dukungan sosial didapatkan dari orang tua. Sebagian besar responden (86%)
mendapat dukungan sosial dari orang tuanya. Hal ini sesuai dengan filosofi
Hasil data yang didapatkan peneliti adalah 86% anak dirawat dan ditunggui
ibunya selama dirawat di rumah sakit. Penelitian ini sesuai dengan penelitian
manajemen demam yang akan diterima oleh anak (Jalil, et al., 2007;
c. Status Ekonomi
Status ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas perawatan
yang dibagi dalam kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Fasilitas
pendingin.
d. Antipiretik
2007; Meremikwu, M. & Oyo-Ita, A., 2009). Kedua obat ini termasuk dalam
e. Tepid Sponge
Tepid sponge merupakan salah satu cara metoda fisik untuk menurunkan
demam yang bersifat non farmakoterapi (Wang, D., Bukutu, C., Thompson,
A., & Vohra, S., 2009). Tehnik ini dilakukan dengan melakukan kompres air
hangat di seluruh badan anak. Suhu air untuk kompres antara 30o-35oC.
& Almeida, 2008) menunjukkan bahwa adanya penurunan suhu yang lebih
antipiretik saja.
2. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan tepid sponge disertai
pemberian antipiretik
perbedaan suhu setelah 10 menit selesai dilakukan tepid sponge dan 30 menit
Penelitian ini didukung oleh penelitian Alves, Almeida, dan Almeida (2008)
yang menemukan bahwa pada 15 menit pertama suhu tubuh akan turun.
sponge plus parasetamol, terjadi penurunan suhu yang lebih cepat pada
Penelitian lain (Aksoylar, et al., 1997; Agbolosu, et al., 1997; Sharber, 1997;
Bernath, Anderson, & Silagy, 2002; Thomas, et al., 2008; Carlton, kuipers-
bahwa tindakan tepid sponge plus antipiretik lebih efektif menurunkan suhu
(2008).
kelompok kontrol
Chan, dan Coghlan, et al. (2001) yang menjelaskan bahwa terdapat tiga
suhu tubuh pada satu jam pertama setelah pemberian parasetamol yaitu
menurunkan demam untuk anak usia 6 bulan lebih (Totapally, 2005). Fakta
mendapat ibuprofen.
(tidak nyaman berdasarkan skala daisies) dengan standar deviasi 0,55. Rata-
satu tingkat rasa nyaman dari sebelum ke setelah tindakan. Peningkatan rasa
nyaman pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh suhu air yang hangat
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian lain yang menjelaskan bahwa
produksi panas metabolik dan menyebabkan rasa tidak nyaman secara umum
(Meremikwu & Oyo-Ita, 2003; Corrard, 2002; Aksoylar, Aksit, & Caglayan,
1997; Mahar, Allen, & Milligan, 1994; Sharber, 1997) menjelaskan bahwa
anak mengalami rasa tidak nyaman selama tepid sponge. Pada anak-anak
usia muda yang mendapat tindakan tepid sponge, selama tepid sponge anak-
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain (Corrard, 2002; Carlton, et
al., 2001; Meremikwu & Oyo-Ita, 2003; Aksoylar, Aksit, & Caglayan, 1997;
Mahar, Allen, & Milligan, 1994; Sharber, 1997) yang menjelaskan bahwa
antipiretik.
tubuh pada kelompok intervensi, sebelum dan setelah tepid sponge disertai
selisih penurunan suhu tubuh pada kelompok kontrol, sebelum dan setelah
(p=0,29; α=0,05).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rata-rata selisih suhu dua
0,39oC. Pada kelompok kontrol, rata-rata selisih suhu dua kelompok dalam
hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan selisih rata-
dengan Corrard, 2002; Carlton, et al., 2001; Meremikwu & Oyo-Ita, 2003;
Aksoylar, Aksit, & Caglayan, 1997; Mahar, Allen, & Milligan, 1994; dan
Sharber, 1997.
antipiretik pada kelompok kontrol sebesar 1,8 (tidak nyaman) dengan standar
Jika dilihat dari pvalue, tampak tidak adanya perbedaan yang bermakna
Oyo-Ita, 2003; Aksoylar, Aksit, & Caglayan, 1997; Mahar, Allen, &
Hasil penelitian ini, tidak jauh berbeda dengan hasil tinjauan sistematik yang
menganalisa 10 hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Hasil
sel-sel otak. Ditemukan bukti hasil penelitian yang terbatas, yang mendukung
B. Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti turut serta dalam pengambilan data tingkat kenyamanan pada anak,
namun jumlahnya sangat terbatas yaitu pada anak usia dibawah 5 tahun saja.
2. Pada awalnya, usia sampel direncanakan antara 6 sampai 9 tahun, akan tetapi
periode pengambilan data, usia klien penderita demam yang paling banyak
meningkatkan rasa nyaman pada anak usia sekolah dan pra sekolah.
Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian lain yang berhubungan
dengan penatalaksanaan demam dan pemenuhan rasa nyaman pada anak yang
dengan desain Quasi Eksperiment atau True Eksperiment diperlukan. Hal ini
perancu yang lain akan semakin menurunkan bias dan menjadikan hasil
BAB VII
A. Simpulan
1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh sebelum dan setelah
2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh sebelum dan setelah
pemberian antipiretik).
pemberian antipiretik.
5. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh pada anak
kelompok kontrol.
anak demam setelah periode tepid sponge pada kelompok intervensi dengan
B. Saran
suhu tubuh dan meningkatkan rasa nyaman, terutama pada anak yang
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi mahasiswa
5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan tepid sponge yang
6. Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diiringi
data.
demam.
9. Perlu adanya MOU antara rumah sakit dan institusi pendidikan berupa
DAFTAR PUSTAKA
Aksoylar, S., Aksit, S., Cağlayan, S., Yaprak, I., Bakiler, R., & Cetin, F. (1997).
Evaluation of sponging and antipyretic medication to reduce body temperature in
febrile children. Acta Paediatric Japan., 39(2), 215-217.
Alves, J.G.B., Almeida, N.D.C.M., & Almeida, C.D.C.M. (2008). Tepid sponge plus
dipyrone versus dipyrone alone for reducing body temperature in febrile children.
Sao Paulo Medical Journal., 126(2), 107-111.
Axelrod, P. (2000). External cooling in the management of fever. Clinical Infectious
Disease, 31(5 suppl), 224-229.
Avner, J.R. (2009). Acute fever. Pediatric in Review, 30(1), 5-13.
Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: caring for children. 3rd ed. New
Jersey: Pearson Education Inc.
Corrard, F. (2002). Ways to reduce fever: new luke-warm water baths still indicated?
Arch Pediatr, 9(3), 311-315.
Carlton, G., et al. (2001). Management of the child with fever. Best Practice, 5(5), 1-6.
Crocetti, M., Moghbeli, N., Serwint, J., (2001). Fever Phobia Revisited: have parental
misconceptions about fever changed in 20 years? Pediatrics, 107 (6), 1241-1246.
Dahlan, M.S. (2005). Besar sampel untuk penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta:
Arkans.
Dahlan, M.S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Ed. 3. Jakarta: Penerbit
Salemba.
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2009,
http://www.parenting.co.id/forum/forum_detail.asp?catid=&id=1&topicid=4851,
diperoleh 21 Juli, 2009).
Jalil, H.K.A.A., Jumah, N.A., & Al-Baghli, A.A. (2007). Mother’s knowledge, feras and
self-management of fever: a cross-sectional study from the capital governorate in
Kuwait. Kuwait Medical Journal, 39(4), 349-354.
Tommey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorist and their work. St. Louise,
Missouri: Mosby, Inc.
Totapally, B.R. (2005). Fever, fever phobia and hyperthermia: what pediatricians need
to know. International Pediatrics, 20(2), 95-102.
Wang, D., Bukutu, C., Thompson, A., & Vohra., S. (2009). Complementary, holistic,
and integrative medicine: fever. Pediatrics in Review, 30 (2), 75-78.
Walsh, A.M. (2008). Fever Management for children. The Australian Journal of
Pharmacy, 89 (pp), 66-69.
Watts, R., Robertson, J., & Thomas, G. (2003). Nursing management of fever in
children: a systematic review. International Journal of Nursing Practice, 9(1), 1-8.
Winarno, W. (1998,
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-grey-
1998-wien-138-tumbuhan, diperoleh 27 Mei, 2009).
A. Identitas
C. Riwayat Pekerjaan
Skala Rasa Nyaman Bunga Daisi
Pengukuran rasa nyaman dilakukan sebelum dan 30 menit setelah pemberian antipiretik.
Keterangan:
1. Sangat tidak nyaman 2. Tidak nyaman 3. Nyaman 4. Sangat nyaman
Waktu pengukuran rasa nyaman Tingkat rasa nyaman
Rasa nyaman sebelum pemberian antipiretik Skala nomor ……………..
Rasa nyaman setelah 30 menit pemberian antipiretik Skala nomor ……………..
Skala Rasa Nyaman Bunga Daisi
Pengukuran rasa nyaman dilakukan sebelum tindakan dan 10 menit setelah tindakan.
Keterangan:
1. Sangat tidak nyaman 2. Tidak nyaman 3. Nyaman 4. Sangat nyaman
Waktu pengukuran rasa nyaman Tingkat rasa nyaman
Sebelum pemberian antipiretik plus tepid sponge Skala nomor ……………..
10 menit setelah selesai tindakan tepid sponge Skala nomor ……………..
Tujuan : Menurunkan demam tinggi
Tahap persiapan Ya Tidak
a) Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tepid sponge
b) Persiapan alat:
• ember atau waskom tempat air
• air hangat (30o – 35oC)
• lap mandi 6 buah
• handuk mandi 1 buah
• selimut mandi 1 buah
• perlak besar 1 buah
• termometer oral dan termometer air
• selimut hipotermi atau selimut tidur 1 buah.
Tahap Pelaksanaan
Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal atau pispot sebelum tepid
sponge.
Ukur nadi dan pernafasan. Nadi ……x/menit. Pernapasan ……x/menit
Ukur suhu tubuh anak dan catat:
- Suhu sebelum tepid sponge dan pemberian antipiretik : ………oC
Buka seluruh pakaian pasien.
Letakkan lap mandi di aksila dan pangkal paha.
Lap ekstremitas selama 5 menit, punggung dan bokong selama 10-15 menit.
Lakukan melap tubuh pasien selama 20 menit. Pertahankan suhu air (30o-35oC).
Hentikan prosedur jika anak kedinginan atau menggigil. Atau segera setelah suhu
tubuh anak mendekati normal (37,5o C per oral).
Selimuti anak dengan selimut tidur.
Pakaikan anak, baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.
Catat suhu tubuh dan tingkat rasa nyaman anak anak sebelum dan setelah
prosedur.
Laporkan segera suhu tubuh anak ke supervisor jika turun terlalu bawah (dibawah
37,5oC).
Setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap dari peneliti, saya dan anak
saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
Pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada
anak demam.
Saya mengerti bahwa dalam penelitian ini saya akan diwawancarai tentang
identitas saya, diberikan pengetahuan dan dilatih tentang cara kompres hangat (tepid
sponge) untuk anak demam. Dalam penelitian ini saya diberi kesempatan untuk
melakukan sendiri kompres hangat pada anak saya yang menderita demam.
Saya mengerti bahwa penelitian ini memberikan manfaat bagi saya dan
mengerti bahwa penelitian ini tidak membahayakan atau berisiko bagi keselamatan
saya dan anak saya. Saya mengerti bahwa data tentang diri saya yang ada dalam
penelitian ini dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan setelah penelitian selesai semua
data akan dimusnahkan. Saya menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak ada
paksaan bagi saya dan apabila saya mengundurkan diri dari partisipasi dalam
penelitian ini tidak ada konsekuensi apapun bagi saya. Demikian pernyataan saya buat
tanpa paksaan dari pihak manapun, dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Menyatakan bahwa:
1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian Pengaruh tepid sponge
terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada anak demam.
2. Telah diberi kesempatan untuk bertanya dan mendapat jawaban terbuka dari
peneliti.
3. Memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, manfaat dan
kemungkinan dampak buruk yang terjadi akibat penelitian yang dilakukan.
Dengan pertimbangan di atas, dengan ini saya dan anak saya memutuskan tanpa
paksaan dari pihak manapun juga, bahwa saya dan anak saya bersedia / tidak
bersedia* berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.
Bandung, .......................2009
Saksi I Yang membuat pernyataan
(..................................) (................................)
Saksi II
(...................................)