Anda di halaman 1dari 15

MINI REVIEW : ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER PADA

REMAJA DENGAN DISMENORE MENGGUNAKAN TERAPI


AKUPRESUR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik (Stase 1)


Program Studi Profesi Bidan

Disusun oleh:

Nadya Muallifatus Sulhah


P20624821026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN TASIKMALAYA
2021/2022
A. Pendahuluan
Setiap wanita mengalami pengalaman menstruasi yang berbeda-beda,
sebagian wanita yang menstruasi tanpa keluhan, namun ada pula yang
mengalami keluhan seperti mual muntah, dismenore, lemah dan lesu yang
dapat menghambat aktivitas Dismenore menggambarkan keluhan nyeri atau
kram perut yang menyakitkan menyebabkan ketidaknyamanan dalam
melakukan aktivitas fisik (arini purnamasari). Berdasarkan angka kejadian
nyeri haid di Indonesia yaitu 54,89%, setengah dari wanita di Indonesia
mengalami nyeri haid/ dismenorea, dari berbagai gangguan yang terjadi pada
perempuan saat menstruasi mereka juga disisi lain harus beraktifitas sama
seperti perempuan yang tidak sedang mengalami menstruasi (indah sewi sari).
Upaya dalam menangani nyeri haid (dismenorea) dapat dilakukan secara.
nonfarmakologis untuk membantu mengurangi nyeri haid diantaranya dengan
sejumlah rempah-rempah, kompres hangat pada punggung, perut bagian
bawah, mandi air hangat, melakukan pemijatan olahraga, aroma terapi,
mendengarkan musik, membaca buku atau menonton film dapat menolong.
Akupresur yaitu tindakan fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan
stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh (garis aliran energi atau meridian)
untuk menurunkan nyeri haid dan terbukti bermanfaat untuk pencegahan
penyakit. Salah satu efek penekanan titik akupresur dapat meningkatkan kadar
endorfin yang berguna untuk pereda nyeri yang diproduksi tubuh dalam darah
dan opioid peptida endogeneus di dalam susunan syaraf pusat (fitria).

B. Tinjauan Literatur
1. Definisi Dismenorea
Dysmenorrhea yaitu nyeri pada menstruasi dimana dikategorikan selaku
nyeri singkat selama ataupun sebelumnya menstruasi, dimana terjadi
sepanjang satu hingga beberapa hari pada saat menstruasi (nia helena).
Dismenore adalah keluhan ginekologis akibat ketidakseimbangan hormon
progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbul rasa nyeri yang
paling sering terjadi pada wanita (Murtiningsih, 2015). Dismenore
bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang timbul akibat adanya
kelainan dalam rongga panggul dan mengganggu aktifitas perempuan,
bahkan sering kali berdampak pada remaja usia sekolah karena
menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari (januari K).
2. Klasifikasi Dismenorea
a. Dismenoea Primer
Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa ada
kelainan pada alat-alat genetalia yang nyata dimana tubuh mengalami
proses fisiologis yang normal . Dismenorea primer terjadi pada 90%
wanita dan biasanya terasa setelah mereka menarche dan berlanjut
hingga usia pertengahan 20an atau hingga mereka memiliki anak,
sedangkan persentasi kejadian dismenorea pada remaja putri sekitar
60%-90%. Nyeri ini dapat mengakibatkan penurunan aktivitas pada
tubuh dan kualitas hidup pada perempuan (siti husaidah). Dismenore
primer biasanya terjadi pada perempuan muda nulipara dengan
pemeriksaan pelvis normal (Wirawan et al, 2011).
Dismenore primer dialami oleh 60- 75% wanita muda. Pada 75%
wanita yang mengalaminya intensitas kram ringan atau sedang,
sedangkan pada 25% nyerinya berat dan membuat penderita tidak
berdaya.
b. Dismenorea Sekunder
Dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang disebabkan
kelainan ginekologis seperti terjadinya endometriasis (Sukarni &
Wahyu, 2013). Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi
pada 25% wanita yang mengalami dismenore dan penyebabnya adalah
endometritis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba fallopi, perlekatan
abnormal antzara organ diperut dan pemakaian IUD(Intra Uterin
Device) (Ernawati, 2010).
3. Faktor-Faktor Penyebab Dsimenorea
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nisa’a. D,R dan Dirgantara, D
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan beratnya gejala
dismenorea adalah usia yang lebih muda saat terjadinya menarche, periode
menstruasi yang lebih lama, banyaknya darah yang keluar selama
menstruasi, perokok, riwayat keluarga dengan dismenorea, depresi atau
anxietas dan obesitas. Selain itu dalam penelitian lain yang dilakukan oleh
Hayati, Agustin and Maidartati (2020) menjelaskan bahwa beberapa faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya dismenorea yaitu :
1. Status Nutrisi
Pada penelitian tersebut sebagian besar yang mengalami
dismenorea berstatus nutrisi underweigh, status gizi nerupakan salah
satu hal yang penting dari kesehatan manusia, status gizi setiap
manusia dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh salah satunya fungsi
organ reproduksi. Asupan gizi yang baik dan seimbang berpengaruh
terhadap pemebntukan hormon-hormon yang terlibat dalam menstruasi
yaitu hormone FSH, LH, estrogen, dan progesterone. Status gizi dikaji
dari IMT seseorang dengan membagi berat badan dengan tinggi badan
dalam meter kuadrat, indeks massa tubuh yang berada dalam kategori
underweight dan overweight dapat berpengaruh pada fungsi reproduksi
remaja.
Menurut Astuti (2017) dismenorea sebagian besar terjadi pada
remaja yang memiliki status nutrisi underweight, hal ini terjadi
disebabkan oleh kekurangan nutrisi dan zat besi sehingga berpengaruh
terhadap hormon reproduksi pada remaja tersebut, sehingga ketahanan
terhadap nyeri menjadi berkurang.
2. Pola Menstruasi
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sophia, F (2013)
yang menyebutkan bahwa semakin lama menstruasi terjadi, maka
semakin sering uterus berkontraksi dan akibatnya semakin banyak pula
hormon prostaglandin yang dikeluarkan. Akibat hormon prostaglandin
yang berlebihan maka timbul rasa nyeri pada saat menstruasi.
3. Riwayat Keluarga
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sophia, F (2013)
yang menyebutkan bahwa semakin lama menstruasi terjadi, maka
semakin sering uterus berkontraksi dan akibatnya semakin banyak pula
hormon prostaglandin yang dikeluarkan. Akibat hormon prostaglandin
yang berlebihan maka timbul rasa nyeri pada saat menstruasi. Peran
keluarga dalam memberikan edukasi atau pengetahuan terkait
menstruasi sebagai upaya preventif terhadap dismenorea primer dapat
memperkecil atau mencegah kejadian dismenorea primer pada wanita.
4. Kebiasaan Olahraga
Olahraga adalah kegiatan yang mudah dilakukan tetapi banyak
yang mengabaikannya, padahal olahraga merupakan sumber kesehatan
bagi seluruh tubuh (Fajaryati.N, 2012). Aktivitas fisik atau olahraga
adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan
fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari (Fajaryati. N, 2012).
Kejadian dismenorea primer akan meningkat dengan
kurangnya aktifitas selama menstruasi dan kurangnya olahraga, hal ini
dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak
pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang
dan menyebabkan nyeri. Wanita yang melakukan olahraga secara
teratur setidaknya 30-60 menit setiap 3-5x per minggu dapat
mencegah terjadinya dismenorea primer. Setiap wanita dapat sekedar
berjalan-jalan santai, jogging ringan, berenang, senam maupun
bersepeda sesuai dengan kondisi masing-masing (Manuaba, Bagus
dan Gede 2010).
5. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Perbaikan nutrisi dan kesehatan pada anak dan remaja dapat
diketahui dari perhitungan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
rumus perhitungan sebagai berikut :

Dimana:
BB adalah berat badan, dengan satuan kilogram
TB adalah tinggi badan dengan satuan mete
IMT adalah Indeks Massa Tubuh dengan satuan kg/m2
Berdasarkan nilai kisarannya, IMT terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1) Underweight (IMT ≤18,4)
2) Normal (IMT =18,5–25)
3) Overweight (IMT ≥25,1)
IMT yang baik menunjukkan pemenuhuan nutrisi yang optimal.
Nutrisi yang optimal dapat membantu mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan organ seksual, sedangkan tidak terpenuhinya nutrisi
dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan
pertumbuhan.28 Jumlah IMT dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti
asupan nutrisi, pola makan, aktivitas fisik, gaya hidup, status sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, keadaan
lingkungan, paparan penyakit kronis, dan persentase lemak. Wanita
dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang dari berat badan normal dan
kelebihan berat badan (overweight) lebih mungkin untuk menderita
dismenorea jika dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal.
Pada penelitian Manorek et al., di salah satu Sekolah Menengah
Atas di Manado di temukan dari 23% siswi dengan status gizi tidak
normal (gemuk dan kurus), 75,8% diantaranya mengalami dismenorea.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi berkaitan erat dengan
tingkat kejadian dismenorea. Pada wanita dengan IMT kurang dari
berat normal dapat menjadi salah satu faktor konstitusi yang dapat
menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri
sehingga dapat terjadi dismenorea (Yeita, 2020).
4. Penanganan Dismenorea
Penanganan dismenore terbagi menjadi farmakologis dan non
farmakologis.Secara farmakologis nyeri haid ini dapat ditangani dengan
diberikan obat analgetik Non Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID)
seperti ibuprofen, naproxen, paracetamol, dan asam mefenamat yang
merupakan metode paling umum digunakan untuk menghilangkan nyeri
(Ratnawati, 2018). Menghilangkan nyeri dengan cara mengkonsumsi obat-
obatan sangatlah ampuh, akan tetapi cara ini dapat mengakibatkan
timbulnya efek samping jika dikonsumsi secara terus menerus dalam
jangka waktu lama.
Metode pereda nyeri non farmakologis biasanya mempunyai risiko
yang sangat rendah, meskipun tindakan tersebut bukan merupakan
pengganti untuk obat-obatan, tetapi tindakan tersebut mungkin diperlukan
atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya
dalam beberapa detik/menit (Smeltzer & Bare, 2015). Secara non
farmakologis dapat dilakukan diantaranya menggunakan teknik relaksasi,
latihan pernafasan, pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi,
terapi panas/dingin, musik, guided imagery, akupressure, dan aromaterapi.
Dalam hal ini, terapi non farmakologis yang menarik perhatian untuk
mengatasi nyeri dismenore yaitu teknik relaksasi dan akupresur. Teknik
Relaksasi salah satunya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
tindakan relaksasi otot progresif, dimana dapat menurunkan rasa nyeri
dengan cara merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri (Smeltzer
& Bare, 2015).
Menurut penelitian Tyas.J, Ina.A dan Tjondronegoro (2018) ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri secara non
farmakologis antara lain terapi akupresur titik Sanyinjiao yaitusalah satu
akupoin atau titik pertemuan limpa, hati dan saluran ginjal yang terletak di
limpa meridian, yaitu empat jari di atas dalam pergelangan kaki belakang
tepi posterior tibia. Terapi akupresur dapat meningkatkan hormon
endorphin pada otak yang secara alami dapat membantu menawarkan rasa
nyeri. Tujuan dari pengobatan nyeri dysmenorrhea dengan teknik
akupresur untuk menyeimbangkan hormon yang berlebihan karena pada
dasarnya dysmenorrhea merupakan sakit yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan hormone.
C. Teknik Pengumpulan Data, Alat Pengumpulan Data, dan Analisis
Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah systematica
literature review dari artikel tahun 2017 sampai tahun 2021. Artikel tersebut
dicari dengan menggunakan keyword seduai dengan kasus pada situs
proquest.com dan Google Scholar.
Metode penelitian yang dilakukan dari beberapa artikel adalah
menggunakan desain quasi experiment dan alat pengumpulan data sebagian
besar menggunakan kuisioner intensitas nyeri. Analisis data dalam beberapa
penelitian menggunakan uji Wilcoxon.
D. Pembahasan Penelitian
1. Artikel pertama merupakan penelitian yang dilkaukan oleh Sari and
Usman (2020) dengan judul “Efektifitas Terapi Akupresur Terhadap
Dismenore pada Remaja” , Populasi penelitian yaitu remaja putri sebanyak
60 orang. Sampel yang telah memenuhi kriteria sebanyak 42 orang.
Teknik pengambilan sampel yaitu “Purposive Sampling” dengan kriteria
Inklusi: Remaja perempuan pada usia (16-18 tahun), Mengalami nyeri
dismenore primer, Tidak menggunakan terapi farmakologi seperti
analgesik selama dilakukan penelitian, Bersedia menjadi responden
sedangkan kriteria ekslusi : Memiliki penyakit ginekologis tertentu atau
dismenore sekunder. Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ada
penurunan rata-rata intensitas nyeri dismenore hari I yaitu 0,22, hari ke 2
yaitu 0,43 dan hari ke 3 yaitu 0,83 dengan nilai p velue = 0,00 setelah
dilakukan teknik akupreasur pada titik acupoint LI 4 (Hegu) dan titik
acupoint ST 36 bilateral sehingga disimpulkan terapi akupresur efektif
menurunkan intensitas nyeri dismenore.
2. Artikel kedua merupakan penelitian yang dilakukan oleh indah Sari and
Listiarini (2021) dengan judul “Efektivitas Akupresur Dan Minuman Jahe
Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri Haid”. Metode yang dilakukan
adalah quasi experiment, penelitian ini dilakukan pada 30 remaja putri
yang sesuai dengan kriteria inklusi. Setelah itu responden di bagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok 1 dengan tindakan Akupresure dan 1
kelompok dengam minum jahe. Masing-masing kelompok sebanyak 15
remaja putri. Masing-masing kelompok diberikan Akupresure dan
Minuman jahe pada pagi dan sore hari selama menstruasi dari hari pertama
sampai hari kedua. Responden dilakukan pengkajian nyeri sebelum dan
sesudah diberikan intervensi. Hasil penelitian ajan dianalisis dengan
menggunakan statistik yaitu Uji-T. Hasi pada penelitian ini menggunakan
Uji-Wilxoco. Setelah dilakukan Uji Wilcoxon didapatkan nilai p= 0,002,
maka disimpulkan bahwa Ada Efektivitas Akupresure Terhadap
Pengurangan intensitas nyeri haid/Dismenore pada Remaja Putri di SMK
Swasta PAB 5 Klambir Lima Tahun 2020.
3. Atikel ketiga merupakan penelitian yang dilakukan oleh Fitria and
Haqqattiba’ah (2020) dengan judul “Pengaruh Akupresur dengan Teknik
Tuina terhadap Pengurangan Nyeri Haid (Disminore) pada Remaja Putri”.
Metode yang dilakukan dalam penelitian adalah pra experiment (one
group pre test post test), Populasi penelitian ini seluruh remaja putri kelas
X dan XI SMK Darul Amin Madura dengan populasi sebanyak 43
responden, besar sampel 21 responden dengan teknik accidental sampling.
Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan kuesioner. Penelitian
dilakukakan dengan memberikan tindakan akupresur dengan teknik tuina.
Hasil uji statistik Wilcoxon sign rank test didapatkan p value 0,000 < 0,05,
maka H1 diterima artinya ada pengaruh akupresur dengan teknik tuina
terhadap pengurangan nyeri haid (disminore) pada remaja putri di SMK
Darul Amin Madura tahun 2019. sebelum dilakukan terapi akupresur
sebagian besar remaja putri kelas X dan XI di SMK Darul Amin
mengalami tingkat nyeri haid yaitu rata-rata sebesar 5,62, setelah
dilakukan terapi akupresur sengan teknik tuina sebagian besar remaja putri
mengalami tingkat nyeri haid yaitu rata-rata sebesar 2,76, dapat
disimpulkan bahwa setelah diberikan terapi akupresur dengan teknik tuina
rata-rata remaja putri mengalami efek penurunan tingkat nyeri haid
(disminore) sebesar 2,86.
4. Artikel keempat merupakan penelitian yang dilakukan oleh Indrayani and
Antiza (2021) dengan judul “Penyuluhan dan Pelatihan Akupresur Untuk
Mengurangi Nyeri Dismenorea Pada Remaja Putri di Babakan Ciparay
Bandung”. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 3 tahap yaitu Tahap
Perencanaan, Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat dan
Tahap Evaluasi. media yang digunakan yaitu leaflet, serta memberikan
games untuk remaja agar dapat lebih efektif dan sesuai dengan tujuan
kegiatan pengabdian masyarakat ini. Hasil evaluasi terdapat peningkatan
pengetahuan sebesar 70% setelah dilakukan penyuluhan. Peserta
pengabdian masyarakat mengisi angket kepuasan terhadap materi yang
diberikan sebesar 87%, terhadap praktikum yang diberikan sebesar 90%.
5. Artikel kelima merupakan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2021)
dengan judul “Pengaruh Akupresur Titik Sanyinjiao (SP6) Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenorea Primer”. Metode yang dilakukan
menggunakan rancangan penelitian ini menggunakan desain pretest and
posttest with control group. Instrumen pada penelitian ini adalah Kuisioner
Numeric Rating Scale, Numeric Rating Scale atau Skala numeric. Populasi
pada penelitian ini adalah mahasiswi PSIK FK Unud semester VIII yang
mengalami dismenore sebanyak 38 mahasiswi. Peneliti mengambil 30
sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi yang dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. B Hasil analisa data
menggunakan uji t dua sampel berpasangan (dependent sample t-test),
menghasilkan nilai t sebesar 21,737 yang menunjukkan terdapat perbedaan
antara skala nyeri dismenore sebelum dan sesudah terapi akupresur
sanyinjiao point. Hasil analisa lebih lanjut diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat pengaruh terapi
akupresur terhadap nyeri dismenorea saat sebekum dan sesudah diberi
intervensi.
6. Artikel keenam merupakan penelitian yang dilakukan oleh Husaidah,
Ridmadhanti and Radulima (2021) dengan judul “Pengaruh Terapi
Akupresur Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Mahasiswa
Kebidanan Institute Kesehatan Mitra Bunda 2020”. Metode yang
digunakan adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain
eksperimental (quasy experimen) pendekatan one group pretest-posttest.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa kebidanan baik
diploma maupun sarjana kebidanan dan pendidikan profesi bidan Institut
Kesehatan Mitra Bunda, Kota Batam dan adapun sampel dalam penelitian
ini adalah 100 responden. Metode yang digunakan adalah purposive
sampling. Instrument yang digunakan adalah kuisioner. teknik
pengumpulan data menggunakan koesioner langsung, berstruktur dengan
pertanyaan tertutup sesuai jawaban yang tersedia yakni benar dan salah.
Pembagian koesioner dilakukan pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol sebelum dan setelah perlakuan (pretest-posttest). Untuk kelompok
intervensi diajarkan thenik akupresur, sedangkan kelompok kontrol
dianjurkan untuk istirahat selama 20 menit, perlakuan dilakukan selama
nyeri haid muncul atau dirasakan oleh mahasiswi dengan jarak 1 minggu.
7. Artikel ketujuh merupakan penelitian yang dilakukan oleh Tyas et al.,
(2018) dengan judul “Pengaruh Terapi Akupresur Titik Sanyinjiao
Terhadap Skala Dismenore”. Metode yang digunakan adalah kuantitatif
deskriptif analitik dengan jenis hipotesis komparatif yang dilakukan secara
pre-experimental design dengan metode yang digunakan adalah “one
group pre-post test design”. Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan
diteliti. Populasi penelitian ini adalah siswi SMA Mardisiswa Semarang
yang mengalami dismenore sebanyak 100 orang. Cara pengambilan
sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan karakteristik populasi yang sudah ditentukan.
Sampel ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. terjadi
perubahan sebelum dan sesudah perlakuan terapi akupresur titik
Sanyinjiao selama 10 menit pada masing-masing kaki. Skala sebelum
perlakuan tertinggi 1 orang dengan skala nyeri berat yaitu skala nyeri 8
dan skala sesudah perlakuan terendah adalah tidak ada nyeri dismenore
atau skala 0 (6 orang).
8. Artikel kedelapan merupakan penelitian yang dilakukan oleh Kristina et
al. (2021) dengan judul “Perbandingan Teknik Relaksasi Otot Progresif
Dan Akupresur Terhadap Dismenore Pada Mahasiswi FKP Universitas
Riau”. Metode yang digunakan adalah rancangan quasi eksprimental
dengan two group comparison pretest-posttest. Sampel penelitian yaitu
mahasiswi yang mengalami dismenore sebanyak 38 orang yang terbagi 2
kelompok yaitu kelompok relaksasi otot progresif dan akupresur yang
mengunakan teknik purposive sampling. Analisa data mengunakan uji
Wilcoxon & Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terapi
akupresur dan relaksasi otot progresif dapat menurunkan intensiitas nyeri
dengan hasil p-value 0.001 < α (0.05). Simpulan penelitian ini ialah terapi
akupresur lebih signifikan mengurangi intensitas nyeri dismenore
dibandingkan relaksasi otot progresif.
9. Artikel kesembilan merupakan penelitian yang dilakukan oleh
Mohammed, Gaber and Mohamed (2019) dengan judul “Effect of
acupressure on dysmenorrhea among adolescents”. Metode yang
digunakan adalah quasi experiment. Sebanyak 100 anak perempuan dipilih
secara acak dengan sampel acak sederhana. Pengacakan kasus dilakukan
dengan metode sederhana menurut daftar nama siswa, yaitu siswa
perempuan yang bernomor ganjil dalam daftar nama siswa digulirkan
dalam kelompok A (kelompok intervensi), sedangkan siswa perempuan
yang bernomor genap di kelompok A (kelompok intervensi). daftar yang
sama digulung di grup B (kelompok kontrol). Kelompok intervensi
memiliki 50 anak perempuan yang menerima intervensi akupresur SP6.
Ada perbedaan yang signifikan secara statistik di tempat nyeri antara dua
kelompok pada hari kedua, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan
secara statistik antara kedua kelompok pada hari pertama dan ketiga
menstruasi pada bulan pertama. Ada perbedaan yang sangat signifikan
secara statistik pada hari kedua dan ketiga bulan kedua menstruasi anak
perempuan; namun, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
pada hari pertama antara kedua kelompok.
10. Artikel kesepuluh merupakan penelitian yang dilakukan oleh Blödt et al.,
(2018) dengan judul “Effectiveness of app-based self-acupressure for
women with menstrual pain compared to usual care a randomized
pragmatic trial”. Metode yang digunakna adalah dengan melakukan uji
coba pragmatis secara acak dengan surasi oengibatan san waktu
pengamatan selama 6 siklus menstruasi. Desain uji coba dan
pengembangan aplikasi smartphone “AKUD”. Peserta yang memenuhi
syarat kriteria inklusi seperti jenis kelamin perempuan, usia 18-25 tahun,
mengalami dismenore, dan tidak ada riwayat penyakit. Hasil penelitian
yaitu intensitas nyeri rata-rata (NRS 0 10) pada hari-hari dengan nyeri
selama menstruasi ketiga. Hasil sekunder termasuk intensitas nyeri
terburuk selama menstruasi, durasi nyeri, tingkat responden 50%
(pengurangan nyeri rata-rata setidaknya 50%), asupan obat, hari cuti sakit,
dan harapan efikasi tubuh dinilai pada yang pertama, kedua, ketiga, dan
ketiga. siklus menstruasi keenam.
E. Keimpulan
Penanganan dismenorea menggunakan teknik akupresur terbukti dapat
mengurangi rasa nyeri saat menstruasi, teknik akupresur dapat memberikan
efek relaksasi khususnya pada otot rahim karena pengaruh peningkatan
hormone prostaglandin. Selain itu, penekanan yang dilakukan terhadap titik
tubuh dapat merangsang pengeluaran hormone endorphin atau hormone
relaksasi.
F. Daftar Pustaka
Blödt, S. et al. (2018) ‘Effectiveness Of App-Based Self-Acupressure For
Women With Menstrual Pain Compared To Usual Care:A
Randomized Pragmatic Trial’, The American Journal of
Obstetrics & Gynecology, 218(2), pp. 227.e1-227.e9. doi:
10.1016/j.ajog.2017.11.570.

Fitria and Haqqattiba’ah, A. (2020) ‘Pengaruh Akupresur dengan Teknik


Tuina terhadap Pengurangan Nyeri Haid (Disminore) pada
Remaja Putri’, Jurnal Ners dan Kebidanan, 07(01), pp. 073–081.
doi: 10.26699/v7i1.ART.p073.

Hayati, S., Agustin, S. and Maidartati (2020) ‘Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Dismenore Pada Remaja Di SMA Pemuda
Banjaran Bandung’, Jurnal Keperawatan BSI, VIII(1), pp. 132–
142. Available at: http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan.

Husaidah, S., Ridmadhanti, S. and Radulima, L. (2021) ‘PENGARUH


TERAPI AKUPRESUR TERHADAP INTENSITAS NYERI
HHAID ( DISMENORE ) PADA MAHASISWA KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA 2020’, Jurnal Sehat
Mandiri, 16(1), pp. 72–81.

Indrayani, T. and Antiza, V. (2021) ‘Penyuluhan dan Pelatihan Akupresur


Untuk Mengurangi Nyeri Dismenorea Pada Remaja Putri di
Babakan Ciparay Bandung’, Journal of Community Engagement
in Health, 4(1), pp. 249–253.

Kristina, C. et al. (2021) ‘Perbandingan Teknik Relaksasi Otot Progresif dan


Akupresur Terhadap Dismenore Pada Mahasiswi FKP Universitas
Riau’, Jurnal Kesehatan, 10(01), pp. 104–114.
Manuaba, I., Bagus, I. and Gede, I. (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. 2nd edn. Jakarta:
EGC.

Mohammed, S., Gaber, S. and Mohamed, M. (2019) ‘Effect of acupressure on


dysmenorrhea among adolescents’, Journal Of Medicine in
Scienetifictific, 02(01), pp. 24–28. doi: 10.4103/JMISR.JMISR.

Sari, A. P. and Usman, A. (2020) ‘Efektifitas Terapi Akupresur Terhadap


Dismenore pada Remaja’, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan,
17(2), pp. 196–202.

Sari, I. D. and Listiarini, U. D. (2021) ‘Efektivitas Akupresur dan Minuman


Jahe terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri Haid/Dismenore Pada
Remaja Putri’, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
21(1), p. 215. doi: 10.33087/jiubj.v21i1.1154.

Tyas, J. K. et al. (2018) ‘Pengaruh Terapi Akupresur Titik Sanyinjiao


Terhadap Skala Dismenore’, Jurnal Kesehatan, 7, pp. 1–6.

Utami, N. (2021) Pengaruh akupresur titik sanyinjiao (sp6) terhadap


penurunan nyeri dismenorea primer skripsi. Ungaran.

Yeita, B. (2020) ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenorea


Primer pada Siswi SMA Jaya Suti Abadi Bekasi pada Tahun
2020’.

Anda mungkin juga menyukai