Anda di halaman 1dari 40

USULAN PENELITIAN

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK


PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH DI
TK DHARMA WANITA NGRONGGO I

Disusun Oleh:
1. Emy Masfuah NIM. 1911B0019
2. Eva Agustina Yalestyarini, S.Kep.Ns., M.Kep, NIDN. 0712088205

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
KEDIRI
TAHUN 2022
EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK PERKEMBANGAN
PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK DHARMA WANITA
NGRONGGO I

USULAN PENELITIAN
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Progam Studi S1 Keperawatan
IIK STRADA Indonesia

Disusun Oleh:
1. Emy Masfuah NIM. 1911B0019
2. Eva Agustina Yalestyarini, S.Kep.Ns., M.Kep, NIDN. 0712088205

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (F2K)
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
KEDIRI
2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK PERKEMBANGAN


PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK DHARMA WANITA
NGRONGGO I

Diajukan Oleh :
EMY MASFUAH
NIM. 1911B0019

USULAN PENELITIAN INI TELAH DISETUJUI

Pada tanggal, 10 juli 2022


Pembimbing

Eva Agustina Yalestyarini, S.Kep.Ns., M.Kep,


NIDN: 0712088205

MENGETAHUI,
Dekan Keperawatan dan Kebidanan (F2K)
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Ellina, S.Kep.Ns, M.Kep


NIDN: 0720088503

ii
HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK PERKEMBANGAN


PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK DHARMA WANITA
NGRONGGO I

Oleh :
EMY MASFUAH
NIM. 1911B0019

Usulan Penelitian ini telah diuji dan dinilai


oleh Panitia Penguji
Pada Program Studi S1 Keperawatan
Pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI
Ketua Penguji :
Nama (Penguji 1) ..........................................
Anggota Penguji :
1. Nama (Penguji 2) ..........................................

2. Eva Agustina Yalestyarini, S.Kep.Ns., M.Kep, ..........................................

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (F2K)
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Ellina, S.Kep.Ns, M.Kep


NIDN: 0720088503

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
yang telah dilimpahkan kepada peneliti sehingga usulan penelitian yang berjudul “Efektivitas
permainan tradisional untuk perkembangan personal sosial anak usia prasekolah di TK
Dharma Wanita Ngronggo I” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (F2K) Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia.
Dalam penyusunan usulan penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Sentot Imam Suprapto, MM, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan STRADA
Indonesia.
2. Dr. Agusta Dian Ellina, S.Kep.Ns, M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan (F2K) Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia.
3. Nur Yeny Hidajaturrokhmah, S.Kep.Ns., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia.
4. Eva Agustina Yalestyarini, S.Kep.Ns., M.Kep, selaku pembimbing yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu
Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia.
5. Kedua orang tua dan saudara yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam
penyusunan usulan penelitian ini agar bisa selesai dengan baik.
6. Semua dosen dan staf Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia Kediri yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusun usulan penelitian ini.
Usulan penelitian ini jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan usulan penelitian ini. Harapan peneliti
semoga usulan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terutama
bagi peneliti serta bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

Kediri, 06 Januari 2023


Peneliti

iv
DAFTAR ISI

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era modern ini, anak lebih memainkan permainan modern seperti gadget ataupun game
online. Oleh karena itu interaksi sosial anak kurang berkembang dan anak lebi senang
menyendiri dengan gadgetnya. Perkembangan anak sangat penting dan berpengaruh besar dalam
kehidupan manusia. Masa anak dibagi menjadi dua, pertama masa awal yaitu perkembangan dari
berakhirnya masa bayi usia 5 atau 6 tahun, kedua masa menengah atau akhir saat anak usia 6
hingga 11 tahun. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, anak tidak hanya tumbuh secara
fisik tetapi juga berkembang secara mental dan sosial. Pada masa ini bagi orang tua merupakan
kesempatan emas untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangannya, selain itu masa ini
juga rentan berbagai macam bahaya yang mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan
(Khoiruddin 2018).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain peran orang tua, peran guru dan teman
bermainnya sangat berpengaruh dalam proses perkembangan sosialnya. Kini anak lebih gemar
bermain sendiri menggunakan gadget masing-masing. Dengan adanya hal seperti itu, anak
menjadi kurang bersosialisasi dengan lingkungan. Anak merupakan bagian dari keluarga dan
juga masyarakat (Rini 2017). Dari hasil penelitian yang lainnya tentang perkembangan sosial
anak prasekolah didapatkan 38,18% tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain atau teman
sebayanya (Hurlock, 2018). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan kepada beberapa anak di
TK Yogyakarta pada tahun 2013, menunjukkan bahwa sejak munculnya gadget dan kurangnya
sosialisasi oleh orang tua ataupun keluarga mengenai bermain, anak menjadi susah diajak
komunikasi dan memiliki rasa tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya (Imron 2018).
Apabila hal ini berlangsung terus menerus, dikhawatirkan anak akan mengalami gangguan
sosial yang serius. Dimana anak-anak yang seharusnya mampu berinteraksi baik dengan
lingkungan sekitar akan tetapi malah acuh dengan lingkungan sekitar (Purnomo, 2019). Melalui
bermain, selain meningkatkan perkembangan sosial, gerakan motorik anak akan senantiasa
terlatih dengan baik. Peningkatan keterampilan motorik seorang anak akan berdampak positif
pada aspek perkembangan yang lain pula. Bagi anak usia prasekolah, gerakan-gerakan fisik tidak
sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat

1
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan
perkembangan kognisi (Widiawati & Sugiman 2017).
Perkembangan sosial dikembangkan oleh anak ketika bermain. Aktivitas bermain merupakan
media bersosialisasi, melalui bermain interaksi sosial anak usia dini dimulai dengan bermain
sendiri kemudian dilanjutkan bermain bersama. Oleh sebab itu, anak yang sering bermain akan
lebih mudah menerima dalam berinteraksi dengan orang lain. Permainan yang dipilih dalam
penelitian ini adalah permainan tradisional, yang memiliki manfaat melatih kecepatan,
konsenterasi, kelincahan, kecekatan, dan kerjasama. Selain itu, permainan ini juga membantu
anak untuk memotivasi dirinya dalam mendapatkan sesuatu harus berusaha dan tidak bisa
bekerja sendiri (Arifin 2015).
Ada permainan tradisional dan permainan modern, pada permainan tradisional mempunyai
ciri khas yaitu bermainnya membutuhkan tatap muka antar pemain, memerlukan banyak gerak
dan dilakukan bersama-sama. Permainan Tradisional merupakan permainan yang sederhana serta
mengandung nilai-nilai kebudayaan setempat dan melalui kegiatan permainan tradisional ini
dapat mengembangkan sikap sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar. Namun di zaman yang
modern ini kegiatan permainan tradisional hampir tidak dilakukan oleh anak-anak bahkan anak
zaman sekarang lebih mengetahui kegiatan permainan melalui elektronik canggih seperti
handphone, komputer dan alat digital lainnya, sehingga menyebabkan kurangnya sosialisasi
dengan lingkungan sekitar akibat terlalu asik bermain secara personal atau menyendiri. Oleh
sebab itu pelaksanaan kegiatan permainan tradisional dilakukan sejak dini demi terbentuknya
peserta didik yang mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Sehingga dapat diketahui tentang permainan tradisional hasilnya mampu mengembangkan
bersosial sebagai kemampuan yang harus dikuasai, motorik, kreativitas dan kerjasama.
Permainan tradisional dapat digunakan oleh guru Taman Kanak-kanak maupun orangtua upaya
dalam mengembangkan kemampuan sosial anak usia dini, dengan permainan tradisional yang
akhirnya membantu meningkatkan aspek perkembangan sosial pada seorang anak. Terdapat
berbagai macam permainan dengan bermacam-macam media bermain salah satunya permainan
tradisional. Permainan tradisional yaitu permainan yang di turunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui lisan. Permainan ini biasanya merupakan benda-benda yang ada di
sekitar anak, seperti permainan dakon, tali, logo, dan engklek.

2
Dakon merupakan bentuk alat permainan tradisional yang terbuat dari kayu atau bahan
plastik yang dilubangi sesuai ukuran yang diinginkan dan dimainkan dengan menggunakan biji
atau kerang kecil. Dakon merupakan permainan yang dapat meningkatkan perkembangan anak di
aspek bahasa, personal sosial, dan motorik. Permainan dakon dimainkan dua orang dengan cara
memindahkan biji atau kerang kecil ke lubang dakon hingga titik yang sudah ditentukan. Terjadi
komunikasi dan kejasama antar anak serta motorik anak terasah dengan memindahkan biji atau
kerang kecil dari lubang satu ke lubang yang lain Dewi, (2019).
Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan yang membuat saya tertarik melakukan
observasi di TK Dharma Wanita Ngronggo I adalah sarana dan prasarananya yang lengkap,
suasananya masih asri, sekolahnya juga bersih, memiliki halaman yang sangat luas, dan jumlah
anak-anaknya lumayan banyak namun belum bisa berkembang sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Selanjutnya ada beberapa anak-anak kurang percaya diri untuk bertanya, takut
mencoba anak tidak mau bersosialisasi dengan temannya. Munculnya masalah tersebut tentunya
tidak terlepas dari beberapa factor yang mempengaruhinya. Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dikemukakan diatas maka mendorong peneliti untuk mengangkat judul : Efektivitas
permainan tradisional untuk perkembangan personal sosial anak usia prasekolah di TK Dharma
Wanita Ngronggo I.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan peneliti,
yaitu “Bagaimana Efektivitas permainan tradisional untuk perkembangan personal sosial
anak usia prasekolah di TK Dharma Wanita Ngronggo I? “.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum dari penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan permainan
tradisional untuk personal sosial anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita Ngronggo
I.

3
2. Tujuan Khusus dari penelitian
a. Mengidentifikasi personal sosial anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita
Ngronggo I sebelum diberikan permainan tradisional.
b. Mengidentifikasi personal sosial anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita
Ngronggo I sesudah diberikan permainan tradisional.
c. Menganalisis efektivitas permainan tradisonal untuk perkembangan personan sosial
anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita Ngronggo I.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan permainan
tradisional pada anak usia pra sekolah dan memberikan masukan dalam pengembangan
personal sosial anak pra sekolah melalui media permainan tradisional.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan siswa sebagai acuan untuk perkembangan
personal sosial.
b. Bagi pihak sekolah
Hasil penelitian dimanfaatkan sebagai sumbag pemikiran dan informasi yang dapat
dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan personal sosial.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian menambah pengetahun tentang pentingnya permainan tradisional
dalam perkembangam personal sosial anak usia pra sekolah.

4
E. Keaslian Penelitian
Dari sepengetahuan penulis, belum ada penelitian yang berjudul “Efektivitas permainan
tradisonal untuk perkembangan personan sosial anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita
Ngronggo I ”.

No Author Judul Metode Hasil penelitian

1. Mawaddah Efektivitas Permainan D : Kualitatif Hasil penelitian


Boang Tradisional Terhadap S : 12 responden beberapa anak-anak
Manalu Keterampilan Sosial V : Independen : efektivitas kurang percaya diri
Anak Usia 5-6 Tahun di permainan tradisional terhadap dan mandiri contohnya
RA Zahira Kid’s Land ketrampilan sosial takut mencoba anak
Medan T.A 2017/2018 Dependen : anak usia 5-6 tahun. tidak mau
A:- bersosialisasi dengan
teman sebanyanya.
2. Hepy Pengaruh permainan D : Literatur Review naratif Hasil penelitian
November kelompok action play S : - banyaknya angka
terhadap perkembangan V : Independen : permainan keterlambatan
anak usia prasekolah. kelompok action play perkembangan anak
Dependen : perkembangan anak usia prasekolah yang
usia prasekolah. sangat tinggi.
A:-

3. Nurul Permainan tradisional, D : Kualitatif Hasil penelitian


Afrianti alternatif media S : 3 permainan tradisional
pengembangan V : Independen : permainan dapat dimanfaatkan
kompetensi sosial-emosi tradisonal sebagai media
anak usia dini. Dependen : pengembangan pembelajaran untuk
kompetensi sosial-emosi anak mengembangkan
usia dini. komptensi sosial.
A:-

5
BAB II
KONSEP TEORI
A. Permainan Tradisional
1. Definisi dari permainan tradisional
Permainan merupakan salah satu hal yang sangat disukai oleh anak. Banyak jenis
permainan yang seringkali dimainkan oleh anak-anak. Pada umumnya permainan
memiliki 2 jenis yaitu permainan modern dan permainan tradisional. Dewasa ini
permainan tradisional yang merupakan satu dari sekian banyak warisan budaya
bangsa mulai hilang dan lambat laun semakin tidak terdeteksi keberadaannya akibat
dari globalisasi yang memunculkan permainan baru yang lebih canggih. Permainan
tradisional yang merupakan salah satu kearifan lokal bangsa yang saat ini mulai
terkikis zaman mulai kembali dimunculkan dan sedang berusaha dipertahankan
keberadaannya.
Permainan tradisional adalah sebuah permainan turun temurun dari nenek moyang
yang di dalamnya mengandung berbagai unsur dan nilai yang memiliki manfaat besar
bagi yang memainkannya. Menurut James Danandjaja, permainan tradisional adalah
salah satu bentuk permainan anak- anak, yang beredar secara lisan di antara anggota
kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak
mempunyai variasi. Jika dilihat dari akar katanya permainan tradisional tidak lain
adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan
pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan
mendapat kegembiraan. (Azizah: 2016: 284) Permainan tradisional sudah tumbuh dan
berkembang sejak zaman dahulu. Setiap daerah memiliki jenis permainan tradisional
yang berbeda-beda.
Pada zaman dahulu permainan dijadikan sebagai sarana rekreasi untuk mencapai
kesenaangan. Permainan tradisional dipercaya mengandung nilai luhur yang
diciptakan oleh nenek moyang sebagai sarana pembelajaran bagi anak-anak. Kurniati
(2016: 2) menjelaskan bahwa permainan tradisional merupakan suatu aktivitas
permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu, yang sarat dengan nilai-
nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan turun temurun dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Penurunan permainan tradisional pada tempo

6
dahulu tidaklah menggunakan tulisan atau aksara yang dibukukan, melainkan secara
lisan dan contoh langsung kepada para generasi yang kemudian disebar luaskan.
Achroni dalam Haris (2016: 16) mengungkapkan bahwa permainan tradisional
merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai
pesan moral dan manfaat di dalamnya.
Permaian tradisional tidak dapat dipisahkan dari generasi terdahulu. Permainan
tradisional merupakan salah satu aktivitas penting sebagai sara belajar bagi anak-anak
pada masa dahulu, permainan tradisional tidak bisa dibiarkan hilang. Keberadaan
permainan tradisional harus senantiasa diajaga keberadaannya sebagai sarana bermain
dan belajar bagi anak-anak. Secara sederhana permainan tradisional dapat
disimpulkan bahwa permainan tradisional merupakan warisan budaya yang di
turunkan secara turun temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Permainan
tradisional adalah suatu aktifitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak sejak zaman
dahulu dengan aturan-aturan tertentu guna memperoleh kegembiraan. Permainan
tradisional memiliki kandungan nilai dan manfaat yang tersimpan di dalamnya dan
dapat memberikan efek positif bagi siapa saja yang memainkannya.
2. Manfaat dari permainan tradisional
Manfaat bermaina bagi anak merupakan hal yang mengasyikkan apalagi
permainan tradisionalnya yang didalamnya melibatkan banyak anak berada diruang
terbuka. Maka tak salah dengan penelitian Kurniati. Dalam penelitiannya ia
menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi anak dalam
mengembangkan kerja sama, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi
secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan
sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain.Dengan
demikian dapat dipahami bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak
yang sangat baik dalam membantu mengembangkan keterampilan emosi dan sosial
anak.
Cahyo juga mengemukakan sejumlah karakter yang dimiliki oleh permainan
tradisional yang dapat membentuk karakter pada anak antara lain sebagai
berikut.Pertama, permainan tradisional menggunakan atau memanfaatkan alat atau
fasilitas dilingkungan kita tanpa harus membelinya sehingga perlu daya imajinasi dan

7
kreatifitas yang tinngi. Secara garis besar, permainan tradisional sangat bermanfaat
bagi tumbuh kembang anak sebagai pribadi maupun makhluk sosial. Permainan
tradisional bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berfikir serta
bergaul dengan lingkungan. Bermain selain bermanfaat bagi perkembangan fisik,
kognitif, sosial, emosional dan moral, bermain juga mempunyai manfaat besar bagi
perkembangan secara keseluruhan. Bermain permainan tradisional menurut
Montolalu dkk, dalam Jawati (2013: 254) memiliki manfaat bagi anak, antara lain:
1. Bermain memicu kreativitas
Dalam lingkungan bermain yang aman dan menyenangkan bermain
memicu anak menemukan pemikirannya serta menggunakan daya khayalnya.
2. Bermain bermanfaat mencerdaskan otak
Bermain merupaka sebuah media yang sangat penting bagi proses berfikir
anak. Bermain membantu perkembangan kognitif anak. Bermain memberi
konstribusi pada perkembangan intelektual atau kecerdasan berfikir dengan
membukakan jalan menuju berbagai pengalaman yang memperkaya cara
berfikir anak.
3. Bermain bermanfaat menanggulangi konflik
Pada anak usia dini tingkah laku yang sering muncul adalah tingkah laku
menolak, bersaing, agresif, bertengkar, meniru, kerjasama, egois, simpatik,
dan berkeinginan untuk diterima di lingkungan anak.
4. Bermain bermanfaat melatih empati
Empati merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial
anak, karena degan empati anak dapat merasakan perasaan orang lain. Melalui
permainan bermain peran dapat melatih sikap emapati pada anak.
5. Bermain dapat beanfaat mengasah panca indera
Banyak jenis permainan yang menunjang perkembangan kepekaan panca
indera, sehingga dapat digunakan sebagai sarana pelatihan panca indera bagi
anak. Seperti permainan petak umpet yang dapat melatih kepekaan
pendengaran.

8
6. Bermain sebagai media terapi
Bermain dapat membuat anak melupukan masalah dan kecemasan yang
mereka hadapi, itulah salah satu cara yang digunakan anak dengan bermain.
7. Bermain itu melakukan penemuan, artinya bermain dapat menghasilkan
ciptaan baru.
Permainan tradisional yang ada di Nusantara ini menurut Haris (2016: 17-
18) dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan sejak anak usia dini,
seperti :
a. Aspek motorik: Melatih, kekuatan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar,
motorik halus.
b. Aspek kognitif: Mengembangkan magi-nasi, mengenalkan anak pada alam,
kreativitas, problem solving, strategi, antisipatif, pemahaman kontekstual.
c. Aspek sosial: Menjalin relasi, kerjasama, melatih kematangan sosial dengan
teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi
berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa/masyarakat.
d. Aspek ekologis: Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara
bijaksana.
e. Aspek nilai-nilai/moral: Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari
generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya.
f. Aspek emosi: Mengasah empati, pengendalian diri.
g. Aspek bahasa: permainan tradisional memerlukan dialog dan nyanyian
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan berbahasa
anak usia dini yang dilakukan natural secara bermain.
Selain beberapa aspek perkembangan pada anak usia dini di atas, manfaat
permainan tradisional bagi anak menurut Tim Play Plus Indonesia dalam
Haris (2016: 18) antara lain:
a. Anak akan lebih kreatif dan keterampilan anak akan senantiasa terarah, karena
dalam permainan tradisional Anak terkondisikan membuat permainan dari
berbagai bahan yang telah tersedia di sekitarnya. Dengan demikian, otot atau
sensor–motoriknya akan semakin terasah pula. Di pihak yang lain, proses

9
kreatifitasnya juga berkembang karena di usia mereka merupakan masa-masa
anak untuk mengasah daya cipta dan imajinasinya.
b. Permainan tradisional bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak, Dalam
permainan tersebut jiwa anak terlihat secara penuh. Suasana ceria, senang
yang dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang
menyenangkan. kegiatan seperti ini sangat diperlukan oleh anak untuk
meluapkan perasaan mereka dan sebagai terapi emosi yang dibutuhkan dalam
masa perkembangannya.
c. Pembelajaran tentang sosialisasi dan taat pada peraturan, beberapa permainan
tradisional di mainkan lebih dari 1 orang sehingga anak belajar berinteraksi
dengan orang lain, anak akan belajar meng-hargai dan bersikap baik dengan
orang lain, dalam permainan tradisional anak juga akan mengorganisir diri
dengan memupuk semangat kebersamaan, menciptakan tenggang rasa dan
toleransi dalam kelompok.
3. Jenis – jenis permainan tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Setiap daerah mempunyai
karakteristik, adat, budaya, yang berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu
permainan tradisional sangatlah banyak dan bervariasi. Menurut Seriati dan Hayati,
permainan tradisional berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari kajian ilmiah
dan diskusi dengan narasumber, terdapat kurang lebih 57 macam permainan
tradisional pada masyarakat. Berikut jenis-jenis permainan tradisional :
a. Congklak
Permaian tradisional yang satu ini memang identik dengan anak
perempuan, walaupun tak jarang anak lelakipun memainkanya. Cara
bermainya yang hanya duduk. perempuan.Aktivitas fisik memang tidak terlalu
menonjol dalam permaian ini. Namun demikian, bermain congklak juga dapat
melatih anak anak pandai dalam berhitung selain itu anak yang bermain
congklak harus pandai membuat strategi agar bisa memenangkan permainan
yang dalam bahasa jawa disebut “dakon” ini menggunakan papan.
1) Tempat bermain
Permaian congklak tidak membutuhkan tempat bermaian yang luas karena

10
memang tidak membutuhkan aktifitas fisik.Permainan ini biasanya
dilakukan anak - anak didalam rumah atau diteras rumah.
2) Jumlah pemain
Jumlah pemain 2 orang.
3) Cara bermain
a) Isi setiap lubang dengan 7 biji yang biasanya tersebut dari karang atau
batu kecil, tetapi lubang induk tetap dikosongkan.
b) Setelah setiap lobang terisi, kecuali lubang induk kemudian tentukan
siapa yang akan memulai permaian terlebih dahulu maka pemain dimulai
dengan memilih satu lubang.
b. Lompat Karet
Contoh permainan tradisional yang pertama ini adalah yang paling populer
dan dimainkan secara luas hampir di semua daerah di Indonesia. Bahkan
hingga saat ini masih banyak anak-anak yang memainkannya. Peraturannya
pun sangat sederhana. Hanya saja kamu harus bisa merangkai karet menjadi
tali yang kokoh untuk memainkannya. Karet disambung satu per satu sampai
panjang dan kokoh. Ujung karet juga harus kamu ikat secara kokoh agar tidak
lepas. Setelah itu, kamu bisa memainkannya langsung.
Peraturannya sederhana, kamu harus melompat mulai dari yang paling
bawah hingga teratas. Pemain atau tim yang berhasil melewati rintangan,
maka keluar menjadi pemenangnya.
c. Benteng/Gobak Sodor
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, permainan tradisional adalah salah
satu cara untuk melatih interaksi sosial. Gobak sodor adalah salah satunya
karena permainan ini melibatkan banyak orang. Setiap kelompok harus terdiri
minimal 2 orang. Untuk memulainya bisa dengan melakukan hompimpa
terlebih dahulu. Tim yang menang hompimpa akan memulai permainan
dengan berlari dan mengejar ke arah benteng tim musuh. Kamu harus
bergerak cepat dan lincah agar tidak ada lawan yang menangkapmu.

11
d. Engklek
Sama seperti lompat tali, engkel juga tergolong masih populer. Banyak
anak yang masih kecil maupun yang sudah beranjak remaja, masih
memainkannya hingga kini. Engklek adalah permainan yang tersebar hingga
ke berbagai daerah. Sebutannya berbeda-beda di setiap daerah, namun aturan
dan cara memainkannya masih tetap sama. Permainan ini cocok untuk
perempuan maupun laki-laki. Bahkan dua orang saja sudah cukup untuk
memainkannya. Sedangkan jumlah maksimal pemain yaitu hanya 5 orang
saja.
Pertama-tama kamu gambar kotak-kotak di lantai menggunakan kapur.
Kemudian setiap pemain akan melompatinya dengan hanya menggunakan
satu kaki. Pemain yang jatuh atau menyentuh garis kotak harus keluar dari
permainan atau kalah. Kemudian tim atau pemain lain melanjutkan
bagiannya.
e. Ular Naga
Hampir semua anak-anak, terutama yang besar di era 90-an pasti pernah
memainkan ular naga. Jumlah pemain minimum adalah 5 orang. Maksimal
bisa mencapai 8 orang, bahkan bisa lebih dari itu. Sebelum memulai, pemain
harus melakukan hompimpa. 2 orang pemain yang belum keluar dari
hompimpa, maka akan menjadi induk naga atau pagar. Ular naga kemudian
akan berjalan mengelilingi pagar sambil bernyanyi. Pada saat lagunya selesai,
maka gerbang pagar akan menurunkan tangan dan menangkap salah satu
pemain secara cepat. Setiap pemain yang tertangkap maka harus memilih
pagar atau induk yang ingin mereka ikuti hingga ular tersebut habis.
Kemudian, pagar yang memperoleh anak paling sedikit maka harus mengejar
merebut anak paling belakang di pagar lainnya.
f. Petak Umpet
Peraturan permainan berikut ini tergolong mudah. Bahkan hingga saat ini
masih banyak sekali anak-anak yang memainkannya. Petak umpet juga
menjadi salah satu permainan yang tidak pernah lekang oleh waktu. Di luar
negeri, seperti Amerika Serikat, permainan ini bernama hide and seek.

12
Minimum pemain pada petak umpet yaitu 2 orang. Maksimum bisa belasan
orang sekaligus. Aturannya pun sangat mudah sekali. Orang yang berjaga
harus menutup mata. Setelah itu, dia harus menghitung dari 1 hingga 10.
Kemudian di rentang waktu penghitungan, pemain lain harus bersembunyi.
Setelah selesai menghitung, penjaga harus mencari setiap orang yang
bersembunyi satu per satu.
g. Boi-Boian
Nama boi diambil dari nama lelaki, yaitu “boy”. Meskipun menggunakan
nama lelaki, namun faktanya permainan ini juga dimainkan oleh para anak
perempuan. Untuk memainkannya, para pemain memerlukan satu bola tenis
(bisa menggunakan bola lain dengan ukuran sama) dan genteng pecah.
Setelah peralatan siap, maka genteng pecah harus kamu tumpuk hingga
tersusun rapi. Setelah tersusun, kelompok lain harus menebang genteng
dengan cara melempar bola pada jarak tertentu hingga tidak tersisa kemudian
menghindar tembakan bola dari anggota lain.
h. Bekel
Yang terakhir, ada sebuah permainan yang pastinya sangat berkesan sekali
bagi para anak perempuan di masanya. Bekel adalah permainan bola pantul
yang terbuat dari bola karet.
i. Cublak-cublak suweng
Permainan Tradisional Cublak-cublak Suweng adalah permainan menebak
atau menemukan anting yang disembunyikan oleh seseorang. Permainan ini
terdiri dari 3-8 orang. Menurut Herawati (2014) cublak- cublak suweng
memiliki nilai kerjasama, nilai kerukunan, dan nilai kreatifitas.
4. Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional
Sejatinya, permainan tradisional mengandung beberapa nilai yang terdapat
ditanamkan. Nilai-nilai tersebut antara lain rasa senang, bebas, rasa berteman, penuh
tanggung jawab, rasa patuh, rasa saling membantu, yang semuanya merupakan nilai-
nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan masyarakat. Bermain atau
kegiatan melakukan permaian ini sangat memungkinkan anak-anak bertemu teman
sebaya bermain di anggap sebagai media yang penting.

13
Bermain juga membantu anak dalam menjalin hubungan sosial, mengembangkan
imajinasi, mengembangkan kognisi, bahasa, dan motorik kasar serta halus.Anak
menggunakan gerak dan kemampuan fisiknya, menyelesaikan masalah dengan
menghadapi berbagai permaianan.Jadi bermaian bagi anak tidak sekedar
menghabisakan waktu, tetapi merupakan media untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan
bermain bagi anak prasekolah mempunyai nilai nilai positif terhadap perkembangan
pribadinya.
Misbach dalam penelitiannya menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat
menstimulasikan berbagai aspek perkembangan anak yang dapat meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1. Aspek motorik dengan melatih daya tahan lentur, sensori motorik halus.
2. Aspek kognitif dengan mengembangkan imagianasi kreativitas problem solving,
strategi kemapuan antipatif dan pemahan kontektual.
3. Aspek emosi dengan menjadi media katersis emosional dapat mengasah empati,
dan pengendalian diri.
4. Aspek bahasa pemahaman konsep-konsep nilai.
5. Aspek sosial dengan mengkondisikan anak agar dapat mengkondisikan anak agar
anak dapat menjalin relasi, bekerja sama melatih kematangan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam permaian tradisional yaitu:
a. Nilai demokrasi
Nilai demokrasi dalam permaian anak tradisional sebenarnya telah di tunjukkan
oleh anak-anak sebelum mereka mulai bermain. Terbukti dengan cara memilih dan
menentukan jenis jenis permaianan, harus mengikuti tata tertibatau aturan yang
disepakati pendidkana semua itu dilakukan secara berunding atau bermusyawarah
secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar, contohnya dengan
melakukan hompimpah ataupun suit. Dengan demikian anak-anak sebenarnya sejak
dahulu telah memiliki jiwa yang demokrasi.
b. Nilai pendidikan
Permaian tradisional baik untuk pendidikan aspek kejasmanian maupun
kerohanian misalnya sifat sosial, sifat disiplin, etika kejujuran kemandirian dan
percaya diri.

14
c. Nilai kepribadian
Aktivitas bermain merupakan media yang sangat tepat bagi anak untuk
mengembangkan dan mengungkapkan jati dirinya.Dengan bermain anak dapat
mempunyai kesiapan mental dan kesiapan diri untuk mengatasi masalah sehari-hari.
Disamping dapat mengembangkan pribadinya melalui bermain dapat melatih untuk
mengolah cipta, rasa dan kasa.
5. Kelebihan dan kekurangan permainan tradisional
Terdapat beberapa kelebihan yang biasa didapatkan dari aktivitas permainan
tradisional yang telah dilakukan oleh anak-anak yang kerap melakukan permainan
tradisonal. Adapun kelebihan permainan tradisional akan diuraikan, sebagai berikut:
a. Kelebihan lain dari permainan tradisonal adalah bahan-bahan yang digunakan
adalah bahan yang mudah dan murah, bahkan pada umumnya jika ada alat dan bahan
yang diperlukan dalam melakukansuat permainan, maka alat dan bahan tersebut
adalah alat-alat bekasyang ada di sekitar lingkungan mereka.
b. Permainan tradisional sangat mendidik anak-anak untuk menghadapi masa depan.
Sebab dalam cerita rakyat dan permainan anak-anak, terdapat banyak nilai–nilai yang
bisa dijadikan pegangan hidup. Nilai moral, etika,kejujuran, kemandirian, etos kerja,
solidaritas sosial, dan lain-lain.
Adapun kekurangan dari permainan tradisonal yaitu:
a. Tempat atau lahan yang semakin sulit di temukan, dikarenakan banyaknya
pemukiman penduduk.
b. Kurangnya sosialisasi baik dari masyarakat maupun pemerintah.
c. Karena umur permainan yang tua yang menjadikan permainan ini tidak
dikenal.

15
B. Perkembangan Personal Sosial
1. Definisi dari perkembangan personal sosial
Personal sosial adalah suatu sektor perkembangan berupa aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih & Gde Ranuh 2012). Personal sosial adalah suatu
kesiapan individu untuk bergabung dengan lingkungan sosial yang didukung dengan
keterampilan dan kebiasaan individu sebagai ciri dari kelompok dan kemampuan
membantu diri sendiri serta kemampuan individu untuk ikut di dalam aktivitas
kelompok atau sosial (Hartanti 2010).
Maka personal sosial anak adalah suatu perkembangan atau kesiapan anak untuk
terjun di lingkungan, mulai dari beradaptasi dan bersosialisasi. Personal sosial
mempunyai tiga dimensi, yaitu individu yang semua bergantung menjadi individu
yang mandiri, dari individu yang tidak bertanggung jawab menjadi individu yang
bertanggung jawab dan dari individu yang tidak mampu menjadi individu yang
mampu (Doll 2010).
2. Faktor-faktor personal sosial anak
Personal sosial anak dipegaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Pola asuh
Orang tua mempunyai peranan penting dalam perkembangan personal
sosial anak. Peranan orang tua yang dimaksud adalah pola asuh yang diberikan
orang tua kepada anak berhubungan dengan pembentukan perkembangan anak
termasuk pemberian stimulasi. Stimulasi adalah perangsangan perkembangan
yang datangnya dari lingkungan luar anak dan salah satu aspek kebutuhan dasar
anak (ASAH) (Soetjiningsih & Gde Ranuh 2012).
b. Genetika
Faktor genetika dapat mempengaruhi perkembangan anak, yaitu
perbedaan ras, etnis atau bangsa dan kelainan kromosom. Kelainan kromosom
dapat mengakibatkan gangguan pencapaian perkembangan bagi anak, seperti anak
dengan down syndrome (Soetjiningsih & Gde Ranuh 2012).

16
c. Lingkungan
Lingkungan memiliki peranan penting dalam perkembangan personal
sosial anak. Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam perkembangan personal
sosial adalah musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial ekonomi.
Lingkungan yang kondusif akan menciptakan keadaan yang aman dan nyaman
bagi anak untuk mengeksplorasi perkembangan personal sosial (Potter, P., &
Perry 2005).
d. Status Kesehatan
Kondisi tubuh anak yang sehat akan mengalami percepatan
perkembangan, sebaliknya anak dengan kondisi sakit akan mengalami
perlambatan perkembangan. Status kesehatan juga dipengaruhi oleh status gizi
anak. Gizi merupakan sumber utama yang sangat dibutuhkan anak untuk
memberikan kesempatan lebih besar bagi anak dalam melakukan aktivitas dengan
lingkungannya.
e. Kelompok teman sebaya
Proses sosialisasi anak dengan lingkungan membutuhkan teman sebaya,
akan tetapi perhatian orang tua tetap menjadi kebutuhan utama untuk memantau
dengan siapa saja anak bergaul.
3. Ciri-ciri Perkembangan Personal Sosial
1. Kelahiran sampai Usia Tiga Tahun
a. Bereaksi terhadap orang lain
b. Menikmati pada saat bergaul dengan anak-anak lain
c. Dapat memelihara keterlibatan dengan anak yang lain untuk suatu periode yang
sangat pendek
d. Mampu berbagi tanpa perlu membujuk
e. Menunjukkan kemampuan yang sangat kecil untuk menunda kepuasaan.
f. Dapat meniru tindakan dari orang lain
g. Mulai untuk melibatkan diri pada permainan yang parallel.

17
2. Usia 3-4 tahun
a. Menjadi lebih sadar akan diri sendiri
b. Mengembangkan perasaan rendah hati
c. Menjadi sadar akan rasial dan perbedaan seksual
d. Dapat mengambil arah, mengikuti beberapa aturan
e. Memiliki perasaan yang kuat kearah rumah dan keluarga
f. Menunjukkan suatu perubahan dalam hal perasaan atau pengertian dari
kepercayaan pada diri sendiri.
g. Bermain parallel : mulai bermain permainan yang memerlukan kerja sama.
h. Memiliki teman bermain khayalan.
3. Usia 5-6 tahun
a. Menyatakan gagasan yang kaku peran jenis kelamin
b. Memiliki teman baik, meskipun untuk jangka waktu yang pendek
c. Sering bertengkar tetapi dalam waktu yang singkat
d. Dapat berbagi dan mengambil giliran
e. Ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan pengalaman di sekolah
f. Mempertimbangkan setiap guru merupakan hal yang sangat penting
g. Ingin menjadi yang nomor satu
h. Menjadi lebih posesif terhadap barang-barang kepunyaannya.
C. Anak Usia Prasekolah
1. Definisi dari Anak Usia Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berumur antara 3-6 tahun, pada masa ini anak-
anak senang berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan. Pada usia
prasekolah, anak membangun kontrol sistem tubuh seperti kemampuan ke toilet,
berpakaian, dan makansendiri (Potts & Mandeleco, 2012).
Menurut Montessori (dalam Noorlaila 2010), bawa usia 3-6 tahun anak-anak
dapat diajari menulis, membaca, dan belajar mengetik. Usia prasekolah merupakan
kehidupan tahun-tahun awal yang kreatif dan produktif bagi anak-anak.

18
2. Ciri-ciri Anak Prasekolah
Patnomodewo (2010) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6tahun) yang
biasanya ada di TK meliputi aspek fisik, emosi, sosial,dan kognitif anak. Ciri fisik
anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik yaitu umumnya anak sangat
aktif, mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya. Ciri sosial anak
prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang disekitarnya. Umumnya anak pada
tahap ini memiliki satu atau dua sahabat, kadang dapat berganti, mereka mau bermain
dengan teman.
Ciri emosional anak prasekolah yaitu cenderung mengekspresikan emosinya
engan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia
tersebut, dan iri hati sering terjadi. Ciri kognitif anak prasekolah ialah terampil dalam
bahasa. Sebagian besar mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya.
Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bicara. Sebagian mereka perlu dilatih untuk
menjadi pendengar yang baik.
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan antar variabel (variabel yang diteliti
maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan menghubungkan hasil penemuan
dengan teori(Nursalam, 2017).

19
Permainan Tradisional
1. Pengertian permainan tradisional
2. Manfaat permainan tradisional
3. Jenis-jenis permainan tradisonal
4. Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional
5. Kelebihan dan kekurangan permainan tradisional
TK Dharma
Wanita
Ngronggo 1

Perkembangan personal sosial


1. Definisi perkembangan personal sosial
2. Faktor-faktor personal sosial

E. Hipotesis Penelitian

Kalau berdasarkan asal kata, hipotesis berasal dari bahasa Yunani yakni hupo dan
thesis. Hupo adalah sementara, sedangkan thesis adalah pernyataan atau teori. Menurut
Zikmund, hipotesis adalah proposisi atau dugaan yang belum terbukti. Jadi hipotesis
masih bersifat tentatif. Pernyataan hipotesis hanya menjelaskan fenomena dan
kemungkinan jawaban atas pertanyaan penelitian. Jawaban sesungguhnya didapatkan
setelah penelitian dilakukan.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode pada penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi Experimental Design.
Quasi Experimental Design adalah eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak,
unit eksperimen, namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan.

A. Desain penelitian
Menurut Sugiyono(2013), metode penelitian merupakan cara ilmiah yang
dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode utama
penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang
digunakan Quasi Experimental Design dengan rancangan penelitian Non Equivalent
Control Group Design. Bentuk Non Equivalent Control Group Design terdapat dua
kelompok penelitian yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih
secara acak. Kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dan di akhiri
dengsn posttest.

B. Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan hubungan antara konsep yang ingin diteliti, dianut
melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,2015).

21
Populasi
Semua siswa di TK Dharma Wanita Ngronggo I sebanyak 49 Responden

Simple random

Sampel
Semua siswa di TK Dharma Wanita Ngronggo I sebanyak 44 Responden

Perkembangan sebelum Diberi perlakuan permainan Perkembangan sesudah

diberikan permainan diberikan permainan

Pengolahan data
Editing, coding, scoring, tabulating

Analisa data
Paired Sample T-Test

Penyajian hasil

Kesimpulan

C. Populasi, Sampel, dan Sampling


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2016) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atasobyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan
oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan
juga sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik yang dimiliki oleh obyek atau obyek tersebut. Populasi yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di TK Dharma Wanita
Ngronggo I.

22
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga, waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di TK Dharma Wanita Ngronggo
I.
n= N keterangan : n = sampel
1+N(a)2 N = jumlah populasi
1 + N(a)2 = 1 + populasi(0,05)2
n= 49 n = 49/1.12 = dibulatkan menjadi 44 responden
1+49(0,05)
Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 responden.
3. Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunkan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan (Sujawerni, 2014). Teknik sampling pada penelitian ini adalah
mengunakan simple random. Didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang sudah diketahui
sebelumnya, disesuaikan dengan kriteria–kriteria tertentu yag diterapkan berdasarkan
penelitian (Swarjana, 2015). Sampel yang ditentukan oleh peneliti pada penelitian ini
ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Siswa-siswi TK diwilayah di TK Dharna Wanita Ngronggo I
2) Bersedia menjadi responden penelitian hingga penelitian selesai
b. Kriteria Eksklusi
1) Tidak bersedia menjadi responden

23
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Nursalam,2014).
Dalam penelitian ini variabel penelitian yang digunakan adalah :
1. Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain(Nursalam,2014). Variabel independen dalam penelitian
ini adalah permainan tradisional
2. Variabel Dependen (variabel terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang mempengaruhi nilainya ditetntukan oleh
variabel lain (Nursalam,2014). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
perkembangan personal sosial anak usia prasekolah.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan pengukuran secara cermat
terhadap suatu obyek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas
(Hidayat,2013)

24
No Variabel Definisi Indikator Alat Skala Score
operasional ukur data
1. Variabel Merupakan proses 1. Bersifat edukatif S - -
independent : melakukan kegiatan 2. Bersifat publik O
Permainan yang 3. Bersifat rekreatif P
tradisional menyenangkan anak
dengan
menggunakan alat
yang sederhana.
2. Variabel Merupakan anak 1. Perilaku kognitif G O Scoring :
dependent : usia prasekolah 2. Perilaku afektif R R Dengan kriteria :
Personal sosial dalam hal ini 3. Perilaku Bahasa I D 1. Konsentrasi sangat
kemampuan 4. Perilaku D I kurang (<10)
mandiri, bersosialisasi T N 2. Konsentrasi kurang
kemampuan 5. Perilaku E A (10 – 20)
bersosialisasi, dan psikomotorik S L 3. Konseentrasi sedang
kemampuan T (20 -30)
berinteraksi dengan 4. Konsentrasi baik
sekitar. (30-40)
5. Konsentrasi sangat
baik (>50)

F. Rencana Pengumpulan Data Dan Pengolahan Data


1. Bahan dan Instrument Penelitian
Intrumen merupakan alat bantu yang digunakan peneliti pada saat penelitian ini
menggunakan suatu metode. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
lembar Grid Test. Grid Test adalah alat ukur untuk mengukur konsentrasi siswa.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan TK Dharma Wanita Ngronggo I.
b. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada
3. Prosedur Rencana Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mendapatkan rekomendasi dari IIK Surya Mitra Husada Kediri
b. Meminta izin kepada TK Dharma Wanita Ngronggo I

25
c. Mendapat surat balasan dari menyetujui melakukan pengambilan data dari Kepala
TK Dharma Wanita Ngronggo I
d. Memberikan informed consent kepada responden dan menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian.
e. Lembar persetujuan menjadi responden
f. Memberikan . Grid Test yang harus diisi oleh responden
g. Melakukan kegiatan permainan tradisonal oleh responden setelah bersedia menjadi
responden.
h. Meminta tolong kepada rekan saat penelitian untuk melakukan pendokumentasian
penelitian.
i. Setelah data terkumpul maka dilakukan pengumpulan data.
4. Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data yang telah terkumpul dilakukan dengan tahapan berikut:
a. Editing
Editing adalah mengkaji dan meneliti Kembali data yang akan dipakai
apakah sudah baik dan sudah dipersipakan untuk proses berikutnya. Kegiatan
editing meliputi :
1) Pemeriksaan atau kelengkapan pengisian grid test
2) Kejelasan makna jawaban
3) Konsistensi antar jawaban
4) Relevansi jawaban
b. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban responden dan menurut
macamnya dengan memberi kode pada masing-masing jawaban untuk
memudahkan dalam tabulasi dan analisi (Arikunto, 2011). Pemberian kode dalam
penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
a) Usia anak
Umur 4 tahun : kode 1
Umur 5 tahun : kode 2

26
b) Jenis kelamin anak
Laki-laki : kode 1
Perempuan : kode 2
c) Kriteria konsentrasi bermain
Sangat kurang : kode 1
Kurang : kode 2
Baik : kode 3
Sangat baik : kode 4
c. Scoring
Scoring adalah memberikan skor terhadap item-item yang perlu dineri
skor (Arikunto, 2011). Penentuan jumlah skor, pemberian skornya adalah sebagai
berikut :
1. Konsentrasi sangat kurang (<10)
2. Konsentrasi kurang(10-20)
3. Konsentrasi sedang(20-30)
4. Konsentrasi baik(30-40)
5. Konsentrasi sangat baik(>50)
G. Analisa Data
Analisa data sangat diperlukan untuk Menyusun dan menginterpretasikan data
yang diperoleh (Prasetyo dan Jannah,2014). Penelitian ini menggunakan Analisa secara
kuantitatif dan untuk mengetahui diuji dengan menggunakan statistic product and
solution service (SPSS).
H. Etika Penelitian
Etika penulisan ini adalah pedoman bagi seorang peneliti untuk melakukan suatu
Tindakan dalam upayanya menentukan jawaban atas pertanyaan yang diajukan (Siregar,
2014). Peneliti sebelumnya melakukan permohonan ijin kepada kepada Play Group
Sedarat Balong Ponorogo. Kemudian peneliti melakukan serangkaian kegiatan penelitian
dengan menekankan pada masalah etika menurut Hidayat (2013) meliputi :

27
1. Informed Consent
Informed Consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan memberikan
lembar persetujuan, informed consent ini diberikan sebelum melakukan penelitian.
Peneliti harus menerangkan maksud, tujuan dan dampak dari penelitian ini kepada
responden sehingga responden mengerti. Apabila responden bersedia maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan (Hidayat, 2013).
2. Anonimity
Anonimity merupakan jaminan dalam penggunaan subyek dengan cara tidak
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur. Namun hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,
2013).
3. Confidentiality
Confidentiality adalah Kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masakah lainnya sangat dijaga oleh peneliti. Hanya pada kelompok data
tertentu yang dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,2013).

28
DAFTAR PUSTAKA
Nourovita, A. R. (2013). Efektivitas permainan tradisional jawa dalam meningkatkan
penyesuaian sosial pada anak usia 4-5 tahun di kecamatan suruh. BELIA: Early
Childhood Education Papers, 2 (1).
MAULIDYANA, M. (2019). PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN TRADISIONAL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Makassar).
Wicaksono, K. E. (2016). Perbedaan Tingkat Perkembangan Personal Sosial pada Anak Usia
Prasekolah yang Menjalani Paud dan Tidak Menjalani Paud di Dusun Krajan II
Grenden Puger Kabupaten Jember. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 5(2),
201-215.
Boangmanalu, M. (2019). Efektivitas Permainan Tradisional Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun Di RA Zahira Kid’s Land Medan TA
2018/2019 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
November, H. (2020). Pengaruh Permainan Kelompok Action Play Terhadap Perkembangan
Sosial Anak Prasekolah (Doctoral dissertation, STIKes ICME Jombang).
Afrianti, N. (2018). Permainan Tradisional, Alternatif Media Pengembangan Kompetensi Sosial-
Emosi Anak Usia Dini. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1).
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,. Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah. dipahami.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Anzani, R. W., & Insan, I. K. (2020). Perkembangan sosial emosi pada anak usia prasekolah.
PANDAWA, 2(2), 180-193.
Mansur, A. R., & Andalas, U. (2019). Tumbuh kembang anak usia prasekolah. Andalas
University Pres, 1(1).
Yuliastanti, T., & Nurhidayati, N. (2013). Pola asuh dan perkembangan personal sosial anak
toddler. Jurnal Komunikasi Kesehatan, 4(2).

29
Wahyuningrum, A. (2021). Hubungan Pola Asuh Dengan Tingkat Perkembangan Personal
Sosial Anak Usia Prasekolah. Media Husada Journal of Nursing Science, 2(1), 28-
32.
Hidayat, A, A. 2013. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed). Jakarta : Salemba Medika.

30
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Keperawatan IIK STRADA Indonesia:
Nama : Emy Masfuah
NIM : 1911B0019
Bersama ini saya peneliti, mengajukan permohonan kepada responden atas
berkenannya menjadi responden penelitian. Keterangan secara terinci dan jelas mengenai
:
1. Judul penelitian “Efektivitas permainan tradisional untuk perkembangan personal
sosial anak usia pra sekolah di TK Dharma Wanita Ngronggo I”
2. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian: Dapat digunakan untuk untuk membantu
perkembangan personal sosial.
3. Bahaya yang akan timbul: tidak ada bahaya potensial bagi responden.
4. Hak undur diri: responden memiliki hak untuk bersedia atau tidak bersedia menjadi
responden dan tanpa ada paksaan apapun.
Jawaban yang akan diberikan dijamin kerahasiaannya sepenuhnya. Oleh sebab itu
peneliti mohon agar responden memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Atas kerjasamanya dan partisipasi responden, peneliti mengucapkan
terimakasih.

Kediri, 2023
Peneliti

(Emy Masfuah)

31
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
( Informed Consent )

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


No. Responden :
Tanggal :

Dengan ini saya menyatakan (bersedia/tidak bersedia *) untuk ikut berperan serta
dalam penelitian sebagai responden dengan mengisi lembar persetujuan responden yang
disediakan peneliti
Sebelum mengisi lembar persetujuan responden saya diberi keterangan atau
penjelasan mengenai tujuan penelitian, dan saya telah mengerti bahwa penulis akan
merahasiakan identitas, maupun informasi yang diberikan. Apabila ada pernyataan yang
menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman, maka peneliti akan menghentikan
pengumpulan data dan memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari
penelitian tanpa resiko apapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa unsur paksaan dari
siapapun.

Kediri, 2022
Responden

(....................................)

*Coret yang tidak perlu

32
Lampiran 3

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK PERKEMBANGAN
PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH

Pengertian Merupakan alat bermain yaitu sudah ada sejak zaman dulu dan
diwariskan secara turun temurun.
Tujuan 1. Mengembangkan personal sosial pada anak usia prasekolah.
2. Melestarikan permainan tradisional di era modern ini.
Kebijakan Anak TK Dharma Wanita Ngronggo I yang terpilih menjadi
responden sesuai kriteria inklusi dan ekslusi untuk melakukan
permainan tradisional
Persiapan alat Speaker, mic, anting palsu (atau sejenis barang kecil menyerupai
anting).
Cara kerja Cublak - Cublak Suweng :
1. Siapkan anting palsu
2. Lakukan hompimpa dan yang kalah memposisikan seperti
posisi sujud dan yang lain duduk dengan mengangkat satu
tangan dengan tidak ditempel diatas punggung teman yang
kalah
3. Setelah itu menyanyikan lagu cublak-cublak suweng sampai
selesai
4. Tepat pada lirik sir-sir pendelik kopong sir-sir pendelik kopong
untuk teman yang kalah ( yang memposisikan seperti sujud )
bangun lalu duduk
5. Selanjutnya tugasnya dia harus menebak siapa yang membawa
anting tersebut dengan menyebut nama temannya

33
6. Apabila nama yang disebutkan benar yang membawa anting
tersebut, maka bergantian dia harus menggantikan dengan
posisi sujud seperti teman yang kalah di awal.
7. Apabila nama yang disebutkan salah maka dia harus
mengulang untuk tetap memposisikan sujud sampai dia benar
menyebutkan nama siapa yang memegang anting tersebut.
Evaluasi 1. Respon teman-teman
2. Dokumentasi

34

Anda mungkin juga menyukai