Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

DINAS KESEHATAN KOTA


UPTD PUSKESMAS KETABANG
Jl. Jaksa Agung Suprapto no 10, Telp. 5311999
SURABAYA

LAPORAN KEGIATAN ORIENTASI PENGUATAN SISTEM DETEKSI DINI DAN


TINDAK LANJUT IVA POSITIF PADA KANKER LEHER RAHIM
31 OKTOBER 2019 – 2 NOVEMBER 2019

I. LATAR BELAKANG
Kanker serviks yang menyerang daerah leher rahim merupakan penyebab
kematian tertinggi kedua pada wanita di dunia setelah penyakit kanker payudara dan
merupakan penyebab utama kematian wanita di negara berkembang. Data dari
Global Burden Cancer (GLOBOCAN), International Agency for Research on Cancer
(IARC) menunjukkan pada tahun 2012 insidens kanker serviks di seluruh dunia
sebesar 16 per 100.000 penduduk. Negara dengan angka penderita kanker serviks
tertinggi yaitu Malawi dengan prevalensi sebanyak 75 per 100.000 penduduk, disusul
oleh Mozambik dan Komoro. Berdasarkan data dari World Health Organization
(WHO) pada tahun 2014 terdapat lebih dari 528.000 kasus baru dan 266.000 kasus
kematian di seluruh dunia akibat kanker serviks pada wanita dengan usia 15-44
tahun. Kanker serviks merupakan salah satu masalah utama kesehatan reproduksi
pada perempuan di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI) pada tahun 2013, kejadian kanker serviks di Indonesia
sebesar 0,8%. Provinsi yang memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks
terbesar adalah Provinsi Jawa Timur dengan estimasi 21.313 kasus. Sumatera Barat
merupakan provinsi ke-8 dengan estimasi jumlah kasus terbanyak di Indonesia yaitu
sebesar 2.285 kasus. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 prevalensi kanker serviks di Sumatera Barat sebesar 170 per 100.000
penduduk. Menurut data dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) pada tahun 2007 Kota
Padang merupakan penyumbang utama sebagai daerah dengan angka kejadian
kanker serviks terbanyak dengan jumlah 107 kasus di provinsi Sumatera Barat.
Kanker serviks dapat diantisipasi dengan melakukan deteksi dini. Beberapa deteksi
dini yang bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan kanker serviks adalah Pap
Smear, Pap net, servikografi, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 1 /
Januari 2019 70 tes inspeksi visual asam asetat (IVA), tes high-risk type (HPV),
kolposkopi, dan sitologi berbasis cairan. Dari beberapa macam metode dalam deteksi
dini kanker serviks, tes IVA menjadi metode yang saat ini menjadi program
pemerintah di seluruh puskesmas di Indonesia, yaitu dengan gerakan pencegahan
dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia. Kegiatan ini merupakan bagian
dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat dan berkualitas, hal ini sesuai dengan
tercapainya Nawacita kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia.
Pemeriksaan IVA merupakan program yang tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman
teknis pengendalian kanker serviks dan payudara.

II. DASAR
1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Permenkes No. 29 tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 34 tahun 2015 tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim

III. TUJUAN
 Menambah wawasan untuk meningkatkan cakupan program deteksi dini kanker
serviks dengan menggunakan pemeriksaan Test IVA
 Memberikan awareness ke masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker
leher Rahim.

IV. PELAKSANAAN/ TEMPAT
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari : Kamis - Sabtu
b. Tanggal : 31 Oktober 2019 – 2 November 2019
c. Pukul : 07.30- 17.00 WIB
d. Tempat : Hotel Wyndham Casablanca Jakarta Jl. Casablanca no. Kav. 18,
RT 4 / RW 12, Menteng Dalam Jakarta Selatan

Nara Sumber dan Materi


No. Materi Nara Sumber
1. Implementasi Etikolegal HOGI
Program See and Treat
2. Penguatan Sistem Deteksi Dini Kasubdit PKKD
dan Tindak Lanjut Kanker
Leher Rahim
3. Upaya Promosi Kesehatan Dit. Promkes
Untuk Mendorong Masyarakat
Melakukan Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim
4. Peran FKTP dalam mendukung Dit PKP
upaya deteksi dini dan tindak
lanjut IVA positif
5. Implementasi system Teledovia HOGI
dalam mendukung see and
treat
6. Peran POGI dalam mendukung POGI
see and treat
7. Peran Dinkes dalam Dinkes BALI
mengintegrasikan program
deteksi dini dan tindak lanjut
IVA

1. Ringkasan Materi :
Medikolegal adalah kristalisasi semua dimensi praktik kedokteran yang benar untuk
mencapai tujuan-tujuan baik profesi kedokteran yang dilaksanakan korsa dan pribadi
dokter baik dalam pelbagai hal kehidupan kemasyarakatan yang dibakukan dalam
moralitas/nilai, prinsip/asas, doktrin/ajaran, dan ketentuan hukum. Sumber hukum
tertulis atau tidak tertulis suatu profesi kedokteran dalam asuhan medik, pelayanan
kesehatan dan pelayanan kemanusiaan lainnya (yang didalamnya terdapat hukum
kedokteran sebagai inti dari hukum kesehatan).

Etikolegal adalah kesesuaian dan konsistensi nilai-nilai, teori dan prinsip etika
terhadap hukum khususnya praktik tenaga kesehatan, dalam rangka idealisasi
kaidah dasar bioetika (hal baik, bermanfaat, adil dan penghargaan
ham/kemanusiaan dll) di masyarakat.

Beberapa hal yang harus mendapat perhatian khusus:

1. Beberapa contoh panduan penyusunan Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical
Pathway dibuat, untuk rumah sakit kelas B dan C, dengan pemikiran kemungkinan
tenaga sumber dayanya terbatas dan sangat disibukkan oleh pelayanan. Contoh
tersebut dapat diadopsi secara utuh apabila kondisinya sesuai. Harus dilakukan
penyesuaian oleh tim Mutu Komite-komite di Rumah Sakit (Komite Medik, Komite
Keperawatan dan Komite Profesi lainnya) agar dapat diterapkan pelaksanaannya
di Rumah Sakit tersebut.
2. Harus selalu dibuatkan Disclaimer (wewanti/ketidak patuhan pada prosedur)
apabila oleh karena suatu sebab/kondisi tertentu prosedur tidak dipatuhi.
Disclaimer dibuat oleh DPJP dan ditulis pada Rekam Medis. Kewajiban penulisan
disclaimer ini sangat penting, karena akan dapat menghindarkan DPJP dari
tuntutan hukum dikemudian hari dan dapat menjadi bahan evaluasi efektifitas
Clinical Pathway yang telat dibuat (revisi).
Syarat kompetensi
Sehubungan dengan pelimpahan kewenangan ini, syarat kompetensi harus
ditentukan didalam Surat Penugasan Klinis (SPK) dengan Rincian Kewenangan
Klinis (RKK) yang dibuat oleh Sub Komite Kredential komite keperawatan
(PMK49/2013) dan disahkan oleh direktur. Artinya tidak semua perawat dapat
diberikan kewenangan delegatif dari dokter akan tetapi hanya perawat yang
kompeten dan sudah disahkan dan tercantum kompetensinya didalam Rincian
Kewenangan Klinis (RKK) Kepatuhan dan pelaksanaan semua prosedur
pelayanan medis ini adalah untuk menjamin keselamatan pasien dan untuk
menghindarkan tuntutan hukum bagi perawat.

Peran FKTP dalam mendukung upaya deteksi dini dan tindak lanjut IVA
positif:

1. FKTP harus memenuhi kompetensi fasyankes dalam hal sarana, prasarana,


alat kesehatan, sumber daya manusia, dll untuk melakukan pelayanan dalam
upaya deteksi dini dan tindak lanjut IVA positif
2. Kompetensi tenaga kesehatan dibutuhkan terutama dalam melakukan upaya-
upaya promotif, preventif dengan tetap melakukan kuratif dan rehabilitatif
3. Rujukan kasus IVA positif dilakukan sesuai kebutuhan dan kompetensi

Peran Fasyankes Primer

1. Promotif: KIE gaya hidup sehat melalui Germas


KIE penyebab dan faktor risiko kanker leher rahim
2. Preventif: Menerapkan CERDIK, PATUH
Skrining kesehatan melalui Posbindu PTM
3. Kuratif: Tata laksana penyakit sesuai kompetensi
4. Rehabilitatif: Home care untuk pasien dengan Kanker Leher Rahim

Promosi Kesehatan adalah proses untuk memberdayakan masyarakat melalui


kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat agar
berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta
menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal.
Upaya Promosi Kesehatan Untuk Mendorong Masyarakat Melakukan
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

Strategi kie

• Analisis masalah kesehatan

• Prioritaskan masalah kesehatan

• Tetapkan segmentasi sasaran KIE

• Kajian formatif identifikasi perilaku kini, harapan

• Susun strategi komunikasi melalui:

– Penetapan tujuan KIE (pengetahuan, sikap, perilaku)

– Penetapan metode dan teknik KIE

– Penetapan pesan dan media KIE

– Penyusunan rencana kegiatan KIE

– Pembuatan, produksi dan distribusi, atau penggunaan media KI

PERAN POGI

Model 5 Pilar dalam pelaksanaan See and Treat

- Struktur - Cakupan screening


Organisasi coverage
(KemKes, (70 – 80%)
Kemendagri,P - Cakupan
OGI, HOGI, Vaksinasi HPV
HOGSI, FCP, - Peningkatan temuan
YKI) Lesi prakanker
- Registrasi~Surv - Penurunan Ca Cervix
eillance stadium lanjut
- Monitoring/Eval - Penurunan kematian
uasi kanker serviks
- Budget

Pelatihan

Target Peserta :

1. Dokter ObsGin (Standarisasi Metode Deteksi Dini, Tatalaksana Lesi Prakanker


Serviks, TOT)
2. Bidan dan dokter Umum (Petugas Lini terdepan)

3. Kader kesehatan (TOMA, ibu-ibu PKK daslam DasaWisma)


Implementasi System Teledovia Dalam Mendukung See and Treat
11/1/2019 5:53:00 AM
Perbandingan PAP SMIR, IVA dan Tes HPV DNA
PERBANDINGAN SKRINING TES PAP DAN IVA
Metode
Skrining
PAP SMIR IVA TES HPV

DNA
Petugas Sample takers Bidan Bidan
kesehatan (Bidan/perawat/dokter Perawat Perawat
umum/Dr. Spesialis ) Dokter umum Dokter umum
Dr. Spesialis Dr Spesialis
Skrinner / Sitologist /
Patologist
Sensitivitas 70%--80% 65%-- 96% 94 - 100%
Spesifisitas 90%-- 95% 54%-- 98% 90 - 95%
Hasil 1 hari–1 bulan Langsung 1 minggu – 1
bulan
Waktu periksa Hindari saat haid, Kapan saja Hindari saat haid
Malam sebelumnya (sebaiknya tidak
tidak sanggama saat haid
banyak)
Sarana Spekulum Spekulum Spekulum
Lampu sorot Lampu sorot lampu sorot
Kaca benda Asam asetat Kit HPV
Laboratorium Laboratorium
Biaya Rp125.000,- - Rp 25.000,00 Rp. 170.000 – Rp.
Rp.150.000,- 600.000
Dokumentasi Ada (dapat dinilai Tidak ada / Ada
ulang) Sekarang ada
dengan HP 
DoVIA

IVA – DoVIA – TeleDOVIA


Tip and Tricks
Tip
1. Minta Izin dengan santun
2. Jika foto dokumentasi final,
akan dikirim atau di print,
tampilan serviks 80% dari ruang
3. Tidak menulis nama langsung digambar kode saja
Tricks
Di tiap-tiap merk HP ada program untuk memudahkan mendapat
dokumentasi yang baik
Misal
Samsung : assestive light
Oppo : isi Cahaya (fill light)
Lain –lain : senter, Torch, Camscaner, Camera plus

Inovasi meningkatkan efektivitas IVA


 VIA - DoVIA – Documentation of VIA

Tele-DoVIA

0812 9330 0101
Portal

Normal Periksa berkala tiap 1-3 tahun

Ringan, Jika perlu (akut)


Sedang diberikan obat

Servisitis
Berat Rujuk untuk biopsi

IVA

• LEEP , LLETZ*
• Krioterapi
Tindak Lanjut Terapi lain: Cold Coagulation & TCA**)
IVA positif

Di Layanan primer : Rujuk Dokter


Tidak Dapat Krioterapi SpOG
(lesi >75%)

Kanker Rujuk Dokter


SpOG
Peran Dinkes dalam mengintegrasikan program deteksi dini dan tindak lanjut
IVA
Program prioritas bid. Kesehatan provinsi bali

Strategi  Meningkatkan sinergitas antara pemerintah pusat, provinsi, Kab/Kota,


swasta, BPJS, LSM, BKKBN, BNP dan pemangku kepentingan lainnya
Arah Kebijakan 
Meningkatkan Jumlah dan Mutu Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan jumlah, mutu dan pemerataan tenaga kesehatan dan penempatan
tenaga spesialis tertentu di Puskesmas
Menyusun Regulasi Sistem Kesehatan Krama Bali Sejahtera dan Standar
Pelayanan Kesehatan di Provinsi Bali
Mengembangkan Program Jaminan Kesehatan Krama Bali Sejahtera
Mengembangkan Sistem Data Base Riwayat Kesehatan Krama Bali Sejahtera
Berbasis Kecamatan yang Terintegrasi
Mengembangkan Kesehatan Pariwisata dan Kesehatan Tradisional
Komplementer di Fasilitas Kesehatan
Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan

V. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan :
Acara berjalan sesuai dengan rencana dan lancar. Peserta yang hadir terdiri atas
perwakilan dari beberapa provinsi diantaranya Dinas Kesehatan, Puskesmas, POGI,
HOGI, PDUI serta rumah sakit.
Terapi cryoterapi belum masuk standar kompetensi 4 yang bisa dilakukan oleh dokter
umum sehingga masih perlu pengawasan melalui system TELEDOVIA.
2. Saran :
Diadakannya pelatihan cryo yang memenuhi syarat sehingga dokter umum bisa
mendapatkan sertifikat kompetensi dan dapat melakukan cryoterapi secara mandiri.

VI. PENUTUP
Demikianlah laporan saya buat dengan harapan dapat dipergunakan dan
dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya.

Mengetahui

Plt.Kepala Puskesmas Ketabang Yang Membuat Laporan

dr. Joyce Hestia Nugrahanti dr.Denti Lina Rouli Tumanggor


NIP. 19750923 200701 2 020 NIP. 19840404 201402 2 002

Anda mungkin juga menyukai