Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

KETERAMPILAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA PRAKONSEPSI


DENGAN SASARAN CALON PENGANTIN (CATIN) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAGAR JATI KAB. LAHAT

Oleh :
Asri Hartutika
NIM. P27824620006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Prakonsepsi dengan sasaran Calon


Pengantin (catin) Ini dilaksanakan sebagai dokumen/laporan Praktik Blok 2 yang
telah dilaksanakan di Puskesmas Simomulyo periode praktik tanggal 28
September – 20 November 2020

Surabaya, Oktober 2020

Asri Hartutika
NIM.P27824620006

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Al Usnaini, SST., M.Kes Evi Pratami, SST., M. Keb Titi Maharrani, SST., M. Keb
NIP.196301021988032006 NIP. 197905242002122001 NIP.198503202006042003

Mengetahui
Kepala Puskesmas Kepala Program Studi

drg. Dharmawati Zahara Evi Pratami, SST., M. Keb


NIP.195707141981032008 NIP. 197905242002122001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan individu yang berjudul “ Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Pada Prakonsepsi Dengan Sasaran Calon Pengantin (Catin) di
Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo, Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai
salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 2 (prakonsepsi) pada Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi dan pembimbing pendidikan 1
Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya yang telah memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
2. drg. Dharmawati Zahara selaku Kepala Puskesmas Simomulyo Surabaya.
3. Al Usnaini, SST., M.Kes selaku Bidan Koordinator dan pembimbing praktik
lapangan Puskesmas Simomulyo Surabaya yang telah memberi arahan,
masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
4. Titi Maharrani, SST., M. Keb, selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Nur Cholifah yang telah bersedia untuk menjadi klien/responden
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Surabaya, Oktober 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................i i
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................i v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik..............................................................................................2
1.3 Lama Praktik................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI...................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Prakonsepsi...........................................................................3
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Prakonsepsi..........................................10
2.2.1 Pengkajian...............................................................................................10
2.2.2 Interpretasi Data......................................................................................20
2.2.3 Diagnosa Potensial dan Masalah Potensial.............................................20
2.2.4 Tindakan Segera......................................................................................20
2.2.5 Perencanaan/Intervensi...........................................................................20
2.2.6 Pelaksanaan.............................................................................................51
2.2.7 Evaluasi ..................................................................................................51
BAB 3 TINJAUAN KASUS.................................................................................52
3.1 Data Subyektif............................................................................................52
3.2 Data Obyektif.............................................................................................55
3.3 Analisa Data................................................................................................56
3.4 Penatalaksanaan dan Evaluasi....................................................................56
BAB 4 PEMBAHASAN.........................................................................................5
BAB 5 SIMPULAN..............................................................................................60
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................60
5.2 Saran.................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Calon pengantin merupakan pasangan laki-laki dan perempuan yang
akan segera hidup bersama dalam rumah tangga dan membentuk keluarga
dalam ikatan pernikahan (Kemenag, 2009). Masalah pra nikah dapat
dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah akan segera
menjalani proses konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus akan
ditentukan oleh kondisi sejak sebelum hamil dan selama kehamilan.
Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat penting untuk diperhatikan termasuk
status gizinya, terutama dalam upaya mempersiapkan kehamilan karena
akan berkaitan erat dengan outcome kehamilan (Paratmanitya & Hadi,
2012).
Perencanaan kehamilan merupakan pengaturan kapan usia ideal dan
saat yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak. Setiap kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga
perkembangannya dengan baik. (Kemenkes RI, 2017). Kehamilan
merupakan impian bagi pasangan suami istri dengan memiliki seorang anak,
salah satu tujuan dari pernikahan telah terpenuhi. Bagi beberapa wanita,
hamil adalah hal yang sangat mudah didapatkan. Namun, ada beberapa
wanita yang harus melakukan banyak usaha untuk dapat hamil. Pengetahuan
gizi sangat diperlukan bagi pasangan suami istri dalam mempersiapkan
kehamilan terutama bagi pasangan yang akan menikah (Nuryani, 2012).
Status gizi calon pengantin perempuan perlu diketahui dalam rangka
persiapan kehamilan. Catin perlu melakukan persiapan gizi seperti
mengkonsumsi makanan gizi seimbang, mengkonsumsi tablet tambah darah
(zat besi) dan konsumsi asam folat. Selain TTD makanan yang mengandung
zat besi yaitu sayuran berwarna hijau seperti bayam, daging berwarna
merah, hati,dsb. dan makanan yang mengandung asam folat seperti sayuran
hijau, buah bit, brokoli, dsb. Status gizi yang baik dapat mencegah masalah
gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK, pencegahan infeksi dan

1
komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2018).
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh
karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa
kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan
berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu
pada kehamilan menjadi lebih baik. Pengaturan gizi yang baik juga sangat
berperan dalam proses pembentukan sperma dan sel telur yang sehat
( Oktaria dan Juli , 2016).
Solusi untuk calon pengantin yang hendak merencanakan kehamilan
yang sehat antara lain dengan dengan cara memberikan informasi pranikah,
konseling dan memberikan health education (Kemenkes RI, 2018). Karena
malasah yang mucul maka akan diberikan asuhan kebidanan pada
prakonsepsi dengan sasaran calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan.
1.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Prakonsepsi
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan pranikah.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1. Menjelaskan konsep asuhan pranikah secara umum
2. Menjelaskan konsep pranikah dengan perencanaan kehamilan
3. Melakukan asuhan pranikah sesuai dengan standar asuhan kebidanan
4. Melakukan evaluasi terkait asuhan pranikah yang sudah diberikan.
1.3 Lama Praktik
Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada prakonsepsi dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Pada tanggal 28 September
2020 s/d 20 November 2020.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Prakonsepsi


2.1.1 Pengertian
Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan terjadi Sehingga
prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan
sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah
perawatan yang diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran
mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal
sebelum ia mengandung (Katherine, dkk, 2013).
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan
setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/ mental, fisik dan
finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010).
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang
sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh
keluarga (Nurul, 2013).
Dari beberapa pengertian diatas, perencanaan kehamilan merupakan
perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang
aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam
upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan
tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga
memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga.
2.1.2 Tujuan Asuhan Pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
1. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas
2. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
3. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi

3
4. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.1.3 Konseling/Informasi Pranikah
Menurut Kemenkes RI (2017), informasi pranikah yang dibutuhkan
sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi:
1. Kesehatan reproduksi
2. Hak reproduksi dan seksual
3. Organ reproduksi
4. Persiapan pernikahan
a. Persiapan fisik
b. Persiapan gizi
c. Imunisasi Tetanus
d. Menjaga kesehatan organ reproduksi
e. Menjaga kesehatan jiwa dan harmonisasi pasangan suami istri
2.1.4 Kesetaraan Gender Dalam Pernikahan
1. Saling menghormati dan menghargai
Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika suami istri saling menghormati
dan menghargai satu sama lain :
a. Pngambilan keputusan di rumah tangga dilakukan secara bersama,
tidak memaksakan ego masing-masing
b. Suami istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan, dan pendidikan anak
c. Perencanaan kehamilan dan keikutsertaan ber-KB merupakan
keputusan dan tanggung jawab bersama
d. Suami mendukung pelaksanaan ASI eksklusif.
2. Tindak kekerasan yang menganggu pernikahan
Hal-hal yang harus dihindari dalam pernikahan adalah kekerasan fisik,
kekerasan psikis, kekerasan seksual, penelantaran,dan eksploitasi
(Kemenkes RI, 2018).

4
2.1.5 Kehamilan, Perencanaan Persalinan Dan Kontrasepsi
1. Kehamilan
a. Masa subur
Merupakan saat indung telur (ovarium) melepaskan sel telur (ovum)
yang sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur (tuba fallopi).
b. Proses kehamilan
Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam tuba falopi sel
telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel di lapisan dalam
dinding rahim dalam 120 hari pertama, embrio berkembang
mengikuti tahapan kehidupan sel (hayati) memasuki usia kehamilan
lebih lanjut, embrio berkembang mengikuti tahapan kehidupan insani
menjadi janin/bayi kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan
setelah 280 hari (9 bulan 10 hari) (Kemenkes RI, 2018).
c. Tanda-tanda kehamilan
Terdapat tanda-tanda kehamilan menurut Kemenkses (2018), yaitu :
a. Tidak mendapat haid
b. Timbul rasa mual, muntah dan pusing terutama pada pagi hari
c. Tidak ada nafsu makan
d. Tes kehamilan positif (+)
e. Pada usia lebih lanjut dengan alattertentu dapat terdengar djj
f. Perut membesar dan dirasakan gerakan janin.
d. Kehamilan Ideal vs Kehamilan Berisiko
Kehamilan yang ideal adalah kehamilan yang direncanakan,
diinginkan dan di jaga perkembangannya dengan baik. Namun
adakalanya terjadi kehamilan yang tidak dinginkan seperti :
a. Akibat hubungan seks pranikah
b. Pada WUS yang ingin menunda atau ingin punya anak tetapi tidak
menggunkan kontrasepsi
c. Gagal KB.
Setiap kehamilan tetap harus dijaga dan dipantau kesehatan dan
perkembangannya. Usia terbaik perempuan untuk hamil adalah 20-35

5
tahun dan jarak antar kelahiran 2-5 tahun atau tidak lebih dari 2 balita
dalam satu keluarga.
Setiap kehamilan mempunyai risiko untuk terjadi komplikasi
walaupun sebelumnya baik-baik saja. Terdapat beberapa kondisi yang
dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan
yang disebut 4 Terlalu dan 3 Terlambat :
a. 4 Terlalu yaitu :
a) Terlalu muda untuk hamil (≤ 20 tahun)
b) Terlalu tua untuk hamil (≥ 35 tahun)
c) Terlalu sering hamil (anak ≥ 3)
d) Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilan (≤ 2 tahun).
b. 3 Terlambat yaitu :
a) Terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan, persalinan,
nifas, serta mengambil keputusan untuk mencari pertolongan
medis
b) Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan
c) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
e. Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut Kemenkes RI (2018) tanda-tanda bahaya yang dapat
mengancam jiwa ibu hamil atau janin yang di kandungnya :
a. Muntah terus menerus dan tidak mau makan
b. Demam tinggi
c. Bengkak pada kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai
kejang
d. Gerakan janin berkurang
e. Perdarahan hamil muda atau tua
f. Air ketuban keluar sebelum waktunya.
Apabila terdapat salah satu atau beberapa tanda bahaya tersebut
segera ke fasilitas pelayanan kesehatan.

6
f. Kondisi Emosional Ibu Hamil
Menurut Kemenkes RI (2018) setiap kehamilan perlu didukung oleh
suami dan keluarga. Berikut kondisi emosional yang biasa dialami
bumil:
a) Mudah tersinggung : sensitif, uring-uringan, mudah marah, dsb
b) Perasaan mudah lelah : tidak mau makan, tidak nyaman, tidurtidak
nyenyak, merasa sesak
c) Mencemaskan perubahan fisiknya : khawatir terhadap
perkembangan bayi dalam rahim, khawatir bayinya
cacat/meninggal
d) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara
ekonomi
e) Ingin diperhatiin
2. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Merupakan kegiatan dalam rangka meningkatkan peran aktif
suami, keluarga dan masyarakat dalam menjaga ibu hamil termasuk :
a. Merencanakan persalinan yang aman
b. Persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi
pada saaat hamil, bersalin dan nifas
c. Perencanaan penggunaan KB pasca persalinan.
Untuk menandai adanya ibu hamil, ditempel stiker P4K di pintu
atau jendela depan rumah ibu hamil. Di dalam stiker P4K terdapat
informasi mengenai lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil,
tafsiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas
tempat persalinan, calon donordarah, transportasi yangakan digunakan,
serta pembiayaan. Setiap P4K terdapat di dalam buku KIA yang diisi
oleh tenaga kesehatan sesuai dengan hasil kesepakatan dengan ibu,
keluarga , masyarakat. Melakukan perencanaan tempat persalinan,
penolong persalinan, pendamping persalinan, persiapan transportasi,
keuangan dan calon donor darah akan menurunkan risiko terjadinya
keterlambatan dalam penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi

7
(Kemenkes RI, 2018).
3. Metode Kontrasepsi Bagi Pasangan Baru yang Ingin Menunda
Kehamilan
Bagi pasangan yang belum ingin segera memiliki anak atau istri
kurang dari 20 tahun, dapat menunda kehamilan dengan menggunakan
salah satu metode KB yang sesuai. Menurut Kemenkes RI (2018) pilihan
metode KB bagi pasangan suami istri yang baru menikah dan ingin
menunda kehamilannya antara lain :
a. Metode modern jangka pendek
a) Pil
b) Kondom
c) Suntik
b. Metode modern jangka pendek
a) Implan
b) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
c. Metode Alamiah
a) Pantang berkala
b) Pengukuran suhu basal
c) Penilaian lendir vagina (Kemenkes RI, 2017).
2.1.6 Kondisi Kesehatan Dan Penyakit yang Perlu Diwaspadai Catin
1. Anemia
2. Kekurangan gizi
3. Hepatitis B
4. Diabetes Melitus
5. Malaria
6. TORCH
7. Thalasemia
8. Hemofilia
9. Infeksi Menular Seksual (IMS)
10. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
11. HIV/AIDS

8
2.1.7 Gangguan Dalam Kehidupan Seksual Suami Istri
1. Gangguan Seksual Pada Perempuan
a. Gangguan dorongan seksual : dorongan seksual hiperaktif
(nimfomania) atau dorongan seksual hipoaktif (frigid)
b. Gangguan bangkitan seksual : vagina kurang mengeluarkan cairan
meskipun sudah dalam keadaan terangsang
c. Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin setiap kali berhubungan
seksual
d. Tidal bisa / sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual.
2. Gangguan Seksual Pada Laki-laki
a. Gangguan dorongan seksual : dorongan seksual hiperaktif
(nimfomania) atau dorongan seksual hipoaktif (frigid)
b. Disfungsi ereksi (impotensi) : disebabkan oleh faktor fisik misal
menserita DM atau faktor psikis misal stres
c. Gangguan ejakulasi : ejakulasi dini / justru ejakulasi yang terlambat
d. Gangguan orgasme : tidak bisa merasakan orgasme.
3. Mencegah Gangguan Seksual
a. Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama
b. Bersikap dan berbicaralah secara terbuka apa adanya
c. Jaga kesehatan tubuh dan jiwa
d. Hindari gaya hidup yang tidak sehat : rokok, stres, kurang tidur, dsb.
e. Jangan mengkonsumsi obat/ramuan yang tidak jelas isi dan
indikasinya
f. Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi
g. Selalu usahakan untukmemiliki waktu khusus hanya berdua dengan
pasangan
h. Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin.
(Kemenkes RI, 2018).

9
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi
2.2.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
1) Biodata
a. Nama
Untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang lain.
Sastrawinata, 1983:154 (dalam Marmi, 2017:179)
b. Umur
Perempuan Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 -35
tahun (Prawirohardjo, dkk, 2010). Pada umur < 20 tahun, fisiologis
alat reproduksi belum sepenuhnya matang dan psikologis masih
belum stabil akibatnya meningkatkan risiko mengalami penyulit
saat hamil (Sukaesih, 2012). Sedangkan pada umur > 35 tahun,
fungsi alat reproduksi dan organ lainnya sudah menurun, apalagi
wanita yang hamil pertama pada usia ini, memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami preeklampsia (Indriani, 2012).
Semakin tua usia seseorang maka kesuburan juga menjadi
berkurang (RSUA, 2013). Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin
meningkatkan risiko kelainan baik fisik maupun psikis pada
keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
c. Suku/bangsa
Untuk menentukan adat istiadat atau budayanya (Marmi,
2017:179).
d. Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada
ibu selama memberikan asuhan (Marmi, 2017:179).
e. Pendidikan
Selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang pendidikan
dan pekerjaan orang tua, baik ayah maupun ibu, dapat
menggambarkan keakuratan data diperoleh serta dapat ditentukan
pola pendekatan dalam anamnesis (Wahidiyat, 2014:6).

10
f. Pekerjan
Untuk mengetahui apakah ibu terlalu lelah dalam pekerjaan yang
berhubungan dengan keseimbangan tubuh.
g. Alamat
Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal (Marmi,
2017:179).
2) Keluhan Utama
Keluhan atau sesuatu yang dirasakan oleh pasien yang mendorong
pasien mencari layanan kesehatan. (Kemenkes RI, 2017:63). Calon
pengantin biasanya dalam keadaan sehat.
3) Riwayat Menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi
dan gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali
yang merupakan tahap kematangan organ-organ seksual perempuan
dan tanda siklus masa subur telah mulai (Yusuf, dkk, 2014). Siklus
menstruasi dan gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa subur
(Indriarti, dkk, 2013).
1) Usia menarche: umumnya wanita mengalami menarche usia 12-16
tahun.
2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari
pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode
berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara
21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28
hari (Proverawati & Misaroh, 2009).
3) Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari
(Ramaiah, 2006), sedangkan menurut Proverawati & Misaroh
(2009) lama mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga
yang 7-8 hari.
4) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea
(Kusmiran, 2012)

11
5) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal
dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital. (Saifuddin,
2010).
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
Penjelasan dari keluhan utama, mendeskripsikan perkembangan gejala
dari keluhan utama tersebut dimulai saat pertama kali pasien
merasakan keluhan. Menemukan adanya gejala penyerta dan
mendeskripsikannya (lokasi, durasi, frekuensi, tingkat keparahan,
faktor yang memperburuk dan mengurangi keluhan. (Kemenkes RI,
2017:63)
5) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keterangan terperinci dari semua penyakit yang pernah dialami dan
sedapat mungkin menuliskan dengan urutan waktu, baik riwayat
penyakit yang diderita sewaktu kecil, penyakit yang diderita sesudah
dewasa beserta waktu kejadiannya serta riwayat alergi dan riwayat
operasi, riwayat pemeliharaan kesehatan atau riwayat trauma fisik
baik riwayat penyakit menular atau keturunan (Kemenkes RI,
2017:63-64).
6) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat mengenai ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara
perempuan pasien, dituliskan tentang umur, keadaan kesehatan
masing-masing bila masih hidup, atau umur waktu meninggal dan
sebabnya. Tuliskan hal-hal yang berhubungan dengan peranan
keturunan atau kontak diantara keluarga. Ada atau tidaknya penyakit
spesifik dalam keluarga, misalnya jantung, hipertensi, diabetes dan
sebagainya. (Kemenkes RI, 2017:64)
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor
genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga
memegang peran penting dalam mengkaji kondisi medis yang
diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit

12
arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia
merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial dan dapat
berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Varney,
2007).
7) Riwayat Sosial Ekonomi
Pendidikan terakhir, riwayat pekerjaan dan riwayat prilaku berisiko.
8) Aktivitas Seksual
Dampak adanya perilaku seks bebas pada remaja adalah dapat
menimbulkan rasa bersalah, takut, cemas, apabila terjadi kehamilan
dapat dikucilkan di masyarakat, timbul perasaan malu dan depresi.
Selain itu, mempengaruhi fisiologis perilaku seks bebas yiatu dapat
mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan sehingga
melakukan tindakan aborsi, dan tertular penyakit seksual seperti HIV
AIDS, sifilis, (Prawirohardjo, 2011).
9) Riwayat Pernikahan
Meliputi status perkawinan, usia pertama kali menikah, pernikahan
yang keberapa dan lama pernikahan sebelumnya, jumlah anak pada
pernikahan sebelumnya, status kesehatan pasangan sebelumnya,
riwayat penyakit pasangan sebelumnya, ada atau tidak perilaku
seksual beresiko serta hubungan dengan suami sekarang (Kemenkes
RI, 2017:54).
10) Aktivitas sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010:133). Kekurangan nutrisi akan berdampak pada
penurunan fungsi reproduksi (Felicia, dkk, 2015).
Angka Kecukupan Energi, Protein, Karbohidrat, Serat, dan Air
yang dianjurkan (per orang per hari) pada wanita usia 19-29 tahun
yaitu 2250 kkal, 60 g, 360 g, 32 g, dan 2350 ml (PMK. No 28, 2019).
2) Pola Eliminasi

13
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010:136).
3) Pola Istirahat
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif,
bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi
lebih kepada suatu urutan siklus yang berulang. Kebutuhan tidur
atau istirahat pada masa dewasa dengan rentan usia 18-40 tahun
biasanya mencapai 7-8/jam. (Kemenkes RI).
4) Pola Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan klien, kelelahan dapat
mempengaruhi sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu
penurunan sirkulasi hormone seksual (Idriss, dkk, 2015).
5) Pola Hubungan seksual
Mengetahui pernah/tidak pernah melakukan hubungan seksual.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum baik, Kesadaran : composmentis (Romauli,
2011).
b. Tanda-Tanda Vital
Tanda vital menurut Roumali (2011) :
Tekanan darah :Sistolik antara 110-130 mmhg,
diastolik antara 70-80 mmhg
Nadi :60-80 x/menit
RR :16-24 x/menit
Suhu :36,5-37,5 0C.
b. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Mengkaji adanya kelainan bawaan atau genetik, keadaan
rambut, kulit kepala, warna dan kebersihan atau keluhan dan

14
masalah yang dimiliki klien (Marmi, 2015:122)
b. Muka
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia.
Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya
masalah serius jika muncul dan tidak hilang setelah beristirahat
dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain (Marmi, 2015: 122)
c. Mata
Bentuk simetris, sklera putih, konjungtiva normal warna merah
muda. Jika konjungtiva pucat merupakan salah satu tanda
anemia (Romauli, 2011).
d. Mulut
Mulut dan gigi: Lidah bersih, gigi: tidak ada karies. (Marmi,
2017). Jika ada lesi, ada lubang pada gigi, bintik hitam, sering
terasa ngilu merupakan tanda dan gejala karies gigi (Alviani,
2016)
e. Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan vena
jugularis (Romauli, 2011). Jika ada pembengkakan kelenjar
limfe merupakan tanda adanya infeksi pada klien, ada
pembengkakan vena jugularis merupakan tanda adanya kelainan
jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit
Graves dan mencegah tirotoksikosis. (Marmi, 2015: 122)
f. Dada
Normal bila bentuk dada simetris, pernafasan teratur, tidak ada
retraksi intercostae, tidak ada wheezing dan ronchi (Marmi,
2011). Jika ada suara tambahan wheezing dan ronchi merupakan
salah satu gejala klinis yang berkaitan dengan PPOK/Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (Kemenkes RI, 2008).
g. Payudara
Tidak terdapat benjolan/massa yang abnormal (Marmi, 2015:

15
123). Jika ada benjolan, kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa
sakit, terdapat Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta,
ada kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi dan
venektasi merupakan diagnosis dari kanker payudara
(Kemenkes RI, 2008).
h. Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri
tekan. (Marmi, 2015: 123).
i. Ekstremitas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan
bebas, tidak ada varises (Marmi, 2015: 123).
j. Genetalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan,
lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina.
Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis. (Marmi, 2015:
123).
c. Pemeriksaan Antopometri
a. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat
melihat status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu
(Marmi, 2015:122)
b. Berat Badan
Berat badan (BB) adalah parameter antropometri yang
sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan
baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, BB berkembang mengikuti pertambahan umur. Berat
badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin
guna mengatasi penurunan atau penambahan BB yang tidak
dikehendaki (Marmi, 2015:121-122).

16
Anak perempuan yang agak gemuk cenderung mengalami
menarche dini, sedangkan anak yang kurus dan kekurangan gizi
cenderung mengalami siklusnya yang pertama lambat (Nugroho &
Utama, 2014.
c. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indeks
Masa Tubuh (IMT) merupakan proporsi standar berat badan
(BB) terhadap tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk
menilai status gizi catin dalam kaitannya dengan persiapan
kehamilan (Kemenkes RI, 2017:21).
d. LILA
Penapisan status gizi dilakukan dengan pengukuran
menggunakan pita LILA pada WUS untuk mengetahui adanya
risiko KEK. Ambang batas LILA pada WUS dengan risiko KEK
di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang
dari 23,5 cm atau dibagian pita merah LILA artinya perempuan
tersebut mempunyai resiko KEK, diperkiraka akan melahirkan
bayi BBLR. (Kemenkes RI, 2017:22).
d. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Hemoglobin
Pemeriksaan haemoglobin dilakukan untuk mendeteksi
adanya anemia dan penyakit ginjal. Peningkatan haemoglobin
dapat menunjukkan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru
obstruksi menahun, gagal jantung kongesif, dan lain-lain.
(Uliyah dan Hidayat, 2009:194)
HbsAg
Peradangan hati atau hepatitis disebabkan oleh virus
hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, ameba), alkohol,
obat-obatan, dan virus lain (dengue, herpes). Cara
penularannya untuk hepatitis A dan hepatitis E melalui

17
kotoran atau mulut, sementara hepatitis B, C, dan D melalui
kontak cairan tubuh (ibu ke anak, anak ke anak atau dari
dewasa ke anak, transfusi darah dan organ yang tidak
diskrining, penggunaan jarum yang tidak aman, hubungan
seksual, serta kontak dengan darah). (Kemenkes RI, 2017:2).
Penularan Hepatitis dari ibu ke anak atau secara
vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga 95%. Hal
tersebut yang mendasari Kemenkes memprioritaskan deteksi
dini hepatitis B pada ibu hamil terutama pada remaja dengan
persiapan kehamilan setelah menikah. (Kemenkes RI,
2017:2)
Sifilis
Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular
seksual) yang menimbulkan kondisi cukup parah misalnya
infeksi otak (neurosifilis), kecacatan tubuh (guma). Pada
populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis, bila tidak diobati
dengan adekuat, akan menyebabkan 67% kehamilan berakhir
dengan abortus, lahir mati, atau infeksi neonatus (sifilis
kongenital). Pada asuhan pra nikah dianjurkan untuk
pemeriksaan sifilis mengingat akan persiapan kehamilan
nantinya. (Kemenkes RI, 2013:1).
HIV/AIDS
Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya
penularan HIV pada bayi adalah dengan mencegah
perempuan usia reproduksi tertular HIV. Komponen ini dapat
juga dinamakan pencegahan primer. Pendekatan pencegahan
primer bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke
bayi secara dini, bahkan sebelum terjadinya hubungan
seksual. Hal ini berarti mencegah perempuan muda pada usia
reproduksi, ibu hamil dan pasangannya untuk tidak terinfeksi

18
HIV. Dengan demikian, penularan HIV dari ibu ke bayi
dijamin bisa dicegah. (Kemenkes RI, 2015:9).
Golongan Darah dan Rhesus
Pemeriksaan Golongan darah dan rhesus bertujuan
menghindari komplikasi fatal saat transfusi darah, yaitu
penghancuran sel darah (hemolisis). Sistem imun yang
dimiliki seseorang akan melihat antigen yang tidak cocok
dengan dirinya sebagai benda asing, sehingga antibodi dalam
tubuh akan menyerang serta menghancurkan sel darah.
Penghancuran sel darah ini dapat menyebabkan anemia,
gagal ginjal, gangguan paruparu, hingga syok anafilaktik.
(Kemenkes RI, 2017:77).
b. Pemeriksaan Darah Yang Dianjurkan
Gula Darah Sewaktu
Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan oleh pasangan
apalagi jika ada riwayat diabetes dalam keluarga.
Pemeriksaan tersebut diperlukan untuk mencegah dan
komplikasi yang disebabkan oleh diabetes. Terutama
ketika nanti hamil, wanita dengan risiko diabetes otomatis
kan turut membahayakan janin yang dikandung
(Kemenkes RI, 2017:80-81)
TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus, dan
Herpes)
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus Toksoplasma Gondii, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus II
(HSV-II). TORCH dapat menimbulka masalah kesuburan
(fertilitas) baik pada perempuan maupun laki-laki
sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan,
kecacatan janin, dan resiko keguguran. (Kemenkes RI,
2017:82).

19
2.3.2 Interpretasi Data
1. Diagnosa kebidanan
Calon pengantin dengan perencanaan/penundaan kehamilan
2. Masalah
Tidak ada
2.3.3 Diagnosa dan Masalah Potensial
1. Diagnosa potensial
Tidak ada
2. Masalah Potensial
Tidak ada
2.3.4 Tindakan Segera
Tidak ada
2.3.5 Perencanaan
Kriteria :
1. KU baik, kesadaran composmentis
2. TTV : TD : sistolik 110-130 mmHg, diastolik 70-80 mmHg, N 60-
100x/menit, R : 16-24 x/menit, S: 36.5-37.5 0C
3. IMT : 18.5-25.0 (kategori normal)
4. Tidak ada keluhan dan masalah
Intervensi :
Intervensi dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian
(Kemnkes RI. 2017).
1. Jelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti sangat
penting untuk klien memahami kondisinya dan mengambil keputusan
terkait dengan masalah yang dihadapi.
2. Berikan informed consent
Rasional : sebagai pertanggungjawaban bahwa klien bersedia atau tidak
diberi asuhan /pelayanan sesuai kondisinya
3. Lakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa, menggunakan kuesioner
yang dikembangkan oleh WHO yaitu self Reporting Questionere (SRQ-
20, dan berikan edukasi terkait kestabilan emosional pada calon

20
pengantin
4. Berikan HE tentang :
1) Pengetahuan kesehatan reproduksi
Dalam melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang
suami dan istri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik.
Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi serta fungsi dan prosesnya (Kemenkes RI, 2018).
a. Pentingnya Kesehatan Reproduksi
a) Catin perlu mengetahui mengetahui informasi kesehatan
reproduksi untuk menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi
yang sehat dan aman
b) Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus
mempersiapkan kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang
sehat dan berkualitas.
c) Catin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki
kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan
keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta
mendukung kehamilan dan persalinan yang aman
d) Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan
pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya
lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan
infeksi menular seksual
e) Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang
sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.

21
b. Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang
sama dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk
berpa jumlah anak mereka, jarak kelahiran, waktu kelahiran dan
dimana anak tersebut dilahirkan. Hak reproduksidan seksual
menjamin keselamatan dan keamanan calon pengantin, termasuk
didalamnya mereka harus mendapatkan informasi yang lengkap.
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin
mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat
membuat keputusan tanpa paksa. Informasi yang perlu diketahui
antara lain :
a) Kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping obat-
obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk
mengatasi masalah kespro
b) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan
infeksi saluran reproduksi (ISR), serta memahami cara
penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
c) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masinng alat dan obat kontrasepsi.
d) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan
agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan,
nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
e) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangan, serta dilakukan
dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.

22
Perilaku yang sebaiknya di hindari dalam aktivitas seksual
untuk menjaga kesehatan reproduksi :
a) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dn masa
nifas
b) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut.
c. Organ Reproduksi
Organ reproduksi atau alat reproduksi adalah bagian dari
tubuh yang berfungsi dalam proses melanjutkan keturunan.
a) Organ Reproduksi Perempuan
Ovarium (Indung telur)
Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran
telur (fimbrae) dan terletak di rongga pinggul, indung telur
berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali
indung telur kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan
sel telur. Sel telur adalah sel yang dihasilkan oleh indung
telur yang dapat dibuahi oleh sperma sehingga terjadi
konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel telur akan ikut
keluar bersama darah saat menstruasi.
Tuba Fallopi (Saluran Telur)
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi
untukmengantar ovum dari indung telur menuju rahim.
Fimbrae (Umbai-umbai)
Dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini
berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung
telur
Uterus (Rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuk sepeti pir dan
berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidk hamil,
besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung,
dindingnya terdiri dari:
- Lapisan parametrium : lapisan paling luar dan yang

23
berhubungan dengan rongga perut
- Lapisan myometrium : lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
- Lapisan endometrium : lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini
terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
Serviks (Leher Rahim)
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat
persalinan tiba, leher rahim membuka sehingga bayi dapat
keluar.
Vagina (Liang Senggama)
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan
diameter depan ± 6.5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang
bersifat elastis dengan berlipat-lipat. Fungsinya sebagai
tempat penis berada saat bersenggama, tempat keluarnya
menstruasi dan bayi.
Klitoris (Kelentit)
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan
dibanding dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan
yang lain. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan
saraf.
Labia (Bibir Kemaluan)
Terdiri dari dua labia, yaitu labia mayor dan labia minor.
b) Organ Reproduksi Laki-Laki
Testis (Buah zakar)
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari
dengan bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum,
diluar rongga panggul karena pembentukan sperma
membutuhkan suhu yang lebih rendah dari suhu badan
(36.70C). Sperma merupakan sel yang berbentuk seperti
berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan

24
saat ejakulasi bersama cairan manidan bila bertemu dengan
sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
Skrotum (Kantung buah zakar)
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat-lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis.
Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis
ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar
relatif tetap.
Vas deferens (Saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis
menuju ke uretra/saluran kencing pars prostatika. Vas
deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ± 2,5 mm.
Saluran ini muara dari epididimis yaitu saluran-saluran yang
berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan air mani
(semen), yang berguna untuk memberikan makanan pada
sperma
Penis
Berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran untuk
pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran
penis kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak
dipompa ke penis sehingga berubah menjadi tegang dan
besar disebut sebagai ereksi. Bagian glans adalah bagian
depan /kepala penis. Glans banyak mengandung pembuluh
darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin
(preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan dengan cara
membuang kulit preputium. Secara medis sunat dianjurkan
karena memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkenan infeksi, radang dan
kanker.

25
d. Cara Merawat Organ Reproduksi :
a) Pakaian dalam dan celana dalam (CD) diganti minimal 2 kali
sehari. Jangan pakai celana dalam bolak-balik.
b) Menggunakan CD berbahan yang menyerap keringat
c) Pakai handuk yang bersih, kering, tidak lembab dan tidak bau.
d) Khusus untuk Perempuan:
Bersihkan organ reproduksi luar sehabis buang air besar dan
kecil, siram air dari arah depan ke belakang.
Keringkan organ reproduksi luar dengan handuk lembut yang
bersih dan tidak lembab atau tisu yang tidak mudah robek dan
tidak beraroma.
Basuh organ reproduksi luar dengan air tawar bersih dan
sedikit sabun setiap habis mandi.
Bila datang bulan, ganti pembalut secara teratur yaitu 4-6kali
sehari (paling lama setiap 4 jam sekali).
e) Khusus untuk Laki-Laki:
Sangat dianjurkan untuk disunat/khitan supaya terhindar dari
kemungkinan kanker penis dan kanker leher rahim pada istri
nanti.
Bersihkan organ reproduksi luar setiap habis buang air kecil,
basuh glandula penis
Jangan memakai celana terlalu ketat, tebal, atau yang dapat
membuat skrotum menjadi panas dalam waktu lama.
Rasional : pengetahuan dan pendidikan kespro bertambah, sehingga
kesehatan semakin baik untuk mempersiapkan kehamilan
2) Penundaan dan Perencanaan kehamilan
Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki
janin yang sedang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap kehamilan harus
direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik.
(Kemenkes RI, 2017)
Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan

26
saat yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan
jumlah anak. Menurut Kemenkes RI (2017) perencanaan kehamilan
bertujuan untuk mencegah :
a. Terlalu Muda (< 20 tahun)
b. Terlalu Tua (> 35 tahun)
c. Terlalu Dekat Jarak Kehamilan (< 2 tahun)
d. Terlalu Sering Hamil (> 3 anak)
Bila terjadi kehamilan dengan 4 terlalu akan berdampak tidak
baik bagi kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu direncanakan
karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan yang baik dan
terhindar dari penyakit (Kemenkes RI, 2017).
a. Dampak Usia Kehamilan Muda dan Kehamilan Tua
Menurut Kemenkes RI (2017:105) dampak usia kehamilan
terlalu muda dan tua yaitu sebagai berikut :
a) Kehamilan pada usia muda (<20 tahun)
Organ reproduksi belum berkembanga sempurna
Keracunan kehamilan (pre eklamsi)
Keguguran
Perdarahan
Resiko panggul sempit sehingga menyulitkan saat bersalin
Bayi lahir sebelum waktunya
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Cacat bawaan
Masalah mental sosial (Ibu belum siap menerima kehamilan)
b) Kehamilan pada usia tua (>35 tahun)
Dapat meningkatkan resiko hipertensi dalam kehamilan
Diabetes
Pre eklamsi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Cacat Bawaan
Lahir Sebelum waktunya

27
Keguguran
b. Mencegah Kehamilan Usia Muda
Menurut Kemenkes RI (2017:105) cara mencegah kehamilan
di usia muda, yaitu :
a) Mengupayakan pernikahan pada perempuan usia diatas 20
tahun.
b) Tunda kehamilan pertama sampai usia perempuan diatas 20
tahun.
c) Konsultasikan dengan petugas kesehatan mengenai metode
kontrasepsi yang tepat
d) digunakan untuk menunda kehamilan sesuai dengan kondisi
pasangan suami istri.
c. Metode Kontrasepsi yang dapat digunakan untuk Penundaan dan
Penjarangan Kehamilan
Menurut Kemenkes RI (2018) berikut merupakan metode
kontrasepsi yang dapat digunakan untuk penundaan dan
penjarangan kehamilan, yaitu:
a. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Implant
b. Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)
Kondom
KB Suntik
KB Pil.
c. Metode Alamiah
Pantang berkala
Pengukuran suhu basal
Penilaian lendir vagina.
Rasional : agar klien dapat mempersiapkan dengan baik
sehingga tidak terjadi komplikasi
3) Kondisi Dan Penyakit yang perlu diwaspadai pada Catin

28
Kondisi yang perlu di waspadai pada catin yang akan
merencanakan kehamilan
a. Anemia
Sekitar dari 1 dari 5 wanuta usia subur (WUS) di
Indonesia menderita kekurangan darah (anemia). Anemia adalah
kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah ≤ 12
mg/dL.anemia dapat menimbulkan resiko pada kehamilan dan
persalinan. Anemia sering dialami oleh perempuan karena
kurangnya asupan atau konsumsi makanan yang mengandung
zat besi, pengaturan pola makan yang salah, gangguan haid, dan
penyakit lainnya (Malaria, kecacingan dan lain-lain). Tanda
anemia antara lain :
5L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lunglai)
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
Anemia dapat dicegah dan diatasi dengan :
Mengkonsumsi makanan gizi seimbang
Minum tablet tambah darah (TTD) 1 tablet per minggu
sebelum hamil dan 1 tablet per hari selama kehamilan
Mengobati jika ada penyakit penyerta yangmenyebabkan
anemia.
Jika catin perempuan mengalami anemia, perlu segera
mendapatkan penanganan kesehatan sampai Hb normal (≤ 12
mg/dL) dan menunda kehamilan dengan berKB (Kemenkes RI,
2018).
b. Kekurangan Gizi
Kondisi kurang gizi dalam keadaan terus menerus dapat
mengakibatkan Kurang Energi Kronis (KEK). KEK dalah
keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori
dan protein) yang berlangsunglama atau menahun. KEK
merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang di alami
WUS termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.

29
Untuk mengetahui status KEK wanita usia subur adalah
dengan cara mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA). Ambang
batas normal LiLA pada WUS dengan KEK di Indonesia adalah
23.5 cm, artinya apabila LiLA ≤ 23.5 cm WUS mengalami
KEK. Jika catin mengalami gizi kurangsebaiknya menunda
kehamilan dengan ber-KB dan mendapatkan penanganan sampai
status gizinya baik (Kemenkes RI, 2018).
Penyakit-Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Pada Catin
a. Infeksi Menular Seksual (IMS)
a) Pengertian
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit infeksi
yang salah satu penularannya melalui hubungan seksual
(Kemenkes RI, 2018)
b) Gejala IMS
Adanya cairan yang keluar dari alat kelamin (vagina, penis)
atau cairandari anus, yangberbedadari biasanya
Rasa perih/nyeri/panas pada saat kencing atau setelah
kencing, atau menjadi sering kencing
Ada luka terbuka/basah di sekitar kelamin atau sekitar mulut.
Luka ini bisa nyeri bisa tidak
Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam /
kutil disekitar kemaluan
Terjadi pembengkakan pada lipatan paha
Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung zakar
Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan haid/menstruasi
Keluar darah setelah berhubungan seksual
Demam.
Kemenkes RI, 2017.

c) Jenis IMS yang sering dijumpai :

30
Gonore dan klamidia berakibat kemandulan jika tidak diobati
dengan benar
Kondiloma akuminata (Jengger ayam) dan herpes genetalis
sangat menjengkelkan karena bersifat kambuhan seumur
hidup
Hepatitis berbahaya jika sudah parah dan merusak hati
Sifilis pada bayi yang dilahirkan dari perempuan penderita
sifilis seringkali cacat / lahir dalam IUFD
HIV merupakan virus yang pada tahap AIDS dapat
mematikan
Kemenkes RI, 2017.
d) Pencegahan Terinfeksi IMS
Jaga kebersihan alat kelamin
Tidak berhubungan seksual
Menggunakan kondom
Setia pada pasangan
Menghindari faktor pencetus
Bila ada gejala, segera periksa ke fasilitas pelayanan
kesehatan dan minum obat sesuai anjuran.
e) Tindakan Jika Terinfeksi IMS
Jangan mengobati sendiri
Segera periksa kefasilitas kesehatan
Minum obat teratur dan sampai tuntas sesuai petunjuk dokter
Jangan berhubungan seksual sampai IMS sembuh
Minta pasangan segera memeriksakan diri kefasilitas
pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengetahui adanya
penularan.
f) Keterkaitan IMS dengan HIV DAN AIDS dan Hepatitis B
HIV DAN AIDS dan Hepatitis B termasuk IMS karena
ditularkan melalui hubungan seksual
Luka karena IMS bisa menjadi pintu masuk HIV

31
Orang yang pernah terkena IMS sebaiknya melakukan tes
HIV.
b. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
Macam-macam ISR menurut Kemenkes RI (2017) sebagai berikut :
a) Kandidosis vaginalis
Gejala klinis berupa pruritusvulva, inflamasi pada introitus
dan labia, disertai edeme / fisura, duh tubuh vagina bergumpal,
putih, kadang kental, atau kekuningan pH vagina <4,5.
Kompliasi : kulit sekitar vulva lecet. Pencegahananya dengan
cara jagakebersihan alat kelamin.
b) Vaginosis bakterial
Gejala klinis berupa vagina berbau amis terutama setelah
senggama, duh tubuh vagina tidak terlalu banyak, homogen,
putih keabu-abuan, melekat pada dinding vagina, tidak ada
tanda inflamasi. Masa inkubasi beberapa hari sampai 4 minggu,
pH vagina >4,7, tes amin (+). Komplikasi yang dapat terjadi
adalah padawanita hamil dapat menyebabkan KPD, prematur
dan BBLR.
c) Trikomoniasis
Gejala klinis berupa duh tubuh vagina homogen, banyak,
purulen, kadang berbusa, mukosa vagina eritema, berbau seperti
ikan busuk, dapat disertai pruritus vulva, pH vagina > 5. Masa
inkubasi beberapa hari sampai 4 minggu. Komplikasi pada
trikomoniasis adalah pada wanita hamil dapat menyebabkan
partus prematur, BBLR..
c. HIV dan AIDS
a) Pengertian
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (sel darah
putih / limfosit). Virus HIV memiliki kemampuan
memperbanyak diri dalam tubuh manusia.

32
AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome, adalah
sekumpulan gejala penyakit akibat hilang atau menurunnya
sistem kekebalan tubuh.
b) Penularan HIV
HIV tidak ditularkan melalui :
Menggunakan toilet serta makan dan minum bersama orang
dengan HIV DAN AIDS (ODHA)
Bersentuhan, berpelukan / mencium (selama tidak
luka/sariawan/berdarah dalam mulut/gigi berlubang), berjabat
tangan dengan ODHA
Gigitan nyamuk / serangga
Tinggal serumah / tidur bersama dengan ODHA
Berenang/berolahraga bersama dengan ODHA.
Cara penularan HIV
Media Penularan Cara Penularan
Cairan kelamin Hubungan seksual
Darah Pengguna jarum suntik bersama yang
tidak steril diantara pengguna napza
suntik
Benda tajam alat cukur, jarum
akupunktur, alat tindik yang tercemar
darah yang mengandung HIV
Darah Ibu ke bayi yang dikandung
dalam rahimnya
Transfusi darah yang mengandung HIV
Dari Ibu HIV ke Selama kehamilan
bayi Saat persalinan
Saat menyusui
Kemenkes RI, 2017
c) Pencegahan HIV/AIDS
Cara pencegahan agar tidak tertular HIV/AIDS dengan A,B,C,D
dan E yaitu :

33
A (Abtinence) : Tidak melakukan hubungan seksual pra
nikah
B (Be Faithful) : Bagi yang sudah menikah untuk bersikap
saling setia dengan pasangan, tidak berganti-
ganti pasangan
C (Condom) :Menggunakan kondom untuk kelompok
berisiko tinggi.
D (Drugs) :Tidak menggunakan NAPZA, tidak
menggunakan alat suntik, alat tindik dan alat
tato bersama
E (Education) :Membekali diri dengan informasi yang benar
dan komprehensif tentang HIV DAN AIDS
yang dapat diperoleh di layanan kesehatan
terdekat dan program HIV atau “E” /
Equipment : pakai alat-alat yang bersih, steril,
sekali pakai, diantaranya jarum sunti, alat
cukur dan lain sebagainya.
d) Penanganan Kasus HIV/AIDS
HIV dapat diketahui melalui VCT (Voluntaru Counselling
& Test). Dengan mengetahui status HIV lebih dini, infeksi akan
cepat diketahui sehingga dapat segera dimulai upaya pengobatan
dan perawatan.
Setiap orang yang terinfeksi HIV dan memenuhi syarat
dianjurkan untuk minum obat ARV (Anti Retroviral Virus).
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV
dan AIDS. ARV adalah obat untuk mengendalikan jumlah virus
di dalam tubuh yang bertujuan untuk:
Menghambat infeksi oportunistik

Meningkatkan kualitas hidup penderita HIV

Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak

34
terdeteksi
Meningkatkan kualitas hidup penderita HIV.
d. Hepatitis B
Merupakan penyakit menular berupa peradangan hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B dapat
ditularkan melalui darah/cairan tubuh dari penderita yang
terinfeksi, seperti cairan seresbrospinal, cairan vagina dan cairan
tubuh lainnya. Apabila salah satucatin menderita hepatitis B, akan
dapatmenularkan kepada pasangannya dan keturunannya.
Gejala : tidak khas, sering tanpa gejala sehingga banyak
orang yang tidak menyadari dirinya terinfeksi. Gejala seringkali
timbul dalam keadaan penyakit yang sudah lanjut seperti penyakit
hati bahkan kanker hati, hepatitis seringkali disebut sebagai silent
killer / penyakit mematikan. Gejala yang dapat timbul antara lain :
a) Demam, mual muntah, rasa lelah
b) Kencing berwarna gelap seperti teh
c) Mata dan kulit berwarna kuning.
Pencegahan : menghindari faktor risiko penularan Hepatitis B
dan Imunisasi Hepatitis B yang diberikan sebanyak 3 kali, yaitu
pada bulan ke 0,1 dan 6. Bila sudah terinfeksi Hepatitis B : segera
konsultasi ke dokter, perlukaan pada kulitharus selalu dibalut dan
tidak berbagi pratan pribadi.
e. Diabetes Melitus
Merupakan penyakit kronis yangditandai dengan peningkatan
kadar gula darah dalam darah ≥ 200 mg/dL (GDS). DM disebabkan
oleh kurangnya / ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan
hormon insulin.

Gejala pada DM menurut kemenkes RI (2018) :


a) Trias DM (banyak inum, banyak makan, sering kencing)
b) Mudah lelahdan mengantuk

35
c) Penglihatan kabur
d) Penurunan BB meskipun nafsu makan mengalami peningkatan
e) Bila terdapat luka sulit sembuh
f) Masalah pada kulit misal gatal-gatal, iritasi dll.
Dampak terhadap kehamilan menurut kemenkes RI (2018) :
a) Bayi lahir lebih besar (Makrosomia)
b) Bayi berisiko mengalami hiperbilirubinemia (kuning)
c) Peningkatan risiko kelahiran prematur, hipertensi dalam
kehamilan, diabetes kehamilan dan risiko mengidap diabetes
saat dewasa.
Pencegahan : menjaga pola makan dengan gizi seimbang,
melakukan aktivitas fisik dan periksa kesehatan secara rutin.
f. Malaria
Malaria ini disebabkan sekelompok parasit plasmodium yang
hidup dalam sel darah merah yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina. Malaria juga dapat ditularkan tranfusi
darah yang terkontaminasi parasit plasmodium.
Seseorangyangmenderita malaria dapatterlihat sehat dan tidak
menunjukkan gejala.
Pencegahan yangdilakukan antara lain :
a) Penggunaan kelambu saattidur
b) Tutup pintu dan jendela menggunakan kawat/kassa/kelambu
nilon
c) Gunakan pakain pelindung yang menutupi lengan dan kaki
saatkeluar rumah
d) Gunakan obat/cream anti nyamuk (Kemenkes RI, 2018).

g. TORCH
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus toksoplasma,
rubella, cytomegalovirus dan herpes simplex virus (HSV-II) serta

36
virus lainnya.
a) Penularan
Penularan aktif : konsumsi makanan dan sayuran yang
terkontaminasi virus TORCH dan tidak dimasak sempurna.
Makanan/sayuran dapat terkontaminasi virus TORCH dari
kotoran hewan seperti kucing, anjing, ayam, dan lain-lain.
Penularan pasif : dari ibu hamil pengidap TORCH ke janin.
b) Dampak
Infertilitas (baik catin perempuan ataupun laki-laki)
Jika hamil dapat mengakibatkan kecacatan pada janin
(kelainan saraf, mata, telinga, otak dan lain-lain).
Apabila diperlukan, catin perempuan sebaiknya diskrining TORCH
untuk menyiapkan calon ibu agar dapat menjalani kehamilan dan
melahirkan bayi yang sehat.
c) Pencegahan
Vaksinasi MMR (Mumps Mealeas Rubella) : mencegah
komponen rubellaa dari TORCH dilakukan 3-6 bulan dari
rencana hamil
Perilaku hidup bersih sehat : cuci tangan pakai sabun, cuci
bahan makanan dengan air bersih yang mengalir dan memasak
makanan sampai matang sempurna (Kemenkes RI, 2018).
h. Thalasemia
Merupakan penyakit kelainan sel darah merahakibat
kekurangan protein pembentuk sel darah merah yang menyebabkan
sel darah merah mudah pecah,sehingga penderita mengalami
kurangdarah berat yangdapat mengancam jiwa. Penyakit ini
diturunkan oleh kedua orangtua penderita thalasemia kepada anak
kandung dan keturunannya. Terdapat 2 jenis thalasemia yaitu
thalasemia minor (tampak sehat, tidak ada gejala) dan thalasemia
mayor (perlu pengobatan, tranfusi darah rutin seumurhidup).
Deteksi dini : memiliki keluarga dengan riwayat thalasemia

37
dan anemia serta pucatdan lemah. Untuk mencegah kelahiran anak
dengan thalasemia mayor dilakukan melalui :
Skrining thalasemiasedini mungkin/ sebelum menikah pada
catin
Jika kedua pasangan catin penderita thalasemia memutuskan
untuk tetap menikah, anjurkan untuk menghindari kehamilan
dengan selalu menggunakan KB, karena jika hamil berisiko
melahirkan anak dengan thalasemia minor (Kemenkes RI,
2018.)
i. Hemofilia
Merupakan penyakit/gangguan faktor pembekuan darah dalam
tubuh yang menyebabkan perdarahan sulit berhenti atau
berlangsung lebihama dan umumnya dialami oleh laki-
laki.Penyakit ini diturunkan oleh salah satu arau kedua orang tua
kepada anak kandung dan keturunannya. Apabila salah
satupasangan adalah penderita / pembawa sifat hemofilia maka
berisiko menurunkan penyakit hemofilia pada anak kandung dan
keturunannya.
a) Gejala
Perdarahan sulit berhenti / berlangsung lebih lama. Tingkat
keparahan tergantung dari jumlah faktor pembekuan di dalam
darah
Mudah memarpada kulit yang terbentur, persendian bengkak
dan nyeri, mimisan, sering muntah, sakit kepala, cepatlelah
dan penglihatan ganda.
b) Pencegahan
Untuk mencegah risiko kelahiran anak dengan hemofilia
dilakukan :
Skrining hemofilia sedini mungkin / sebelum menikah pada
catin laki-laki maupun perempuan. Jika salah satu catin
merupakan penderita hemofila memutuskan untuk tetap

38
menikah dan mempunyai anak akan berisko melahirkan anak
dengan hemofilia.
Penggunaan kontrasepsi untuk menghindari kehamilan.
(Kemenkes RI, 2018).
Rasional : pengetahuan dan pendidikan mengenai kondisi dan
penyakit yang perlu diwaspai padacalon pengantin bertambah,
sehingga dapat menjaga kesehatan untuk mempersiapkan
kehamilan.
4) Kesehatan Jiwa
Sehat jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara prosuktifdan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya (Kemenkes RI, 2018).
Ciri-ciri sehat jiwa menurut Kemenkes RI (2018) antara lain :
a. Perasaan sehat dan bahagia
b. Menyadari kemampuan diri
c. Merasa nyaman terhadap diri sendiri
d. Dapat menerima orang lain apa adanya
e. Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
f. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
g. Mampu menghadapi tantangan hidup
h. Mempunyai sikap positif terhadap diri dan orang lain.
5) Pengetahuan tentang fertilitas/kesuburan (masa subur)
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri)
untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria
(suami) yang mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010).
Masa subur adalah saat ovarium (indung telur) melepaskan ovum (sel
telur) yang sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur (tuba
fallopi). Masa subur adalah periode dalam siklus menstruasi dimana
konsepsi atau fertilisasi (pembuahan) paling mungkin terjadi. Masa

39
subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjadi
(Purwandari, 2011). Puncak masa subur biasanya terjadi pada hari ke
13 hari setelah hari pertama haid. Masa subur dapat diketahui dengan
cara menghitung ovulasi/maa subur pada wanita (Kemenkes RI,
2018).
Tanda-tanda masa subur menurut Kemenkes RI (2018) :
a. Perubahan lendir serviks : cairan bertekstur lengket dan kental
b. Dorongan seksual meningkat : terjadi karena hormon estrogen dan
progesteron meningkat
c. Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak
:dikarenakan meningkatnya hormon progesteron
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia
subur antara lain :
a. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Pada usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat
yang memungkinkan berisiko lebih besar mengalami anemia,
pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur. Sedangkan
usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah. Meskipun pada umur
40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil, namun fertilitas
menurun cepat sesudah usia tersebut. Usia reprodukstif perempuan
yang terbaik pada usia 20 tahunan, selanjutnya kesuburan secara
bertahap menurun pada usia 30 tahun, terutama setelah usia 35
tahun (American Society for Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara
perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia
pubertas ditandai dengan perkembangan organ reproduksi, rata-rata
umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi laki-laki mencapai
keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah
sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya

40
pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan
karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi (Khaidir,
2006). Disarankan pria untuk menikah pada usia kurang dari 40
tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume
seminal, dan fragmentai DNA telah mengami penurunan kualitas
sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
b. Frekuensi sanggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum, akan terjadi bila koitus (senggama)
berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel
spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi
wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi
sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum
seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga
bila kiotus dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa
terjadi pembuahan (Khaidir, 2006).
c. Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri
akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan
pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan
pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8
bulan.Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur
merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan (Khaidir,
2006).

6) Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)


Hal-hal yang harus dihindari dalam pernikahan menurut
kemenkes RI (2018) antara lain :

41
a. Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak rambut,
menyudut dengan rokok, melukai, dan lain-lain)
b. Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentarkomentar
yang merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-lain)
c. Kekerasan seksual (memaksa dan menuntut berhubungan seksual,
melakukan hubungan seksual yang tidak aman)
d. Penelantaran rumah tangga (tidak memberi nafkah lahir dan batin,
melarangpasangan bekerja)
e. Eksploitasi (memanfaatkan, memperdagangkan dan memperbudak
pasangan).
Apabila terjadi tindak kekerasan, maka sebaiknya suami
maupun istri berupaya mencari solusi lebih dahulu dengan cara
berdialog / mencari bantuan/meditasi dengan menceritakan kejadian
kepada orangtua, teman dekat / kerabat yang dapat dipercaya.
Langkah-langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah :
a. Mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
penanganan pada luka fisik maupun psikis, dan atau rujukan
b. Melapor ke P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak)
c. Melapor ke polisi (Unit Pelayanan Pereempuan dan Anak/UPPA)
dan mendapatkan visum dari dokter atas permintaan polisi
penyidik.
d. Mendapatkan pendampingan dari tokoh agama, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), psikolog atau Lembaga Bantuan Hukum
(LBH).

7) Pemeriksaan kesehatan bagi catin


Menurut Kemenkes RI (2018) dalam rangka mempersiapkan
kesehatannya sebelum menikah, catin perlu menjalani beberapa

42
prosedur pemeriksaan, antara lain :
a) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu, nadi, frekuensi napas dan tekanan darah

b) Pemeriksaan status gizi


Berat badan
Tinggi badan
Lingkar Lengan Atas (LILA)
Tanda-tanda Anemia
c) Pemeriksaan Darah Rutin
Hemoglobin
Pemeriksaan haemoglobin dilakukan untuk mendeteksi
adanya anemia dan penyakit ginjal. Peningkatan haemoglobin
dapat menunjukkan indikasi adanya dehidrasi, penyakit paru
obstruksi menahun, gagal jantung kongesif, dan lain-lain.
(Uliyah dan Hidayat, 2009:194). Kadar Hb normal pada WUS di
Indonesia adalah 12 mg/dL.
Golongan Darah dan Rhesus
Pemeriksaan Golongan darah dan rhesus bertujuan menghindari
komplikasi fatal saat transfusi darah, yaitu penghancuran sel
darah (hemolisis). Sistem imun yang dimiliki seseorang akan
melihat antigen yang tidak cocok dengan dirinya sebagai benda
asing, sehingga antibodi dalam tubuh akan menyerang serta
menghancurkan sel darah. Penghancuran sel darah ini dapat
menyebabkan anemia, gagal ginjal, gangguan paruparu, hingga
syok anafilaktik. (Kemenkes RI, 2017:77).

d) Pemeriksaan Darah Yang Dianjurkan


Gula Darah Sewaktu

43
Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan oleh pasangan apalagi
jika ada riwayat diabetes dalam keluarga. Pemeriksaan tersebut
diperlukan untuk mencegah dan komplikasi yang disebabkan
oleh diabetes. Terutama ketika nanti hamil, wanita dengan risiko
diabetes otomatis kan turut membahayakan janin yang
dikandung (Kemenkes RI, 2017:80-81)
HbsAg
Peradangan hati atau hepatitis disebabkan oleh virus
hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, ameba), alkohol, obat-
obatan, dan virus lain (dengue, herpes). Cara penularannya
untuk hepatitis A dan hepatitis E melalui kotoran atau mulut,
sementara hepatitis B, C, dan D melalui kontak cairan tubuh
(ibu ke anak, anak ke anak atau dari dewasa ke anak, transfusi
darah dan organ yang tidak diskrining, penggunaan jarum yang
tidak aman, hubungan seksual, serta kontak dengan darah).
(Kemenkes RI, 2017:2).
Penularan Hepatitis dari ibu ke anak atau secara
vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga 95%. Hal
tersebut yang mendasari Kemenkes memprioritaskan deteksi
dini hepatitis B pada ibu hamil terutama pada remaja dengan
persiapan kehamilan setelah menikah. (Kemenkes RI,
2017:2)
Sifilis
Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular
seksual) yang menimbulkan kondisi cukup parah misalnya
infeksi otak (neurosifilis), kecacatan tubuh (guma). Pada
populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis, bila tidak diobati
dengan adekuat, akan menyebabkan 67% kehamilan berakhir
dengan abortus, lahir mati, atau infeksi neonatus (sifilis
kongenital). Pada asuhan pra nikah dianjurkan untuk

44
pemeriksaan sifilis mengingat akan persiapan kehamilan
nantinya. (Kemenkes RI, 2013:1).
HIV/AIDS
Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya
penularan HIV pada bayi adalah dengan mencegah perempuan
usia reproduksi tertular HIV. Komponen ini dapat juga
dinamakan pencegahan primer. Pendekatan pencegahan primer
bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi
secara dini, bahkan sebelum terjadinya hubungan seksual. Hal
ini berarti mencegah perempuan muda pada usia reproduksi, ibu
hamil dan pasangannya untuk tidak terinfeksi HIV. Dengan
demikian, penularan HIV dari ibu ke bayi dijamin bisa dicegah.
(Kemenkes RI, 2015:9).
TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus, dan
Herpes)
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus Toksoplasma Gondii, Rubella, Cytomegalovirus (CMV)
dan Herpes Simplex Virus II (HSV-II). TORCH dapat
menimbulka masalah kesuburan (fertilitas) baik pada perempuan
maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit terjadinya
kehamilan, kecacatan janin, dan resiko keguguran. (Kemenkes
RI, 2017:82).
8) Pelayanan gizi
Status gizi catin perempuan perlu diketahui dalam rangka
persiapan kehamilan. Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran
Indeks Massa Tubuh (IMT), untuk catin perempuan ditambah dengan
pengukuran LILA. IMT merupakan proporsi standar BB terhadap TB.
Pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko
kekurangan energi kronis (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS
dengan KEK di Indonesia adalah 23.5 cm. Apabila ≤ 23.5 cm artinya
perempuan tersebut mengalami KEK.

45
Cara menghitung IMT:

Keterangan :
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
Klasifikasi Nilai IMT
Status Gizi Kategori IMT
Sangat kurus Kekurangan BB < 17.0
tingkat berat
Kurus kekurangan BB 17-18.5
tingkat ringan
Normal Normal 18.5-25.0
Gemuk Kelebihan BB >25.0-27.0
tingkat berat
Obesitas Kelebihan BB >27.0
tingkat berat
Kemenkes RI, 2018.
Sebelum memasuki jenjang pernikahan,catin perlu melakukan
persiapan gizi antara lain :
a. Setiap pasangan catin dianjurkan mengkonsumsi makanan gizi
seimbang
b. Setiap catin perempuan dianjurkan mengkonsumsi tablet tambah
darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu
sekali.
c. Bagi catin perempuan yang mengalami KEK dan anemia maka
perlu ditentukan penyebabnya dan ditatalaksana sesuai dengan
penyebab tersebut.
d. Untuk mendapatkan masukan gizi seimbang ke dalam tubuh catin
perlu mengkonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka ragam
setiap hari atau setiap kali makan.kelima kelompok pangan tersebut
adalah makanan pokok, lauk pauk,sayuran, buah-buahan dan

46
minuman. Proporsi dalam setiap kali makan dapat digambarkan
dalam “isi piringku” yaitu :
a) 1/3 piring berisi makanan pokok
b) 1/3 piring berisi sayuran
c) 1/3 piring berisi lauk pauk, dan buah-buahan dalam porsi yang
sama
e. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh
tetap sehat :
a) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari
e) Hindari minum teh dan kopi setelah makan
f) Batasi mengkonsumsi garam, gula dan lemak/minyak.

Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada


dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara
zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat
badan secara teratur. Adapun 4 pilar gizi seimbang yangdapat
dijadikan pedoman untuk gaya hidup sehat :
a. Mengkonsumsi makanan yang beragam
Tidak ada satu jenispun pangan yang mempunyai kandungan zat
gizi yang lengkap kecuali ASI untuk bayi 0-6 bulan.
b. Membiasakan perilaku hidup bersih
Adanya hubungan timbal balik antara infeksi dan status gizi.
c. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh.
d. Mempertahankan berat badan normal
Merupakan salah satu indikator bahwa telah terjadi keseimbangan
gizi di dalam tubuh.

Asam folat dibutuhkan selama masa kehamilan. Asam folat


merupakan komponen penting yang harus dipenuhi sebelum
kehamilan dan selama masa-masa awal kehamilan untuk mencegah
defek tabung saraf serta berbagai abnormalitas kongenital yang terkait

47
dengan asam folat seperti defek jantung, anomali saluran kemih, cleft
oral facial, dan defek anggota gerak. (Moore,2015). Sedangkan
menurut Goetzl (2017) asam folat sangat dianjurkan untuk semua
wanita, terutama yang sedang mengikuti program hamil. Pada pasien
yang ingin hamil, perlu dilakukan edukasi prakonsepsi mengenai
konsumsi asam folat selama kehamilan. Suplementasi asam folat
perikonsepsi dapat menurunkan angka terjadinya neural tube defects.
Folat dapat ditemukan dalam beberapa macam makanan,
termasuk dalam daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan, telur,
dan susu. Asam folat tersedia dalam bentuk multivitamin atau dalam
suplemen tunggal. Folat yang terkandung dalam makanan memiliki
sifat yang kurang stabil yang tidak tahan terhadap penyimpanan dan
proses pemasakan, sehingga bentuk sintetisnya yaitu asam folat sering
digunakan sebagai suplemen dan tambahan pada makanan seperti
dalam tepung, pasta, roti, atau sereal (Goetzl, 2017; Crider, 2011).
Secara umum kebutuhan asam folat pada wanita hamil
meningkat dari normal. Kebutuhan asam folat pada wanita usia subur
dan ibu hamil sekitar 400-600 mikrogram per hari (0,4-0,6 mg/hari).
Lebih dari separuh dari semua neuraltube defect dapat dicegah
dengan asupan harian 400 mikrogram asam folat sepanjang periode
perikonsepsi. Terdapat bukti yang juga menunjukkan bahwa
insufisiensi folat merupakan masalah global yang berkaitan dengan
perkembangan otak (Ars, 2016). Penambahan asam folat pada masa
kehamilan sangat penting selain dapat mencegah terjadinya kecacatan
pada bayi, dapat juga mengurangi berbagai risiko yang terjadi
misalnya preeklampsia. Angka kecukupan sehari asam folat di
Indonesia yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah 400 mikrogram per
hari (Sutrisminah dan Nasriyah; Criders, 2011). Pemberian asam folat
0,4 hingga 1,0 mg setiap hari tidak menyebabkan bahaya pada fetus
yang sedang berkembang atau pada wanita hamil (Moore, 2015).
Kekurangan asam folat sangat berpengaruh pada perkembangan

48
sistem saraf, terutama otak dan tulang belakang janin. Asam folat
sangat berperan penting pada fase awal pembentukan janin, yaitu
pada fase pembentukan sistem saraf pusat. Jika perkembangan janin
terganggu, maka akan mempengaruhi perkembangan janin, yakni
pembentukan tulang kepala dan wajah (bibir sumbing), sistem
hormonal (gangguan menstruasi), fungsi kognitif (gangguan belajar),
sistem motorik (kelunpuhan atau keterlambatan), sistem otonom
(gangguan berkemih dan defekasi), serta gangguan pada jantung
(Sutrisminah dan Nasriyah, 2011).
Seorang wanita dengan anak sebelumnya mengalami neural
tubedefect dapat mengurangi 2-5% risiko rekurensi hingga lebih dari
70% dengan suplemen asam folat 4 mg setiap hari yang dikonsumsi
selama sebulan sebelum konsepsi dan selama trimester pertama.
Seperti ditekankan oleh American Academy of Pediatrics dan
American College of Obstetricians and Gynecologists, dosis tersebut
harus dikonsumsi sebagai suplemen terpisah dan bukan sebagai tablet
multivitamin. (ACOG, 2016).
9) Skrining dan imunisasi tetanus
Imunisasi Tetanus pada catin perempuan penting untuk
mencegah dan melindungi dari penyakit tetanus baik bagi diri sendiri
maupun bagi bayi yang akan dilahirkan kelak.
Tabel Status Imunisasi Tetanus pada Catin

Kemenkes RI, 2017


Jadwal imunisasi lanjutan Tetanus Neonatorum

49
Kemenkes RI, 2015
a. Imunisasi Td untuk WUS termasuk ibu hamil dan catin, merupakan
imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap penyakit
tetanus dan difteri.
b. Catin perempuan perlu mendapat imunisasi tetanus agar memiliki
kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan
terlindung dari penyakit tetanus.
c. Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali
imunisasi tetanus lengkap (T5).
d. Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi tetanus
(status T) melalui skrining. Jika status T belum lengkap, maka catin
perempuan harus melengkapinya di Puskesmas.
e. Pemberian imunisasi tetanus tidak perlu diberikan, apabila status T
sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan catatan yang
tercantum antara lain : pada kartu imunisasi, buku KIA, buku rapor
kesehatanku, kohort dan / rekam medis catin yang bersangkutan.
10) Kolaborasi dengan petugas laboratorium, gizi, psikologi
untuk melakukan pemeriksaan darah sebagai deteksi dini penyakit
menular, deteksi dini kekurangan gizi (KEK/Obesitas) dan mendeteksi
adanya gangguan psikosial pada catin.
11) Pengobatan / terapi dan rujukan sesuai indikasi yang dibutuhkan
2.3.6 Pelaksanaan/Implementasi

50
Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
2.3.7 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat.

BAB 3

51
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA PRAKONSEPSI CALON
PENGANTIN DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN

3.1 Pengkajian
Tanggal : 13 Oktober 2020
Pukul : 08.00 WIB
Tempat : Puskesmas Simomulyo Surabaya
Oleh : Asri Hartutika
3.1.1 Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Nn. N Tn. M. A
Umur : 22 tahun (22-04-1998) 26 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK S1
Pekerjaan : Swasta Swasta
Alamat : Simo Tambaan 2/2, Surabaya Dk. Gogor GG 3/16
2. Keluhan utama
- Utama : tidak ada
- Tambahan : Klien datang bersama calon suami ingin memeriksakan
kesehatan untuk persiapan pernikahan dan ingin suntik TT.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari, teratur
Lama : 6-7 hari
Banyaknya : 2-3 x/hari ganti pembalut
Keluhan : tidak ada
HPHT : 25-9-2020

4. Riwayat Penyakit Sekarang

52
Klien sehat, tidak ketergantungan obat-obatan apapun. Klien tidak
memiliki penyakit menurun (DM, hipertensi, thalasemia, dan lain-lain),
tidak memiliki penyakit menular (HIV, TBC, dan lain-lain) dan tidak
memiliki penyakit menahun (jantung, batuk rejan dan lain-lain).
Status imunisasi catin perempuan saat kecil lengkap karena selalu
mengikuti imunisasi di Posyandu dan mengikuti suntik saat SD. Setelah
menikah klien ingin merencanakan kehamilan.
5. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada catin perempuan tidak memiliki riwayat alergi obat dan
makanan. Klien pernah menderita sakit tifus saat masih SMP dan kuliah
semester 4 (klien tidak dirawat inap, hanya istirahat dirumah satu mingu
dan periksa di dokter praktik langganan), tidak pernah mengalami
kekerasan fisik/ riwayat trauma fisik. Sedangkan pada catin laki-laki tidak
memiliki riwayat alergi obat dan makanan. Tidak pernah dan tidak sedang
menderita penyakit menular (hepatitis, HIV, TBC, dll), penyakit menurun
(hipertensi, DM, asma, dll)dan penyakit menahun seperti jantung, batuk
rejan dll.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di dalam anggota keluaga catin perempuan (ibu dan kakak)
menderita asma, selain itu tidak ada yang menderita penyakit menular
(HIV, TBC, hepatitis), penyakit menurun (hipertensi, diabetes) dan
penyakit menahun seperti jantung. Sedangkan di dalam anggota keluaga
pada catin laki-laki tidak ada yang menderita penyakit menular (hepatitis,
HIV, TBC, dll), penyakit menurun (hipertensi, DM, asma, dll)dan penyakit
menahun seperti jantung, batuk rejan dll.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Saat ini catin perempuan masih kuliah semester 8, klien kerja part
time di salah satu rumah makan di Surabaya. Klien tidak pernah merokok,
tidak pernah menggunakan narkoba/obat-obatan terlarang, dan tidak
pernah melakukan seks bebas. Sedangkan catin laki-laki saat ini sedang
bekerja di salah satu perusahaan di surabaya bagian accounting. Klien

53
tidak merokok, tidak pernah menggunakan narkoba/obat-obatan terlarang,
dan tidak pernah melakukan seks bebas.
8. Riwayat Pernikahan
Pernikahan pertama klien dan pernikahan pertama calon suami klien
pula. Menikah atas kehendak pribadi. Klien menyatakan sudah siap secara
fisik dan psikologis dalam mempersiapkan pernikahannya
9. Aktivitas Seksual (Sexuality)
Klien mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual diluar nikah.
10. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Pola makan
Catin perempuan : tidak ada gangguan nafsu makan, makan 2-3
x/hari, porsi sedang (nasi, sayur, lauk), buah kadang-kadang. Klien
lebih sering makan makan rumah dan makanan restoran tempat ia
kerja.
- Catin laki-laki : tidak ada gangguan nafsu makan, makan 3-4 x/hari,
porsi sedang (nasi, sayur, lauk), buah kadang-kadang. Klien lebih
sering makan makan rumah
2) Pola Istirahat
- Catin perempuan : Malam hari 7-8 jam/hari, siang biasanya tidur
tidur karena bekerja
- Catin laki-laki : Malam hari 7-8 jam/hari, siang biasanya tidur tidur
karena bekerja
3) Pola Personal Hygiene
- Catin perempuan : Mandi 2x/hari, keramas 3x/minggu, gosok gigi
2x/hari, ganti pakain dalam 2x/hari
- Catin laki-laki : Mandi 2x/hari, keramas 3x/minggu, gosok gigi
2x/hari
4) Eliminasi
- Catin perempuan : BAB 1x/hari, normal, BAK 4-5x/hari, normal
- Catin laki-laki : BAB 1x/hari, normal, BAK 4-5x/hari, normal
5) Aktivitas

54
- Catin perempuan : klien sehari-hari kerja di rumah makan, setelah
pulang kerja klien hanya dirumah saja. Klien jarang melakukan
olahraga
- Catin laki-laki : klien sehari-hari kerja disebuah perusahaan bagian
accounting, setelah pulang kerja klien hanya dirumah saja. Klien
melakukan olahraga seminggu sekali.

3.1.2 Data Obyektif


1. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Suhu : 36.6 oC
c. Nadi : 86 x/menit
d. Respirasi : 20 x/menit
4) Berat badan : 50
5) Tinggi badan : 150 cm
6) IMT : 50 kg/ 1.502 = 22.22 (kategori normal)
7) LILA : 25 cm (Tidak KEK).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada catin laki-laki dan catin perempuan sebagi
berikut :
1) Kepala : tidak teraba massa di kepala
2) Muka : tidak pucat, tidak odem, tidak berjerawat
3) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada kelainan
4) Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, dan tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
5) Dada : tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan teratur
6) Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas operasi dan tidak
ada massa

55
7) Punggung: tidak ada kelainan skoliosis, lordosis dan kifosis
8) Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian
9) Ekstremitas
- Atas : tidak odem, akral hangat
- Bawah : tidak odem, tidak ada varises
3. Pemeriksan Penunjang
Tanggal : 13-10-2020
Golongan darah : B+ A+
HbsAg : Non reaktif Non reaktif
Sifilis : Non reaktif Non reaktif
HIV : Non reaktif Non reaktif
Kolaborasi interprofesi :
Psikolog : tidak ada gangguan psikologis
3.2 Analisa Data
Nn. N Calon Pengantin dengan perencanaan kehamilan
3.3 Penatalaksanaan
No Tanggal Penatalaksanaan
1. Selasa, 1. menginformasikan hasil pemeriksaan dan
13-10-2020 merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan
Jam : 08.00 pada catin
WIB 2. Melakukan informed consent pada catin
3. Memberikan HE tentang :
1) Pengetahuan tentang prakonsepsi
2) Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
(pentingnya kesehatan reproduksi, hak reproduksi
dan seksual, organ reproduksi dan cara menjaga
kebersihan organ reproduksi)
3) Perencanaan kehamilan(pengertian, tujuan)
4) Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada
Catin (Anemia, KEK, IMS, HIV, dsb)
5) Kesehatan jiwa (ciri-ciri sehat jiwa)

56
6) Pengetahuan tentang fertilitas (cara menghitung
masa subur, tanda masa subur, faktor yang
mempengaruhi masa subur)
7) Kekerasan dalam rumah tangga (jenis kekerasan
rumah tangga)
8) Pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin
(pemeriksaan ttv, pemeriksaan status gizi,
pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan sesuai
indikasi masalah)
9) Pelayanan Gizi Seimbang ( makanan yang dimakan
dianjurkan merupakan makanan yang beragam. Yang
divisualisasikan dalam “Isi Piringku” yaitu antara
lain :
1/3 untuk makanan pokok
1/3 untuk sayuran
1/3 terdiri dari lauk pauk dan buah-buahan
Batasi konsumsi makanan yang mengandung tinggi
gula, garam dan minyak.
4. Skrining imunisasi. Status imunisasi klien TT 4
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter umum, ahli gizi,
dan psikolog untuk pemeriksaan penunjang lainnya.
6. Memberikan terapi obat asam folat 1x1 (400 mcg)30.
7. Catin perempuan dan catin laki-laki mengerti dan
memahami serta bersedia melakukan asuhan kebidanan
yang telah diberikan.

BAB 4

57
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan antara teori yang didapat dari
beberapa sumber dan kenyataan di lahan yang telah diuraikan dalam tinjauan
kasus pada bab 3, untuk memperoleh gambaran tentang kesamaan dan
kesenjangan dalam melakukan asuhan kebidanan yang didapat.
Pada pengkajian data subjektif ditemukan bahwa Nn.”N” calon pengantin
perempuan berumur 22 tahun. Hal ini sesuai dengan BKKBN (2017) usia Nn.“N”
sudah termasuk dalam usia ideal untuk melakukan pernikahan, usia ideal untuk
menikah bagi perempuan adalah minimal 21 tahun. Batasan usia minimal 21
tahun bagi perempuan ditetapkan karena pada masa ini wanita dianggap sudah
siap meghadapi kehidupan keluarga, baik dari segi kesehatan maupun emosional.
Selain itu usia wanita berusia 21 tahun sudah masuk dalam usia reproduksi ideal,
saat dimana organ reproduksi berkembang dengan optimal dan siap untuk
menjalankan fungsi-fungsinya.
Pada pengkajian data obyektif didapatkan bahwa KU baik, kesadaran
composmentis, TD: 110/70 mmHg, N:86x/menit, R: 20x/menit, S: 36.6 0C, IMT
22.22 (normal). Pemeriksaan fisik tidak ditemukan gangguan/kelainan dan
dipemeriksaan golda B+, HbsAg : non reaktif, sifilis non reaktif, HIV non reaktif.
Dari hasil pemeriksaan semua normal.
Analisa data yang dapat ditegakkan adalah Nn. “N” usia 22 tahun, calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan. Dari hasil analisa data maka
penatalaksanaan yang dilakukan antara lain :menjelaskan hasil pemeriksaan dan
merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan pada catin, melakukan
informed consent pada catin, memberikan HE pada catin sesuai dengan
permasalahan, melakukan kolaborasi dengan dokter umum, ahli gizi, dan psikolog
dan melakukan evaluasi. Calon pengantin mengerti dan memahami serta bersedia
melakukan asuhan kebidanan yang telah diberikan.
Setelah dilakukan pengkajian data subyektif dan obyektif menunjukkan
bahwa Nn. N umur 22 tahun dengan perencanaan kehamilan dalam keadaan sehat,
tidak ada masalah dan gangguan psikologis.

58
59
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dalam melakukan asuhan kebidanan pada calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Penulis mampu menjelaskan konsep asuhan kebidanan pranikah secara
umum
2. Penulis mampu menjelaskan konsep pranikah dengan perencanaan
kehamilan
3. Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pranikah sesuai dengan
standar asuhan kebidanan
4. Penulis mampu melakukan evaluasi terkait asuhan kebidanan pranikah
yang sudah diberikan
5. Nn. N umur 22 tahun dengan perencanaan kehamilan. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan status kesehatan baik, tidak ada masalah, tidak
ada gangguan psikologis dan status gizi baik.
5.2 Saran
1. Bagi calon pengantin
Mempersiapakan diri secara fisik dan mental sebelum menikah.
Memeriksakan diri ke tenaga kesehatan agar dapat dideteksi bila ada
kelainan dan segera ditatalaksana sehingga saat ibu menikah dan hamil ia
dalam kondisi optimal.
2. Bagi Puskesmas
Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah ada.
3. Bagi mahasiswa
1) Lebih banyak belajar tentang persiapan prakonsepsi agar dapat
memberikan pelayanan pada klien secara komprehensif dan sesuai
kebutuhan.

60
2) Lebih banyak berlatih dalam berkomunikasi dan memberikan KIE
kepada Klien agar klien bisa lebih terbuka dan KIE yang diberikan
dilaksanakan oleh klien.

61
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Bagi Calon Pengantin.


Jakarta. Kemenkes RI. 2018
2. Kemenkes RI. Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Bagi Calon Pengantin.
Jakarta. Kemenkes RI. 2018
3. Kemenkes RI. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Bagi Konselor Sebaya
4. Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat
5. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2018
6. Prawirohardjo,S. Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT.Bina Pustaka.2009
7. Varney H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta.EGC.2017.
X

62

Anda mungkin juga menyukai