Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Depkes RI (2005) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500
gram sampai 4000 gram. Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan
yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah
kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha nafas
spontan dengan sedikit bantuan. (Prawirohardjo,2009). Adapun permasalahan
yang terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonaturum, ikterus,
perdarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll. (Muslihatun, 2010).
Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0–6 hari adalah
gangguan pernapasan (37%), prematurias (34%), sepsis (12%), hipotermi
(7%), ikterus (6%) dan kelainan kongenital (1%). Penyebab kematian neonatal
tersebut dapat di cegah salah satunyab dengan adanya pemberian asuhan
kebidanan bayi baru lahir yang komprehensif, dan pemenuhan kunjungan
neonatal 1 (KN1), kunjungan neonatal 2 (KN2), dan kunjungan neonatal 3
(KN3) yang bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kompilkasi maupun
masalah terhadap bayi baru lahir maupun neonatus.
Beberapa hasil penelitian terkait kematian Neonatal dalam Mahmudah,
2010, menyebutkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
kematian perinatal di Kabupaten Batang adalah pendidikan ibu (p = 0,006, OR
= 3,878), pengetahuan ibu (p = 0,013, OR = 2,843), paritas (p = 0,016, OR =
2,988), BBLR (p = 0,001, OR = 7,570), asfi ksia (p = 0,001, OR = 2,270), dan
kelainan kongenital (p = 0,003, OR = 2,205).
Salah satu faktornya adala pengetahuan ibu, dengan adanya konseling
informasi dan edukasi pada saat 6 jam pertama setelah bayi lahir dapat
menambah pengetahuan dan wawasan ibu tentang risiko maupun tandah tanda
bahaya bayi baru lahir yang dapat menimbulkan masalah dan komplikasi.
Dari penjelasan tersebut, penulis membuat makalah tentang ashan
kebidanan pada bayi Ny. E 4 hari post natal normal yang bertujuan untuk
mengontrol, melihat, dan memantau kondisi bayi dan meminimalisir
terjadinya masalah serta komplikasi yang dapat ditimbulkan.

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi Ny.E 4 hari post
natal normal?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Ibu dapat memberikan perawatan bayi baru lahir sesuai dengan asuhan
kebidanan sehingga bayi dapat melewati masa transisinya dengan baik.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian data subjektif pada bayi baru
lahir nomal.
b. Penulis mampu melakukan pengkajian data obyektif pada bayi baru
lahir normal.
c. Penulis mampu melakukan analisis pada bayi baru lahir normal.
d. Penulis mampu melakukan penatalaksanaan pada bayi baru lahir
normal.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dengan dilakukannya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal ini
mahasiswi mendapat pengalaman nyata di lapangan serta dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dari mata kuliah
asuhan kebidanan neonatus.
2. Bagi Lahan Praktek
Sebagai masukan terhadap tenaga kesehatan dalam meningkatkan
pelayanan dan pemberian asuhan yang sesuai untuk bayi baru lahir
normal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi dan wahana untuk menambah kepustakaan
khususnya perawatan pada bayi baru lahir normal.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia
satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat
badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir antara 2500-4000
gram (Dep. Kes. RI, 2005).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-
4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Yeyeh Lia, 2002:2).
2. Ciri-ciri
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak
ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar
dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-
160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut
kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR
>7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro,
grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada
skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra
berlubang serta adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar
dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010)

3. Klasifikasi Neonatus

3
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut
Marmi (2015) , yaitu :
a. Neonatus menurut masa gestasinya :
1) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
b. Neonatus menurut berat badan lahir :
1) Berat lahir rendah : < 2500 gram
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
3) Berat lahir lebih : > 4000 gram
4. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah
transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan
lancar dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif
dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi
baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau
anomali kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per
1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang
terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah potensial
terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan
memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden
infant death syndrome (SIDS) (Lissauer, 2013).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2008). Asuhan bayi baru lahir meliputi :
a. Pencegahan Infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga
pertanyaan :
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

4
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada
jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan
RI, 2013)
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,
dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan
bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas
dada atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan
pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu
cuci tangan sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering
dan terpapar udara, membersihkan dengan air, menghindari dengan
alkohol karena menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di
bawah umbilikus (Lissauer, 2013).
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama
biasanya berlangsung pada menit ke-45-60 dan berlangsung selama
10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan
kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum
melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep

5
mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi
kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
f. Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi
mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin
1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes
mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi
mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
g. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis tunggal
di paha kiri. Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin
K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk
mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat
dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI,
2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic
disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang
memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang
membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang
bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013).
Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry,
2014).
h. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan
kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
i. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan
tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar
kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. Saat kunjungan
tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-

6
7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
j. Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai
usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang
diatur dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai
hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan
bayi.

B. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus


Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus
dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus. Beberapa
perubahan fisiologi yang dialami bayi baru lahir antara lain yaitu :

1. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus
mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali.Pada
umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-
paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus,
janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi
lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. (Rahardjo dan Marmi,
2015: 14).
Tabel 2.2 Perkembangan sistem pulmunol sesuai umur
kehamilan.

7
Umur kehamilan Perkembangan

24 hari Bakal paru-paru terbentuk


26-28 hari Dua bronchi membesar
6 minggu Di bentuk segmen bronkus
12 minggu Differensial lobus
24 minggu Di bentuk alveolus
28 minggu Di bentuk surfaktan
34-36 minggu Maturasi struktur (paru-paru dapat
mengembangkan sistem alveolidan
tidak mengempis lagi)
Sumber: Rahardjo.Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan anak
Prasekolah.2015:14

Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan


sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru-paru bayi.Rangsangan gerakan pernapasan pertama :
a. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir
(stimulasimekanik)
b. Penurunan Pa02 dan peningkatan PaC02 merangsang kemoreseptor
yangterletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi)
c. Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam
uterus(stimulasi sensorik) (Indrayani, 2013:311).
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan
mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga tertahan di
dalam.Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan
abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur.Apabila
surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku
sehingga terjadi atelektasis, dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat

8
mempertahankan hidupnya karena adannya kelanjutan metabolisme
anaerobik.
2. Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke
bilik kiri jantung.Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh
tubuh.Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian
melalui duktus arteriosus ke aorta.Setelah bayi lahir, paru akan
berkembang mengakibatkan tekanan-tekanan arteriol dalam paru
menurun.
Tekanan dalam jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung
kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara
fungsional.Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh
karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik
dan karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik), duktus arteriosus akan
berobliterasi, ini terjadi pada hari pertama.Aliran darah paru pada hari
pertama ialah 4-5 liter per menit / m2.Aliran darah sistolik pada hari
pertama rendah yaitu 1.96 liter/menit/m2 karena penutupan duktus
arteriosus (Indrayani, 2013: 312).
3. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi
diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.Pada jam-jam pertama
energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.Pada hari kedua, energi
berasal dari pembakaran lemak.Setelah mendapat suhu <pada hari
keenam, energi 60% di dapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat
(Indrayani, 2013).

4. Keseimbangan air dan fungsi ginjal

9
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar
natriumrelatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena:
a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
b. Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal
c. Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif kurang
bila dibandingkan dengan orang dewasa (Indrayani, 2013: 313).
5. Imunoglobulin
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun
yang didapat.Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami:Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan
saluran nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus,
Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan
Purwoastuti, 2015:135).
6. Truktus digestivenus
Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa.Pada neonatus traktus digestivenus
mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolisakarida dan disebut meconium. Pengeluaran mekonium
biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk
dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivenus biasanya sudah
terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.Bayi sudah ada refleks
hisap dan menelan, sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum ASI.
Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan oesofagus bawah dengan
lambung belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu
< 30 cc (Indrayani, 2013: 314).

7. Hati
Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih
dalam keadaan matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan

10
ketidakseimbangan hepar untuk menghilangkan bekas penghancuran
dalam peredaran darah (Rahardjo dan Marmi, 2015: 22).
Setelah segera lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan
glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan
waktu yang lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru
lahir, daya detoksifikasihati pada neonatus juga belum
sempurna,contohnya peberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari
50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Indrayani,
2013: 314).

C. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Aspek yang Perlu Dikaji.
1. Menilai keadaan umum bayi.
a. Menilai secara keseluruhan apakah perbandingan bagian tubuh bayi
proporsional atau tidak.
b. Periksa bagian kepala, badan dan ekstremitas akan adanya kelainan.
c. Periksa adanya tonus otot dan tingkat aktivitas bayi, apakah bayi
aktif atau tidak.
d. Periksa warna kulit dan bibir, apakah warnanya kemerahan atau
kebiruan.
e. Periksa tangisan bayi, apakah melengking, merintih atau normal.
2. Tanda-tanda vital.
a. Periksa laju nafas dengan melihat tarikan nafas pada dada dan
gunakan petunjuk waktu. Status pernapasan yang baik adalah napas
dengan laju normal 40-60 kali per menit, tidak ada bunyi wheezing
dan ronchi.
b. Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dan petunjuk
waktu. Denyut jantung normal adalah 100-120 kali per menit dan
tidak terdengar bunyi murmur.
c. Periksa suhu dengan menggunakan termometer aksila. Suhu normal
adalah 36,5-37,2 ˚C.
3. Periksa bagian kepala bayi.
a. Ubun-ubun.
b. Sutura dan molase.
c. Penonjolan atau daerah mencekung . Periksa adanya kelainan, baik
karena trauma persalinan (kaput suksedaneum, sefal hematoma) atau
adanya cacat kongenital (hidrosefalus).

11
d. Ukur lingkar kepala untuk mengetahui ukuran frontal oksiptalis
kepala bayi.
4. Lakukan pemeriksaan telinga karena akan dapat memberikan gambaran
letak telinga dengan mata dan kepala serta diperiksa adanya kelainan
lainnya.
5. Periksa mata akan adanya tanda-tanda infeksi.
6. Periksa hidung dan mulut, langit-langit, bibir, dan refleks isap, serta
rooting. Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti labiopalatoskizis.
7. Periksa leher bayi, perhatikan akan adanya pembesaran atau benjolan.
8. Periksa dada, perhatikan bentuk dada, dan puting susu bayi.
9. Periksa bahu, lengan,dan tangan. Perhatikan gerakan dan kelengkapan
jari tangan .
10. Periksa bagian perut, perhatikan bagaimana bentuk perut apakah ada
penonjolan di sekitar tali pusat, perdarahan tali pusat, perut teraba lunak
(pada saat bayi menangis), dan benjolan.
11. Periksa alat kelamin. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Laki-laki : testis berada pada skrotum atau penis berlubang.
b. Perempuan : vagina berlubang, uretra berlubang, dan terdapat labia
minora serta mayora.
12. Periksa tungkai dan kaki. Perhatikan gerakan dan kelengkapan alat
bgerak.
13. Periksa punggung dan anus. Perhatikan akan adanya pembengkakan atau
penonjolan dan juga adanya anus.
14. Periksa kulit. Perhatikan adanya verniks, pembengkakan atau bercak
hitam, serta adanya lendir.
15. Lakukan penimbangan berat badan. Berat badan lahir normal 2.500-
4.000 gram.

D. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir


Tidak mau menyusu atau memuntahkan semuanya, kejang, bergerak
hanya jika dirangsang, sesak nafas, merintih, demam (suhu ≥ 37,5°C) teraba
dingin (<36°C), mata bernanah, diare, badan kuning, BAB berwarna pucat.

E. Kunjungan Neonatal
1. Pengertian Kunjungan Neonatal
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga
kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan ke rumah.

12
Bentuk pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar
(tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan
eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatn mata, tali pusat, kulit dan
pemberian imunisasi) pemberian vitamin K dan penyuluhan neonatal di
rumah menggunakan buku KIA (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2004).
Kunjungan neonatal (KN) adalah kontak neonatus dengan tenaga
kesehatan minimal dua kali.
a. Kunjungan pertama kali pada hari pertama dengan hari ke tujuh (sejak
6 jam setelah lahir).
b. Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai hari kedua puluh
delapan.
c. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan
kunjungan neonatus (Syarifudin, 2009).
2. Tujuan Kunjungan Neonatal(KN)
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah ( Rismintari, 2009).
Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan oendekatan
konfeherensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk bidan/perawat,
yang meliputi:
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, dan berat badan rendah.
b. Perawatan tali pusat
c. Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir
d. Imunisasi Hepatitis B 0 bila belum diberikan pada saat lahir
e. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di
rumah dengan menggunakan buku KIA
f. Penanganan dan rujukan kasus (Ambarwati, 2009).
3. Kategori Kunjungan Neonatal (KN)
Kunjungan neonatal terbagi dalam dua kategori antara lain :
1. Kunjungan Neonatal ke satu (KN 1)
Kunjungan neonatal yang ke satu (KN 1) adalah kunjungan neonatal
pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6
jam setelah lahir).

13
2. Kunjungan Neonatal yang kedua (KN 2)
Kunjungan neonatal yang kedua adalah kunjungan neonatal yang
kedua kali yaitu pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh
delapan.
Menurut definisi operasional standar pelayanan minimal kunjungan
neonatal adalah kontak neonatus (0 – 28 hari) dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dengan syarat usia 0 – 7 hari
minimal 2 kali, usia 8 sampai 28 hari minimal 1 kali (KN2) di
dalam/diluar Institusi Kesehatan (DepKes RI, 2004).

BAB III
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.E


4 HARI POST NATAL NORMAL

Hari, tanggal : Rabu, 09 Oktober 2019


Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Puskesmas Poned Gempol
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata Bayi
Nama bayi : Bayi Ny. E
Tanggal lahir : 05 Oktober 2019
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 4 hari
2. Biodata Orang Tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. E Nama : Tn. I
Umur : 36 Tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Blok Cimerta Ds. Kedung Bunder
3. Riwayat

14
Bayi lahir spontan segera menangis, tonus otot kuat, warna kulit
kemerahan. Lahir di Poned Gempol di tolong oleh bidan pada tanggal
05 Oktober 2019 Pukul 11.15 WIB. Dengan berat lahir 3480 gram.
Panjang badan 50 cm. Merupakan anak ke-2 lahir pada usia cukup
bulan. Sudah diberikan ASI. Sudah BAB, sudah BAK. Sudah
mendapat imunisasi vitamin K, imunisasi hepatitis B (HB 0), dan salep
mata.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik, tonus otot kuat, warna kulit
kemerahan, tangisan bayi kuat
2. Tanda-tanda vital
a. Laju nafas : 47 x/menit
b. Laju jantung : 142 x/menit
c. Suhu : 36,5ºC
3. Badan
a. Berat badan : 3460 gram
b. Panjang badan : 50 cm
4. Kepala : Tidak ada molase, tidak ada penonjolan
atau daerah yang mencekung,ubun-ubun datar lingkar kepala 34 cm
5. Telinga : Bentuk dan ukuran simetris dengan mata
dan kepala
6. Mata : Simetris, sklera tidak kuning, tidak ada
tanda infeksi
7. Hidung dan mulut : lubang hidung simetris, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada labioschizis dan
labiopalatoschizis, refleks rooting (+), refleks sucking (+), dan refleks
swallowing (+)
8. Leher : Tidak ada pembengkakan dan pembesaran
pembuluh darah
9. Dada : Bentuk dda datar, puting menonjol dan
simetris, tidak ada bunyi bronkopulmonal, irama jantung reguler, tidak
ada retraksi dinding dada, lingkar dada 35 cm
10. Bahu, lengan, dan tangan : Gerakan aktif, jumlah jari tangan kanan dan
kiri lengkap, refleks gaspring (+)
11. Sistem saraf : Refleks moro (+)
12. Abdomen : Bentuk dan ukuran normal, tidak ada
penonjolan sekitar tali pusat, tidak ada perdarahan tali pusat, dan tidak

15
ada tonjolan pada daerah perut, teraba lembek pada saat tidak
menangis.
13. Genetalia : Penis berlubang, sudah BAK, lubang uretra
berada di ujung penis, testis berada di dalam skrotum.
14. Anus : berlubang
15. Tungkai dan kaki : Gerakan aktif, tidak ada kelainan, jumlah
jari kaki kanan dan kiri lengkap, refleks babinsky (+)
16. Punggung : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada
spinabifida
17. Kulit : Warna kulit dan bibir kemerahan, tidak ada
bercak hitam tidak ada pembengkakan, tidak ada tanda lahir.

C. ANALISIS
Bayi Ny. E usia 4 hari post natal normal. Keadaan umum bayi baik.

D. PENATALAKSANAAN
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan terjalin
dengan baik
2. Melakukan informed conset, ibu menyetujuinya.
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan
bayi nya.
4. Memberikan KIE tentang :
- Menjaga kehangatan bayi, sudah dibedong dan ibu memahami
informasi yang diberikan
- Menganjurkan Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan, ibu bersedia.
- Perawatan tali pusat, ibu mengerti dan akan merawatnya dengan
bersih.
- Memberitahu tanda - tanda bahaya pada bayi baru lahir, ibu dapat
mengerti dan dapat mengulang kembali informasi yang sudah
disampaikan.
5. Merencanakan kunjungan ulang, kesepakatan kunjungan ulang tanggal 13
Oktober 2019 atau jika ada keluhan, ibu bersedia.

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam studi kasus ini penulis akan membahas mengenai Asuhan


Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. E usia 4 hari post natal normal di
PONED Gempol, dengan melalui tahap pengumpulan data dengan wawancara,
observasi, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan fisik.
Bayi Ny. E lahir spontan segera menangis, tonus otot baik, warna kulit
kemerahan. Lahir di PONED Gempol ditolong oleh bidan. Pada tanggal 05
Oktober 2019 Pukul 11.15 WIB. Berat badan bayi saat lahir 3480 gram dan
panjang badan 50 cm. Lingkar kepala 34 cm, dan lingkar dada 35 cm. Saat
dilakukan pengukuran berat badan, didapatkan hasil berat badan bayi 3460 gram,
terjadi sedikit penurunan berat badan. Perubahan berat badan selama masa
neonatus terjadi akibat perpindahan cairan dari intraseluler menuju ekstraseluler.
Peningkatan cairan ekstraseluler pada neonatus menyebabkan diuresis garam dan
air dalam 48-72 jam pertama. Pengeluaran cairan ekstraseluler yang berlebihan
mengakibatkan penurunan berat badan fisiologis pada minggu pertama
kehidupan. Kehilangan cairan pada neonatus harus diimbangi dengan pemberian
nutrisi yang mencukupi untuk mencegah kondisi dehidrasi ataupun kekurangan
kalori.
Bayi sudah BAB dan BAK. Menurut Keyla Paula, 2002 kotoran pertama
bayi baru lahir disebut mekonium dan akan dikeluarkan dalam waktu 24 jam
setelah lahir. Kotoran pertama ini berwarna hitam, kental dan lengket karena
merupakan campuran dari cairan ketuban, rambut halus pada bayi dan sekresi
kelenjar saluran cerna.
Bayi sudah diberikan salep mata dan vitamin K yang bertujuan untuk
pencegahan terhadap infeksi neonatus karena upaya pencegahan infeksi mata
tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran. Bayi telah
disuntikan imunisasi HB0. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan
setelah penyuntikan vitamin K yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati
(Kementerian Kesehatan RI, 2010)

17
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil yang menunjukkan
keadaan normal. Pada pemeriksaan bagian kepala diperoleh tidak ada molase,
tidak ada benjolan dan cekungan, ubun-ubun datar, lingkar kepala 34 cm. Menurut
Kemenkes RI (2010). Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian pada
saat proses persalinan umumnya hilang dalam waktu 48 jam, ubun-ubun besar rata
atau tidak membonjol dapat sedikit membonjol pada saat bayi menangis. Tidak
tedapat kesenjangan antara teori dan prakteknya.
Pada pemeriksaan bagian kepala diperoleh tidak ada molase, tidak ada
benjolan dan cekungan, ubun-ubun datar, lingkar kepala 34 cm. Menurut
Kemenkes RI (2010). Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian pada
saat proses prsalinan umunya hilang dalam waktu 48 jam, ubun-ubun besar rata
atau tidak membonjol dapat sedikit membonjol pada saat bayi menangis. Tidak
tedapat kesenjangan antara teori dan prakteknya.
Telinga bentuknya simetris dan sejajar dengan mata bayi, mata simetris,
tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada kelainan, dan sklera tidak kuning.
Menurut Kemenkes RI (2010) kondisi bayi yang dapat dikatakan normal jka tidak
ada kotoran dan sekret.
Hidung dan mulut pada lubang hidung simetris, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada labioschizis dan labiopalatoschizis, rooting refleks baik,
terdapat refleks sucking. Menurut Kemenkes RI (2010). Bibir, gusi, langit-langit
utuh tidak ada bagian yang terbelah.
Leher tidak ada pembengkakan dan pembesaran pembuluh darah. Pada
dada bentuk datar, simestris, puting sudah menonjol tidak ada bronkoplumonal
dan irama jantung reguler, lingkar dada 35 cm. Bahu, lengan, dan tangan
gerakannya aktif, jumlah jari tangan kanan dan kiri lengkap, grasping refleks baik,
yang menunjukkan bahwa tidak ada kelainan. Sistem saraf terdapatnya refleks
moro.
Abdomen bentuk dan ukuran normal, tidak ada penonjolan pada sekita tali
pusat pada saat menangis, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak ada tonjolan pada
bagian perut. Menurut Kemenkes RI (2010). Perut bayi teraba lemas saat tidak
menangis dan datar pada tali pusat tidak terjadi perdarahan dan infeksi. Sesuai
dengan teori dan prakteknya.
Genetalia pada penis berlubang, lubang uretra berada di ujung penis, testis
sudah berada di skrotum. Menurut Dewi (2010). Organ genetalia pada bayi laki-

18
laki testis sudah berada di skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan
vagina dan uretra berlubang serta adanya labio minora dan mayora. Idak ada
kesenjangan antara teori dan prakteknya.
Tungkai dan kaki gerakan janin aktif, jumlah jari kaki kanan dan kiri
lengkap, refleks babinsky baik. Menurut Kemenkes RI (2010). Tidak terdapat
kelainan seperti polidaktili, sindaktili dan tidak ada kelainan.
Punggung tidak ada pembengkakan dan spinabifida. Pada anus sudah
terdapat lubang anus. Menurut Kemenkes RI (2010). Kulit terlihat utuh dan tidak
ada lubang dan benjolan pada tulang belakang dan pada anus ketika ingin
memeriksakanya hindarkan colok dubur, bisa tanyakan pada ibu apakah bayi nya
sudah BAB atau belum. Sesuai dengan teori dan prakteknya.
Maka analisis dari pengkajian data subjektif dan objektif diatas adalah
bahwa Bayi Ny. E usia 4 hari post natal normal dengan keadaan baik dan normal.
Penatalaksanaa yang dilakukan adalah menjalin hubungan baik dengan ibu
dan keluarga, didapat respon yang baik, melakukan informed consent dan ibu
menyetujui, memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu dan keluarga mengetahui.
Selain itu dilakukan Konseling, Informasi, dan Edukasi tentang menjaga
kehangatan bayi, menganjurkan Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan,
perawatan tali pusat, dan memberitahu tanda - tanda bahaya pada bayi baru lahir.
KIE dilakukan bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan ibu serta
keluarga, sehingga jika suatu saat terjadi sesuatu terhadap bayinya maka keluarga
akan segera mengetahui hal apa yang akan dilakukan. Selain itu, penting untuk
merencanakan kunjungan ulang berikutnya. Agar ibu maupun keluarga
mengetahui dan tetap mengontrol kondisi bayinya.

19
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Penulis mampu melakukan pengkajian data subjektif pada bayi Ny. E
dengan baik dan benar serta didapatkan hasil yang sesuai antara teori
maupun praktik.
2. Penulis mampu melakukan pengkajian data objektif pada bayi Ny. E
dengan baik dan benar serta didapatkan hasil yang sesuai antara teori
maupun praktik.
3. Penulis mampu melakukan analisis pada bayi Ny. E dengan baik dan
benar.
4. Penulis mampu melakukan penatalaksanaan pada bayi Ny. E dengan baik
dan benar serta sesuai dengan kebutuhan.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Disarankan agar mahasiswa dapat memberikan asuhan pada Bayi Baru
Lahir Normal,mampu menganalisis keadaan Bayi Baru Lahir dan
tindakan segera yang harus dilakukan.
2. Bagi Lahan Praktek
Disarankan agar puskesmas dan bidan praktek mandiri dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir normal secara optimal melalui
penanganan segera setalah lahir.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan atau
menambah referensi, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa
yang akan mengambil kasus yang sama.

20
DAFTAR PUSTAKA

Achadi, Endnag L. 2019. Kematian Maternal dan Neonatal Di Idnonesia.


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Di akses pada
tanggal 20 Oktober 2019 [Online]
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/rakerkesnas-
2019/SESI%20I/Kelompok%201/1-Kematian-Maternal-dan-Neonatal-
di-Indonesia.pdf

Armini, Ni wayan, Ni Gusti kompiang Sriasih, dan Gusti Ayu Marhaeni. 2017.
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : ANDI

Dwienda, Octa, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita
dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta : PT Budi Utama.

Prawirohardjo. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matrenal dan


Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwomo Prawirohardjo.

Raharni, Bryan Mario Isakh, dan Ida Diana. 2011. Profil Kematian Neonatal
Berdasarkan Sosio Demografi dan Kondisi Ibu Saat Hamil Di
Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 14 No. 4
https://media.neliti.com/media/publications/20980-ID-profil-kematian-
neonatal-berdasarkan-sosio-demografi-dan-kondisi-ibu-saat-hamil.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai